Вы находитесь на странице: 1из 32

BAB I

PENDAHULUAN
World Health organization (2008) melaporkan pada tahun 2005 terdapat
536.000 wanita meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan dan 400
ibu meninggal per 100.000 kelahiran hidup (Maternal Mortality Ratio). Angka
Kematian Ibu (AKI) di negara maju diperkirakan 9 per 100.000 kelahiran hidup
dan 450 per 100.000 kelahiran hidup di negara yang berkembang. Hal ini berarti
99% dari kematian ibu oleh karena kehamilan dan persalinan berasal dari negara
berkembang.1
Jika dilihat dari penyebabnya, kasus obstetrik terbanyak pada tahun 2006
disebabkan oleh penyulit kehamilan, persalinan, dan masa nifas lainnya dengan
proporsi 47,3 %, diikuti dengan kehamilan yang berakhir abortus dengan proporsi
31,5%. Kehamilan ektopik merupakan salah satu kehamilan yang berakhir
abortus, dan sekitar 16 % kematian karena perdarahan dalam kehamilan
disebabkan oleh kehamilan ektopik yang pecah. 1
Kehamilan ektopik terjadi apabila hasil konsepsi berimplantasi, tumbuh
dan berkembang di luar endometrium normal. Kehamilan ektopik ini merupakan
kehamilan yang berbahaya bagi wanita karena besarnya kemungkinan terjadi
keadaan gawat. Keadaan gawat ini dapat terjadi pada kehamilan ektopik
terganggu (KET) dimana terjadi abortus maupun ruptur tuba. Abortus dan ruptur
tuba menimbulkan perdarahan ke dalam kavum abdominalis yang apabila cukup
banyak dapat menyebabkan hipotensi berat atau syok. Penanganan yang terlambat
dapat menyebabkan kematian pada ibu.1
Menurut WHO (2007), kehamilan ektopik mengakibatkan sekitar 5%
kematian ibu di negara-negara berkembang. 2 Insiden

kehamilan ektopik di

Amerika Serikat mengalami peningkatan lebih dari 3 kali lipat selama tahun 1970
dan 1987, dari 4,5/1000 kehamilan menjadi 16,8/1000 kehamilan. Kejadian
kehamilan ektopik tidak sama di antara senter pelayanan kesehatan. Hal ini
berhubungan dengan kejadian salpingitis. Di Indonesia sendiri kejadian kehamilan
ektopik sekitar 5-6 per seribu kehamilan.3 Di RSU Dr.Pirngadi Medan selama

periode tahun 1997-2000 terdapat 122 kasus kehamilan ektopik terganggu, 14


pada periode tahun 1999-2003. Frekuensi kehamilan ektopik berkisar 1 dalam 41
kehamilan. Di RSUD Arifin Achmad Pekan Baru Periode 1 Januari 2003-31
Desember 2005 terdapat 133 kasus kehamilan ektopik terganggu diantara 7.498
kasus kebidanan (1,77 %). Dan pada periode 1999-2006 terdapat 103 kasus
kehamilan ektopik terganggu di RSU St.Elisabeth Medan.1
Sekitar 95 % implantasi ekstrauterin terjadi di tuba Fallopii. Di tuba
sendiri, tempat yang paling sering adalah pada ampulla, kemudian berturut-turut
pada pars ismika, infundibulum dan fimbria, dan pars intersisialis dapat juga
terkena. Implantasi yang terjadi di ovarium, serviks, atau cavum peritonealis
jarang ditemukan. 4
Sebagai suatu keadaan yang mengancam kehidupan, kehamilan ektopik
menuntut tenaga kesehatan untuk mengetahui penatalaksanaan yang tepat. Oleh
karena itu, laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
kehamilan ektopik dan penatalaksanaannya.

BAB II
STATUS PASIEN
I.

II.

IDENTIFIKASI
Nama
: Ny. SM
Umur
: 38 tahun
Alamat
: Talang Harapan, Kayuagung
Suku
: Melayu
Bangsa
: Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
MRS
: 02 April 2016
No. RM
: 363295
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Badan lemas
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sekitar 6 jam sebelum masuk rumah sakit, os mengeluh perut
mulas menjalar ke punggung makin lama semakin sering dan kuat.
Riwayat keluar darah lendir (+), riwayat keluar air-air (-), riwayat
trauma (-), riwayat post coital (-), riwayat minum jamu-jamuan (-),
riwayat keputihan (-), riwayat perut diurut-urut (-), dan riwayat
demam (-). Os datang ke bidan dan dikatakan anak letak sungsang,
kemudian os dirujuk ke RSMH Palembang. Os mengaku hamil cukup
bulan dan gerakan janin masih dirasakan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama (-),
Riwayat Dalam Keluarga
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal
Status Sosial Ekonomi dan Gizi
Status Perkawinan
Status Reproduksi

: sedang
: menikah, 3 kali, lamanya 17 tahun
: menarche usia 15 tahun, siklus haid

28 hari, lamanya 5 hari.


HPHT 29 Januari 2016
Status Persalinan

:
1. 2000, aterm di klinik bersalin, spontan, 3700
gr, laki-laki, sehat.
2. 2007, aterm di bidan, spontan, 3600 gr, lakilaki, sehat.
3. Hamil saat ini.

III. PEMERIKSAAN FISIK


PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan Darah

: 90/70mmHg

Nadi

: 84x/ menit, isi/kualitas cukup, reguler

Respirasi

: 20x/menit, reguler

Suhu

: 36,6oC

BB

: 68 kg

TB

: 160 cm

PEMERIKSAAN KHUSUS
Mata

: Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-), edema


palpebra (-), pupil isokor 3mm, refleks cahaya (+/+).

Hidung

: Kavum nasi dextra et sinistra lapang, sekret (-),


perdarahan (-).

Telinga

: Liang telinga lapang

Mulut

: Perdarahan di gusi (-), sianosis sirkumoral (-), mukosa


mulut dan bibir kering (-), fisura (-), cheilitis (-).

Lidah

: Atropi papil (-).

Faring/Tonsil

: Dinding faring posterior hiperemis (-), tonsil T1-T1,


tonsil tidak hiperemis, detritus (-).

Kulit

: CRT < 3 s

LEHER
Inspeksi
Palpasi

: Tidak ada kelainan


: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

THORAX
Inspeksi
Palpasi
PARU

: Simetris, retraksi intercostal, subkostal, suprasternal (-)


: Stem fremitus kanan=kiri

Perkusi

: Sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi

: Vesikuler normal di kedua lapangan paru, ronkhi (-),


wheezing (-).

JANTUNG
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Iktus cordis tidak terlihat


: Iktus cordis tidak teraba, tidak ada thrill
: Jantung dalam batas normal
: BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-).

ABDOMEN
Inspeksi

: Cembung

Lihat pemeriksaan obstetrik


EKSTREMITAS
Akral hangat (+), edema pretibial (-).
PEMERIKSAAN OBSTETRIK
Pemeriksaan Luar:
Abdomen datar, lemas, FUT tak teraba, massa (-), nyeri tekan (+), TCB (+)
Pemeriksaan Dalam

Vaginal toucher
Portio lunak, letak medial, eff 80 %, diameter 7 cm, ketuban (+),
penunjuk sakrum kanan depan.
IV.

PEMERIKSAAN TAMBAHAN
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
Hematologi
Hb
RBC
WBC
Ht
Trombosit
Diff. Count

Hasil

Nilai Normal

11,2 mg/dl
4,53 juta/m3
11,1 x 103/m3
36%
185.000/m3
0/1/80/12/7

11,2-15,5 mg/dl
4,2-4,5 juta/m3
4,5-11 x 103/m3
43-49 %
150-450/m3
0-1/1-6/50-70/20-40/2-8

USG
V.

DIAGNOSIS KERJA
G3P2A0 hamil 37 minggu inpartu kala I fase aktif janin tunggal hidup
presentasi bokong.

VI.

PROGNOSIS
Prognosis Ibu :dubia ad bonam
Prognosis Janin :malam

VII. TATALAKSANA (Planning / P)


a. TERAPI
IVFD RL gtt xx/menit
Laparotomi
b. MONITORING
Observasi tanda vital, perdarahan
VIII. LAPORAN OPERASI

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1

Definisi Kehamilan Ektopik


Kehamilan

ektopik

ialah

kehamilan,

dengan

ovum

yang

dibuahi,

berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni endometrium kavum
uteri. Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang
sekarang masih juga banyak dipakai, oleh karena terdapat beberapa jenis
kehamilan ektopik yang berimplantasi dalam uterus tetapi tidak pada tempat yang
normal, misalnya kehamilan pada pars interstitialis tuba dan kehamilan pada
serviks uteri.5
Kehamilan ektopik merupakan keadaan emergensi yang menjadi penyebab
kematian maternal selama kehamilan trimester pertama.
3.2 Epidemiologi
Kehamilan ektopik belum terganggu sulit diketahui, karena biasanya
penderita tidak menyampaikan keluhan yang khas, kehamilan ektopik baru
memberikan gejala bila kehamilan tersebut terganggu.12 Sehingga insidens
kehamilan ektopik yang sesungguhnya sulit ditetapkan. Meskipun secara
kuantitatif mortalitas akibat KET berhasil ditekan, persentase insidens dan
prevalensi KET cenderung meningkat dalam dua dekade ini. Dengan
berkembangnya alat diagnostik canggih, semakin banyak kehamilan ektopik yang
terdiagnosis sehingga semakin tinggi pula insidens dan prevalensinya.1
Keberhasilan kontrasepsi pula meningkatkan persentase kehamilan
ektopik, karena keberhasilan kontrasepsi hanya menurunkan angka terjadinya
kehamilan uterin, bukan kehamilan ektopik, terutama IUD dan mungkin juga
progestagen

dosis

rendah.

Meningkatnya

prevalensi

infeksi

tuba

juga

meningkatkan keterjadian kehamilan ektopik. Selain itu, perkembangan teknologi


di bidang reproduksi, seperti fertilisasi in vitro, ikut berkontribusi terhadap
peningkatan frekuensi kehamilan ektopik.1
Kehamilan ektopik lebih sering di temukan pada wanita kulit hitam dari
pada wanita kulit putih. Perbedaan ini diperkirakan karena peradangan pelvis
lebih banyak ditemukan pada golongan wanita kulit hitam. 1
Kehamilan ektopik banyak terdapat bersama dengan keadaan gizi buruk
dan keadaan kesehatan yang rendah, maka insidennya lebih tinggi di Negara
sedang berkembang dan pada masyarakat yang berstatus sosio-ekonomi rendah
daripada di Negara maju dan pada masyarakat yang berstatus sosio-ekonomi
tinggi.1
Di Amerika Serikat, kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 64 hingga 1 dari
241 kehamilan, kejadian ini dipengaruhi oleh faktor sosial, mungkin karena pada
golongan pendapatan rendah lebih sering terdapat gonorrhoe karena kemungkinan
berobat kurang.1
3.1 Faktor resiko
Faktor risiko untuk kehamilan ektopik telah dirangkum oleh Ankum dkk
dalam meta-analisis yang mencakup 36 studi sebelumnya. Ada hubungan yang
kuat antara kehamilan ektopik dengan kondisi yang dianggap

menghambat

migrasi sel telur yang telah dibuahi ke rahim. Dalam hal ini termasuk kerusakan
pada tuba falopi dari penyakit radang panggul sebelumnya, sejarah kehamilan
ektopik, dan operasi tuba sebelumnya, termasuk ligasi tuba sebelumnya.
Mekanisme patofisiologi terhadap terganggunya integritas tuba ini yang mungkin
menjadi penyebab peningkatan jumlah kehamilan ektopik pada pasien dengan
infertilitas atau operasi panggul sebelumnya.6
Merokok (diduga mempengaruhi motilitas tuba), bertambahnya usia, dan
memiliki lebih dari satu pasangan seksual juga telah memiliki kaitan yang lemah
lemah

terhadap

peningkatan

risiko

kehamilan

ektopik.

Tidak

jelas

kaitan yang dilaporkan antara kehamilan ektopik dan penggunaan kontrasepsi


oral, keguguran spontan, atau kelahiran secara sesar.6

Faktor-faktor resiko yang sering terjadi adalah:

Riwayat Kehamilan Jelek


Riwayat kehamilan yang berhubungan dengan resiko kehamilan ektopik

adalah kehamilan ektopik, induksi abortus berulang dan mola. Sekali pasien
pernah mengalami kehamilan ektopik ia mempunyai kemungkinan 10 sampai
25% untuk terjadi lagi. Hanya 60% dari wanita yang pernah mengalami
kehamilan ektopik menjadi hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan
jadi lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar
antara 0-14.6%. Sebagai konsekuensinya, beberapa pasien melaporkan
kehamilan ektopik sebelumnya dan mengenal gejala-gejala sekarang yang
serupa. 1

Riwayat infeksi pelvis


Kira-kira sepertiga sampai separuh dari pasien dengan kehamilan ektopik

mempunyai riwayat infeksi pelvis sebelumnya. Calon ibu menderita infeksi


akibat penyakit GO (gonorrhea) ataupun radang panggul. Hal inilah yang
menyebabkan ibu yang menderita keputihan harus melakukan pemeriksaan
untuk memastikan gejala yang di deritanya adalah tanda infeksi atau hanya
keputihan yang bersifat fisiologis. 1

Riwayat kontrasepsi
Riwayat kontrasepsi membantu dalam penilaian kemungkinan kehamilan

ektopik. Pada kasus-kasus kegagalan kontrasepsi pada wanita yang


menggunakan kontrasepsi oral atau dengan alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR) , rasio kehamilan ektopik dibandingkan dengan kehamilan intrauterin
adalah lebih besar daripada wanita-wanita yang tidak menggunakan metode
kontrasepsi. Kejadian kehamilan ektopik pada akseptor AKDR dilaporkan 12
kali lebih tinggi dibandingkan dengan pemakai kondom. Diperkirakan terjadi
2 kehamilan ektopik per 1000 akseptor AKDR setiap tahun.

Akseptor pil yang berisi hanya progestagen dilaporkan mempunyai insiden


yang tinggi terhadap kehamilan ektopik apabila terjadi kehamilan selagi
menjadi akseptor yaitu 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan insidennya
yang biasa. Pada pemakai pil mini 4-6% dari kehamilannya dilaporkan adalah
ektopik, akan tetapi dilaporkan tidak terjadi perubahan insiden pada akseptor
pil kombinasi. 1

Riwayat operasi tuba


Adanya riwayat pembedahan tuba sebelumnya baik prosedur sterilisasi

yang gagal maupun usaha untuk memperbaiki infertilitas tuba semakin umum
sebagai faktor resiko terjadinya kehamilan ektopik. 1

Merokok
Merokok pada waktu terjadi konsepsi meningkatkan meningkatkan insiden

kehamilan ektopik yang diperkirakan sebagai akibat perubahan jumlah dan


afinitas reseptor andrenergik dalam tuba. 1
3.3 Klasifikasi kehamilan ektopik
Menurut lokasinya, kehamilan ektopik dapat dibagi dalam beberapa
golongan :
a.

Tuba fallopi. 95% kehamilan ektopik terjadi pada tuba fallopi. 3 Pada kasus
kehamilan tuba, 65% terjadi kehamilan ektopik pada tuba uterina kanan,
dan 35% kasus pada tuba uterina kiri.7 Lokasi-lokasi tuba yang bisa
terjadi kehamilan ektopik:

b.

1.

Pars interstisialis

2.

Isthmus

3.

Ampulla

4.

Infudibulum

5.

Fimbria

Uterus
1.

Kanalis servikalis

c.
d.
e.

f.

2.

Divertikulum

3.

Kornua

4.

Tanduk rudimeter

Ovarium
Intraligamenter
Abdominal
1. Primer
2. Sekunder
Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus. 5

Gambar 1. Lokasi Kehamilan Ektopik

3.4 Patologi
Pada proses awal kehamilan, apabila embrio tidak bisa mencapai
endometrium untuk proses nidasi, maka embrio dapat tumbuh di saluran tuba dan
kemudia akan mengalami beberapa proses seperti pada kehamilan pada umumnya.
Karena tuba bukan merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan embrio atau
mudigah, maka pertumbuhan dapat mengalami perubahan dalam bentuk berikut
ini.3

1.

Hasil konsepsi mati dini dan diresorpsi


Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena

vaskularisasi kurang dengan mudah terjadi resorpsi total. Dalam keadaan ini
penderita tidak mengeluh apa-apa dan haidnya terlambat untuk beberapa hari.
2. Abortus ke dalam lumen tuba
Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah
oleh villi koriales pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan
mudigah

dari

dinding

tersebut

bersama-sama

dengan

robeknya

pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya. Bila


pelepasan menyeluruh, mudigah dan selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba
dan kemudian didorong oleh darah ke arah ostium tuba abdominale.
Perdarahan yang berlangsung terus menyebabkan tuba membesar dan kebiruiruan (hematosalping) dan selanjutnya darah mengalir ke rongga perut melalui
ostium tuba berkumpul di kavum douglas dan akan membentuk hematokel
retrouterina.3

Gambar 2. Abortus Tuba

3. Ruptur dinding tuba


Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus
dan biasanya pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstisialis
terjadi pada kehamilan lebih lanjut. Faktor utma yang menyebabkan ruptur
adalah penembusan vili koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke
peritoneum. Ruptur dapat terjadi spontan atau karena trauma ringan. Darah
dapat mengalir ke dalam rongga perut melalui ostium tuba abdominale. Bila
ostium tuba tersumbat, ruptur sekunder terjadi. Dalam hal ini, dinding tuba
telah menipis oleh invasi trofoblas, pecah karena tekanan darah dalam tuba.
Kadang ruptur terjadi di arah ligamentum latum dan terbentuk hematoma
intraligamenter antara 2 lapisa ligamentum tersebut. Ika janin hidup terus
dapat terjadi kehamilan intraligamenter.3
Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat keluar dari tuba,
tetapi bila robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi
dikeluarkan dari tuba. Nasib janin bergantung pada tuanya kehamilan dan
kerusakan yang diderita. Bila janin mati dan masih kecil, dapat diresorpsi
seluruhnya dan bila besar dapat diubah menjadi litopedion. 3
Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh
kantomg amnion dan dengan plassenta masih untuh kemungkinan tumbuh
terus dalam rongga peru, sehingga terjadi kehamilan ektopik lanjut atau
kehamilan abdominal sekunder. 3

Gambar 3. Komplikasi Kehamilan Ektopik, Ruptur tuba

3.5 Jenis Kehamilan ektopik


1. Kehamilan pars interstisialis Tuba
Kehamilan ektopik ini terjadi bila ovum bernidasi pada pars interstisialis
tuba. Keadaan ini jarang terjadi dan hanya satu persen dari semua kehamilan
tuba. Ruptur pada keadaan ini terjadi pada kehamilan lebih tua, dapat mencapi
akhir bulan keempat. Perdarahan yang terjadi sangat banyak dan bila tidak
segera dioperasi akan menyebabkan kematian. 3
Tindakan operasi yang dilakukan adalah laparatomi untuk membersihkan
isi kavum abdomen dari darah dan sisa jaringan konsepsi serta menutup
sumber perdarahan dengan melakukan irisan baji (wedge resection) pada
kornu uteri dimana tuba pars interstisialis berada. 3

2. Kehamilan ektopik ganda


Sangat jarang kehamilan ektopik ini berlangsung bersamaan
dengan kehamilan intrauterine. Keadaan ini disebut kehamilan ektopik
ganda (combined ectopic pregnancy). Frekuensinya berkisar 1 di antara
15.00-40.000 persalinan. Di Indonesia sudah dilaporkan beberapa kasus.3
Pada umumnya diagnosis kehamilan dibuat pada waktu operasi
kehamilan ektopik yang terganggu. Pada laparatomi ditemukan uterus
yang membesar sesuai dengan tuanya kehamilan dan 2 korpora lutea. 3
3. Kehamilan Ovarial
Kehamilan ovarial primer sangat jarang terjadi. Diagnosis kehamilan
tersebut ditegakkan atas dasar 4 kriteria dari Spiegelberg yaitu :
a.

Tuba pada sis kehamilan harus normal

b.

Kantong janin harus berlokasi pada ovarium

c.

Kantong janin dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovary


proprium.

d.

Jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantong


janin.3

Diagnosa yang pasti diperoleh bila kantong janin kecil dikelilingi oleh
jaringan ovarium dengan trofoblas memasuki alat tersebut. Pada kehamilan
ovarial biasanya terjadi rupture pada kehamilan muda dengan akibat
perdarahan dalam perut. Hasil konsepsi dapat pula mengalami kematian
sebelumnya sehingga tidak terjadi rupture, ditemukan benjolan dengan
berbagai ukuran yang terdiri atas ovarium yang mengandung darah, villi
korialis dan mungkin juga mudigah.3
4. Kehamilan servikal
Kehamilan servikal juga sangat jarang terjadi. Bila ovum berimplantasi
dalam kavum servikalis, maka akan terjadi perdarahan tanpa nyeri pada
kehamilan muda. Jika kehamilan berlangsung terus, serviks membesar
dengan ostium uteri eksternum terbuka sebagian. Kehamilan servikal

jarang melampaui 12 minggu dan biasanya diakhiri secara operatif oleh


karena perdarahan. Pengeluaran konsepsi pervaginam yang menyebabkan
banyak perdarahan, sehingga untuk menghentikan perdarahan diperlukan
histerektomi totalis.3
Paalman dan Mc Ellin (1959) membuat kriteria klinik sebagai berikut :
a.

Ostium uteri intertum tertutup

b.

Ostium uteri eksternum terbuka sebagian

c.

Seluruh hasil konsepsi terletak dalam endoserviks

d.

Peradarahan uterus setelah fase amenore tanpa disertai rasa nyeri

e.

Serviks lunak, membesar, dapat lebih besar dari fundus uteri, sehingga
terbentuk hour-glass uterus.3

5. Kehamilan ektopik kronik


Umumnya terjadi setelah ruptur tuba atau abortus tuba dan selanjutnya
janin dapat tumbuh terus karena mendapat cukup zat-zat makanan dan oksigen
dari plasenta yang dapat meluaskan insersinya pada jaringan sekitarnya. Bila
janin cukup besar dapat terus hidup sebagai kehamilan abdominal. Kehamilan
ini merupakan komplikasi obstetrik yang mempunyai morbiditas dan mortalitas
janin yang tinggi dan sangat membahayakan ibu sehingga tidak bijaksana bila
kita menemukan kehamilan abdominal masih berupaya untuk mempertahankan
sampai genap bulan. Dianjurkan bila diagnosis kehamilan abdominal sudah
tegak harus dilakukan laparotomi untuk penghentian kehamilan tersebut.3
3.6 Gambaran Klinik
Kehamilan ektopik belum terganggu sulit diketahui, karena biasanya
penderita tidak menyampaikan keluhan yang khas. Pada umumnya penderita
menunjukkan gejala-gejala seperti pada kehamilan muda yakni mual, pembesaran
disertai rasa agak sakit pada payudara yang didahului keterlambatan haid. Di
samping gangguan haid, keluhan yang paling sering ialah nyeri di perut bawah
yang tidak khas, walaupun kehamilan ektopik belum mengalami ruptur. Kadangkadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan.1

Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda, dari


perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala
yang tidak jelas, sehingga sukar membuat diagnosisnya. Gejala dan tanda
bergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba,
tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi, dan keadaan umum penderita
sebelum hamil.1
Nyeri abdomen merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik. Nyeri
dapat unilateral atau bilateral, pada abdomen bagian bawah, seluruh abdomen,
atau hanya di bagian atas abdomen. Umumnya diperkirakan, bahwa nyeri perut
yang sangat menyiksa pada suatu ruptur kehamilan ektopik, disebabkan oleh
darah yang keluar ke dalam kavum peritoneum. Tetapi karena ternyata terdapat
nyeri hebat, meskipun perdarahannya sedikit, dan nyeri yang tidak berat pada
perdarahan yang banyak, jelas bahwa darah bukan satu-satunya sebab timbul
nyeri. Darah yang banyak dalam kavum peritoneal dapat menyebabkan iritasi
peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri yang bervariasi.1
Amenorea atau gangguan haid merupakan tanda yang penting pada
kehamilan ektopik. Lamanya amenorea tergantung pada kehidupan janin,
sehingga dapat bervariasi. Sebagian penderita tidak mengalami amenorea karena
kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya.1
Bercak darah (spotting) atau perdarahan vaginal merupakan juga tanda
yang penting pada kehamilan ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian
janin, dan berasal dari uteri karena pelepasan desidua. Perdarahan biasanya
sedikit, berwarna coklat tua, dan dapat intermiten atau terus menerus.1
Pada pemeriksaan dalam ditemukan bahwa usaha menggerakkan serviks
uteri menimbulkan rasa nyeri dan kavum Doglas teraba menonjol, berkisar dari
diameter 5 sampai 15 cm, dengan konsistensi lunak dan elastik.1
3.7

Diagnosis
Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta penunjang

Anamnesis
Terjadi amenorea, yaitu haid terlambat mulai beberapa hari sampai beberapa bulan
atau hanya haid yang tidak teratur. Kadang-kadang dijumpai keluhan hamil muda
dan gejala hamil lainnya. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus dan
perdarahan pervaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah.1 Kehamilan
ektopik harus dipikirkan pada semua pasien dengan test kehamilan positif, nyeri
pada pelvis, dan perdarahan uterus abnormal.8
Pemeriksaan umum
Penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan dalam rongga perut dapat
ditemukan tanda-tanda syok.1
Pemeriksaan ginekologi
Tanda-tanda

kehamilan

muda

mungkin

ditemukan.

Pergerakan

serviks

menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba maka akan terasa sedikit
membesar dan kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang
sukar ditentukan. Cavum douglasi yang menonjol dan nyeri raba menunjukkan
adanya hematocele retrouterina. Suhu kadang-kadang bisa naik sehingga
menyukarkan perbedaan dengan infeksi pelvik. 1
Tes kehamilan
Apabila test positif, dapat membantu diagnosis khusunya terhadap tumortumor adneksa, yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan. Tes kehamilan
yang negatif tidak banyak artinya, umunya tes ini menjadi negatif beberapa hari
setelah meninggalnya mudigah.5
Dilatasi dan kerokan
Biasanya kerokan dilakukan, apabila sesudah amonorea terjadi perdarahan
yang cukup lama tanpa ditemukan kelainan nyata di samping uterus, sehingga
dipikirkan abortus inkompletus, perdarahan disfungsional dan lain-lain.5

Laparoskopi
Laparoskopi merupakan cara pemeriksaan yang sangat penting untuk
diagnosis kehamilan ektopik pada umumnya dan kehamilan ektopik yang tidak
terganggu.5
Ultrasonografi
Keunggulan, bahwa tidak invasif atau tidak perlu memasukkan alat dalam
rongga perut. Dapat dinilai kavum uteri, kosong atau berisi, tebal endometrium,
adanya massa di kanan atau kiri uterus dan apakah kavum Douglas berisi cairan.5

Gambar 4. USG Kehamilan Ektopik

Kuldosintesis
Kuldosintesis adalah prosedur klinik diagnostik untuk mengidentifikasi
adanya perdarahan intra peritoneal, khusunya pada kehamilan ektopik terganggu.
Kuldosintesis diindikasikan pada kasus kehamilan ektopik dan abses pelvik. 9
Teknik :
1. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi
2. Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptik
3. Speculum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam
serviks dengan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak.
4. Jarum spinal no.18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan
semprit 10 ml dilakukan pengisapan.
5. Bila pada pengisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada
kain kasa dan diperhatikan apakah darah merah yang dikeluarkan
merupakan :

a.

Darah segar berwarna merah dan akan membeku; darah berasal


dari arteri atau vena yang tertusuk

b.

Darah

tua

berwarna

coklat

sampai

hitam

yang

tidak

membeku,darah menunjukkan adanya hematokel retrouterina.3

Gambar 5. Teknik Kuldosintesis


3.8

Diagnosis Deferensial
Yang perlu dipikirkan sebagai diagnosis diferensial adalah
1.
2.
3.
4.

3.9

Infeksi pelvik
Abortus
Tumor ovarium
Ruptur korpus luteum 5

Penatalaksanaan
A. Pembedahan
Pembedahan merupakan penatalaksanaan primer pada kehamilan ektopik
terutama pada KET dimana terjadi abortus atau ruptur pada tuba.
Penatalaksanaan pembedahan sendiri dapat dibagi atas dua yaitu pembedahan
konservatif dan radikal. Pembedahan konservatif terutama ditujukan pada
kehamilan ektopik yang mengalami ruptur pada tubanya. Ada dua
kemungkinan prosedur yang dapat dilakukan yaitu: 1. Salpingotomi linier,
atau 2. Reseksi segmental. Pendekatan dengan pembedahan konservatif ini
mungkin dilakukan apabila diagnosis kehamilan ektopik cepat ditegakkan
sehingga belum terjadi ruptur pada tuba. 4

1. Salpingotomi linier
Tindakan ini merupakan suatu prosedur pembedahan yang ideal dilakukan
pada kehamilan tuba yang belum mengalami ruptur. Karena lebih dari 75%
kehamilan ektopik terjadi pada 2/3 bagian luar dari tuba. Prosedur ini dimulai
dengan menampakkan, mengangkat, dan menstabilisasi tuba. Satu insisi linier
kemudian dibuat diatas segmen tuba yang meregang. Insisi kemudian
diperlebar melalui dinding antimesenterika hingga memasuki ke dalam lumen
dari tuba yang meregang. Tekanan yang hati-hati diusahakan dilakukan pada
sisi yang berlawanan dari tuba, produk kehamilan dikeluarkan dengan hatihati dari dalam lumen. