Вы находитесь на странице: 1из 26

STUDI KEMAJUAN TAMBANG PADA PT. ANEKA TAMBANG Tbk.

UPBN OPERASI POMALAA KABUPATEN KOLAKA PROVINSI


SULAWESI TENGGARA

I.

PENDAHULUAN
I.1.

Latar Belakang
PT. Aneka Tambang Tbk Unit Pertambangan Nikel Pomalaa adalah

merupakan salah satu perusahaan BUMN yang melakukan penambangan dan


pengolahan bijih nikel di Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka,Propinsi
Sulawesi Tenggara. Daerah penambangannya meliputi Daerah Utara Pomalaa dan
Daerah Selatan (Tanjung Leppe,Batu Kilat dan Tanjung Pakar).
Untuk mengetahui potensi sumber daya mineral yang ada serta
mengidentifikasi kendala alami maupun kendala lingkungan yang mungkin ada,
maka kegiatan eksplorasi terlebih dahulu dilakukan sebelum suatu usaha
pertambangan dilaksanakan. Hasilnya harus dapat memberikan informasi yang
lengkap dan akurat mengenai sumber daya mineral maupun kondisi kondisi
geologi yang ada agar study kelayakan (fecibiliyi study) untuk pembukaan usaha
pertambangan dapat dilakukan dengan teliti dan benar ( akurat).
Kegiatan penambangan dilakukan secara tambang terbuka (Surface
Mining) dengan sistem jenjang (Bench System). Selain melakukan penambangan
bijin nikel, UBPN Pomalaa juga melakukan pengolahan bijih nikel menjadi logam
Ferronikel.

Endapan bijih nikel yang ditemukan di Daerah Pomalaa adalah termasuk


bijih nikel laterit yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan ultra basa yang
merupakan bagian dari batuan ultra basa yang ditemukan di Sulawesi Tenggara.
Keterdapatan endapan bijih nikel di Daerah Pomalaa meliputi Pulau Lemo,
Pulau Maniang, di Perbukitan Pomalaa, Tanjung Pakar dan Batu Kilat. batuan
dasarnya adalah peridotit dan serpentinit. Sebaran bijih yang tidak merata, pada
umumnya ditemukan pada lereng yang landai di bagian pematang yang
merupakan punggung penghubung antara bukit yang satu dengan bukit yang
lainnya.
Untuk efisiensi pekerjaan penambangan maka perlu dilakukan pengukuran
kemajuan tambang. Tujuan dari pengukuran ini adalah untuk mengetahui
penurunan level, volume batuan yang tertambang, posisi dan batas penambangan,
sehingga hasil yang nantinya dapat diperoleh dari pekerjaan tersebut adalah
penggambaran dalam bentuk peta sehingga dapat diperoleh target produksi serta
umur tambang dapat diperkirakan dengan perkiraan cadangan yang ada.

1.2

1.2.1

Perumusan Masalah

Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini terdapat beberapa permasalahan yang timbul antara
lain :
a.

Kesalahan pembacaan alat


2

b.

Kondisi alat yang tidak memungkinkan untuk


melakukan pengukuran

c.

Belum dilakukan pengukuran kemajuan tambang


sebelumnya.

d.

Persiapan

teknis

dan

non

teknis

sebelum

melakukan pengukuran

1.2.2

Masalah Penelitian
Permasalahan dalam penelitian ini adalah belum dilakukan penelitian
kemajuan tambang PT. Aneka Tambang Tbk UBPN 0perasi Pomalaa Kabupaten
Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara.

1.2.3

Batasan Masalah
Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian, maka peneliti
hanya membatasi masalah kemajuan tambang pada lokasi perintisan PT. Aneka
Tambang Tbk UBPN Operasi Pomalaa Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi
Tenggara, dengan menggunakan program Surfer 8.

1.3

Maksud dan Tujuan


Maksud dari penelitian ini adalah untuk melakukan pengamatan terhadap

aktivitas penambangan pada PT. Aneka Tambang Tbk UBPN Operasi Pomalaa

Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara yang secara khusus pada


pengukuran kemajuan tambang.
Tujuan melakukan penelitian ini adalah :

Mengetahui metode pengukuran yang diterapkan pada PT. Aneka Tambang


Tbk UBPN Operasi Pomalaa Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara.

Mengetahui cara pengolahan data dalam hal ini pengolahan data untuk
mendapatkan volume serta tonase material yang tertambang dalam satu
periode waktu tertentu.

II.

Mengetahui dan memperoleh gambar kemajuan tambang.

LANDASAN TEORI
2.1 Alat Ukur Theodolit
Pengukuran dengan alat theodolit dlakukan untuk mendapatkan bayangan
keadaan lapangan dengan cara menentukan tempat titik titik di atas permukaan
bumi. Untuk mendapatkan hubungan antara dua titik, baik hubungan horizontal
( mendatar ) maupun hubungan tegak ( vertikal ) diperlukan sudut sudut yang
harus diukur di lapangan.
Untuk hubungan mendatar diperlukan sudut mendatar dan untuk hubungan
tegak diperlukan sudut vertikal pula. Sudut mendatar diukur lingkaran yang
terletak mendatar dan sudut vertikal diukur pada lingkaran yang tegak lurus.
Sudut mendatar dan sudut vertikal diukur dengan alat ukur yang dikenal dengan
nama Theodolit.
4

Alat pengukur sudut yang dinamakan theodolit, dibagi dalam tiga bagian.
1. Bagian
Bagian bawah terdiri atas tiga sekrup penyetel Sk yang menyangga suatu
tabung dan pelat yang berbentuk lingkaran. Pada tepi lingkaran ini dibuat
skala Lms dan dinamakan limbus.
2. Bagian Tengah
Bagian tengah terdiri atas suatu sumbu yang dimasukkan kedalam taabugn
pada bagian bawah. Sumbu ini adalah sumbu tegak atau sumbu kesatu (S1).
Di atas sumbu (S1) diletakkan lagi suatu pelat yang berbentuk lingkaran yang
mempunyai jari-jari pelat pada bagian bawah
3. Bagian Atas
Pada bagian atas sumbu mendatar atau sumbu kedua yang diletakkan di atas
kaki penyangga sumbu kedua (S2). Pada sumbu kedua ditempatkan suatu
teropong tp yang mempunyai diafragma dan garis bidik gb.

Bagian Bagian Alat Ukur Theodolit

Teropong, terdiri dari lensa obyektif, okuler dan lensa diafragma.

Nivo Kotak dan Nivo Tabung

Visir

Sekrup Pengatur, terdiri dari sekrup pengatur datar, sekrup geser


horisontal, sekrup geser vertikal, sekrup penguat dan pengunci horisontal
5

sebanyak dua buah berfungsi untuk mengunci lingkaran horisontal dan


sekrup pengunci vertikal.

Alat Pembidik Unting Unting

Nonius, berfungsi sebagai alat bantu untuk membaca lingkaran horisontal


dan lingkaran vertikal.

Cermin, berfungsi untuk memantulkan cahaya sinar matahari ke dalam


instrumen sehingga pembacaan sudut horisontal dan vertikal terlihat lebih
jelas.

2.2 Pengaturan Alat Ukur Theodolit


Letakkan Statif ( kaki tiga ) diatas patok usahakan lempengan logam dalam
keadaan datar, kaki statif diatur sesuai dengan tinggi si pengukur / praktikan.
Pasanglah alat Theodolit di atas statif, usahakan unting unting membentuk
garis lurus pada patok.
Levelkan alat theodolit ( palt bagian bawah ) dengan bantuan nivo kotak dan
nivo tabung, dengan menggunakan tiga buah sekrup penyetel, tempatkan
gelembung di etengah tengah nivo kotak dan nivo tabung.
Ukurlah tinggi alat dengan menggunakan rol meter dan catat pada tabel.

2.3 Pengukuran Dengan Alat Theodolit


Arahkan teropong pada patok belakang, lalu lakukanlah pengukuran dalam
keadaan biasa ( nonius berada di sebelah kanan lensa okuler ), untuk memudahkan
6

penghitungan usahakanlah pembacaan benang silang sama dengan tinggi alat, lalu
baca benang atas dan benag bawah.

Kemudian kunci dan baca sudut horisontal dan sudut vertikal melalui
nonius.

Putarlah teropong searah jarum jam, kemudian balik hingga kembali


teropong menghadap pada patok yang telah dibidik sebelumnya, lakukanlah
pembacaan sudut horizontal dalam keadaan biasa.

Tempatkan bak ukur/rambu pada titik yang dianggap mewakili untuk


pengukuran detail, bacalah benag tas, tengah dan bawah ( lihat gambar ).

Bidiklah/arahkanlah teropong ke patok muka, dalam keadaan biasa dan


luar biasa, demikian selanjutnya dilakukan pengukuran pada titik patok
berikutnya secara berurutan seperti yang telah disebutkan di atas.

2.4 Mistar atau Bak Ukur dan Perlengkapannya


Mistar yang digunakan pada pengukuran kemajuan tambang panjangnya 3
meter atau 4 meter, bahkan ada yang 5 meter. Karena mengingat panjang mistar
ini maka dibuat modifikasi dapat dilipat 1 atau 1,5 meter. Skala mistar dibuat
warna yang berlainanmerah dan putih untuk memudahkan pembacaan.

2.5 Alat Planimeter

Planimeter adalah peralatan mekanik yang digunakan untuk menghitung


luas suatu daerah pada bidang dua dimensi atau pada peta topografi, dengan cara
mengikuti garis kontur yang ingin dihitung luasnya

Gambar 3.1 Planimeter

2.6 Kesalahan Kesalahan


Ada beberapa kemungkinan kesalahan dalam melakukan pengukuran yang
dapat mengurangi keakuratan hasil penggambaran pada peta.
Kesalahan-kesalahan pengukuran dapat disebabkan :
Kesalahan yang ada pada alat yang digunakan
Keadaan alam
Kesalahan pengukur dalam melakukan pengukuran

Kesalahan penempatan rambu.

Kesalahan pada alat ukur disebabkan sumbu kesatu tidak tegak lurus dengan garis
jurusan nivo (a3 b3). Untuk membuat sumbu kesatu menjadi tegak lurus maka
sudut 90o - antara dua garis tersebut ditambah dengan . Hal ini dilakukan
dengan menurunkan b2 menjadi b3 atau menaikkan a2 menjadi a3 sehingga garis
jurusan b3 a3 mempunyai sudut miring =

2.7 Teori Dasar Pengukuran Kemajuan Tambang


II.7.1 Azimuth

Tg ab =

Xb Xa
Yb - Ya

Ab = Arc Tg

Xb Xa Yb - Ya

Xb Xa
Yb - Ya

10

ab = Arc Tg

Xb Xa
Yb - Ya

Rumus Azimuth
AB = 1800 + ab

II.7.2 Jarak Datar (d)


Dapat diperoleh dengan menggunakan rumus seperti pada halaman
berikut :
D = ( BA BB ) x 100 sin2 Z
Dimana : D = Jarak Datar
BA = Benang Atas
BB = Benang Bawah
Z = Zenit atau sudut vertical

II.7.3 Sudut Lurus dan Sudut Jurusan

11

Sudut Lurus dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut :


Misalkan : P1 P0= = N 45 o E ( Azimuth )
Pembacaan sudut Hr. P1 P0 = 085o 20 15 (BS)
Pembacaan sudut Hr P1 P2 = 162o 40 30 (FS)
Sudut lurus P0P1P2

bacaan ke muka (FS) bacaan ke sudut

belakang

(BS)

