Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/298439495
READS
161
1 author:
Fitri Qoriawaty
Universitas Padjadjaran
3 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
NAMA
: FITRI QORIAWATY
NIM
: 260120150029
MAGISTER FARMASI
KONSENTRASI FARMASI RUMAH SAKIT
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJAJARAN
TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan
keadaan
adanya
ketidakpastian
dan
tingkat
kegiatan
yang
dilakukan
baik
perseorangan
ataupun
BAB II
MANAJEMEN RESIKO
2.
terpenting, karena dari proses inilah, semua risiko yang ada atau yang mungkin
terjadi pada suatu proyek, harus diidentifikasi.
Proses identifikasi harus dilakukan secara cermat dan komprehensif,
sehingga tidak ada risiko yang terlewatkan atau tidak teridentifikasi. Dalam
pelaksanaannya, identifikasi risiko dapat dilakukan dengan beberapa teknik, antara
lain:
a. Brainstorming
b. Questionnaire
c. Industry benchmarking
d. Scenario analysis
e. Risk assessment workshop
f. Incident investigation
g. Auditing
h. Inspection
i. Checklist
j. HAZOP (Hazard and Operability Studies)
Setelah melakukan identifikasi risiko, maka tahap berikutnya adalah
pengukuran risiko dengan cara melihat potensial terjadinya seberapa besar severity
(kerusakan) dan probabilitas terjadinya risiko tersebut. Penentuan probabilitas
terjadinya suatu event sangatlah subyektif dan lebih berdasarkan nalar dan
pengalaman. Beberapa risiko memang mudah untuk diukur, namun sangatlah sulit
untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang terjadi. Sehingga,
pada tahap ini sangtalah penting untuk menentukan dugaan yang terbaik supaya
nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam implementasi perencanaan
manajemen risiko. Kesulitan dalam pengukuran risiko adalah menentukan
kemungkinan terjadi suatu risiko karena informasi statistik tidak selalu tersedia
untuk beberapa risiko tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak severity
(kerusakan) seringkali cukup sulit untuk asset immateriil.
Low probability, low impact : efek dari risiko ini dapat dikurangi, namun
biayanya dapat saja melebihi dampak yang dihasilkan. Dalam kasus ini
mungkin lebih baik untuk menerima efek dari risiko tersebut.
Contingency plan: Untuk risiko yang mungkin terjadi maka perlu
dipersiapkan contingency plan seandainya benar-benar terjadi. Contingency
plan haruslah sesuai dan proporsional terhadap dampak risiko tersebut.
Dalam banyak kasus seringkali lebih efisien untuk mengalokasikan
sejumlah
sumber
daya
untuk
mengurangi
risiko
dibandingkan
2.
merupakan implementasi dari visi dan misi instansi tersebut. Sementara itu,
activity objective dapat dipilah menjadi 3 kategori, yaitu
(1) operations
4.
yaitu:
likelihood
(kecenderungan
atau
peluang)
dan
Organisasi harus menentukan sikap atas hasil penilaian risiko. Risk response
dari organisasi dapat berupa:
(1) avoidance, yaitu dihentikannya aktivitas atau pelayanan yang menyebabkan
risiko;
(2) reduction, yaitu mengambil langkah-langkah mengurangi likelihood atau
impact dari risiko;
(3) sharing, yaitu mengalihkan atau menanggung bersama risiko atau sebagian
dari risiko dengan pihak lain;
(4) acceptance, yaitu menerima risiko yang terjadi (biasanya risiko yang kecil),
dan tidak ada upaya khusus yang dilakukan. Dalam memilih sikap
(response), perlu dipertimbangkan faktor-faktor seperti pengaruh tiap
respon terhadap risk likelihood dan impact, respon yang optimal sehingga
bersinergi dengan pemenuhan risk appetite and tolerances, analis cost
versus benefits, dan kemungkinan peluang (opportunities) yang dapat
timbul dari setiap risk response.
