Вы находитесь на странице: 1из 19

PANCASILA DALAM KONTEKS

KETATANEGARAAN RI

DISUSUN OLEH:

INTAN AGUSTINA
ISTHIQOMAH N. H
IZAK FATHARI
KRISWANDA RAMLAN
LILIANNA
TIYA RAHMAWATI
TRISWATI

(18612344)
(13612847)
(13612884)
(14612132)
(14612205)
(17612418)
(17612484)

KELAS

: 1SA05

FAKULTAS

: SASTRA

JURUSAN

: SASTRA INGGRIS

KELOMPOK

:3

UNIVERSITAS GUNADARMA
2013
1

KATA PENGANTAR
Bismillahhirahmanirohim
Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya, akhirnya dengan segala kemampuan dan ilmu pengetahuan yang
terbatas, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Pancasila Dalam Konteks
Ketatanegaraan RI. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna baik dari segi isi maupun penyajian,
oleh sebab itu kritik dan saran yang berguna dalam menyempurnakan tugas makalah ini sangat
diharapkan dan akan kami terima dengan senang hati. Dan kami tidak akan dapat menyelesaikan
tugas makalah ini tanpa bantuan dan bimbingan dari segala pihak, oleh karena itu dalam
kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam dalamnya kepada:
1. Bapak Rahmat selaku dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila
2. Keluarga selaku pemberi motivasi dan dukungan dalam bentuk apapun sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan tugas ini.
3. Sahabat sahabat tercinta yang juga selalu memberi inspirasi dalam menyelesaikan tugas
ini.
Akhir kata semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah berjasa dalam
membantu kami selama menulis tugas makalah ini.

DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................................. 01

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 02

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 03

BAB I: PENDAHULUAN ................................................................................................... 04

I.I LATAR BELAKANG MASALAH ............................................................................... 04

I.II RUMUSAN MASALAH ............................................................................................... 04

BAB II: LANDASAN TEORI ............................................................................................ 05

BAB III: PEMBAHASAN.............................................................................................. 06-17

BAB IV: PENUTUP ............................................................................................................ 18

IV.I KESIMPULAN ............................................................................................................ 18

IV.II SARAN ........................................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 19

BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar belakang masalah
Pancasila merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan Negara, seluruh
pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara terutama dalam peraturan perundang-undangan
termasuk proses reformasi dalam segala bidang dijabarkan dari nilai-nilai pancasila. Maka
pancasila merupakan Sumber dari segala sumber hukum dan pancasila. Staatfundamentalnorm
merupakan prinsip atau pandangan filsafati yang melandasi perumusan batang tubuh konstitusi,
dan dijadikan pegangan dalam hidup bernegara. Pancasila, UUD 1945 dan Proklamasi 17
Agustus 1945 mempunyai hubungan dalam dua aspek, yaitu aspek kesejarahan dan aspek
kemakmuran. Sistem ketatanegaraan dipelajari di dalam ilmu politik, menurut Miriam Budiardjo
politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu negara yang menyangkut proses
menentukan tujuan-tujuan dari negara itu dan melaksanakan tujuan-tujuan tersebut. Indonesia
memasuki era reformasi serta bermaksud membangun kembali tatanan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Langkah awal yang dilakukan yaitu melakukan amandemen atau perubahan terhadap
UUD 1945, karena UUD 1945 merupakan hukum dasar yang menjadi acuan dalam kehidupan
bernegara di segala bidang.
I.II Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan kedudukan pancasila sebagai dasar Negara dan sebagai
sumber dari segala sumber hukum?
b. Bagaimanakah

isi

penjelasan

mengenai

pembukaan

UUD

1945

sebagai

staatfundamentalnorm?
c. Apa hubungan pembukaan UUD 1945 dengan pancasila dan pasal-pasal UUD 1945?
d. Bagaimana isi UUD 1945 sebelum dan sesudah amandemen 2002 mengenai Sistem
Tata Negara Indonesia?
e. Bagaimana reformasi hukum tata Negara Indonesia?

BAB II
LANDASAN TEORI
Pancasila sebagai dasar filsafat negara, pandangan hidup bangsa, serta ideologi bangsa
dan negara bukanlah hanya untuk sebuah rangkaian kata kata yang indah namun semua itu
harus diwujudkan dan di aktualisasikan dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Karena bila kandungan nilai-nilai Pancasila diubah, maka seluruh
peraturan hukum yang ada di Negara RI sejak tahun 1945 sampai sekarang secara otomatis tidak
dapat berlaku kembali. Oleh sebab itu kandungan nilai-nilai yang terdapat di dalam Pancasila
tidak dapat diubah dan tidak boleh diubah. Pancasila menurut Suhadi (1998) adalah sebagai
dasar negara Republik Indonesia yang mempunyai implikasi bahwa Pancasila terikat oleh suatu
kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan secara formal, dan meliputi suasana
kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai dasar negara.
Negara kesatuan RI diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan Pancasila
sebagai dasar Negaranya dan UUD 1945 sebagai hukum dasar Negaranya, merupakan puncak
perjuangan yang diperoleh dari kemerdekaan Bangsa Indonesia. Corak pergerakan perjuangan
kemerdekaan tersebut dapat dibagi atas tiga corak, yaitu ada yang bercorak kebangsaan, ada
yang bercorak religius dan ada yang bercorak sosiolistik. Negara adalah suatu organisasi yang
meliputi wilayah, sejumlah rakyat, dan mempunyai kekuasaan berdaulat. Setiap negara memiliki
sistem politik (political system) yaitu pola mekanisme atau pelaksanaan kekuasaan. Sedang
kekuasaan adalah hak dan kewenangan serta tanggung jawab untuk mengelola tugas tertentu.
Pengelolaan suatu negara inilah yang disebut dengan sistem ketatanegaraan.
Di Indonesia pengaturan sistem ketatanegaraan diatur dalam Undang-Undang Dasar
1945, Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Daerah. Sedangkan kewenangan kekuasaan
berada di tingkat nasional sampai kelompok masyarakat terendah yang meliputi MPR, DPR,
Presiden dan Wakil Presiden, Menteri, MA, MK, BPK, DPA, Gubernur, Bupati/ Walikota,
sampai tingkat RT.

BAB III
PEMBAHASAN
Kedudukan Pancasila Sebagai Dasar Negara dan Sumber Dari Segala Sumber Hukum

Pancasila dalam kedudukannya sering disebut sebagai dasar Filsafat suatu Negara, dalam
pengertian ini pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur
pemerintahan Negara. Pancasila sebagai dasar filsafat Negara yaitu pandangan hidup serta
ideologi bangsa dan negara bukanlah untuk sebuah rangkaian kata- kata indah, namun semua itu
harus kita wujudkan dan di aktualisasikan dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat,
berbangsa serta bernegara. Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian
yang meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum sehingga merupakan suatu sumber nilai,
norma serta kaidah, baik moral maupun hukum Negara, dan menguasai hukum dasar baik yang
tertulis (Undang-Undang Dasar) maupun yang tidak tertulis atau Dalam kedudukannya
sebagai dasar Negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum.
Pancasila sebagai dasar negara menunjukkan bahwa Pancasila itu sebagai sumber dari
segala sumber hukum atau sumber dari seluruh tertib hukum yang ada di Negara RI. Berarti
semua sumber hukum atau peraturan-peraturan, mulai dari UUD 1945, Tap MPR, UndangUndang, Perpu (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang), PP (Peraturan Pemerintah),
Kepres (Keputusan Presiden), dan seluruh peraturan pelaksanaan yang lainnya, harus berpijak
pada Pancasila sebagai landasan hukumnya. Semua hukum harus sesuai dengan Pancasila dan
tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu
Pembukaan UUD 1945, kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran, yang
meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945, serta hukum lainnya.
Dalam kedudukan dan fungsi pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia, maka
kedudukan pancasila dalam pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber dari segala sumber
hukum Indonesia. Dengan demikian seluruh peraturan perudang- undangan di Indonesia harus
bersumber pada pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya terkandung asas kerohanian negara
atau dasar filsafat negara RI.

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, memberikan pedoman-pedoman tertentu untuk


mengisi kemerdekaan nasional kita untuk mengetahui tujuan dalam memperkembangkan
kebangsaan kita, untuk setia kepada suara-batin yang hidup dalam kalbu rakyat kita. Proklamasi
tanpa Declaration berarti bahwa kemerdekaan kita tidak mempunyai falsafah, tanpa
mempunyai dasar penghidupan nasional, tidak mempunyai pedoman, tidak mempunyai arah,
tidak mempunyai tujuan selain daripada mengusir kekuasaan asing dari bumi Ibu Pertiwi.
Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan bukan sekedar untuk merdeka, akan tetapi
kemerdekaan

Indonesia diproklamasikan untuk menciptakan keadaan

yang memberi

kemungkinan bagi bangsa Indonesia dalam mencapai cita-cita hidupnya berdasarkan prinsipprinsip yang hidup di dalam kalbu. Oleh karena itu, Bung Karno menyebut kemerdekaan sebagai
jembatan emas untuk mencapai cita-cita nasional Indonesia.
Dari kutipan di atas jelas dapat kita ketahui bahwa di dalam Deklarasi Kemerdekaan yang
tertuang sebagai Pembukaan UUD 1945 kita akan dapat menemukan falsafah, pedoman, dasardasar kebangsaan dan kenegaraan, serta kepribadian bangsa Indonesia. Dalam Deklarasi
Kemerdekaan itulah kita akan dapat menemukan raison detre (alasan keberadaan/ eksistensi)
bangsa Indonesia. Dengan demikian seluruh arah dan tujuan, serta tatanan kehidupan berbangsa
dan bernegara harus merupakan turunan (derivasi) serta penjabaran dari Pembukaan UUD 1945.
Serta diharapkan setidaknya kita dapat melakukan pemahaman atas pokok-pokok pikiran yang
terkandung di dalamnya.

Alinea pertama merupakan asas dalam mendirikan negara, yang terdiri dari dua hal:
Pertama

: kemerdekaan adalah hak segala bangsa;

Kedua

: penjajahan harus dihapuskan dari muka bumi, karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dengan demikian jelas bahwa negara yang didirikan oleh bangsa Indonesia adalah
sebuah negara bangsa (nation state) berdiri di atas hak yang dimilikinya, yaitu hak untuk
merdeka. Hal ini dipertegas dalam alinea ke empat yang menyebutkan Kemerdekaan
Kebangsaan Indonesia. Atas dasar asas tersebut, nasionalisme yang dibangun Indonesia adalah
nasionalisme yang berperikemusiaan dan berperikeadilan. Nasionalisme yang dibangun adalah
nasionalisme yang menjunjung tinggi hak kemerdekaan semua bangsa, untuk menjalin hubungan
saling menghormati dengan kewajiban untuk melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
7

Hubungan Antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila


Pada hakekatnya inti dari pembukaan UUD 1945 adalah terdapat dalam alinea keempat.
Sebab dalam alinea keempat tersebut mencakup segala aspek penyelenggaraan pemerintahan
Negara yang berdasarkan Pancasila. Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 adalah bersifat
timbal balik sebagai berikut:
Hubungan Formal
Pancasila merupakan norma dasar hukum yang positif. Dengan demikian tata kehidupan
bernegara tidak hanya bertopang pada asas-asas sosial, politik dan ekonomi saja, akan tetapi juga
perpaduan asas-asas kultural, religius dan kenegaraan yang unsurnya terdapat dalam Pancasila.
Rumusan Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia adalah seperti yang tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yang berdasarkan pengertian ilmiah merupakan
Pokok Kaidah Negara yang fundamental. Pemmbukaan UUD 1945 berfungsi dan berkedudukan
sebagai

Mukadimah

dari

UUD

1945

dalam

kesatuan

yang

tidak

dapat

dipisahkan, juga sebagai suatu yang bereksistensi sendiri yang hakekat hukumnya berbeda
dengan pasal-pasalnya. Sehingga posisi Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945 sangat
kuat dan permanen. Perumusan yang menyimpang dari pembukaan tersebut adalah tidak sah, hal
ini telah diatur dalam ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1996, (Tap No. V/MPRS/1973).
Hubungan Secara Material
Bila ditinjau dari proses perumusan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, secara
kronologis materi pertama yang dibahas oleh BPUPKI adalah dasar filsafat Pancasila baru
kemudian Pembukaan UUD 1945. Setelah itu tersusunlah Piagam Jakarta yang disusun oleh
panitia sembilan sebagai wujud bentuk pertama Pembukaan UUD 1945. Berdasarkan urutan tata
tertib hukum Indonesia, Pembukaan UUD 1945 adalah tata tertib hukum yang tertinggi, yang
bersumber dari Pancasila. Deengan kata lain Pancasila merupakan sumber tata tertib hukum
Indonesia. Secara material tata tertib hukum Indonesia adalah dijabarkan dari nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila.

Hubungan Antara Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 mempunyai fungsi atau hubungan langsung dengan Batang
Tubuh UUD 1945, karena Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang
dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal di Batang Tubuh UUD 1945 tersebut. Pembukaan
UUD 1945yang merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, bahkan hal ini menjadi
rangkaian kesatuan nilai dan norma yang terpadu. Batang Tubuh UUD 1945 terdiri dari
rangkaian pasal-pasal merupakan perwujudan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945, yang tidak lain adalah pokok pikiran : Persatuan Indonesia, Keadilan
sosial, Kedaulatan Rakyat berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan, dan
Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab. Pokok-pokok
pikiran tersebut tidak lain adalah pancaran dari Pancasila yang telah mampu memberikan
semangat dan terpancang dengan khidmat dalam perangkat UUD 1945. Semangat (Pembukaan)
pada hakikatnya merupakan suatu rangkaian kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Kesatuan serta
semangat yang demikian itulah yang harus diketahui, dipahami, dan dihayati oleh setiap warga
Negara Indonesia.

Ketatanegaraan sebelum dan sesudah amandemen UUD 1945


Di Indonesia pengaturan sistem ketatanegaraan diatur dalam Undang-Undang Dasar
1945, Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Daerah. Sedangkan kewenangan kekuasaan
berada di tingkat nasional sampai kelompok masyarakat terendah yang meliputi MPR, DPR,
Presiden dan Wakil Presiden, Menteri, MA, MK, BPK, DPA, Gubernur, Bupati/ Walikota,
sampai tingkat RT. Lembaga-lembaga yang berkuasa ini berfungsi sebagai perwakilan dari suara
dan tangan rakyat, sebab Indonesia menganut sistem demokrasi. Dalam sistem demokrasi,
pemilik kekuasaan tertinggi dalam negara adalah rakyat. Kekuasaan bahkan di idealkan
penyelenggaraannya bersama-sama dengan rakyat.
Pada kurun waktu tahun 1999-2002, Undang-Undang Dasar 1945 telah mengalami empat
kali perubahan (amandemen). Perubahan (amandemen) Undang-Undang Dasar 1945 ini, telah
membawa perubahan terhadap sistem ketatanegaraan Indonesia. Dengan berubahnya sistem
ketatanegaraan Indonesia, maka berubah pula susunan lembaga-lembaga negara yang ada.
9

Sebelum Amandemen UUD 1945


Sebelum diamandemen, UUD 1945 mengatur kedudukan lembaga tertinggi dan lembaga
tinggi negara, serta hubungan antar lembaga-lembaga tersebut. Undang-Undang Dasar
merupakan hukum tertinggi, kemudian kedaulatan rakyat diberikan seluruhnya kepada MPR
(Lembaga Tertinggi). MPR mendistribusikan kekuasaannya (distribution of power) kepada lima
lembaga tinggi yang sejajar kedudukannya, yaitu Mahkamah Agung (MA), Presiden, Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK).

Adapun kedudukan dan hubungan antar lembaga tertinggi dan lembaga-lembaga tinggi
negara menurut UUD 1945 sebelum diamandemen, dapat diuraikan sebagai berikut:

Pembukaan UUD 1945

Pembukaan UUD 1945 tidak dapat dirubah karena di dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat
tujuan negara dan pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia. Jika Pembukaan UUD 1945
ini dirubah, maka secara otomatis tujuan dan dasar negara pun akan berubah

10

Majelis Permusyawaratan Rakyat

Sebelum perubahan UUD 1945, kedudukan MPR berdasarkan UUD 1945 merupakan lembaga
tertinggi negara dan sebagai pemegang dan pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat. MPR diberi
kekuasaan tak terbatas (Super Power). karena kekuasaan ada di tangan rakyat dan dilakukan
sepenuhnya oleh MPR dan MPR adalah penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia yang
berwenang menetapkan UUD, GBHN, mengangkat presiden dan wakil presiden.

Mahkamah Agung
Mahkamah Agung (MA) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan

Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah


Konstitusi (MK) dan bebas dari pengaruh cabang cabang kekuasaan lainnya. Mahkamah
Agung dan badan peradilan yang ada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, peradilan
agama, peradilan militer dan peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.

Badan Pemeriksa Keuangan

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara. Menurut UUD 1945, BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri. Anggota BPK
dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD, dan diresmikan oleh Presiden.
Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa tanggung jawab
tentang Keuangan Negara diadakan suatu BPK yang peraturannya ditetapkan dengan UndangUndang dan hasil pemeriksaan itu disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Dewan Perwakilan Rakyat

Tugas dan wewenang DPR sebelum amandemen UUD 1945 adalah:

Memberikan persetujuan atas RUU pasal 20 ayat (1)

Mengajukan rancangan Undang-Undang pasal 21 ayat (1)

Memberikan persetujuan atas PERPU pasal 22 ayat (2)

Memberikan persetujuan atas APBN pasal 23 ayat (1)

11

Presiden

Presiden memegang posisi sentral dan dominan sebagai mandataris MPR, meskipun
kedudukannya tidak neben akan tetapi untergeordnet.

Presiden menjalankan kekuasaan pemerintahan negara tertinggi (consentration of power


and responsiblity upon the president).

Presiden selain memegang kekuasaan eksekutif (executive power), juga memegang


kekuasaan legislatif (legislative power) dan kekuasaan yudikatif (judicative power).

Presiden mempunyai hak prerogatif yang sangat besar.

Tidak ada aturan mengenai batasan periode seseorang dapat menjabat sebagai presiden
serta mekanisme pemberhentian presiden dalam masa jabatannya.

Sesudah Amandemen UUD 1945


Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen)
terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa
Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat),
kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu luwes (sehingga
dapat menimbulkan multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat
penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti
tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan
negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan
bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan
UUD 1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structure) kesatuan atau
selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta
mempertegas sistem pemerintahan presidensiil.
Sistem ketatanegaraan Indonesia sesudah Amandemen UUD 1945, dapat dijelaskan
sebagai berikut: Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi dimana kedaulatan berada
di tangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya menurut UUD. UUD memberikan pembagian
kekuasaan (separation of power) kepada enam lembaga negara dengan kedudukan yang sama
dan sejajar, yaitu Presiden, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat

12

(DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah
Agung (MA), dan Mahkamah Konstitusi (MK).

a. MPR

Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga tinggi negara lainnya
seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK.

Menghilangkan supremasi kewenangannya.

Menghilangkan kewenangannya menetapkan GBHN.

Tetap berwenang menetapkan dan mengubah UUD.

Susunan keanggotaanya berubah, yaitu terdiri dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Menghilangkan kewenangannya mengangkat Presiden.

dan angota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih secara langsung melalui pemilu.

b. DPR
Posisi dan kewenangannya diperkuat.
Mempunyai kekuasan membentuk UU (sebelumnya ada di tangan presiden, sedangkan DPR
hanya memberikan persetujuan saja) sementara pemerintah berhak mengajukan RUU.
Proses dan mekanisme membentuk UU antara DPR dan Pemerintah.
Mempertegas fungsi DPR, yaitu: fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan
sebagai mekanisme kontrol antar lembaga negara.

13

c.

