Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
HIDROLIKA PEMBORAN
4.1. Rheologi Lumpur Pemboran
4.1.1. Sifat Aliran Lumpur Pemboran
Pola aliran atau rheologi adalah ilmu yang mempelajari perubahan bentuk
dan aliran dari suatu fluida. Dimana dalam rheologi yang terpenting adalah
hubungan antara shear stress (tegangan geser) dan shear rate (laju geser). Apabila
gaya dikenakan pada suatu fluida, maka fluida tersebut akan mengalir.
4.1.1.1. Aliaran Laminer
Merupakan aliran dimana masing-masing partikel dalam fluida bergerak
maju dalam suatu garis lurus. Gerakan aliran partikel-partikel fluida bergerak
pada rate yang lambat, teratur dan geraknya sejajar dengan aliran (dinding)
Kecepatan pada dinding adalah nol dan kecepatan masing-masing pertikel-partikel
yang ada ditengah bergerak lebih cepat.gambar 4.1, menyajikan pola aliran
laminar.
Gambar 4.1.
Pola Aliran Laminer8)
4.1.1.2.Aliran Turbulen
Pola aliran Turbulen, fluida bergerak dengan kecepatan aliran yang lebih
besar dan partikel-pertikel bergerak dengan garis-garis tidak teratur, sehingga
menghasilkan aliran yang berputar. Pada operasi pemboran, aliran turbulen harus
dihindari sedapat mungkin karena turbulensi dapat menyebabkan pembesaran
lubang bor. Gambar 4.2, menyajikan pola aliran turbulen.
Gambar 4.2.
Pola Aliran Turbulen8)
4.1.1.3. Aliran Sumbat
Jenis aliran dimana puncak alirannya agak mendatar dan shear (geser)
terjadi di dekat dinding pipa saja serta ditengah-tengah terdapat aliran tanpa shear,
seperti suatu sumbat. Pada aliran ini fluida bergerak pada kecepatan-kecepatan
rendah apabila viskositas lumpurnya cukup besar,seperti yang dapat dilihat pada
gambar 4.3 :
Gambar 4.3.
Pola Aliran Sumbat (Plug Flow)8)
4.1.1.14. Konsep Reynold Number
Untuk dapat menentukan pola atau tipe aliran tersebut laminar atau
turbulen, digunakan bilangan Reynold (Re). Dalam persamaan untuk menentukan
bilangan Reynold tersebut terlihat bahwa pola aliran fluida pemboran didalam
pipa maupun didalam annulus dipengaruhi oleh kecepatan aliran, viskositas, berat
jenis fluida yang mengalir dalam pipa dan diameter pipa. Dalam literatur, bilangan
Reynold dapat ditentukan dengan persamaan (4-1) :
Re 928
dimana
vD
....(4-1)
:
Re
: Viscositas fluida, cp
: Kecepatan aliran,fps
: Densitas fluida,ppg
: Diameter pipa,inch
Dari percobaan pada fluida Newtonian diketahui bahwa Re > 3000 adalah
turbulen flow, dan untuk Re < 2000 adalah laminer flow, sedangkan diantaranya
adalah transitional flow (plug flow). Adanya aliran dipercepat oleh kondisi sumur
yang tidak merata dan gerakan pipa yang tidak beraturan.
4.1.2. Klasifikasi Lumpur Pemboran
4.1.2.1. Fluida Newtonian.
Fluida Newtonian merupakan fluida dimana viskositasnya hanya
dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur, misalnya : air, gas, dan minyak encer.
Dalam hal ini viskositas dapat dinyatakan dalam perbandingan antar tegangan
geser (shear stress) dan laju geser (shear rate), dimana perbandingan ini adalah
tetap. Secara matematis dapat dinyatakan dalam persamaan (4-2):
gc ( dVr / dr )
... (4.2)
keterangan :
= viskositas, cp
setelah yield point terlampaui maka setiap penambahan shear rate sebanding
dengan plastic viscosity (p) dari pada model ini.
Secara matematis dapat dinyatakan dalam persamaan (4-3) :
( - y)
p
( dVr / dr )
gc
... (4.3)
keterangan :
y
dengan menghitung perbandingan antara shear stress () dengan shear rate ().
