Вы находитесь на странице: 1из 5

MAKALAH

TRANDUSER GAYA, BEBAN, DAN TORSI

Disusun oleh:
Dimas Junianto
Mario Norman Syah

5301413065
5301413067

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO-FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016

TRANDUSER GAYA, BEBAN, DAN TORSI


Transducer berasal dari kata traducere dalam bahasa Latin yang berarti mengubah. William
D.C, (1993), mengatakan transduser adalah sebuah alat yang bila digerakan oleh suatu energi
di dalam sebuah sistem transmisi, akan menyalurkan energi tersebut dalam bentuk yang sama
atau dalam bentuk yang berlainan ke sistem transmisi berikutnya.
Transmisi energi ini bisa berupa listrik, mekanik, kimia, optic (radiasi) atau suhu. Salah satu
tranduser yang melibatkan transmisi energy mekanik adalah tranduser gaya, beban, dan torsi.
Prinsip kerjanya adalah mengubah gaya mekanik menjadi besaran resistansi yang sebanding.
Berikut pengertian gaya, beban, dan torsi:
1. Gaya
Di dalam ilmu fisika, gaya atau kakas adalah apapun yang dapat menyebabkan sebuah benda
bermassa mengalami percepatan [1]. Gaya didapat dari perkalian massa suatu benda dengan
percepatannya (F = ma). Satuan SI untuk gaya adalah Newton (N). Transduser gaya bekerja
berdasarkan prinsip deformasi sebuah material akibat adanya tegangan mekanis yang bekerja.
2. Torsi
Torsi umumnya disebut momen gaya atau yang juga dipengaruhi momen
inersia/kelembaman. Torsi merupakan hasil perkalian antara gaya dengan lengan atau vektor
yang dinyatakan dengan satuan "Nm" (T = Fr).
3. Beban
Sensor beban (Load cells) adalah tranduser elektromekanis yang menerjemahkan gaya atau
berat badan menjadi tegangan.
STRAIN GAUGE
Tranduser gaya, beban, dan tekanan yang sering digunakan adalah Strain Gauge. Strain gauge
adalah transduser pasif yang mengubah suatu pergeseran mekanis menjadi perubahan
tahanan. Untuk mengatur keluaran alat ini yang berupa hambatan dapat menggunakan
jembatan wheatstone. Dengan begitu keluaran tadi dapat berupa tegangan.
1. Material yang digunakan sebagai Strain Gauge
Strain gauge adalah sebuah elemen logam atau semikonduktor yang resistansinya mengalami
perubahan ketika dibawah suatu tekanan (Bentley, 2005). Sebuah strain gauge terdiri dari tiga
bagian inti, yakni: kawat, alas, dan perekat. Karena semua material resistan terhadap
deformasi, beberapa gaya harus diaplikasikan untuk menyebabkan terjadinya deformasi.
Kemudian, resistansi dapat dihubungkan terhadap gaya yang diberikan. Hubungan tersebut
secara umum dinamakan sebagai efek peizoresistivitas dan dapat dinayatakan lewat faktor
Gauge (Se) dari konduktor pada persamaan (1) sebagai berikut:

Kebanyakan material mempunyai nilai Se 2, kecuali platina yang mempunyai nilai Se 6.


Tabel 1 berikut menunjukkan beberapa contoh bahan yang digunakan sebagai bahan dari
strain gauge (Fraden, 2004).

Hubungan dari perubahan hambatan dan tegangan dalam sebuah kawat yang digunakan
dalam dalam konstruksi strain gauge dapat dinyatakan dengan persamaan (2) sebagai berikut:

Dimana K didefinisikan sebagai faktor gauge dari kertas timah atau kawat,R merupakan
perubahan resistansi karena adanya tegangan, R merupakan resistansi awal, L merupakan
perubahan panjang, L merupakan panjang awal dari kertas timah atau kawat, dan L/L
merupakan satuan tekan yang mana kawat atau kertas timah menjadi subjeknya.
Tidak semua material atau bahan menunjukkan efek dari sensitivitas tekanan, dan material
berbeda mempunyai faktor gauge yang berbeda. Material filamen yang biasa digunakan
sebagai bahan untuk strain gauge adalah konstantan (Ni 0,45; Cu 0,55), yang mempunyai
faktor gauge mendekati +2,0; Isoelastik (Ni 0,36 ; Cu 0,08 ; Fe 0,52 ; dan Mo 0,005), yang
mempunyai faktor gauge berkisar +3,5, dan modfikasi karma (Ni 0,75; dan Cr 0,20) yang
mempunyai faktor gauge +2,1. Kebanyakan strain gauge menggunakan bahan kertas timah,
yang dapat ditunjukkan pada gambar.1 sebagai berikut:

Walaupun kawat yang baik pada strain gauge digunakan untuk tujuan tertentu seperti
penggunaan pada suhu tinggi. Strain Gauge yang berbahan dari kertas timah biasanya dibuat
dengan proses penyetakan jaringan. Semenjak kertas timah digunakan sebagai strain gauge
dan sangat baik atau tipis untuk mempunyai penerimaan untuk hambatan listrik tinggi
(biasanya diantara 60 hingga 350 ), yang susah untuk ditangani. Biasanya kawat timah yang
digunakan mempunyai ukuran sekitar 0,1 mili tebalnya. Beberapa penggunaan dibuat dari
kawat filamen dalam strain gauge, tapi jenis ini jarang digunakan kecuali dalam penggunaan
khusus atau penggunaan pada suhu tinggi. Dalam fungsinya untuk mempergunakan kertas
timah, harus disediakan sebuah medium pembawa atau material backing. Biasanya
digunakan potongan kertas, plastik, atau ekpoksi. Material backing mempunyai fungsi yang
sangat penting dalam penamabahan untuk menyediakan kemudahan dari penggunaan dan
penyederhaan aplikasinya. Kawat penghubung atau terminal penyambung biasa digunakan
pada strain gauge tipe kertas timah seperti yang telah ditunjukkan pada gambar 1 diatas
(Wilson, 1976)
Jumlah dari strain gauge yang diaplikasikan pada suhu tinggi menggunakan platina golongan
logam telah dikembangkan. Platina, gologan logam yang digunakan dalam strain gauge
mempunyai komposisi dalam persen berat: platina (8,5~9,5) tungsten (Pt-(8,5~9,5)W) (1),
platinum-8 nikel-2 tungsten (Pt-8Ni-2W), platinum-8 nikel-2 kromium (Pt-8 Ni -2 Cr) (2),
dan palladium -13 Krom (Pd-13Cr) (3). Strain gauge yang tmengandung bahan bukan logam
mulia adalah: Tembaga- Nikel (Cu-Ni), Nikel=Krom (Ni-Cr), dan Besi-Krom-Alumunium
(FeCr-Al)
(Jinxing Guo, 1997).
PRINSIP KERJA STRAIN GAUGE
Prinsip dasar dari penggunaan hambatan listrik strain gauge merupakan fakta bahwa
hambatan dari perubahan kawat sebagai fungsi tegangan, meningkat dengan ekanan dan
menurun dengan adanya pemampatan. Perubahan dalam hambatannya diukur dengan
menggunakan rangkaian jembatan Wheatstone. Strain gauge terikat pada spesimen dan
kemudian pengukur (gauge) dikenanan pada tekanan yang sama sebagaimana spesimen yang
sedang dalam pengujian (U.A.Bakshi, 2008). Perubahan hambatan yang terjadi pada strain
gauge akan kecil, instrumentasi ang presisi diperlukan untuk mendeteksi perubahan tersebut
dengan akurasi yang
baik. Penggunaan jembatan Wheatstone merupakan konfigurasi yang umum digunakan untuk
pengukuran strain gauge. Biasanya pada setiap lengan dari jembatan mengandung elemen

pendeteksi tegangan yang sensitif. Jembatan akan seimbang ketika R1 R3 = R2 R4, setelah
kondisi seimbang perubahan pada tegangan outputnya dinyatakan dengan persamaan (3)
sebagai berikut:

Dari persamaan (3) diatas dapat dilihat bahwa dua elemen dari lengan yang berdekatan dari
jembatan ( R1, R2 dan R3, R4), efek suhu akan diminimalkan karena pengaruhnya pada
keluaran subtraktif. Rangkaian jembatan Wheatstone dapat mendeteksi tegangan statis
maupun dinamis dan cocok untuk ganti rugi pada suhunya. Rangkaian jembatan Wheatstone
tersebut dapat dilihat pada gambar 2. sebagai berikut (Liptak, 2003)

APLIKASI STRAIN GAUGE


Secara umum, aplikasi dari strain gauge digunakan untuk mendeteksi adanya perubahan
tekanan pada suatu materi uji. Strain gauge sering digunakan dalam penelitian teknik mesin
dan pengembangan untuk mengukur tekananan yang dilakukan oleh mesin. Pengujian
komponen pada pesawat merupakan salah satu area penggunaannya, berbagai komponen
penting dari rangka pesawat menggunakan strain gauge untuk menguji ketahanannya
terhadap tekanan (Carpenter, 2008). Aplikasi lain dari strain gauge juga dapat ditemukan
dalam bidang biomedis. Beberapa contoh aplikasinya antara lain: dapat digunakan sebagai
untuk mengukur kontraksi otot kardia secara kontinyu, dapat digunakan untuk mengukur
tekanan darah untuk mengetahui abnormalitas dari kardiovaskular, untuk mengukur laju
pernapasan, dan juga secara luas dikembangkan untuk mendeteksi tekanan yang cocok dalam
melakukan pemasangan anggota tubuh buatan (C. Raja Rao, 2000)

Вам также может понравиться