Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Nama Mahasiswa
: Kevin Dyonghar
NIM
Dokter Pembimbing
Tanda Tangan :
: 11.2015.090
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. DA
Tempat /tanggal lahir :
1997
Status Perkawinan : Menikah
Umur : 18 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Muslim
Pendidikan : Tamat SMK
Tanggal masuk RS: 16 Maret 2016
ANAMNESIS
Diambil dari: Autoanamnesis. Tanggal: Maret 2016. Jam: 14.00 WIB.
Keluhan Utama:
Perasaan nyesek di dada 1 hari SMRS
Satu hari SMRS OS mengeluhkan adanya perasaan nyesek di sertai rasa pahit dan asam di
mulutnya. OS mengeluhkan adanya rasa pedas di tenggorokan. Keluhan juga disertai adanya
mual tetapi tidak sampai muntah, Pasien mengeluhkan sakit pada daerah ulu hati.
Keluhan pernah dirasakan sebelumnya pada 6 bulan yang lalu. Sudah di bawa berobat
namun tidak ada perbaikan.
Penyakit Dahulu (Tahun)
( - ) Cacar
( - ) Malaria
( - ) Batu ginjal/sal.kemih
( +) Cacar air
( - ) Disentri
( - ) Burut ( Hernia )
( - ) Difteri
( - ) Hepatitis
( - ) Penyakit prostat
( - ) Batuk rejan
( - ) Tifus abdominalis
( - ) Wasir
( + ) Campak
( - ) Skrofula
( - ) Diabetes
( - ) Influenza
( - ) Sifilis
( - ) Alergi
( - ) Tonsilitis
( - ) Gonore
( - ) Tumor
( - ) Khorea
( - ) Hipertensi
( - ) Penyakit pembuluh
( - ) Ulkus ventrikuli
( - ) Perdarahan otak
( - ) Pneumonia
( - ) Ulkus duodeni
( - ) Psikosis
( - ) Pleuritis
( + ) Gastritis
( - ) Neurosis
( - ) Tuberkulosis
( - ) Batu empedu
Lain-lain:
( - ) Operasi
( - ) Kecelakaan
Riwayat Keluarga
Hubungan
Umur
Jenis Kelamin
(tahun)
Keadaan
Penyebab Meninggal
Kesehatan
67 Tahun
Laki-laki
Parkinson
59 tahun
Perempuan
Sehat
Laki-laki
Meninggal
Umur tua
Perempuan
Meninggal
Umur tua
Ayah
47 tahun
Laki-laki
Sehat
Ibu
45 tahun
Perempuan
Sehat
Adik
12 tahun
Perempuan
Sehat
Ya
Tidak
Hubungan
ANAMNESIS SISTEM
Kulit
( - ) Bisul
( - ) Rambut
( - ) Keringat malam
( - ) Kuku
( - ) Kuning / Ikterus
( - ) Sianosis
( - ) Lain-lain
Kepala
( - ) Trauma
( - ) Sakit kepala
( - ) Sinkop
Mata
( - ) Nyeri
( - ) Radang
( - ) Sekret
( - ) Gangguan penglihatan
( - ) Kuning / Ikterus
( - ) Ketajaman penglihatan
Telinga
( - ) Nyeri
( - ) Gangguan pendengaran
( - ) Sekret
( - ) Kehilangan pendengaran
( - ) Tinitus
Hidung
( - ) Trauma
( - ) Gejala penyumbatan
( - ) Nyeri
( - ) Gangguan penciuman
( + ) Sekret
( + ) Pilek
( - ) Epistaksis
Mulut
( - ) Bibir
( - ) Lidah kotor
( - ) Gusi
( - ) Gangguan pengecap
( - ) Selaput
( - ) Stomatitis
Tenggorokan
( - ) Nyeri tenggorokan
( - ) Perubahan suara
Leher
( - ) Benjolan
( - ) Nyeri leher
( - ) Sesak napas
( + ) Berdebar
( - ) Batuk darah
( - ) Ortopnoe
( - ) Wasir
( + ) Mual
( - ) Mencret
( - ) Perut membesar
( - ) Muntah
( - ) Tinja darah
( - ) Muntah darah
( - ) Sukar menelan
( - ) Benjolan
( - ) Kencing nanah
( - ) Stranguria
( - ) Kolik
( - ) Polliuria
( - ) Oliguria
( - ) Polakisuria
( - ) Anuria
( - ) Hematuria
( - ) Retensi urin
( - ) Kencing batu
( - ) Kencing menetes
( - ) Penyakit Prostat
Haid :
(+) Haid terakhir 29 Feb
(+) Teratur
( - ) Sukar mengingat
( - ) Parestesi
( - ) Ataksia
( - ) Otot lemah
( - ) Kejang
( - ) Pingsan
( - ) Afasia
( - ) Kedutan (Tick)
( - ) Amnesia
( - ) Pusing (vertigo)
( - ) Lain-lain
Ekstremitas
( - ) Bengkak
( - ) Deformitas
( - ) Nyeri sendi
( - ) Sianosis
5
BERAT BADAN
Berat badan rata-rata (Kg)
: 50 kg
: 52 kg
: 52 kg
Tetap ( - )
Naik ( + )
Turun ( - )
RIWAYAT HIDUP
Riwayat kelahiran:
Tempat lahir
: (-) di rumah
( + ) Rumah bersalin
Ditolong oleh
: ( - ) dokter
( + ) bidan
( - ) RS
( - ) Dukun
( - ) lain-lain
( + ) BCG
( + ) Tetanus
Riwayat Makanan
Frekuensi / Hari : 3 kali/hari
Jumlah / Hari : 1 piring/hari
Variasi / Hari : bervariasi
Nafsu makan : kurang
Pendidikan
( - ) SD
( - ) SLTP
( - ) Universitas
( - ) SLTA
( - ) Kursus
Kesulitan
Keuangan
: Tidak ada
Pekerjaan
: Tidak ada
Keluarga
: Tidak ada
Lain lain
: Tidak ada
PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan Umum
Dilakukan tanggal 16 Maret 2016
Keadaan umum
Tinggi badan
: -
Berat Badan
: 52 kg
: -
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
Suhu
: 37,1 oC
: 19 kali/menit
Keadaan gizi
: gizi normal
Kesadaran
: Compos mentis
Sianosis
: Tidak ada
Udema umum
: Tidak ada
Habitus
: Atletikus
Cara berjalan
: Normal
: Aktif
Aspek Kejiwaan
Tingkah laku
: wajar
Alam perasaan
: biasa
Proses pikir
: wajar
7
Kulit
Warna
: sawo matang
Effloresensi
: (-)
Jaringan parut
: (-)
Pigmentasi
: merata
Pertumbuhan rambut : ( - )
Pembuluh darah
: tidak menonjol
Suhu raba
: hangat
Lembab / kering
: lembab
Keringat
: biasa
Turgor
: baik
Ikterus
: (-)
Lapisan lemak
: merata
Edema
: (-)
Lain-lain
:(-)
Leher
Supraklavikula
Ketiak
Lipat paha
Kepala
Ekspresi wajah : Tenang
Simetri muka
: simetris
Rambut
: teraba pulsasi
: distribusi merata
Mata
Exophthalmus : ( - )
Enopthalmus
:(-)
Kelopak
: (-)
Lensa
: Jernih
Konjungtiva
: anemis ( - )
Visus
Sklera
: ikterik ( - )
Gerakan mata
: normal
: normal
Deviatio konjungae
Nystagmus
:(-)
: (-)
Telinga
Tuli
: (-)
Lubang
Penyumbatan
:(-)
Perdarahan
:(-)
Serumen : ( + )
Cairan
:(-)
Mulut
Bibir
: normal,tidak kering
Tonsil
Langit-langit : normal
Bau pernapasan
: tidak berbau
Gigi geligi
Trismus
:(-)
Faring
: hiperemis
Selaput lendir
: normal
Lidah
: normal
Leher
Tekanan vena jugularis (JVP) : 5-2 cmH2O
9
Dada
Bentuk
: simetris
Pembuluh darah
:(-)
Buah dada
: simetris
Paru-paru
Depan
Inspeksi
Palpasi
Kiri
Kanan
Kiri
Kanan
Perkusi
Auskultasi
Belakang
Kiri
- sonor, normal
- sonor, normal
Kanan
- sonor, normal
- sonor, normal
Kiri
- vesikuler,tidak terdengar
Ronki dan wheezing
Kanan
- vesikuler,tidak terdengar
- vesikuler,tidak terdengar
ronki dan wheezing
- vesikuler,tidak terdengar
10
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
:
Batas Jantung Kanan
Auskultasi
Pembuluh darah
Arteri Temporalis
: teraba pulsasi
Arteri Karotis
: teraba pulsasi
Arteri Brakhialis
: teraba pulsasi
Arteri Radialis
: teraba pulsasi
Arteri Femoralis
: teraba pulsasi
Arteri Poplitea
: teraba pulsasi
: teraba pulsasi
: teraba pulsasi
Perut
Inspeksi
Palpasi
: Dinding perut
Hati
Limpa
Ginjal
Perkusi
Auskultasi
Anggota gerak
Lengan
Kanan
Normal
Aktif
+5
Tidak ada
Tidak ada
Kiri
Normal
Aktif
+5
Tidak ada
Tidak ada
Kanan
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Tidak ada kelainan
Aktif
+5
Tidak ada
Kiri
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Tidak ada kelainan
Aktif
+5
Tidak ada
Luka
Varises
Otot (tonus dan massa)
Sendi
Gerakan
Kekuatan
Edema
12
Refleks
Kanan
Kiri
Tendon
(+)
(+)
Bisep
(+)
(+)
Trisep
(+)
(+)
Patella
(+)
(+)
Achiles
(+)
(+)
Refleks patologis
(-)
(-)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Dilakukan pada tanggal 16 Maret 2016 pkl 23.45
Darah Rutin
Elektrolit
Glukosa sewaktu
Pemeriksaan
Jumlah Leukosit
Hemoglobin
Hematokrit
Jumlah Trombosit
Natrium
Kalium
Klorida
Glukosa sewaktu
Hasil
10.51
12.9
39.5
251
133
2.62
96
225
Nilai rujukan
4.00-10.50
12.5-16.0
37.0-47.0
182-369
135-147.00
3.5-5.0
96.00-108.00
<200
Hasil
138
3.81
104
95
Nilai rujukan
135-147.00
3.5-5.0
96.00-108.00
POCT
POCT
Dilakukan pada tanggal 18 Maret 2016 pkl 23.45
Elektrolit
Glukosa sewaktu
Pemeriksaan
Natrium
Kalium
Klorida
Glukosa 2 jam PP
13
POCT
Glukosa sewaktu
87
<200
POCT
RINGKASAN (RESUME)
Seorang wanita 31 tahun dating dengan keluhan demam sejak 5 hari sebelum masuk
rumah sakit. Demam naik turun, terutama pada sore hari menjelang malam. Demam disertai
dengan batuk pilek. Batuk dengan dahak warna putih keruh. Pasien merasa sakit kepala, mual
dan muntah. Muntah berisi makanan sebanyak kira-kira gelas aqua, sehari 2 kali. Badan pasien
terasa lemas hingga mengganggu aktifitas. Nafsu makan pasien berkurang semenjak sakit. Sejak
3 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien merasa nyeri pada ulu hatinya. Nyeri tidak menjalar.
Pasien sudah 3 hari belum BAB semenjak mulai sakit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD :
120/70 mmHg, nadi : 94x/menit, reguler, isi cukup, suhu : 36.8C, frekuensi pernapasan :
22x/menit thorakoabdominal, ada sekret pada hidung yang tersumbat, lidah tampak kotor di
bagian tengah, faring hiperemis, dan nyeri tekan di epigastrium. Pada pemeriksaan penunjang
didapatkan Hb : 15.5 g/dl, Ht : 44%, eritrosit : 5.66 juta/ul, trombosit : 153 ribu/ul, lekosit : 4200
u/l, IgM anti Salmonella POSITIF.
MASALAH
1. Demam tifoid
Dipikirkan karena demam sejak 5 hari yang timbul hanya pada sore-malam hari, lemas,
menggigil, nyeri seluruh badan, nyeri kepala, sulit buang air besar, kembung, mual dan lidah
berwarna putih.
Adapun penyakit lain yang mirip yaitu malaria, hepatitis dan DBD karena sama- sama demam,
lemas, menggigil, nyeri seluruh badan, nyeri kepala, mual dan nafsu makan menurun.
Rencana diagnosik :
-
Rencana pengobatan :
-
Tirah baring
kloramfenikol tab 4 x 500 mg hingga 7 hari bebas demam untuk infeksi Salmonella
typhi
Observasi TTV tiap 4 jam sekali. Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan umum pasien.
Anjurkan pasien untuk banyak minum, minum kurang lebih 2,5 liter / 24 jam.
Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
Rencana edukasi :
-
Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang peningkatan suhu tubuh.
15
perut, lemas, menggigil, kembung dan mual, nafsu makan menurun, lidah kotor menderita
demam tifoid.
Prognosis
a. Ad vitam
: bonam
b. Ad functionam
: bonam
c. Ad sanationam
: bonam
FOLLOW UP
15 november 2015 jam 09.15
S: Os masih demam pada malam hari (14 agustus malam), merasa lemas dan sedikit
pusing (membaik)
O: Keadaan umum lemah, compos mentis
TD: 120/70
T: 35,80C
N: 80x/menit
RR: 24x/menit
A: Demam Tifoid hari ke 7 belum teratasi
P: Lanjutkan terapi, tidak perlu periksa lab darah lagi, jika keadaan membaik boleh pulang
Hasil laboratorium
Pemeriksaan
Jumlah Leukosit
Hemoglobin
Hematokrit
Jumlah Trombosit
Hasil
3.800
14.5
43
183.000
Nilai rujukan
5.000-10.000
12.0-16.0
36-46
140.000-440.000
S: Os sudah membaik
O: Keadaan umum baik, compos mentis
TD: 120/70
T: 35,80C
N: 80x/menit
RR: 24x/menit
A: Masalah teratasi
P: Os diperbolehkan pulang
BAB I
A.
Latar Belakang
GERD (Gastroesofageal Reflux Disease) adalah suatu penyakit yang jarang terdiagnosis
oleh dokter di Indonesia karena bila belum menimbulkan keluhan yang berat seperti refluks
esofagitis dokter belum bisa mendiagnosa. Refluks gastroesofagus adalah masuknya isi lambung
ke dalam esofagus yang terjadi secara intermiten pada orang, terutama setelah makan
GERD adalah penyakit organ esofagus yang banyak ditemukan di negara Barat. Berbagai
survei menunjukkan bahwa 20-40% populasi dewasa menderita heartburn (rasa panas membakar
di daerah retrosternal), suatu keluhan klasik GERD. Di Indonesia, penyakit ini sepintas tidak
banyak ditemukan. Hanya sebagaian kecil pasien GERD datang berobat pada dokter karena pada
umumnya keluhannya ringan dan menghilang setelah diobati sendiri dengan antasida. Dengan
demikian hanya kasus yang berat dan disertai kelainan endoskopi dan berbagai macam
komplikasinya yang datang berobat ke dokter 4
Prevalensi PRG bervariasi tergantung letak geografis, tetapi angka tertinggi terjadi di
Negara Barat. Trend prevalensi GERD di Asia meningkat. Di Hongkong meningkat dari 29,8%
(2002) menjadi 35% (2003). Sedangkan berdasarkan data salah satu rumah sakit di Indonesi,
RSCM menunjukkan peningkatan signifikan dari 6% menjadi 26% dalam kurun waktu 5 tahun.
Asian Burning Desire Survey (2006) membuktikan bahwa pemahaman tentang GERD pada
populasi di Indonesia adalah yang terendah di Asia Pasifik, hanya sekitar 1%, sedangkan di
Taiwan mencapai 81% dan Hongkong 66%.
Antara laki-laki dan perempuan tidak terdapat perbedaan insidensi yang begitu jelas,
kecuali jika dihubungkan dengan kehamilan dan kemungkinan non-erosive reflux disease lebih
terlihat pada wanita. Walaupun perbedaan jenis kelamin bukan menjadi faktor utama dalam
perkembangan PRG, namun Barretts esophagus lebih sering terjadi pada laki-laki.
Gastroesophageal reflux disease (GERD) terdiri dari spektrum gangguan yang terkait,
termasuk hernia hiatus, reflux disease dengan gejala yang terkait, esofagitis erosif, striktur
17
peptikum, Barrett esofagus, dan adenokarsinoma esofagus. Selain beberapa patofisiologi dan
hubungan antara beberapa gangguan ini, GERD juga ditandai dengan terjadinya komorbiditas
pada pasien yang identik dan oleh epidemiologi perilaku yang serupa diantara mereka.
BAB II
A. DEFINISI
Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) didefinisikan
sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke dalam esofagus
yang menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu(troublesome) di esofagus maupun ekstra
esofagus dan atau komplikasi 6
Pada orang normal, refluks ini terjadi pada posisi tegak sewaktu habis makan. Karena sikap
posisi tegak tadi dibantu oleh adanya kontraksi peristaltik primer, isi lambung yang mengalir
masuk ke esofagus segera dikembalikan ke lambung. Refluks sejenak ini tidak merusak mukosa
esofagus dan tidak menimbulkan keluhan atau gejala. Oleh karena itu,
dinamakan refluks fisiologis. Keadaan ini baru dikatakan patologis, bila refluks terjadi berulangulang yang menyebabkan esofagus distal terkena pengaruh isi lambung untuk waktu yang lama.
Istilah esofagitis refluks berarti kerusakan esofagus akibat refluks cairan lambung, seperti erosi
dan ulserasi epitel skuamosa esofagus 6
B.
ETIOLOGI
Beberapa penyebab terjadinya GERD meliputi :
1. Menurunnya tonus LES (Lower Esophageal Sphincter)
2. Bersihan asam dari lumen esofagus menurun
3. Ketahanan epitel esofagus menurun
4. Bahan refluksat mengenai dinding esofagus yaitu Ph <2, adanya pepsin, garam empedu, HCL.
5. Kelainan pada lambung
6. Infeksi H. Pylori dengan corpus predominan gastritis
7. Non acid refluks (refluks gas) menyebabkan hipersensitivitas
8. Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat refluks
9. Mengkonsumsi makanan berasam, coklat, minuman berkafein dan berkarbonat, alkohol,
merokok, dan obat-obatan yang bertentangan dengan fungsi esophageal sphincter bagian bawah
termasuk yang memiliki efek antikolinergik (seperti beberapa antihistamin), penghambat saluran
kalsium, progesteron, dan nitrat.
10. Kelaianan anatomi, seperti penyempitan kerongkongan 7
C. PATOFISIOLOGI
Esofagus dan gaster dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi (high pressure zone) yang
dihasilkan oleh kontraksi Lower esophageal sphincter. Pada individu normal, pemisah ini akan
dipertahankan kecuali pada saat terjadinya aliran antegrad yang terjadi pada saat menelan, atau
aliran retrograd yang terjadi pada saat sendawa atau muntah. Aliran balik dari gaster ke
esophagus melalui LES hanya terjadi apabila tonus LES tidak ada atau sangat rendah (<3
mmHg) 1
18
a.
b.
c.
1.
2.
3.
4.
Terjadinya aliran balik / refluks pada penyakit GERD diakibatkan oleh gangguan motilitas /
pergerakan esofagus bagian ujung bawah. Pada bagian ujung ini terdapat otot pengatur (sfingter)
disebut LES, yang fungsinya mengatur arah aliran pergerakan isi saluran cerna dalam satu arah
dari atas ke bawah menuju usus besar. Pada GERD akan terjadi relaksasi spontan otot tersebut
atau penurunan kekuatan otot tersebut, sehingga dapat terjadi arus balik atau refluks cairan atau
asam lambung, dari bawah ke atas ataupun sebaliknya 5
Patogenesis terjadinya GERD menyangkut keseimbangan antara faktor defensif dari
esophagus dan faktor efensif dari bahan reflukstat. Yang termasuk faktor defensif esophagus,
adalah pemisah antirefluks, bersihan asam dari lumen esophagus, dan ketahanan ephitelial
esophagus. Sedangkan yang termasuk faktor ofensif adalah sekresi gastrik dan daya pilorik.
Pemisah antirefluks
Pemeran terbesar pemisah antirefluks adalah tonus LES. Menurunnya tonus LES dapat
menyebabkan timbulnya refluks retrograde pada saat terjadinya peningkatan tekanan
intraabdomen. Sebagian besar pasien GERD ternyata mempunyai tonus LES yang normal.
Faktor-faktor yang dapat menurunkan tonus LES adalah adanya hiatus hernia, panjang LES
(makin pendek LES, makin rendah tonusnya), obat-obatan (misal antikolinergik, beta
adrenergik), dan faktor hormonal. Selama kehamilan, peningkatan kadar progesteron dapat
menurunkan tonus LES.
Bersihan asam dari lumen esophagus
Faktor-faktor yang berperan dalam bersihan asam dari esophagus adalah gravitasi, peristaltik,
eksrkresi air liur, dan bikarbonat. Setelah terjadi refluks sebagian besar bahan refluksat akan
kembali ke lambung dengan dorongan peristaltik yang dirangsang oleh proses menelan.
Ketahanan epithelial esophagus
Berbeda dengan lambung dan duodenum, esophagus tidak memiliki lapisan mukus yang
melindungi mukosa esophagus. Mekanisme ketahanan ephitelial esophagus terdiri dari :
Membran sel
Batas intraseluler (intracellular junction) yang membatasi difusi H+ ke jaringan esophagus
Aliran darah esophagus yang mensuplai nutrien, oksigen, dan bikarbonat, serta mengeluarkan
ion H+ dan CO2
Sel-sel esophagus memiliki kemampuan untuk mentransport ion H+ .
Episode refluks bervariasi tergantung kandungan isinya, volume, lamanya, dan hubungannya
dengan makan. Pada proses terjadinya refluks, sfingter esofagus bawah dalam keadaan relaksasi
atau melemah oleh peningkatan tekanan intra abdominal sehingga terbentuk rongga diantara
esofagus dan lambung. Isi lambung mengalir atau terdorong kuat ke dalam esofagus. Jika isi
lambung mencapai esofagus bagian proksimal dan sfingter esofagus atas berkontraksi, maka isi
lambung tersebut tetap berada di esofagus dan peristaltik akan mengembalikannya ke dalam
lambung. Jika sfingter esofagus atas relaksasi sebagai respon terhadap distensi esofagus maka isi
lambung akan masuk ke faring, laring, mulut atau nasofaring 5
1. Heart Burn, yaitu sensasi terbakar di daerah retrosternal. Gejala heartburn adalah gejala
tersering.
2. Regurgitasi, yaitu kondisi dimana material lambung terasa di faring. Kemudian mulut terasa
asam dan pahit.
3. Disfagia. Biasanya terjadi oleh karena komplikasi berupa striktur 7
Gejala Atipikal :
1. Batuk kronik dan kadang wheezing
2. Suara serak
3. Pneumonia
4. Fibrosis paru
5. Bronkiektasis
6. Nyeri dada nonkardiak (Yusuf, 2009).
Gejala lain :
1. Penurunan berat badan
2. Anemia
3. Hematemesis atau melena
4. Odinofagia 3
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Endoskopi
Dewasa ini endoskopi merupakan pemeriksaan pertama yang dipilih oleh evaluasi pasien dengan
dugaan PRGE. Namun harus diingat bahwa PRGE tidak selalu disertai kerusakan mukosa yang
dapat dilihat secara mikroskopik dan dalam keadaan ini merupakan biopsi. Endoskopi
menetapkan tempat asal perdarahan, striktur, dan berguna pula untuk pengobatan (dilatasi
endoskopi).
2. Radiologi
Pemeriksaan ini kurang peka dan seringkali tidak menunjukkan kelainan, terutama pada kasus
esofagitis ringan. Di samping itu hanya sekitar 25 % pasien PRGE menunjukkan refluks barium
secara spontan pada pemeriksaan fluoroskopi. Pada keadaan yang lebih berat, gambar radiologi
dapat berupa penebalan dinding dan lipatan mukosa, tukak, atau penyempitan lumen.
F. TERAPI
Terapi GERD ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala-gejala pasien,
mengurangi frekuensi atau kekambuhan dan durasi refluks esofageal, mempercepat
penyembuhan mukosa yang terluka, dan mencegah berkembangnya komplikasi. Terapi diarahkan
pada peningkatan mekanisme pertahanan yang mencegah refluks dan atau mengurangi faktorfaktor yang memperburuk agresifitas refluks atau kerusakan mukosa.
1. Modifikasi Gaya Hidup
a. Tidak merokok
b. Tempat tidur bagian kepala ditinggikan
c. Tidak minum alkohol
d. Diet rendah lemak
e. Hindari mengangkat barang berat
20
f.
g.
h.
2.
21
BAB III
A. KESIMPULAN
1. Gastroesofageal reflux disease (GERD) adalah suatu kondisi dimana cairan lambung mengalami
refluks ke esofagus sehingga menimbulkan gejala khas berupa rasa terbakar, nyeri di dada,
regurgitasi, dan komplikasi. Manifestasi klinis GERD meliputi gejala tipikal (esofagus) dan
atipikal (ekstraesofagus). Faktor yang berperan untuk terjadinya GERD yaitu mekanisme
antirefluks, kandungan cairan lambung, mekanisme bersihan oleh esofagus, dan resistensi sel
epitel esofagus. Untuk menegakkan diagnosis GERD dapat ditegakkan berdasarkan analisa
gejala klinis dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
diantaranya endoskopi, radiologi, pengukuran pH, tes perfusi Berstein, tes gastro-esophageal
scintigraphy.
Komplikasi penyakit GERD diantaranya Esofagus barret, esofagitis ulseratif, perdarahan,
striktur esofagus, dan aspirasi. GERD merupakan penyakit kronik yang memerlukan pengobatan
jangka panjang. Pengobatan yang dapat diberikan pada klien GERD meliputi modifikasi gaya
hidup, terapi endoskopi, terapi medikamentosa, dan terapi komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Aru, Sudoyo. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah Jilid I Edisi IV . Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia.
2.
Asroel, Harry. 2002. Penyakit Refluks Gastroesofagus . Universitas Sumatera
Utara : Fakultas Kedoketeran Bagian Tenggorokan Hidung dan Telinga.
3.
Bestari, Muhammad Begawan. 2011. Penatalaksanaan Gastroesofageal Reflux
Disease (GERD). Divisi Gastroentero-Hepatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran / RS Dr. Hasan Sadikin Bandung CDK 188 / vol.
38 no. 7 / November 2011.
4.
Djajapranata, Indrawan. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga.
Jakarta : FKUI.
5.
Sujono, Hadi. 2002. Gastroenterologi Edisi VII. Bandung: Penerbit PT
Alumni.
6.
Susanto, Agus dkk. 2002. Gambaran Klinis dan Endoskopi Penyakit Refluks
Gastroesofagus. Jakarta : FKUI.
7.
Yusuf, Ismail. 2009. Diagnosis Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) Secara
Klinis.PPDS Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Vol. 22, No.3, Edition September - November
2009.
22