Agar harga viskositas nantinya diperoleh dalam satuan centipoises (cp), harga
shear stress dan shear rate dibuat persamaan sebagai berikut :
= 1,067 x C
. (4.4)
= 1,704 x RPM
. (4.5)
Keterangan :
RPM
p=
600 300
600 300
. ..(4.6)
. ..(4.7)
Gambar 4.4
Kurva Aliran Fluida Newtonian dan Non Newtonian10)
. ..(4.8)
Keterangan :
p
= Plastic viscosity, cp
C600
C300
Untuk harga :
0<n<1 : disebut fluida pseudoplastic
n>1
= y + k(-dVr/dr)n
. (4.10)
Gambar 4.5
kurva fluida modified power law10)
4.2. Kehilangan Tekanan pada Sistem Sirkulasi
Kriteria yang penting dalam perencanaan aliran fluida adalah model aliran
yang dapat membersihkan lubang dari cutting hasil pemboran, yang harus
terangkat keatas dimana aliran yang diharapkan adalah aliran turbulensi pada zona
horisontal dan aliran laminer pada zona vertikal. Sifat aliran yang sesuai untuk
kondisi ini adalah jenis fluida Non Newtonian dan sifat alirannya pseudo plastis.
Yang diharapkan pada bagian lubang horisontal dan pertambahan sudut
perbandingan shear stress dan shear rate telah mencapai suatu titik kondisi linear
dan pada bagian vertical perbandingan shear stress dan shear rate adalah konstan
(linier).
Standpipe
Drilling Hose
Swivel Washpipe
And gooseneck Kelly
Drillpipe
OD, in
Weigth,
lb/ft
3
4
5
13.3
16.6
19.5
Typical Combinations
No. 1
No. 2
No. 3
No. 4
ID,
L,
ID,
L,
ID,
L,
ID,
L,
in
ft
in
ft
in
ft
in
ft
3
40
3 10
4
45
4
45
2
45
2 55
3
55
3
55
2
4
2 5
2 4
3
6
2 40
3 40
3 40
4
40
Equivalent length of surface Connections in feet of
drillpipe
437
161
761
479
816
340
579
Pressure loss pada drill pipe adalah 0,1 psi/ft dan kombinasi no.4 dengan drill
pipe 5 OD 19,5 lb/ft yang digunakan, maka Pressure loss dipermukaan adalah
579 x 0,1 = 57.9 psi
4.2.2. Kehilangan Tekanan Pada Drill String (DP dan DC)
Kehilangan tekanan pada aliran fluida didalam drill string dibagi menjadi
dua, yaitu kehilangan tekanan pada aliran laminar dan kehilngan tekanan pada
aliran turbulen.
Besarnya kehilangan tekanan pada aliran laminar untuk fluida Newtonian
adalah sebagai berikut :
P
L V
1500 d 2
. (4.11)
Keterangan :
P
= viskositas absolut, cp
= panjang pipa, ft
persamaan :
V
Q
2.448di 2
. (4.13)
Vc
. (4.14)
Keterangan :
V
Vc
= viskositas plastic, cp
di
. (4.15)
L V
1500 de 2
. (4.16)
fLV 2
25,8 de
. (4.17)
Keterangan :
P
= viskositas absolut, cp
= panjang pipa, ft
de
= diameter ekuivalen, ft
persamaan :
V
Q
2.448de 2
. (4.18)
(4.19)
Keterangan :
V
Vc
de
Discharge) yang berkisar antara 0,95 sampai 0,98 untuk jet bit. Sedangkan untuk
yang bukan jet bit, Cd berharga 0,85. persamaan yang digunakan untuk
menghitung kecepatan fluida adalah sebagai berikut :
2 g ( P1 P2 )
v Cd
0.5
. (4.20)
Q2
2 g Cd 2 A 2
Q2
12032 Cd 2 A 2
. (4.21)
atau
. (4.22)
Keterangan :
P
= konstanta grafitasi.
Cd
= Coefisien Discharge.
Suatu bit umumnya mempunyai dua atau tiga cone (kerucut), demikian
pula nozzle-nozzlenya. Dalam hal ini A (luas) harus merupakan jumlah masingmasing nozzle. Kemudian untuk mempermudah perhitungan, maka table IV-2
dibawah ini akan menunjukkan jenis nozzle jika diketahui diameternya. Jadi jika
kita menggunakan 3 cone bit jet bit dengan nozzle-nozzle, satu in dan dua 9/32
in maka luas nozzle adalah :
A
= 0,0491 + (0,0621) x 2
= 0,173
Gambar 4.6
Pengangkatan Partikel Cutting Pada Annulus10)
Secara matematik konsep velocity dapat ditulis sebagai berikut :
Vp = Vf Vs ...(4-23)
Dimana :
Vp = kecepatan partikel cutting,rpm
Vf = kecepatan fluida, rpm
Dp( p f )
Vs=113,4
1,5 f
(4.24)
Vs=86,5
..(4.25)
Atau,
Vs = 175
0 , 333
0 , 333
...
