Вы находитесь на странице: 1из 8

Etika Dalam Bisnis

Relevansi etika dan bisnis


Sebagaimana telah diuraikan pada bagian terdahulu, bahwa dari sudut
pandang ekonomis, bisnis adalah kegiatan yang dilakukan dengan maksud
memperoleh keuntungan. Keuntungan pada umumnya diekspresikan dalam
bentuk uang. Harus diakui kepentingan utama bisnis adalah menghasilkan
keuntungan maksimal bagi shareholders. Bisnis bukanlah karya amal.
Dipandang dari sudut ekonomis bisnis yang baik adalah bisnis yang banyak
mendatangkan keuntungan. Faktor itu membuat perusahaan mengambil jalan
pintas dengan menghalalkan segala cara agar bisa meraih keuntungan. Tidaklah
mengherankan apabila pandangan lama menyatakan bahwa bisnis itu immoral
(tidak bermoral). Dari sudut pandang ini bisnis dianggap sebagai aktivitas yang
tidak bermoral. Pandangan bahwa bisnis immoral kemudian mengalami
perubahan sehingga menjadi lebih lunak, yaitu bahwa bisnis itu amoral. artinya
moral dan bisnis merupakan dua dunia yang sangat berbeda, dan keduanya tidak
dapat dicampuradukkan.
Yang mau digambarkan dalam mitos ini adalah bahwa tugas pelaku bisnis
adalah berbisnis bukan beretika. Bisnis tidak mempunyai sangkut paut dengan
moralitas dan etika. Keduanya adalah dua bidang yang terpisah satu sama lain.
Karena itu bisnis tidak boleh dinilai dengan menggunakan norma dan nilai-nilai
etika. Menurut mitos bisnis amoral ini, karena kegiatan orang bisnis adalah
melakukan bisnis sebaik mungkin untuk mendapatkan keuntungan, maka yang
menjadi pusat perhatian bisnis adalah bagaimana memproduksi, mengedarkan,
menjual dan membeli barang untuk memperoleh keuntungan. Jadi, menurut
mitos bisnis amoral, etika tidak relevan bila dikaitkan dengan bisnis.

Etika Dalam Bisnis.

Page 1

Apakah benar bahwa keberhasilan bisnis hanya didasarkan semata-mata


pada sikap menghalalkan segala cara, tipu-mrnipu, memotong bisnis orang lain,
dan semacamnya? Tanpa mengabaikan kenyataan adanya praktek bisnis yang
tidak etis dalam kehidupan sehari-hari, perlu ditambahkan sudut pandang yang
lain, yaitu Moral. Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang banyak
mendatangkan keuntungan, tetapi juga bisnis yang baik secara moral. Tokoh
etika Amerika Serikat, Richard T. De George (Ali dan Fauzi, 1998:21)
Mengemukaan keberadaan etika dalam bisnis sebagai berikut.
1. Bisnis tidak bisa disamakan dengan permainan judi. Dalam bisnis
memang dituntut keberanian mengambil spekulasi dan resiko, namun
yang dipertaruhkan bukan hanya uang, melainkan juga dimensi
kemanusiaan, seperti martabat atau nama baik pengusaha dengan
keluarganya, nasib semua pegawai dengan keluarganya, termasuk
nasib orang-orang lain pada umumnya, dan bahkan seluruh hidup
pengusaha.
2. Bisnis adalah bagian yang sangat penting dari masyarakat dan
menyangkut kepentingan semua orang. Oleh karena itu, prakek bisnis
mensyaratkan etika disamping hokum positif sebagai standar acuan
dalam mengambil keputusan dan kegiatan bisnis. Dengan demikian,
kegiatan bisnis dapat dinilai dari sudut moral seperti halnya kegiatan
manusia lainya.
3. Dari sudut pandang bisnis itu sendiri, praktek bisnis yang berhasil
adalah

yang

memperhatikan

norma-norma

moral

masyarakat,

sehingga ia memperoleh kepercayaan dari masyarakat atas produk atu


jasa yang dijualnya.
4. Asas legalitas harus dibedakan dengan asa moralitas. Praktek
monopoli dan monopsoni yang dilakukan oleh BPPC, misalnya,
secara resmi memang ada dasar hukumnya, tetapi secara etis tidak bisa
diterima karena merugikan petani cengkeh dan pabrik rokok.

Etika Dalam Bisnis.

Page 2

5. Etika bukanlah ilmu pengetahuan empiris. Tindakan yang dilakukan


oleh lebih banyak orang tidak otomatis berarti yang lebih baik.
Sekalipun korupsi dan kolusi merajalela di mana-mana, hal itu tidak
dengan sendirinya dibenarkan secara etis.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa etika sesungguhnya sangat
relevan diterapkan dalam bisnis. Kendati bisnis adalah sebuah pertaruhan,
pertaruhan dalam bisnis menyangkut nilai-nilai yang sangat hakiki seperti
kehidupan manusia dan nasib banyak orang yang terkait. Bahkan pertaruhan itu
tidak hanya berdimensi jangka pendek melinkan juga perlu memperhitungkan
segala akibat dan resikonya untuk jangka panjang.

Pengertian etika bisnis


Etika bisnis merupakan etika terapan yang pada awalnya berkembang di
Amerika Serikat, kemudian meluas ke Negara-negara Eropa. Tidaklah
mengherankan apabila kebanyakan telaah dan buku mengenai bisnis dan
manajemen berasal dari Negara itu.
Menurut Weiss dalam Keraf (1993:66), etika bisnis adalah seni dan
disiplin dalam menerapkan prinsip-prinsip etika untuk mengkaji dan
memecahkan masalah-masalah moral yang kompleks.
Menurut Laura Nash (1990), etika bisnis sebagai studi mengenai
bagaimana norma moral personal diaplikasikan dalam aktivitas dan tujuan
perusahaan.
Etika bisnis menyangkut tiga bidang dasar pembuatan keputusan
manjerial, yaitu:
1. Pilihan-pilihan tentang bagaimana sehrusnya aturan hukum itu dan
apakah akan mengikuti aturan hukum itu;

Etika Dalam Bisnis.

Page 3

2. Pilihan-pilihan tentang masalah ekonomi dan social diluar ranah


hukum; dan
3. Pilihan-pilihan tentang prioritas kepentingan orang tertentu di atas
kepentingan perusahaan.
Sebagai filsafah terapan, etika bisnis menyoroti segi-segi moral perilaku
manusia yang mempunyai profesi di bidang bisnis dan manajemen. Oleh
karena itu etika bisnis dapat dilihat sebgai usaha untuk merumuskan dan
menerapkan prinsip-prinsip etika dibidang hubungan ekonomi antar
manusia. Sekalipun tidak ada satu definisi terbaik untuk etika bisnis,
namun terdapat consensus bahwa etika bisnis adalah studi yang
mensyaratkan penalaran dan penilaian, baik yang didasarakan atas
prinsip-prinsip maupun kepercayaan dalam mengambil keputusan guna
menyeimbangkan kepentingan ekonomi diri sendiri terhadap tuntutan
social dan kesejahteraan.

Sasaran dan ruang lingkup etika bisnis


Terdapat tiga sasaran dan ruang lingkup pokok etika bisnis (keraf,
1998:69), yaitu:
1. Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip,
kondisi dan masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik
dan etis. Dengan kata lain etika bisnis pertama-tama bertujuan
menghimbau para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya secara
baik dan etis. Termasuk didalamnya himbauan itu didasarkan juga
pada hakikat dan tujuan bisnis, yaitu untuk meraih keuntungan.
2. Untuk menyadarkan masyarakat, khususnya konsumen, buruh
atau pegawai, dan masyarakat luas, pemakai asset umum secara
lingkungan hidup, akan hak dan kepentingan mereka yang tidak
boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapapun juga. Pada tingkat ini
Etika Dalam Bisnis.

Page 4

etika bisnis berfungsi menggugah masyarakat agar menuntut para


pelaku bisnis agar berbisnis secara baik demi terjaminnya hak dan
kepentingan masyarakat tersebut. Etika bisnis mengajak masyarakat
untuk bersatu dan secara bersama melawan kecenderungan arogan
bisnis ketika bisnis tidak lagi peduli pada hak dan kepentingan piha
tertentu, atau hak dan kepentingan masyarakat luas.
3. Etika bisnis juga membahas mengenai system ekonomi yang
sangat menentukan etis tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal
ini, etika bisnis lebih bersifat makro sehingga disebut etika ekonomi.
Dalam lingkup makro, etika bisnis berbicara mengenai monopoli,
oligopoly, monopsoni, kolusi dan praktek-praktek semacamnya yang
akan sangat mempengaruhi sehat dan baiknya praktek bisnis dalam
sebuah Negara.

Tingkatan etika bisnis


Etika bisnis tidak hanya menyangkut persoalan-persoalan individual
dalam bisnis, tetapi juga menyangkut kepentingan semua pihak yang
berkepetingan (individu dan organisasi), baik yang berada di dalam maupun di
luar perusahaan. Berkaitan dengan hal ini terdapat liam tungkatan etika bisnis
yaitu;
1. Individual
Pada tingkatan ini tanggung jawab suatu tindakan etis berada pada
individu pelaku. Misalnya seseorang berbohong tentang rekening
pengeluaran, menerima suap, pelecehan seks, membocorkan rahasia
perusahaan, dan lain-lain. Untuk mengatasi masalah etis pada tingkat
ini, perlu ditelusuri motif dan standar etika pelaku.
2. Organisasional
Masalah etis pada tingkat organisasional muncul bila seseorang atau
kelompok orang ditekan untuk mengabaikan atau memaklum
Etika Dalam Bisnis.

Page 5

kesalahan orang lain demi kepentingan seluruh organisasi. Untuk


mengatasi masalah etis pada tingkat ini dapat dilakukan dengan
terlebih dahulu mengkaji prosedur kerja, kebijakan, dank ode etik
perusahaan.
3. Asosiasi
Seorang anggota asosiasi profesi, seperti, akuntan, konsultan, dokter,
pengacara, notaries, harus berpedoman pada kode etik profesinya
sebelum memberikan saran pada klien.
4. Masyarakat
Pada tingkat masyarakat, hukum, peraturan, norma, kebiasaan dan
tradisi sangat menentukan perubuatan-perbuatan yang dapat diterima
secara sah. Setiap Negara memiliki pedoman yang berbeda, sehingga
suatu ketentuan tidak berlaku untuk semua Negara.
5. Internasional
Masalah etika bisnis pada tingkat internasional lebih rumit karena
nilai-nilai budaya, politik, agama ikut berperan. Tuntutan masyarakat
internasional agar etika bisnis dilaksanakan semakin kuat terutama
menyangkut mutu agar konsumen terjamin kepuasannya. Tuntutan ini
melahirkan

dibentuknya

Internationa

Organization

for

Standardization (ISO).

Prinsip-prinsip etika bisnis


Sudah dapat dipastikan bahwa bisnis mempunyai etika. Prinsip-prinsip
etika yang berlaku dalam bisnis tidak terlepas dari nilai-nilai kehidupan
manusia. Dengan kata lain prinsip-prinsip etika bisnis sangat dipengaruhi oleh
system nilai masyarakat setempat. Sebagai etika terapan, prinsip etika yang
berlaku pada bisnis sesungguhnya adalah penerapan dari prinsip etika yang
berlaku umum.
Menurut Keraf (1998:73) prinsip-prinsip etika yang berlaku dalam
bisnis adalah:
1. Prinsip otonomi
Etika Dalam Bisnis.

Page 6

Otonomi dalam hal ini adalah sikap dan kemampuan manusia


untuk mengambil keputusan berdsarkan kesadarannya sendiri
tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
2. Prinsip kejujuran
Prinsip ini paling problematic, karena sekilas tampak aneh bila
kejujuran menjadi prinsip sebuah bisnis yang dikenal dengan tipumenipu

demi

meraup

untung.

Kejujuran

terkait

dengan

kepercayaan. Kejujuran relevan dalam bisnis terkait dengan hal-hal


berikut:
- Pemenuhan syarat-syarat kontrak atau perjanjian . kejujuran
sangat penting dalam menjaga kelangsungan hubungan bisnis
dengan para relasi.
- Penawaran barang dan jasa yang meliputi mutu dan harga yang
sebanding. Kesesuaian mutu dan harga sebagaimana yang
diiklankan akan menciptakan kepercayaan dan kepuasan
konsumen.
- Hubungan kerja internal. Perusahaan mampu bertahan apabila
hubungan kerja antar individu yang ada didalam nya dilakukan
dengan berlandaskan pada kejujuran.
3. Prinsip keadilan
Prinsip ini menuntun agar setiap orang diperlakukan secara adil
sesuai

dengan

dipertanggung

criteria
jawabkan.

yang

rasional

Keadilan

objektif

menuntut

dan
agar

dapat
setiap

orang/pihak dalam bisnis diperlakukan secara adil dan tidak boleh


dirugikan hak dan kepentingannya.
4. Prinsip saling menguntungkan
Prinsip ini menuntun agar bisnis dijalankan sedemikin rupa
sehingga menguntungkan semua pihak. Dalm bisnis yang
kompetitif, tetap harus diupayakan terjadinya win-win solution.
5. Prinsip integritas moral

Etika Dalam Bisnis.

Page 7

Prinsip ini dihayati sebgai tuntutan moral dalam diri pelaku bisnis
atau perusahaan, agar dalam menjalankan bisnisnya senantiasa
menjaga nama baik dirinya dan perusahaannya.
Dari kelima prinsip diatas, Adam Smith menyatakan bahwa prinsip
keadilan (no harm) merupakan prinsip yang paling pokok. Sampai pringkat
tertentu kedalam prinsip keadilan sudah terkandung prinsip-prinsip yang lain.

Etika Dalam Bisnis.

Page 8

Вам также может понравиться