Sudut lurus P0P1P2 = 162o 40 30 085o 20 15


Sudut lurus P1P2 (Azimuth)
= SJ. P0 P1

+ SL. P0P1P2 180o

= (450+ 1800) + 770 20 15 1800


= 1210 20 15

II.7.4 Sudut Vertikal (Zenit)

12

Sudut antara PA dan garis mendatar dinamakan sudut miring h dan sudut
antara PA dan garis tegak lurus dinamakan sudut zenith z, karena garis tegak lurus
yang ditarik selalu melalui titik zenith. Hubungan antara sudut miring h dan sudut
zenith z adalah h + z = 90 0. Bila garis PA terletak di bawah garis mendatar maka
sudut h akan diberi tanda negatif. Nilai h berada pada 0 90 0 dengan tanda positif
dan negatif. Sedangkan sudut zenith selalu mempunyai tanda positif dengan nilai
0 1800.

II.7.5 Koordinat (x dan y)


X = Xawal + D x Sin
Y = Yawal + D x Cos
Dimana :
X = Absis
Y = Ordinat
D = Jarak datar
= Sudut Jursan (Azimuth)

13

II.7.6 Beda Tinggi (H)


Sudut Lurus dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut :
H

= ( BA BB ) x 100 x cos Z + TA BT

Dimana

H= beda tinggi

TA= tinggi alat theodolit


BT= benang tengah

Ketinggian = ketinggian titik + beda tinggi

2.7.8

Pengeplotan / Penggambaran Peta


Hal hal yang perlu diperhatikan pada tahap pengeplotan dan

penggambaran peta antara lain

Skala peta, tentukan skala peta terlebih dahulu sebelum meplot data
pengukuran di atas kertas gambar. Besarnya skala ditentukan oleh kegunaan
peta yang akan digambar.
Berikutnya tentukan interval kontur dengan menggunakan rumus :
Skala Peta
IK =
2000
Letakkan titik poligon pertama sedemikian rupa, sehingga semua titik titik
yang saudara ukur di lapangan dapat diplot ke bidang / kertas gambar.

14

Mulailah memplot titik poligon pertama, diteruskan dengan titik poligon


berikutnya hingga terbentuk poligon tertutup
Tariklah garis ketinggian ( kontur ) dengan menghubungkan titik titik yang
mempunyai ketinggian yang sama.

II.8 Penempatan Rambu/ Bak Ukur


Untuk memperoleh hasil penggambaran peta yang akurat dan sesuai
dengan keadaan di lapangan, maka hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan
rambu ukur adalah :
1. Bak ukur atau rambu ditempatkan pada lokasi yang telah ditentukan sehingga
juru ukur dapat melakukan pengukuran dengan baik
2. Bak ukur atau rambu harus mempunyai posisi yang tegak lurus terhadap
bidang penempatannya (900).
3. Penempatan bak ukur atau rambu dilakukan pada daerah yang telah
mengalami perubahan bentuk misalnya pada bench, kaki lereng, dan tepi
bench.
4. Pemegang rambu harus selalu memperhatikan juru ukur agar rambu bias
berdiri pada posisinya.
5. Pengambilan detail dari setiap lokasi yang diukur akan sangat berguna dalam
penggambaran peta.

15

II.9 Langkah-langkah Pengambilan Data Kemajuan Tambang


Sebelum melakukan pengukuran, maka perlu dilakukan persiapan teknis
seperti mempersiapkan alat ukur, rambu, dan peta lapangan serta persiapan non
tekhnis seperti memperhatikan jadwal pengukuran, lokasi pengukuran, tim yang
akan berangkat, kesiapan tim bahkan sampai pada memperhatikan cuaca, karena
cuaca sangat berpengaruh pada efektifitas dan akurasi alat ukur.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pengukuran kemajuan
tambang :
1.

Mencari patok yang mudah dijangkau dari lokasi pengukuran, biasanya


penempatan alat ukur teodolith diletakkan pada daerah yang lebih tinggi dari
daerah lainnya dengan maksud agar pengukuran dapat lebih leluasa.

2.

Pasang statif (kaki tiga) dengan baik.

3.

Letakkan alat di atas statif yang telah berdiri dengan baik.

4.

Pastikan alat tepat pada patok yang telah ditentukan.

5.

Levelkan alat dengan menggunakan sekrup penyetel. Melevelkan alat juga


dapat dilakukan dengan memasang unting-unting tepat diatas patok kemudian
mengsimetriskan statif atau kaki tiga.

6.

Ukur tinggi pesawat dari permukaan tanah,

7.

Jika alat telah dilevelkan, putar alat teodolith searah jarum jam, arahkan
alat pada satu patok ikat, sebagai titik ikat, kemudian catat sudut azimuth dan
sudut vertical serta jarak optis yang diperoleh.

8.

Lakukan pengukuran pada daerah yang mengalami perubahan, semakin


banyak detail yang diambil maka semakin akurat pula hasil yang didapatkan.

16

9.

Besaran-besaran yang diukur dicatat pada lembar kerja yaitu pda saat
rambu dibidik tempatkan benang vertical optis pesawat berimpit dengan garis
tengah rambu/ bak ukur yang dibidik dan posisi benang tengah sesuai tinggi
pesawat.

10.

Dari pembacaan tersebut didapat jarak optis, azimuth dan sudut lereng.

11.

Besaran-besaran yang didapat dilapangan kemudian diolah ditempat


dengan menggunakan kalkulator, dan hasil penggambaran peta kemajuan
dilapangan dapat menjadi referensi bagi pengawas tambang.

12.

Data yang diperoleh dilapangan kemudian dibawa ke kantor untuk


dilakukan pengolahan data secara ulang agar diperoleh data yang lebih akurat
mengenai luas, volume, tonase dari bijih nikel yang telah ditambang dan
pembuatan peta kemajuan tambang sebagai referensi kepada perusahaan.

II.10

Teori Dasar Software Surfer 8

II.10.1 Grid Files


Grid merupakan nilai dari suatu titik yang dinyatkan dalam susunan
rectangle (kotak) dengan mengikuti pola-pola tertentu. Hasil dari suatu grid
menggunakan luasan yang teratur dengan kata lain setiap kotak yang dibentuk
mempunyai luas yang sama.susunan rectangle dari nilai Z diambil dari data
kordinat XY dan Elevasi Z degan spasi yang tidak beraturan, dalam artian bahwa
tidak mengikuti pola-pola tertentu pada level peta. Dengan demikian jika ada data
yang hilang maka akan mengakibatkan ketidakakuratan pembuatan peta, karena
17

hasil dari suatu grid dihubungkan dengan grid lainnya dengan menginterpolasi
nilai dari data tertentu.
Untuk menentukan kontur dengan nilai tertentu yang terletak di antara dua
titik yang telah diketahui ketinggiannya, maka dilakukan interpolasi linear
berdasarkan pada nilai grid suatu data.

18

Gambar 3.2 Grid File

II.10.2 Peta kontur (Countur Map)


Peta kontur merupakan penyajian gambar bentuk dua dimensi dari data
tiga dimensi yaitu X, Y, dan Z. Nilai Z digambarkan dengan garis yang
mempunyai nilai yang sama. Spasi relatif garis yang dibentuk ditandai dengan
kemiringan relatif suatu permukaan, dengan demikian semakin terjal suatu
permukaan maka garis kontur akan semakin rapat. Garis kontur digambarkan
sebagai rangkaian dari segmen garis lurus diantara dua grid yang berhadapan.
Alur garis kontur melalui grid yang digambarkan dengan interpolasi
diantara

rangkaian

garis

grid.

Karena

kontur

merupakan

garis

yang

menghubungkan titik ketinggian yang sama maka suatu garis kontur dengan garis
kontur lainnya tidak pernah saling berpotongan.

19

Gambar 3.3 Peta Kontur

II.10.3 Wireframe Map (3D Map)


Wireframe Map merupakan penggambaran bentuk tiga dimensi dari suatu
data grid atau disebut Digital Elevation Models (DEM). Dengan demikian
sebelum membuat wireframe map terlebih dahulu dibuat grid file seperti yang
telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Wireframe map digambarkan dengan
menghubungkan nilai Z sepanjang sumbu X dan Y. Pada masing-masing
perpotongan XY tinggi wireframe sebanding dengan nilai Z yang mewakili titik
perpotongan tersebut. Ada beberapa komponen dari Wireframe Map antara lain :

Garis sejajar sumbu X (X Line). Jumlah garis X pada wireframe Map


tergantung pada jumlah kolom pada grid file yang dibuat.

20

Gambar 3.4 Wire Frame dengan X Line

Garis sejajar sumbu Y (Y Line). Jumlah garis Y pada wireframe Map


tergantung pada jumlah kolom pada grid file yang dibuat.

Gambar 3.5 Wire Frame dengan Y Line

21

Garis
Z atau garis ketinggian yang tergambar pada permukaan. Jumlah garis ini
tergantung pada level minimum dan maksimum yang kemudian diatur
dengan interval kontur.

Gambar 3.6 Wire Frame dengan Z Line

Garis Warna (Color Zone) dapat diatur dengan mengikuti perbedaan level
pada wireframe map.

22

Gambar 3.7 Wire Frame dengan X,Y,Z Line

Axis yaitu garis yang menunjukkan skala data x, y, dan z.

3.10.4 Penampang (Cross Section)


Penampang (Cross Section) dihasilkan dari suatu irisan vertikal yang
melalui permukaan sepanjang batas garis yang dibuat (Boundary Line). Jejak
permukaan Cross Section biasa disebut profil line. Suatu permukaan didasarkan
pada grid file sedangkan Boundary Line didasarkan pada informasi blanking file
(BLN) yang dibuat dengan cara mendigit sepanjang boundary line itu sendiri.
Semua titik pada boundary line memotong garis grid, dengan demikian
profil yang akan dibentuk merupakan penampakan bidang sepanjang boundary
line tersebut sesuai dengan nilai ketinggiannya.

23

Gambar 3.8 Penampang (Crosscection)

3.10.5

Volume
Perhitungan volume digambarkan pada bidang solid yang ketinggian
dasar dan permukaannya telah ditentukan. Volume dihitung dengan menggunakan
tiga metode yaitu cara Trapezodial, cara Simpsonss dan cara Simpsons 3/8.
Masing-masing cara ini dijumlahkan dengan volume positif (Cut) dan volume
negatif (Fill).

24

Gambar 3.9 Volume

Volume positif (Volume Cut) adalah volume material suatu bidang dimana
bidang atasnya lebih dari bidang bawah, sedangkan volume negatif (Fill) adalah
material dimana bidang atasnya lebih rendah dari bidang bawah.

III.

TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini diusulkan pada PT. ANEKA TAMBANG Tbk. UBPN
Operasi Pomalaa Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara.

IV.

WAKTU DAN BIAYA KEGIATAN


Adapun waktu pelaksanaan kegiatan penelitian ini direncanakan dilakukan

selama bulan Februari sampai Maret 2010 dengan kegiatan meliputi orientasi

25

lapangan, pengumpulan data dan biaya pelaksanaan kerja praktek direncanakan


sebesar Rp. 3.000.000 (tiga juta rupiah) sesuai dengan lampiran A.

V.

PENUTUP
Demikian proposal ini dibuat, untuk menjadi bahan pertimbangan, atas
perhatian Bapak/Ibu sebelumnya saya ucapkan terima kasih.

26

Вам также может понравиться