(4.26)
Dimana :
Vs = slip velocity , fpm
f = densitas Lumpur , ppg
p = densitas cutting , ppg
Dp = diameter cutting, in
1,5 = koefisien drag aliaran turbulent.
= viskositas nyata ditentukan dengan persamaan(4-27),cp
2,4Vm( 2 N 1) N 200 K ( D d o )
( D d o )(3 N )Vm
(4.27)
Dimana :
2 p
p
.
511N
(4.29)
p = plastic viscosity,cp
Vm = kecepatan akiran lumpur di afpm
D
= diameter lubang,in
24,51Q
2 ..
D 2 do
(4.30)
Dengan mengetahui besarnya slip velocity , maka dapat diusahakan
cutting terangajkat dengan baik pada rate pompa tertentu.
Bila kita menggunakan pompa piston, maka rate pompa minimum pada
kondisi yang biasa ditemui dalam operasi pemboran (aliran di annulus laminar)
dapat dihitung dengan persamaan :
ROP
0 ,5
Qm= 86,5 Dp p / f 1
A
2
1 dp / dh Ca
(4.31)
Sedangakan rate maksimum dengan persamaan :
Q = 0,00679 S N (2D2-d2) e .(4.32)
Dimana :
Qm = rate minimum, gpm
ROP = kecepatan penembusan,ft/hr.
Ca
dp
= efisiensivolumetric.
terjadinya
sliding
(penggelundungan)
cutting.
Pada
pembersihan
dengan
Pola aliran.
Pada pemboran Horisontal menggunakan pola aliran turbulen dimana
kecepatan aktual aliran lumpur bor di annulus melebihi kecepatan
kritisnya. Aliran turbulen sifatnya adalah acak, memiliki efek pusaran dan
bersifat mengaduk. Dengan aliran turbulen ini pengangkatan cutting pada
daerah lengkungan dan horisontal dapat berjalan dengan baik. Disamping
itu adanya efek pusaran menyebabkan cutting yang jatuh ke sisi rendah
dinding lubang bor dapat ikut terangkat sehingga timbunan cutting yang
terjadi dapat diminimalisir.
loss (Pb), yaitu tekanan yang dihabiskan untuk menumbuk batuan formasi oleh
pancaran fluida di bit.
Vpt
Vf
..(4-34)
Ft
dimana
Vf Vs
Vf
.(4-35)
Vp
Vf
Vs
Ft
transport
merupakan
parameter
yang
paling
baik
untuk
dengan
meningkatkan
kecepatan
lumpur
di
annulus
sehingga
Ca
dimana
( ROP ) D 2
x100% ..(4-36)
14.7 FtQ
:
Ca
: Konsentrasi cutting,%
ROP
: Penetration rate,fph
: Diameter bit,in
Ft
: Transport ratio,%
dimana
:
Vsa
Vsr
Vs
Dengan adanya Vsr maka cutting akan mengendap dalam waktu Ts yang
dapat ditentukan dengan persamaan :
Ts
1 / 12( Dh Dp )
..(4-39)
Vsr
dimana
:
T
Dh
DP
: Dimeter pipa,in
40)
dimana
:
Lc
Vs
Vsa
Ts
Ts '
Lc '
..(4-41)
(Vs Vsa )
dimana
:
Lc
Ts
Dengan kata lain apabila LC lebih pendek dari kedalaman lintasan sumur
pada inklinasi tersebut maka cutting telah mengendap sebelum sampai
kepermukaan.
PBI
dimana
:
PBI
Dh
DP
Vs
Vsa
Lc
Vsr
Sedangkan harga PBI dapat ditentukan, maka dipakai acuan sebagai berikut :
PBI>1, tidak terjadi pengendapan cutting
PBI=1, cutting dalam kondisi hampir mengendap
PBI>1, cutting mengalami pengendapan
Cutting atau serbuk bor yang mengendap inilah yang menyebabkan
terjadinya torsi yang tinggi. Untuk mengurangi endapan cutting atau serbuk bor,
salah satunya adalah dengan cara mengubah pola aliran fluida pemboran menjadi
turbulen dengan maksud untuk mengacaukan arah dari Vsr.
Selama pola aliran sumur masih laminer, endapan pada dinding bagian
bawa akan terus bertambah tebal. Endapan ini akan menyebabkan luas annulus
menyempit sehingga kecepatan lumpur akan semakin tinggi hingga suatu saat
kecepatan tersebut akan melampaui kecepatan kritisnya dan menghasilkan pola
aliran turbulen.
Pada kondisi tersebut arah Vsr akan dikacaukan dan gaya gesek lumpur
terhadap permukaan endapan cukup kuat untuk melontarkan serbuk bor yang