Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Marifatullah (mengenal Allah) bukanlah mengenali dzat Allah, karena hal ini tidak mungkin
terjangkau oleh kapasitas manusia yang terbatas. Sebab bagaimana mungkin manusia yang
terbatas ini mengenali sesuatu yang tidak terbatas?. Segelas susu yang dibikin seseorang tidak
akan pernah mengetahui seperti apakah orang yang telah membuatnya menjadi segelas susu.
Menurut Ibn Al Qayyim : Marifatullah yang dimaksudkan oleh ahlul marifah (orang-orang
yang mengenali Allah) adalah ilmu yang membuat seseorang melakukan apa yang menjadi
kewajiban bagi dirinya dan konsekuensi pengenalannya. Marifatullah tidak dimaknai dengan
arti harfiah semata, namun mariaftullah dimaknai dengan pengenalan terhadap jalan yang
mengantarkan manusia dekat dengan Allah, mengenalkan rintangan dan gangguan yang ada
dalam perjalanan mendekatkan diri kepada Allah.
CIRI-CIRI DALAM MARIFATULLAH Seseorang dianggap marifatullah (mengenal Allah)
jika ia telah mengenali
1. asma (nama) Allah
2. sifat Allah dan
3. afal (perbuatan) Allah, yang terlihat dalam ciptaan dan tersebar dalam kehidupan alam ini.
Kemudian dengan bekal pengetahuan itu, ia menunjukkan :
1. sikap shidq (benar) dalam ber -muamalah (bekerja) dengan Allah,
2. ikhlas dalam niatan dan tujuan hidup yakni hanya karena Allah,
3. pembersihan diri dari akhlak-akhlak tercela dan kotoran-kotoran jiwa yang membuatnya
bertentangan dengan kehendak Allah SWT
4. sabar/menerima pemberlakuan hukum/aturan Allah atas dirinya
5. berdawah/ mengajak orang lain mengikuti kebenaran agamanya
6. membersihkan dawahnya itu dari pengaruh perasaan, logika dan subyektifitas siapapun. Ia
hanya menyerukan ajaran agama seperti yang pernah diajarkan Rasulullah SAW.
Figur teladan dalam marifatullah ini adalah Rasulullah SAW. Dialah orang yang paling
utama dalam mengenali Allah SWT. Sabda Nabi : Sayalah orang yang paling mengenal Allah
dan yang paling takut kepada-Nya. HR Al Bukahriy dan Muslim. Hadits ini Nabi ucapkan
sebagai jawaban dari pernyataan tiga orang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah dengan
keinginan dan perasaannya sendiri.
Tingkatan berikutnya, setelah Nabi adalah ulama amilun ( ulama yang mengamalkan
ilmunya). Firman Allah : Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya,
hanyalah ulama QS. 35:28
Orang yang mengenali Allah dengan benar adalah orang yang mampu mewarnai dirinya
dengan segala macam bentuk ibadah. Kita akan mendapatinya sebagai orang yang rajin shalat,
pada saat lain kita dapati ia senantiasa berdzikir, tilawah, pengajar, mujahid, pelayan masyarkat,
dermawan, dst. Tidak ada ruang dan waktu ibadah kepada Allah, kecuali dia ada di sana. Dan
tidak ada ruang dan waktu larangan Allah kecuali ia menjauhinya.
Ada sebagian ulama yang mengatakan : Duduk di sisi orang yang mengenali Allah akan
mengajak kita kepada enam hal dan berpaling dari enam hal, yaitu : dari ragu menjadi yakin, dari
riya menjadi ikhlash, dari ghaflah (lalai) menjadi ingat, dari cinta dunia menjadi cinta akhirat,
dari sombong menjadi tawadhu (randah hati), dari buruk hati menjadi nasehat
URGENSI MARIFATULLAH
a. Marifatullah adalah puncak kesadaran yang akan menentukan perjalanan hidup manusia
selanjutnya. Karena marifatullah akan menjelaskan tujuan hidup manusia yang sesungguhnya.
Ketiadaan marifatullah membuat banyak orang hidup tanpa tujuan yang jelas, bahkan menjalani
hidupnya sebagaimana makhluk hidup lain (binatang ternak). QS.47:12
b. Marifatullah adalah asas (landasan) perjalanan ruhiyyah (spiritual) manusia secara
keseluruhan. Seorang yang mengenali Allah akan merasakan kehidupan yang lapang. Ia hidup
dalam rentangan panjang antara bersyukur dan bersabar.