6. Control activities (Aktifitas-aktifitas pengendalian)
Komponen ini berperanan dalam penyusunan kebijakan-kebijakan (policies)
dan prosedur-prosedur untuk menjamin risk response terlaksana dengan
efektif. Aktifitas pengendalian memerlukan lingkungan pengendalian yang
meliputi: (1) integritas dan nilai etika; (2) kompetensi; (3) kebijakan dan
praktik-praktik SDM; (4) budaya organisasi; (5) filosofi dan gaya
kepemimpinan manajemen; (6) struktur organisasi; dan (7) wewenang dan
tanggung jawab.
Dari pemahaman atas lingkungan pengendalian, dapat ditentukan jenis dan
aktifitas pengendalian. Terdapat beberapa jenis pengendalian, diantaranya
adalah preventive, detective, corrective, dan directive. Sementara aktifitas
pengendalian berupa: (1) pembuatan kebijakan dan prosedur; (2) pengamanan
kekayaan organisasi; (3) delegasi wewenang dan pemisahan fungsi; dan (4)
supervisi atasan. Aktifitas pengendalian hendaknya terintegrasi dengan
manajemen risiko sehingga pengalokasian sumber daya yang dimiliki
organisasi dapat menjadi optimal.
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN
Deskripsi
Nilai
jarang
Kadang-kadang
(Unlikely)
Mungkin (Possible)
Mungkin sekali (likely)
Mungkin
terjadi
pada
banyak 4
keadaan tapi
tidak menetap
Hampir pasti (almost Dapat terjadi pada tiap keadaan dan 5
certain)
Menetap
Deskriptor
Contoh deskripsi
Tidak bermakna
Rendah
Menengah
Berat
Katostropik
Dan dampak yang ditimbulkan berbobot nilai dua (2) yaitu rendah, pertolongan
pertama dapat diatasi, kerugian keuangan sedang.
Kerugian keuangan sedang, karena instalasi farmasi harus menyiapkan kembali
obat yang sudah dibawa oleh pasien yang salah (Sunarya vs Sunaria). Pertolongan
pertama dapat diatasi, karena adanya laporan dari pasien Sunaria bahwa obatnya
belum diambil, sehingga petugas farmasi dapat segera mengantisipasinya, dengan
menyiapkan kembali obat tersebut dan mengganti obat pasien Sunarya dengan
mendatangi rumah pasien tsb, diberikan penjelasan dan segera dilakukan perbaikan.
Dampak
Kemungkinan
Sangat
rendah
rendah
sedang
besar
Ekstrim
Jarang
Kadang-kadang
10
Mungkin
12
15
Mungkin sekali
12
16
20
Hampir pasti
10
15
20
25
(likehood)
Nilai :
1-3
4-6
8-12
15-25
rendah
sedang
bermakna
Tinggi
Bobot likehood = 2
Bobot dampak = 2
Bobot total penilaian adalah (2x2 = 4) berada di kolom kuning yaitu sedang.
c.
Mengevaluasi Resiko
Setelah resiko diukur tingkat kemungkinan dan dampaknya, maka disusunlah
urutan prioritas resiko. Mulai dari resiko dengan tingkat resiko tertinggi,
sampai dengan resiko terendah. Resiko yang tidak termasuk dalam resiko yang
dapat diterima/ditoleransi merupakan resiko yang menjadi prioritas untuk
segera ditangani. Setelah diketahui besarnya tingkat resiko dan prioritas resiko,
maka perlu disusun peta resiko. Dari kasus salah memberikan obat pada pasien,
peta resiko yang dapat dibuat berdasarkan prioritas resiko adalah sebagai
berikut :
Penerimaan resep (identitas pasien, umur, berat badan untuk pasien anak)
Pembacaan resep (pengkajian)
Pengentrian ke komputer untuk pengklaiman keuangan
Pembuatan etiket
Penyiapan obat (dispensing)
Penggabungan antara etiket dan obat yang telah disiapkan
Pemberian informasi kepada pasien ketika menyerahkan obat
Menjadi prioritas utama dalam penerimaan resep, terutama saat pembacaan
resep (bila salah membaca resep, salah pula obat yang diberikan). Diperlukan
juga ketelitian dalam kesesuaian antara lembar resep dengan lembar
SEP/jaminan pasien. Ini adalah langkah yang menempati urutan prioritas
resiko untuk kasus ini.
d. Menangani Resiko
Resiko yang tidak dapat diterima/ditoleransi segera dibuatkan rencana tindakan
untuk meminimalisir kemungkinan dampak terjadinya resiko dan personel
yang bertanggung jawab untuk melaksanakan rencana tindakan. Cara
menangani resiko untuk kasus ini adalah, mengurangi tingkat kemungkinan
terjadinya
resiko
dengan
cara
menambah/meningkatkan
kecukupan
yang merugikan, dampak kerugian bila resiko terjadi, pengendalian resiko yang
ada, ukuran tingkat
setelah
3.3 Pembahasan
Error secara garis besar terbagi dua, yaitu: human error dan organizational
error. Human error sendiri dapat berasal dari faktor pasien dan faktor tenaga
kesehatan. Organizational error sendiri seringkali diistilahkan sebagai system
error, atau dalam konteks pelayanan kesehatan di rumah sakit diistilahkan sebagai
hospital error.
Pendekatan yang saat ini paling banyak menjadi perhatian dalam mengelola
terjadinya resiko dan terbukti memberikan leverage yang tinggi dalam
memperbaiki mutu pelayanan kesehatan adalah melakukan intervensi pada
organisasi pelayanan karena akan mereduksi organizational error. Landasan teori
ini sangat sederhana, bahwa terjadinya unsafe act dari tenaga kesehatan adalah
kondisi kerja yang tidak baik dan mendorong hal tersebut terjadi. Kondisi kerja ini
sangat tergantung dari proses organisasi yang ada di dalamnya, dalam hal ini
manajemen pengelolaan sarana pelayanan yang ada di belakangnya.
BAB IV
KESIMPULAN
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari kasus yang telah dibahas antara lain :
1. Man (Sumber Daya Manusia) perlu dianalisis kembali berkaitan dengan beban
kerja, karena beban kerja yang berat dapat memunculkan resiko terjadinya
kesalahan.
2. Money (keuangan) berakibat sedang karena instalasi farmasi harus memberikan obat
pengganti yang telah dibawa oleh pasien yang salah. Keungan akan lebih berat bila
menyangkut resiko yang lebih berat.
3. Methode (Metoda), diperhatikan kembali berkaitan dengan standar operasional
prosedur, agar dapat ditaati oleh seluruh pegawai, dan juga perlunya refreshing
ulang untuk sosialisasi standar operasional prosedur yang ada. Diperlukan adanya
double check disetiap tahapan pekerjaan, agar dapat meminimalisir resiko terjadinya
kesalahan.
4. Machine, berhubungan dengan alat-alat yang digunakan dalam pelayanan,
diantaranya system komputerisasi (data pasien yang lengkap dan terintegrasi) dan
alat komunikasi lain (iphone, whatsapp/bbm dengan tenaga kesehatan lain) yang
dapat dimaksimalkan kembali fungsinya untuk meminimalisir terjadinya kesalahan,
minimal pada saat input resep ataupun koneksi data dengan bagian pendaftaran dan
poliklinik rawat jalan.
5. Material, berhubungan dengan sarana dan prasarana yang ada di instalasi farmasi,
dalam hal ini adalah tidak adanya sistem nomer antrian yang terintgrasi secara
otomatis yang dipegang oleh pasien dan petugas apotek, sehingga tingkat kesalahan
masih tinggi dan tidak ada data penunjang yang lengkap untuk petugas farmasi.
DAFTAR PUSTAKA
Universitas
Sriwijaya-Palembang.
http://eprints.unsri.ac.id/313/1/15.__Manajemen_Resiko.pdf
diakses
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor