Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
SKA merupakan kondisi dimana jantung mengalami iskemi akibat
penurunan aliran darah ke jantung yang terjadi secara tiba-tiba. SKA ini
merupakan situasi emergensi karena dapat mengakibatkan kematian otot jantung
(miokard) jika intervensi definitif tidak segera dilakukan. Adapun penyebab
terjadinya gangguan perfusi otot jantung ini adalah penyempitan pembuluh darah
dan hambatan aliran darah oleh plak atherosklerosis yang terbentuk dari deposit
lemak. (Hana Ariyani, 2014)
SKA dibagi menjadi dua bagian, yakni: 1) penyakit arteri koroner yang
ditandai dengan angina stabil dan 2) SKA yang ditandai dengan Acute ST segment
Elevation Myocardial Infarction (STEMI) atau Non STEMI atau angina tidak
stabil. Perbedaan keduanya terletak pada plak aterosklerosisnya. Pada penyakit
arteri koroner, plak aterosklerosisnya stabil, sedangkan pada SKA plak
aterosklerosisnya tidak stabil dan dapat mengalami ruptur sewaktu-waktu
sehingga memicu terbentuknya agregasi trombosit kemudian terbentuklah
trombus. Ketidakstabilan plak ini disebabkan oleh adanya inflamasi, stimulasi
beta adrenergik, hiperkoagulobilitas darah dan hipereaktifitas platelet.
The American Heart Association (AHA) memperkirakan bahwa 13
jutaorang di Amerika menderita SKA (Sindrom Koroner Akut ) dan 1 juta orang
meninggal
tiap
tahunnya.
Di
Eropa
melaporkan
SKA
menyerang
kematian
akibat
penyakitkardiovaskuler
menempati
Oleh karena tingginya tingkat kematian pada SKA, maka banyak dilakukan
penelitian-penelitian untuk menurunkan insidens, salah satunya mengenai faktorfaktor resiko penyakit ini. Faktor resiko SKA terbagi 2, faktor resiko yang tidak
dapat diubah, seperti usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga; dan faktor
resiko yang dapat diubah, seperti peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol
LDL, trigliserida, apolipoprotein B, hipertensi, merokok, gangguan toleransi
glukosa dan lain-lain
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja anatomi jantung yang berhubungan denga penyakit ACS?
2. Apa yang dimaksud dengan ACS?
3. Apa yang menyebabkan terjadinya ACS?
4. Apa faktor resiko penyebab dari ACS?
5. Apa saja manifestasi dari ACS?
6. Bagaimana patofisiologi dari ACS?
7. Apa saja yang termasuk dalam ACS?
8. Apa saja penatalaksanaan pada pasien ACS?
9. Bagaimana Algoritma pada ACS?
10. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk pasien ACS?
11. Apa saja pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan ACS?
12. Bagaimana WOC dari pasien ACS ?
13. Bagaimana Asuhan Keperawatan untuk pasien ACS?
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui saja anatomi jantung yang berhubungan denga penyakit
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
ACS.
Untuk mengetui definisi dari ACS.
Untuk mengetahui penyebab dari ACS.
Untuk mengetahui faktor resiko penyebab dari ACS.
Untuk mengetahui manifestasi dari ACS.
Untuk mengetahui patofisiologi dari ACS.
Untuk mengetaui klasifikasi dari ACS.
Untuk mengetahui penatalaksanaan pada pasien ACS.
Untuk mengetahui Algoritma pada ACS.
Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk pasien ACS.
Untuk mengetahui pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan ACS.
Untuk mengetahui WOC dari pasien ACS.
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan untuk pasien ACS.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi
Jantung
merupakan
alat
untuk
darah oleh plak atherosklerosis yang terbentuk dari deposit lemak. (Hana Ariyani,
2014)
2.3 Etiologi
Perbedaan keduanya terletak pada plak aterosklerosisnya. Pada penyakit
arteri koroner, plak aterosklerosisnya stabil, sedangkan pada SKA plak
aterosklerosisnya tidak stabil dan dapat mengalami ruptur sewaktu-waktu
sehingga memicu terbentuknya agregasi trombosit kemudian terbentuklah
trombus. Ketidakstabilan plak ini disebabkan oleh adanya inflamasi, stimulasi
beta adrenergik, hiperkoagulobilitas darah dan hipereaktifitas platelet. (Hana
Ariyani, 2014)
2.4 Faktor Risiko
Faktor risiko dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu faktor risiko
konvensional dan faktor risiko yang baru diketahui berhubungan dengan proses
aterotrombosis. Faktor risiko yang sudah kita kenal antara lain merokok,
hipertensi, hiperlipidemia, diabetes melitus, aktifitas fisik, dan obesitas. Termasuk
di dalamnya bukti keterlibatan tekanan mental, depresi. Sedangkan beberapa
faktor yang baru antara lain CRP, Homocystein dan Lipoprotein(a).
Di antara faktor risiko konvensional, ada empat faktor risiko biologis yang
tak dapat diubah, yaitu: usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga. Hubungan
antara usia dan timbulnya penyakit mungkin hanya mencerminkan lebih
panjangnya lama paparan terhadap faktor-faktor aterogenik.
Wanita relatif lebih sulit mengidap penyakit jantung koroner sampai masa
menopause, dan kemudian menjadi sama rentannya seperti pria. Hal ini diduga
oleh karena adanya efek perlindungan estrogen.
Faktor-faktor risiko lain masih dapat diubah, sehingga berpotensi dapat
memperlambat proses aterogenik. Faktor-faktor tersebut adalah peningkatan kadar
lipid serum, hipertensi, merokok, gangguan toleransi glukosa dan diet tinggi
lemak jenuh, kolesterol, dan kalori .
SKA umumnya terjadi pada pasien dengan usia diatas 40 tahun. Walaupun
begitu, usia yang lebih muda dari 40 tahun dapat juga menderita penyakit tersebut.
Banyak penelitian yang telah menggunakan batasan usia 40-45 tahun untuk
mendefenisikan pasien usia muda dengan penyakit jantung koroner atau infark
miokard akut (IMA). IMA mempunyai insidensi yang rendah pada usia muda.
(Erling Falk, 2013)
2.5 Manifestasi Klinis
Gejala-gejala umum infark miokard adalah nyeri dada retrosternal. Pasien
sering mengeluh rasa ditekan atau dihimpit, yang lebih dominan dibanding rasa
nyeri. Keluhan-keluhan yang mengarah pada infark miokard antara lain:
a. Rasa tekanan yang tidak nyaman, rasa penuh, diremas, atau nyeri dada
retrosternal dalam beberapa menit, sehingga penderita memegang dadanya
atau yang lebih dikenal sebagai Levine sign, yang merupakan tanda khas
untuk penderita pria.
b. Nyeri yang menjalar ke bahu, leher, satu atau kedua tangan atau rahang
bawah, ke punggung.
c. Nyeri dada yang disertai rasa sempoyongan, mau jatuh, berkeringat, atau
mual muntah (khas untuk infark miokard inferior).
d. Sesak napas yang tidak dapat dijelaskan, yang dapat terjadi dengan atau tanpa
nyeri dada; seperti pada penderita dengan riwayat diabetes atau hipertensi
yang mengeluh nyeri perut. (Verdy, 2012)
2.6 Patofisiologi
SKA ini dimulai ketika plak aterosklerosis ruptur yang dapat menstimulasi
aktivasi faktor pembekuan darah dan kemudian terjadi agregasi trombosit
sehingga terbentuklah trombus. Trombus inilah yang akan menghambat alirah
darah yang menuju ke otot jantung, sehingga otot jantung akan mengalami
kekurangan oksigen dan Adenosine Triphosphate (ATP). Pada kondisi ini pasien
akan mengalami nyeri dada yang bisa menjalar ke leher, punggung, tangan kiri
dan epigastrium. Nyeri ini disebabkan oleh karena adanya timbunan asam laktat
hasil dari metabolisme anaerob yang terjadi di otot jantung akibat dari kurangnya
suplai oksigen dan nutrisi. Nyeri yang paling dominan dirasakan oleh pasien
adalah pada bagian di belakang sternum. Metabolisme anaerob ini hanya
menyediakan 6% dari seluruh energi yang dibutuhkan oleh otot jantung untuk bisa
bekerja bekerja dengan baik. (Hana Ariyani, 2014)
2.7 Klasifikasi
Penyakit jantung koroner hampir selalu disebabkan oleh ateroskeloris
dengan atau tanpa luminal trombosis dan fasospasm. Ateroskeloris sendiri
mungkin menyebabkan angina stabil yang begitu fatal jelas trombosis memeliki
peran besar pada patogenesis dari perawatan ACS termasuk STEMI, NSTEMI dan
unstable angina. Kenyataannya akhir-akhir ini jika terjadi nyeri dada pada saat
istirahat.penjelasan lain yang sering muncul dari atero trobosis tiba-tiba
menyebabkan kematian pada koroner. (Erling Falk, 2013)
1. Angina Pektoris
a. Definisi
Angina pektoris adalah nyeri dada intermitten yang disebabkan oleh iskemia
miokardium yang reversibel dan sementara. Diketahui terbagi atas tiga varian
utama angina pektoris: angina pektoris tipikal (stabil), angina pektoris prinzmetal
(varian), dan angina pektoris tak stabil. Pada pembahasan ini akan lebih
difokuskan kepada angina pektoris tidak stabil (Erling, falk 2013)
Angina pektoris tak stabil ditandai dengan nyeri angina yang frekuensi nya
meningkat. Serangan cenderung di picu oleh olahraga yang ringan, dan serangan
menjadi lebih intens dan berlangsung lebih lama dari angina pektoris stabil.
Angina tak stabil merupakan tanda awal iskemia miokardium yang lebih serius
dan mungkin ireversibel sehingga kadang-kadang disebut angina pra infark. Pada
sebagian besar pasien, angina ini di picu oleh perubahan akut pada plak di sertai
trombosis parsial, embolisasi distal trombus dan/ atau vasospasme. Perubahan
morfologik pada jantung adalah arterosklerosis koroner dan lesi terkaitnya.
(Erling, falk 2013)
b. Penatalaksanaan
1) Tindakan umum
Pasien perlu perawatan di rumah sakit sebaiknya di unit intensif koroner,
pasien perlu di istirahatkan (bed rest), di beri penenang dan oksigen; pemberian
morfin atau petidin perlu pada pasien yang masih merasakan nyeri dada walaupun
sudah mendapat nitrogliserin.
2) Terapi medikamentosa
a. Obat anti iskemia .(Nitrat)
b. Obat anti agregasi trombosit : Asam Asetil salisilat (Aspirin)
c. Obat anti trombin
d. Unfractionnated Heparin , low molecular weight heparin
e. Direct trombin inhibitors
(Erling, falk 2013)
2. Infark Miokard Akut Tanpa Elevasi ST (NSTEMI)
a. Definisi
NSTEMI dapat di sebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau
peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner.
NSTEMI terjadi karena trombosis akut atau proses vasokonstriksi koroner.
Trombosis akut pada arteri koroner di awali dengan adanya ruptur plak yang tak
stabil. Plak yang tidak stabil ini biasanya mempunyai inti lipid yang besar,
densitas otot polos yang rendah, fibrous cap yang tipis dan konsentrasi faktor
jaringan yang tinggi. Inti lemak yang cenderung ruptur mempunyai konsentrasi
ester kolesterol dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang tinggi. Pada lokasi
ruptur plak dapat di jumpai sel makrofag dan limfosit T yang menunjukan adanya
proses inflamasi. (Erling, falk 2013)
b. Patofisiologi
SKA ini dimulai ketika plak aterosklerosis ruptur yang dapat menstimulasi
aktivasi faktor pembekuan darah dan kemudian terjadi agregasi trombosit
sehingga terbentuklah trombus. Trombus inilah yang akan menghambat alirah
darah yang menuju ke otot jantung, sehingga otot jantung akan mengalami
kekurangan oksigen dan Adenosine Triphosphate (ATP). Pada kondisi ini pasien
akan mengalami nyeri dada yang bisa menjalar ke leher, punggung, tangan kiri
dan epigastrium.
Pada kondisi ini pasien akan mengalami nyeri dada yang bisa menjalar ke
leher, punggung, tangan kiri dan epigastrium. Nyeri ini disebabkan oleh karena
adanya timbunan asam laktat hasil dari metabolisme anaerob yang terjadi di otot
jantung akibat dari kurangnya suplai oksigen dan nutrisi. Nyeri yang paling
dominan dirasakan oleh pasien adalah pada bagian di belakang sternum.
Metabolisme anaerob ini hanya menyediakan 6% dari seluruh energi yang
8
dibutuhkan oleh otot jantung untuk bisa bekerja dengan baik. (Hana Ariyani,
2014)
c. Penatalaksanaan
Pasien NSTEMI harus istirahat ditempat tidur dengan pemantauan EKG
untuk deviasi segmen ST dan irama jantung. Empat komponen utama terapi harus
dipertimbangkan pada setiap pasien NSTEMI yaitu:
a) Terapi antiiskemia
b) Terapi anti platelet/antikoagulan (Erling, falk 2013)
d. Pemeriksaan Penunjang
Pada NSTEMI perlu dilakukan tindakan invasif dini atau konservatif tergantung
dari stratifikasi risiko pasien: pada resiko tinggi, seperti angina terus-menerus, adanya
depresi segmen ST, kadar troponin meningkat (Troponin T: ), adanya gangguan irama
jantung seperti takikardi ventrikel, perlu tindakan invasif dini. (Hana Ariyani, 2014)
(Bayer, 2008)
3. Infark Miokard Dengan Elevasi ST (STEMI)
a. Definisi
Infark miokardium dengan elevasi ST menunjukan terbentuknya suatu
daerah nekrosis miokardium akibat iskemia total. MI akut yang dikenal sebagai
serangan jantung, merupakan penyebab tunggal tersering kematian diindustri
dan merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering di negara maju. (Erling,
falk 2013)
b. Patofisiologi
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara
mendadak setelah oklusi trombus pada plak arterosklerosis yang sudah ada
(Bayer, 2008)
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaa yang dapat dilakukan untuk pasien Sindrom Koroner Akut
(SKA) yaitu :
1. Morphine
Diberikan jika nitroglycerin sublingual tidak pengobatan yang cukup
penting pada infark miokard dengan alasan:
10
11
a. Langkah I: Nilai waktu onset serangan, risiko STEMI, risiko fibrinolisis dan
waktu yang diperlukan untuk transportasi ke ahli kateterisasi PCI yang
tersedia.
b. Langkah II: strategi terapi reperfusi fibrinolisis atau invasif.
Terapi fibrinolisis dilakukan jika onset < 3 jam, tidak tersedia pilihan
terapi invasif; waktu doctor-baloon atau door-baloon > 90 menit; doorbaloonminus door-needle > 1 jam, dan tidak terdapat kontraindikasi fibrinolisis.
Terapi invasif (PCI) dilakukan jika onset > 3 jam, tersedia ahli PCI, kontak
doctorbaloon doctorbaloon atau door-baloon <90 menit; doorbaloonminus doorneedle < 1 jam. Terdapat kontraindikasi fibrinolisis, termasuk risiko perdarahan
intraserebral, pada STEMI risiko tinggi (CHF, Killip 3) atau diagnosis STEMI
diragukan.
6. Low Molecular Weight Heparin (misalnya enoxaparin)
Indikasi: STEMI, NSTEMI, angina tidak stabil ; pada STEMI digunakan
sebagai terapi tambahan fibrinolitik. Mekanisme kerja: menghambat thrombin
secara tidak langsung melalui kompleks antithrombin III Dibandingkan dengan
unfractionated heparin lebih selektif pada penghambatan faktor Xa.
7. Clopidogrel dapat menggantikan acetylsalicylic acid bila pasien alergi
terhadap acetylsalicylic acid.
8. Pemberian dosis awal clopidogrel 300 mg (loading dose) dilanjutkan dengan
dosis pemeliharaan 75 mg/hari merupakan terapi tambahan selain
acetylsalicylic acid, UFH atau LMWH dan GP IIb/IIIa. Mekanisme kerja
clopidogrel adalah sebagai antiplatelet, antagonis reseptor adenosine
diphosphat.
9. Statin (MHGCoenzyme A Reductase Inhibitor) mengurangi insiden reinfark,
angina berulang, rehospitalisasi, dan stroke bila diberikan dalam beberapa
hari setelah infark miokard. Pemberian dapat dilakukan lebih awal (dalam 24
jam) pada infark miokard dan bila sudah mendapatkan statin sebelumnya
maka terapi dilanjutkan.
10. Terapi complete heart block
Keadaan bradikardi akibat complete heart block dengan hemodinamik
tidak stabil harus disiapkan untuk pemasangan pacu jantung transkutan atau
transvena. Sambil menunggu persiapan pacu jantung dapat dipertimbangkan
12
pemberian atropine 0,5mg i.v dengan dosis maksimal 3mg i.v. Selain itu dapat
dipertimbangkan pemberian epinefrin dengan dosis 2-10 g/kgBB/menit.
(Verdy,2012)
13
14
hambatan impuls pada nodus AV. Interval normal adalah 0,12 sampai 0,20
detik. Perpanjangan interval PR yang abnormal merupakan tanda adanya
gangguan hantaran impuls, yang dikenal dengan nama blok jantung tingkat
pertama.
c) Kompleks
QRS:
menggambarkan
depolarisasi
ventrikel.
Amplitodo
gelombang ini besar karena banyaknya massa otot yang harus dilalui oleh
impuls listrik. Tetapi penyebaran impuls cukup cepat; dalam keadaan normal
lama kompleks QRS antara 0,06 dan 0,10 detik. Pemanjangan penyebaran
impuls melalui berkas cabang dikenal sebagai blok berkas cabang (bundle
branch block) akan melebarkan kompleks ventricular. Irama jantung abnormal
dari ventrikel seperti takikardia ventrikel juga akan memperlebar dan
mengubah bentuk kompleks QRS oleh sebab julur khusus yang mempercepat
penyebaran impuls melalui ventrikel dipintas. Hipertrofi ventrikel akan
meningkatkan amplitude kompleks QRS karena penambahan massa otot
jantung.
15
dibandingkan
CK-MB
dan
terjadinya
positif
palsu
sangat
diperhatikan jika pasien akan diberi -blocker. Penderita infark miokard dapat
mengalami hipertensi akibat respon nyeri hebat atau hipotensi akibat syok
kardiogenik. Peningkatan tekanan vena jugularis umumnya ditemukan pada
penderita infark miokard ventrikel kanan. Pada auskultasi, bunyi jantung dapat
bervariasi sesuai komplikasi yang timbul akibat infark miokard; misalnya mitral
regurgitasi dengan murmur pansistolik dan S1 yang lemah atau VSD dengan
murmur pansistolik yang keras dan tinggi dan S1 yang normal. (Verdy, 2012)
a) Perilaku
b)
c)
d)
e)
f)
g)
2.12
penumpukan
kolesterol
yang
tidak
dipecah
mengakibatkan
18
19
5. Pendidikan
pengetahuan yang dimiliki atau informasi yang di dapat. Jika minim akan
informasi berepngaruh terhadap pencengahan terhadap penyakit.
6. Alamat
: pada daerah yang kumuh atau tercemar polusi udara lebih
berpengaruh terhadap penyakit ACS, karena zat yang tercemar pada udara
bisa diserap oleh darah seperti halnya pada rokok.
7. Diagnosa medis
: ACS (acute coronaria Syndrom)
B. Keluhan utama :
1) Nyeri Dada
D.
E.
20
2. Diagnosis Keperawatan
a.
Nyeri Akut
b.
c.
Intoleransi Aktivitas
3. Perencanaan
Tujuan dan
Diagnosis
1. Nyeri
Kriteria Hasil
akut Nyeri akut
berhubungan
Tj
nyeri
klien
dengan
teratasi
dalam
penurunan
waktu
2x24
suplai
jam.
oksigen
Rencana Tindakan
1. Bina
hubungan 1. Rasa
saling percaya.
percaya
membentuk
kerja
ke KH:menyatakan
Rasional
skala 2. skala
nyeri
dapat
mengetahui
miokard
nyeri berkurang,
ditandai
skala
pasien.
dengan nyeri
Wajah
dada
mobilisasi
relaks,
1-2.
relaks, 3. Ajarkan
nadi
80X100x/mnt,
TD 100-120.
pasien 3. pengajaran
tarik
nafas
atau
pengalihan mediator
pengalihan
dan
dapat
(musik, gambar)
nyeri pasien
4. Kolaborasi
mengurangi
4. Analgesik
bekerja
pemberian
pada
hipotalamus
analgesik
untuk memengaruhi
persepsi nyeri
22
2. Penurunan
Tj : curah jantung
Curah
meningkat
jantung
mendapat perawatan
1. Observasi : TTV
setelah
selama 1x 24 jam
1. TTV
dapat
mengetahui
keadaan pasien
2. Jelaskan
pada
KH : -TD adekuat
klien
tentang
(100/80-140/90)
pentingnya
istirahat
100x/menit)
rest)
2. Istirahat
dapat
mengurangi beban
jantung
(bed
kepala
tinggi
dari
ekstermitas
ekstermitas)
memperlancar aliran
darah
dapat
balik
jantung,
ke
sehingga
menghindari
bendungan
vena
tidak
4. Kolaborasi
bertambah.
pemberian
4. Pemberian
Oksigen
oksigen
akan
membantu
dalam
memenuhi
kebutuhan
dalam tubuh.
23
oksigen
3. Intoleransi
Tj : Klien dapat
aktivitas
melakukan aktivitas
yang
kembali
berhubungan
dilakukan perawatan
1. Observasi: TTV
dan skala nyeri
setelah
jam
dan
nyeri
skala
dapat
membantu
mengetahui
1. TTV
keadaan pasien
2. Anjurkan pasien
KH :
untuk
ROM
untuk
melakukan
menghindari
semifowler dan
penyakit dekubitus
ROM
3. Istirahat
3. Jelaskan
pasien
pada
tentang
mengurangi
pasien
pentingnya
istirahat
BAB III
24
dapa
nyeri
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
SKA merupakan kondisi dimana jantung mengalami iskemi akibat
penurunan aliran darah ke jantung yang terjadi secara tiba-tiba. SKA dibagi
menjadi dua bagian, yakni: 1) penyakit arteri koroner yang ditandai dengan angina
stabil dan 2) SKA yang ditandai dengan Acute ST segment Elevation Myocardial
Infarction (STEMI) atau Non STEMI atau angina tidak stabil. (Hana Ariyani,
2014)
3.2 Saran
Penanganan perawat dalam mengatasi penyakit ACS untuk sigap dan lebih
memahami mengenai penyebab proses terjadinya penyakit tersebut dan dilakukan
penanganan yang benar.
25