Sabda Nabi : Amat mengherankan urusan seorang mukmin itu, dan tidak terdapat pada siapapun
selain mukmin, jika ditimpa musibah ia bersabar, dan jika diberi karunia ia bersyukur
(HR.Muslim)
Orang yang mengenali Allah akan selalu berusaha dan bekerja untuk mendapatkan ridha Allah,
tidak untuk memuaskan nafsu dan keinginan syahwatnya.
c. Dari Marifatullah inilah manusia terdorong untuk mengenali para nabi dan rasul, untuk
mempelajari cara terbaik mendekatkan diri kepada Allah. Karena para Nabi dan Rasul-lah orangorang yang diakui sangat mengenal dan dekat dengan Allah.
d. Dari Marifatullah ini manusia akan mengenali kehidupan di luar alam materi, seperti
Malaikat, jin dan ruh.
e. Dari Marifatullah inilah manusia mengetahui perjalanan hidupnya, dan bahkan akhir dari
kehidupan ini menuju kepada kehidupan Barzahiyyah (alam kubur) dan kehidupan akherat.
SARANA MARIFATULLAH
Sarana yang mengantarkan seseorang pada marifatullah adalah :
a.Akal sehat. Akal sehat yang merenungkan ciptaan Allah. Banyak sekali ayat-ayat Al Quran
yang menjelaskan pengaruh perenungan makhluk (ciptaan) terhadap pengenalan al Khaliq
(pencipta) seperti firman Allah : Katakanlah Perhatikanlah apa yang ada di bumi. Tidaklah
bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang
yang tidak beriman. QS 10:101, atau QS 3: 190-191
Sabda Nabi : Berfikirlah tentang ciptaan Allah dan janganlah kamu berfikir tentang Allah,
karena kamu tidak akan mampu HR. Abu Nuaim
b. Para Rasul. Para Rasul yang membawa kitab-kitab yang berisi penjelasan sejelas-jelasnya
tentang marifatullah dan konsekuensi-konsekuensinya. Mereka inilah yang diakui sebagai orang
yang paling mengenali Allah. Firman Allah : Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul
Kami dengan membawa bukti-bukti nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab
dan neraca (keadilan ) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.. QS. 57:25
c. Asma dan Sifat Allah. Mengenali asma (nama) dan sifat Allah disertai dengan perenungan
makna dan pengaruhnya bagi kehidupan ini menjadi sarana untuk mengenali Allah. Cara inilah
yang telah Allah gunakan untuk memperkenalkan diri kepada makhluk-Nya. Dengan asma dan
sifat ini terbuka jendela bagi manusia untuk mengenali Allah lebih dekat lagi. Asma dan sifat
Allah akan menggerakkan dan membuka hati manusia untuk menyaksikan dengan seksama
pancaran cahaya Allah. Firman Allah :
Katakanlah : Serulah Allah atau serulah Ar Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru,
Dia
mempunyai
al
asma
al
husna
(nama-nama
yang
terbaik)
QS.
17:110
Asma al husna inilah yang Allah perintahkan pada kita untuk menggunakannya dalam berdoa.
Firman Allah :
Hanya milik Allah asma al husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma al
husna itu QS. 7:180.
Inilah sarana efektif yang Allah ajarkan kepada umat manusia untuk mengenali Allah SWT
(marifatullah). Dan marifatullah ini tidak akan realistis sebelum seseorang mampu menegakkan
tiga tingkatan tauhid, yaitu : tauhid rububiyyah, tauhid asma dan sifat. Kedua tauhid ini sering
disebut dengan tauhid al marifah wa al itsbat ( mengenal dan menetapkan) kemudian tauhid
yang ketiga yaitu tauhid uluhiyyah yang merupakan tauhid thalab (perintah) yang harus
dilakukan.
Wallahu alam (diambil dari kumpulan artikel motivasi)
Aspek
Perang Fisik
Ghazwul Fikri
Biaya
Sangat mahal
Jangkauan
Terbatas di front
Obyek
Obyek merasakan
Dampak
Mengadakan perlawanan
Menjadikan idola
Persenjataan
Senjata berat
Hal ini lebih diperparah dengan sejarah nasional dan penamaan perguruan tinggi, gedung
gedung, perlambangan, penghargaan dan pusat ilmu lainnya dengan bahasa Hindu Sanksekerta,
sehinga semakin hilanglah mutiara kegemilangan islam dihati para generasi muda.
3. Ekonomi
Ghazwul fikri (GF) yang terjadi dibidang ekonomi adalah konsekuensi dari motto ekonomi
yaitu, mencari keuntungan sebesar besarnya dengan pengorbanan sekecil kecilnya. Ketika
motto ini ditelan habis habisan tanpa dilakukan filterisasi, maka tidak lagi memperhatikan halal
atau haram, yang penting adalah bagaimana supaya untung sebesar besarnya.
Hal lain yang perlu dicermati dalam system ekonomi kapitalisme, yaitu monopoli, riba dan
pemihakan elit kepada para konglomerat. Mengenai monopoli sudah tidak perlu dibahas lagi,
cukup jika dikatakan bahwa Amerika Serikat sendiri telah diberlakukan UU anti trust
(bagaimana di Indonesia?). Tentang riba dan haramnya bunga bank rasanya bukan pada
tempatnya jika dibahas disini, cukup dikatakan bahwa munculnya dan berkembangnya bank
tanpa bunga (bagi hasil), fatwa MUI, fatwa Universita Al Azhar Mesir, kesepakatan para ulama
islam dunia membuktikan bahaya bunga bank dan haramnya dalam islam. Tentang keberpihakan
kepada para konglomerat, semoga dengan perkembangan era reformasi saat ini dapat diperbaiki.
4. Ilmu Alam dan Sosial
Pada bidang ilmu ilmu alam, ghazwul fikrii terbesar yang dilakukan adlah dengan
dilakukannya sekularisasi antara ilmu pengetahuan dengan ilmu agama. Bahaya lainnya adalah
penisbatan teori teori ilmu pengetahuan kepada para ilmuan tanpa mengembalikannya kepada
sang pemberi dan pemilik ilmu, sehingga mengakibatkan kekaguman dan pujian hanya berhenti
pada diri para ilmuwan dan tidak bermuara kepada Allah SWT.
Hal lain adalah berkembangnya berbagai teori teori sesaat yang sebenarnya belum
diterima secara ilmiah, tetapi disebarkan secara besar besaran oleh kelompok kelompok
tertentu untuk menimbulkan keraguan pada agama. Misalnya, teori tentang asal usul makhluk
hidup (the origins of species) dari Darwin (yang sebenarnya merupakan kelanjutan dari
penemuan Herbert Spencer) yang sebenarnya masih ada the missing link yang belum dapat
menghubungkan antara manusia dank era, tapi sudah diindoktrinasikan kemana mana. Atau,
teori Libido seksualnya Freud, yang menyatakan bahwa jika manusia tidak dibebaskan sebebas
bebasnya keinginan seksualnya akan mengakibatkan terjadinya gangguan kejiwaan. Teori ini
sudah dibantah secara ilmiah dan pencetusnya sendiri (Freud) yang terus menggembar
gemborkan kebebasan seksual, ternyata mati karena menderita penyakit kejiwaan (psikopath).
5. Bahasa
Ghazwul fikri (GF) dibidang bahasa adalah dengantidak diajarkannya bahasa Al Quran
di sekolah sekolah karena menganggapnya tidak perlu. Hal yang nampaknya remeh ini
sebenarnya sanagt besar akibatnya dan menjadi bencana bagi kaum muslimin Indonesia secara
umum. Dengan tidak memahami Al Quran, mayoritas kaum muslimin menjadi tidak mengerti
apa kandungan Al Quran, seperti firman Allah dalam surah Al Baqarah:78 artinya Dan
diantara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (taurat), kecuali dongengan
bohong belaka dan mereka hanya menduga duga . Akibatnya, Al Quran menjadi sekedar
bacaan tanpa arti (Al Quran hanya dinikmati iramanya seperti layaknya lagu lagu dan
nyayian belaka, yang akhirnya ditinggalkan seperti yang disebutkan dalam surah Al Furqaan:30
yang artinya Berkata Rasul : Ya tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran ini
suatu yang tidak diacuhkan dan surah Al Furqaan:31 yang artinya Dan seperti itulah,
setelah kami adakan bagi tiap tiap nabi, musuh dari orang orang yang berdosa dan
cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong. )
Dampak lain dari kebodohan terhadap bahasa Al Quran adalah terputusnya hubungan
kaum muslimin dengan perbendaharaan ilmu ilmu keislaman yang telah disusun dan
dibukukan selama hamper 1000 tahun oleh para pakar dan ilmuwan islam terdahulu yang
jumlahnya mencapai jutaan judul buku, mencakup bidang bidang akidah, tafsir, hadist, fiqih,
sirah, tarikh, ulumul quran, tazkiyyah dan sebagainya.
6. Hukum
Ghazwul fikri (GF) pada aspek hukum adalah penggunaan acuan hukum warisan kolonial
yang masih dipertahankan sebagai hukum yang berlaku, reduksi, dan penghapusan hukum Allah
SWT dan Rasul Nya. Rasa takut dan alergi terhadap segala yang berbau syariat islam
merupakan keberhasilan ghazwul fikri (GF) dibidang ini. Penggambaran potong tangan bagi
pencuri dan rajam bagi penzina selalu ditonjolkan saat pembicaraan pembicaraan tentang
kemungkinan adopsi terhadap beberapa hukum islam. Mereka melupakan bahwa hukum islam
berpihak (melindungi) korban kejahatan, sehingga hukuman keras dijatuhkan kepada pelaku
kejahatan agar perbuatannya tidak terulang dan orang lain takut untuk berbuat yang sama.
Sebaliknya, hukum barat berpihak (melindungi) pelaku kejahatan, sehingga dengan
hukuman tersebut memungkinkannya untuk mengulang lagi kejahatannya karena ringannya
hukuman tersebut. Laporan menunjukkan bahwa tingkat perkosaan yang terjadi di Kanada
selama sehari sama dengan kejahatan yang sama di Kuwait selama 12 tahun, bahkan pooling
yang dilakukan di masyarakat Amerika Serikat menunjukkan bahwa 1 dari 3 masyarakat
Amerika Serikat menyetujui dijatuhkannya hukuman mati untuk pemerkosa.
7. Pengiriman pelajar dan mahasiswa ke Luar Negeri
Ghazwul fikri (GF) dibidang ini terjadi dalam dua aspek, yaitu : Brain drain dan Brain
Washing. Brain drain adalah pelarian para intelektual dari negara negara islam ke negara
negara maju karena insentif yang lebih besar dan fasilitas hidup yang lebih mewah bagi para
pekerja disana. Hal ini menyebabkan lambatnya pembangunan di negara negara islam dan
semakin cepatnya kemajuan di negara negara barat.
Data penelitian tahun 1996 menyebutkan bahwa perbandingan SDM bergelar doctor (S3) di
Indonesia baru 60 per sejuta penduduk, di Amerika Serikat dan Eropa antara 2500 3000 orang
per sejuta, dan di Israel mencapai 16.000 per sejuta penduduk.
Sementara brain washing (cuci otak) dialami oleh para intelektual yang sebagian besar
berangkat ke negara negara barat tanpa dibekali dengan dasar dasar keislaman yang cukup.
Akibatnya, mereka pulang dengan membawa pola piker dan perilaku yang bertentangan dengan
nilai nilai islam. Bahkan secara sadar atau tidak, mereka ikut andil dalam membantu
melanggengkan kepentingan barat dinegara mereka.
8. Media massa
Berbicara mengenai ghazwul fikri (GF) yang terjadi dalam media massa, maka dapat
dipilah pada aspek aspek sebagai berikut :
Aspek kehadirannya
Terjadinya perubahan penjadwalan kegiatan sehari hari dalam keluarga muslim, missal
TV. Dulu selepas maghrib, anak anak biasanya mengaji dan belajar agama. Sekarang, selepas
maghrib anak anak menonton acara acara TV yang kebanyakan merusak dan tidak
bermanfaat. Sementara bagi para remaja dan orang tua dibandingkan dating ke pengajian dan
majlis majlis taklim, mereka lebih senang menghabiskan waktunya dengan menonton TV.
Sebenarnya TV dapat menjadi srana dakwah yang luar biasa (sesuai dengan teori
komunikasi yang menyatkan bahwa media audio visual memiliki pengaruh yang tertinggi
dalam membentuk kepribadian baik pada tingkat individu maupun masyarakat) asal dikemas dan
dirancang sesuai dengan nilai nilai islam.
Aspek isinya
Berbicara mengenai isi yang ditampilkan oleh media massa yang merupakan produk
ghazwul fikri (GF) diantaranya adalah mengenai penokohan penokohan atau orang orang
yang diidolakan. Media massa yang ada tidak berusaha ikut mendidik bangsa dan masyarakat
dengan menokohkan para ulama, ilmuwan, dan orang orang yang dapat mendorong
membangun bangsa agar mencapai kemajuan IMTAK dan IPTEK sebagaimana yang digembar
gemborkan. Tetapi sebaliknya, justru tokoh yang terus menerus diekspos dan ditampilkan adalah
para selebriti yang menjalankan gaya hidup borjuis, menghambur hamburkan uang (tabdzir),
jauh dari memiliki IPTEK apalagi nilai nilai agama. Hal ini jelas besar dampaknya pada
generasi muda dalam memilih dan menentukan gaya hidup, cita citanya dan tentunya pada
kualitas bangsa dan Negara. Rpoduk lain dari ghazwul fikri (GF) yang menonjol dalam media
TV, misalnya porsi film film islami yang dapat dikatakan tidak ada. Film yang diputar 90%
adalah film bergaya barat, sisanya adalah film nasional (yang juga bergaya barat), film film
mandarin, dan film film india.
Apakah kamu beriman pada sebagian Al Kitab(taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain?
Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian dari padamu, melainkan kenistaan dalam
kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat,
Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.
4. Pada tahap akhir, mereka menginginkan agar generasi kaum muslimin mengikuti syahwat dan
meninggalkan shalat. Sebagaimana dalam Q.S.Maryam:59 yang artinya Maka datanglah
sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia nyiakan shalat dan memperturutkan
hawa nafsu, maka mereka akan menemui kesesatan.
G. Tujuan Ghazwul Fikri (GF)
1. Menghambat kemajuan umat islam agar tetap menjadi pengekor barat. Berbagai macam
pendapat nyeleneh yang ditebarkan para orientalis lewat media cetak dan elektronik berhasil
menyita perhatian umat islam dan mengetuk sebagian besar potensinya,baik untuk melakukan
kajian, bantahan dan pelurusan.
2. Menjauhkan umat islam dari Al Quran dan As Sunnah serta ajaran ajarannya. Dengan
keraguan raguan dan penyesatan terhadap umat islam, ghazwul fikri (GF) menyeret orang
orang awam ke jurang yang memisahkan mereka dari keislaman Nya. Bahkan ada sebagian
yang keluar dari islam dan berpindah ke agama lain.
3. Memurtadkan umat islam. Inilah yang digambarkan Al Quran dalam Surah Al
Baqarah:217 yang artinya Mereka tidak henti hentinya memerangi kamu sampai mereka
(dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.
Barangsiapa yang murtad diantara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka
mereka itulah sia sia amalannya di dunia dan akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka,
mereka kekal didalamnya.
H. Dampak Positif dan Negatif Gahzwul Fikri (GF)
Dampak Positif dari Ghazwul Fikri (GF)
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempermudah memberikan pekerjaan pada
manusia yang ada di Negara ini.
Dampak Negatif dari Ghazwul Fikri (GF)
- Perusakan akhlak umat islam terutama yang masih berusia muda.
- Berusaha menggiring umat islam kepada kekafiran, khususnya umat islam yang tipis
pemahaman keislamannya.
- Menjauhkan umat islam dari agamanya dan mendekatkannya pada kekafiran.
bahasa
arab,
pendiidkan
islam
disebut
At
tarbiyah
al
Islamiyah
menyampaikan
sesuatu
samapi
pada
tingkat
sempurna
sedikit
demi
2.
menumbuhkan
sesuatu
sdikit
demi
sedikit
sampai
dengan
tahap
Rasulullah Saw bersabda. Sesungguhnya Allah meridhoi kamu tiga perkara dan membenci
kamu tiga perkara ; Dia meridhoi kamu apabila kamu beribadah kepada-Nya dan tidak
menyekutukan sesuatu kepada-Nya, dan apabila kamu berpegang teguh kepada tali Allah semua
dan kamu tidak berpecah-belah [HR Muslim : 3236]
3. Mengkotak kotakan Ajaran Islam. Banyaknya Umat islam kini yang mengkubu kubukan
antar golongan, yang sehingga dapat menyebabkan pebedaan antara golongan satu dengan yang
lain, Misalkan HTI, SALAFI, MUHAMMADIYAH, NAHDATHUL ULAMA, dll yang dimana
semua itu dalam satu visi dan misi namun hanya karena perbedaan manhaj sehingga tampak
adanya perbedaan fikroh.
4. Meninggalkan Jihad
Ukhuwah Islamiyah
Makna dan Hakikat Ukhuwah Menurut Imam Hasan Al-Banna, ukhuwah Islamiyah
(persaudaraan Islam) adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah.
Ukhuwah Islamiyah adalah satu dari tiga unsur kekuatan yang menjadi
karakteristik masyarakat Islam di zaman Rasulullah, yaitu pertama, kekuatan iman dan aqidah.
Kedua, kekuatan ukhuwah dan ikatan hati. Dan ketiga, kekuatan kepemimpinan dan senjata.
Dengan tiga kekuatan ini, Rasulullah saw membangun masyarakat ideal, memperluas Islam,
mengangkat tinggi bendera tauhid, dan mengeksiskan umat Islam atas muka dunia kurang dari
setengah abad.
Sekarang ini, kita berusaha memperbaharui kekuatan ukhuwah ini, karena ukhuwah memiliki
pengaruh kuat dan aktif dalam proses mengembalikan kejayaan umat Islam.
untuk
hamba-hamba-Nya
yang
ikhlas
dan
pilihan.
Allahlah
yang
menciptakannya. Allah berfirman: Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu. (QS: Ali
Imran: 103). Lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara
(QS: Ali Imran: 103).
Ukhuwah adalah pemberian Allah, yang tidak bisa dibeli dengan apapun. Allah berfirman:
Walaupun kamu membelanjakan semua (kakayaan) yang ada di bumi, niscaya kamu tidak dapat
mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka (QS: AlAnfal: 63)
Selain nikmat dan pemberian, ukhuwah memiliki makna empati, lebih dari sekadar simpati.
Rasulullah Saw bersabda: Perumpamaan seorang mukmin dengan mukmin lainnya dalam
kelembutan dan kasih sayang, bagaikan satu tubuh. Jika ada bagian tubuh yang merasa sakit,
maka seluruh bagian tubuh lainnya turut merasakannya. (HR. Imam Muslim).
Dengan ukhuwah, sesama mukmin akan saling menopang dan menguatkan, menjadi satu umat
yang kuat. Rasulullah Saw. Bersabda: Mukmin satu sama lainnya bagaikan bangunan yang
sebagiannya mengokohkan bagian lainnya. (HR. Imam Bukhari).
Adapun hubungannya dengan iman, ukhuwah diikat oleh iman dan taqwa. Sebaliknya, iman juga
diikat dengan ukhuwah. Allah berfirman: Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.
(QS: Al-Hujurat: 10). Artinya, mukmin itu pasti bersaudara. Dan tidak ada persaudaraan kecuali
dengan keimanan. Jika Anda melihat ada yang bersaudara bukan karena iman, maka ketahuilah
itu adalah persaudaraan dusta. Tidak memiliki akar dan tidak memiliki buah. Jika Anda melihat
iman tanpa persaudaraan, maka itu adalah iman yang tidak sempurna, belum mencapai derajat
yang diinginkan, bahkan bisa berakhir dengan permusuhan. Allah berfirman: Teman-teman
akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang
bertakwa. (QS: Al-Zukhruf: 67).
Keutamaan Ukhuwah Islamiah
Ukhuwah memiliki banyak sekali keutamaan. Pertama, dengan ukhuwah kita bisa merasakan
manisnya iman. Rasulullah Saw. bersabda: Ada tiga golongan yang dapat merasakan manisnya
iman: orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari mencintai dirinya sendiri, mencintai
seseorang karena Allah, dan ia benci kembali pada kekafiran sebagaimana ia benci jika ia
dicampakkan ke dalam api neraka. (HR. Imam Bukhari).