DPD
o Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan kepentingan daerah
dalam badan perwakilan tingkat nasional setelah ditiadakannya utusan daerah dan utusan
golongan yang diangkat sebagai anggota MPR.
o Keberadaanya dimaksudkan untuk memperkuat kesatuan Negara Republik Indonesia.
o Dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerah melalui pemilu.
o Mempunyai kewenangan mengajukan dan ikut membahas RUU yang berkaitan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, RUU lain yang berkait dengan kepentingan
daerah.

d. BPK
Anggota BPK dipilih DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD.
Berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara (APBN) dan daerah
(APBD) serta menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan ditindaklanjuti
oleh aparat penegak hukum.
Berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.
Mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi pengawas internal departemen yang
bersangkutan ke dalam BPK.

e.

Presiden
Membatasi beberapa kekuasaan presiden dengan memperbaiki tata cara pemilihan dan
pemberhentian presiden dalam masa jabatannya serta memperkuat sistem pemerintahan
presidensial.
Kekuasaan legislatif sepenuhnya diserahkan kepada DPR.
Membatasi masa jabatan presiden maksimum menjadi dua periode saja.
Kewenangan pengangkatan duta dan menerima duta harus memperhatikan pertimbangan
DPR.
Kewenangan pemberian grasi, amnesti dan abolisi harus memperhatikan pertimbangan DPR.
Memperbaiki syarat dan mekanisme pengangkatan calon presiden dan wakil presiden
menjadi dipilih secara langsung oleh rakyat melui pemilu, juga mengenai pemberhentian
jabatan presiden dalam masa jabatannya.
14

f.

Mahkamah Agung
Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan yang
menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan [Pasal 24 ayat (1)].
Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peaturan perundang-undangan di bawah
Undang-undang dan wewenang lain yang diberikan Undang-undang.
Di bawahnya terdapat badan-badan peradilan dalam lingkungan Peradilan Umum,
lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan militer dan lingkungan Peradilan Tata
Usaha Negara (PTUN).
Badan-badan lain yang yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam
Undang-undang seperti: Kejaksaan, Kepolisian, Advokat/Pengacara dan lain-lain.

g. Mahkamah Konstitusi

Keberadaanya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian konstitusi (the guardian of the


constitution).

Mempunyai kewenangan: Menguji UU terhadap UUD, Memutus sengketa kewenangan antar


lembaga negara, memutus pembubaran partai politik, memutus sengketa hasil pemilu dan
memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden dan
atau wakil presiden menurut UUD.

Hakim Konstitusi terdiri dari 9 orang yang diajukan masing-masing oleh Mahkamah Agung,
DPR dan pemerintah dan ditetapkan oleh Presiden, sehingga mencerminkan perwakilan dari
tiga cabang kekuasaan negara yaitu yudikatif, legislatif, dan eksekutif.

15

Reformasi Hukum Tata Negara Indonesia


Setelah Presiden Soeharto mundur dari jabatannya pada tahun 1998, Indonesia memasuki
era reformasi yang bermaksud membangun kembali tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pembenahan sistem hukum termasuk agenda penting reformasi. Langkah awal yang dilakukan
yaitu melakukan amandemen atau perubahan terhadap UUD 1945, karena UUD merupakan
hukum dasar yang menjadi acuan dalam kehidupan bernegara di segala bidang. Setelah itu
diadakan pembenahan dalam pembuatan peraturan perundangan, baik yang mengatur bidang
baru maupun perubahan/penggantian peraturan lama untuk disesuaikan dengan tujuan reformasi.
Pada era reformasi diadakan tata urutan terhadap peraturan perundang-undangan sebanyak dua
kali, yaitu:
Menurut TAP MPR III Tahun 2000:
UUD 1945, TAP MPR, UU, PERPU, PP, Keputusan Presiden, Peraturan Daerah.
Menurut UU No. 10 Tahun 2004:
UUD 1945, UU/PERPU, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah.

Tercantum di dalam Pasal 1 ayat (3) Indonesia adalah negara hukum. Negara hukum
yang dimaksud adalah negara yang menempatkan kekuasaan kehakiman sebagai kekuasaan yang
merdeka, menghormati hak asasi mansuia dan prinsip due process of law. Kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan (Pasal 24 ayat 1 UUD 1945). Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang ada di bawahnya dalam lingkungan peradilan
umum, peradilan agama, peradilan militer dan peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi. Sedangkan badan-badan lainnya yang fungsinya berkaitan dengan
kekuasaan kehakiman diatur dalam undang-undang.
Berikut adalah tata hukum yang ada di Indonesia:
Hukum perdata
Hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subyek hukumdan
hubungan antara subyek hukum.
Hukum pidana
Hukum yg mengatur hubungan antara negara dengan warga negaranya.
16

Hukum tata Negara


Hukum tata negara adalah hukum yang mengatur tentang negara, yaitu antara lain dasar
pendirian, struktur kelembagaan, pembentukan lembaga-lembaga negara, hubungan
hukum (hak dan kewajiban) antar lembaga negara, wilayah dan warga negara.
Hukum tata usaha (administrasi) Negara
Hukum tata usaha (administrasi) negara adalah hukum yang mengatur kegiatan
administrasi negara. Yaitu hukum yang mengatur tata pelaksanaan pemerintah dalam
menjalankan tugasnya .
Hukum acara perdata
Hukum acara perdata Indonesia adalah hukum yang mengatur tentang tata cara beracara
(berperkara di badan peradilan) dalam lingkup hukum perdata.
Hukum acara pidana
Hukum acara pidana adalah hukum yang mengatur tentang tata cara beracara (berperkara
di badan peradilan) dalam lingkup hukum pidana.
Hukum antar tata hukum
Hukum antar tata hukum adalah hukum yang mengatur hubungan antara dua golongan
atau lebih yang tunduk pada ketentuan hukum yang berbeda.
Hukum adat di Indonesia
Hukum adat adalah seperangkat norma dan aturan adat yang berlaku di suatu wilayah

17

BAB IV
PENUTUP
1V.I KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Setelah amandemen UUD 1945 banyak perubahan terjadi, baik dalam struktur
ketatanegaraan maupun perundang-undangan di Indonesia.
2. Tata urutan perundang-undangan Indonesia adalah UUD 1945, UU/ Perpu, PP, Peraturan
Presiden dan Perda.
3. Lembaga-lembaga Negara menurut sistem ketatanegaraan Indonesia meliputi: MPR,
Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK, dan Komisi Yudisial. Lembaga pemerintahan yang
bersifat khusus meliputi BI, Kejaksanaan Agung, TNI, dan Polri. Lembaga khusus yang
bersifat independen misalnya KPU, KPK, Komnas HAM, dan lain-lain.

IV.II SARAN
Sebagai bangsa Indonesia kita harus menerapkan nilai nilai Pancasila sebagai
cerminan dalam menjalani kehidupan sehari hari. Karena pancasila adalah dasar Negara
bangsa Indonesia, dan sudah tercermin dalam pembukaan UUD 1945 yang
mencerminkan suatu sifat dari bangsa Indonesia itu sendiri. Selain itu semua norma
norma yang diterapkan harus berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 agar kita sebagai
rakyat dapat berkehidupan makmur dan sejahtera.

18

DAFTAR PUSTAKA
Syarbani, Sahrial.2004.Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi.Bogor: Ghalia
Indonesia.
Kaelan.2004.Pendidikan Pancasila.Yogyakarta: Paradigma.
Darmodiharjo, Darji dkk.1979.Santiaji Pancasila.Surabaya: Usaha Nasional.
___________.2006.UUD45 SETELAH AMANDEMEN.Bandung: Nuansa Aulia
http://abdulhafi.wordpress.com/2008/11/22/sistem-ketatanegaraan-indonesia-danpembelajarannya-di-sd/
http://intanispratiwi.blogspot.com/2012/06/ketatanegaraan-indonesiasebelum.html?m=1
http://nafansholihin.blogspot.com/2012/05/hubungan-antara-pembukaan-uud-1945.html
http://saifulns.blogspot.com/2012/02/hubungan-pembukaan-uud-denganbatang.html?m=1
http://sejarahsadja.blogspot.com/2012/01/amandemen-uud-1945-dan-tata-hukum.html
http://senyumpelangi.wordpress.com/2009/09/17/lembaga-negara-sebelum-dan-sesudahamandemen-yang-ke-4/

19

Вам также может понравиться