Kedua, dengan ukhuwah kita akan berada di bawah naungan cinta Allah dan dilindungi dibawah
Arsy-Nya. Di akhirat Allah berfirman: Di mana orang-orang yang saling mencintai karena-Ku,
maka hari ini aku akan menaungi mereka dengan naungan yang tidak ada naungan kecuali
naunganku. (HR. Imam Muslim). Rasulullah Saw. bersabda: Ada seseorang yang mengunjungi
saudaranya di sebuah desa. Di tengah perjalanan, Allah mengutus malaikat-Nya. Ketika
berjumpa, malaikat bertanya, Mau kemana? Orang tersebut menjawab, Saya mau
mengunjungi saudara di desa ini. Malaikat bertanya, Apakah kau ingin mendapatkan sesuatu
keuntungan darinya? Ia menjawab, Tidak. Aku mengunjunginya hanya karena aku
mencintainya karena Allah. Malaikat pun berkata, Sungguh utusan Allah yang diutus padamu
memberi kabar untukmu, bahwa Allah telah mencintaimu, sebagaimana kau mencintai
saudaramu karena-Nya. (HR. Imam Muslim).
Ketiga, dengan ukhuwah kita akan menjadi ahli surga di akhirat kelak. Rasulullah Saw.
bersabda: Barangsiapa yang mengunjungi orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena
Allah, maka malaikat berseru, Berbahagialah kamu, berbahagialah dengan perjalananmu, dan
kamu telah mendapatkan salah satu tempat di surga. (HR. Imam Al-Tirmizi). Rasulullah Saw.
Bersabda: Sesungguhnya di sekitar arasy Allah ada mimbar-mimbar dari cahaya. Di atasnya
ada kaum yang berpakaian cahaya. Wajah-wajah mereka bercahaya. Mereka bukanlah para nabi
dan bukan juga para syuhada. Dan para nabi dan syuhada cemburu pada mereka karena
kedudukan mereka di sisi Allah. Para sahabat bertanya, Beritahukanlah sifat mereka wahai
Rasulallah. Maka Rasul bersabda, Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena
Allah, bersaudara karena Allah, dan saling mengunjungi karena Allah. (Hadis yang ditakhrij AlHafiz Al-Iraqi, ia mengatakan, para perawinya tsiqat).
Keempat, bersaudara karena Allah adalah amal mulia yang akan mendekatkan seorang hamba
dengan Allah. Rasul pernah ditanya tentang derajat iman yang paling tinggi, beliau bersabda,
Hendaklah kamu mencinta dan membenci karena Allah Kemudian Rasul ditanya lagi,
Selain itu apa wahai Rasulullah? Rasul menjawab, Hendaklah kamu mencintai orang lain
sebagaimana kamu mencintai dirimu sendiri, dan hendaklah kamu membenci bagi orang lain
sebagaimana kamu membenci bagi dirimu sendiri. (HR. Imam Al-Munziri).
Kelima, dengan ukhuwah dosa-dosa kita akan diampuni oleh Allah. Rasulullah Saw bersabda:
Jika dua orang Muslim bertemu dan kemudian mereka saling berjabat tangan, maka dosa-dosa
mereka hilang dari kedua tangan mereka, bagai berjatuhan dari pohon. (Hadis yang ditkhrij
oleh Al-Imam Al-Iraqi, sanadnya dhaif).
Syarat dan Hak Ukhuwah
Ukhuwah memiliki beberapa syarat dan hak yang harus kita penuhi. Yang pertama, hendaknya
kita bersaudara untuk mencari keridhaan Allah, bukan kepentingan atau berbagai tujuan duniawi.
Tujuannya ridha Allah, mengokohkan internal umat Islam, berdiri tegar di hadapan konspirasi
yang berusaha menghancurkan agama Islam. Rasulullah Saw. bersabda, Sesungguhnya amal itu
tergantung niatnya (HR. Imam Bukhari).
Yang kedua, hendaknya kita saling tolong-menolong dalam keadaan suka dan duka, senang atau
tidak, mudah maupun susah. Rasul bersabda, Muslim adalah saudara muslim, ia tidak
mendhaliminya dan tidak menghinanya tidak boleh seorang muslim bermusuhan dengan
saudaranya lebih dari tiga hari, di mana yang satu berpaling dari yang lain, dan yang lain juga
berpaling darinya. Maka yang terbaik dari mereka adalah yang memulai mengucapkan salam.
(HR. Imam Muslim).
Dan yang ketiga, hendaknya kita memenuhi hak-hak umum dalam ukhuwah. Rasul bersabda:
Hak muslim atas muslim lainnya ada enam, yaitu jika berjumpa ia memberi salam, jika bersin
ia mendoakannya, jika sakit ia menjenguknya, jika meninggal ia mengikuti jenazahnya, jika
bersumpah ia melaksanakannya. (HR. Imam Muslim).
Tingkatan-tingkatan Ukhuwah
Tingkatan yang terendah dari ukhuwah adalah salamatush shadr, yaitu bersihnya hati kita dari
perasaan iri, dengki, benci, dan sifat-sifat negatif lainnya terhadap saudara kita. Jika kita tidak
bisa memberikan suatu kebaikan kepada saudara kita, paling tidak kita tidak memiliki perasaan
yang negatif kepadanya. Termasuk juga dalam tingkatan yang terendah ini adalah selamatnya
saudara kita dari kejahatan lisan dan tangan kita. Jangan sekali-kali kita melakukan kezhaliman
kepada saudara kita.
Adapaun tingkatan ukhuwah yang tertinggi adalah itsaar, yaitu lebih mementingkan dan
mengutamakan saudara kita diatas diri kita sendiri. Inilah dahulu yang pernah dicontohkan oleh
para sahabat Anshor kepada para sahabat Muhajirin di Madinah.
Tahapan-tahapan Ukhuwah
Untuk membangun ukhuwah, diperlukan beberapa tahapan. Yang pertama adalah taaruf, yaitu
saling mengenal. Pepatah bilang: Tak kenal maka tak sayang. Apalagi saling mengenal antara
kaum muslimin merupakan wujud nyata ketaatan kepada perintah Allah SWT (Q.S. Al Hujurat:
13)
Tahapan berikutnya adalah tafahum, yaitu saling memahami. Hendaknya seorang muslim
memperhatikan keadaan saudaranya agar bisa bersegera memberikan pertolongan sebelum
saudaranya meminta, karena pertolongan merupakan salah satu hak saudaranya yang harus ia
tunaikan. Abu Hurairah r.a., dari Nabi Muhammad saw., beliau bersabda, Barangsiapa
menghilangkan kesusahan seorang muslim, niscaya Allah akan menghilangkan satu
kesusahannya di hari kiamat. Barang siapa menutupi aib di hari kiamat. Allah selalu menolong
seorang hamba selama dia menolong saudaranya. (H.R. Muslim)
Setelah taaruf dan tafahum, yang berikutnya harus kita lakukan untuk mewujudkan ukhuwah
adalah taawun, yaitu saling membantu dan menolong, tentu saja dalam kebaikan dan
meninggalkan kemungkaran.
Hal-hal yang menguatkan ukhuwah islamiyah:
1. Memberitahukan kecintaan kepada yang kita cintai. Hadits yang diriwayatkan oleh Anas
bin Malik bahwa Rasulullah bersabda: Ada seseorang berada di samping Rasulullah
lalu salah seorang sahabat berlalu di depannya. Orang yang disamping Rasulullah tadi
berkata: Aku mencintai dia, ya Rasullah. Lalu Nabi menjawab: Apakah kamu telah
memberitahukan kepadanya? Orang tersebut menjawab: Belum. Kemudian Rasulullah
bersabda: Beritahukan kepadanya. Lalu orang tersebut memberitahukan kepadanya
seraya berkata: Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah. Kemudian orang yang
dicintai itu menjawab: Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karenaNya.
2. Memohon didoakan bila berpisah. Tidak seorang hamba mukmin berdoa untuk
saudaranya dari kejauhan melainkan malaikat berkata: Dan bagimu juga seperti itu
(H.R. Muslim).
3. Menunjukkan kegembiraan dan senyuman bila berjumpa. Janganlah engkau
meremehkan kebaikan (apa saja yang dating dari saudaramu), dan jika kamu berjumpa
dengan saudaramu maka berikan dia senyum kegembiraan. (H.R. Muslim)
4. Berjabat tangan bila berjumpa (kecuali non muhrim). Tidak ada dua orang mukmin
yang berjumpa lalu berjabatan tangan melainkan keduanya diampuni dosanya sebelum
berpisah. (H.R Abu Daud dari Barra)
5. Sering bersilaturahmi (mengunjungi saudara)
6. Memberikan hadiah pada waktu-waktu tertentu
7. Memperhatikan saudaranya dan membantu keperluannya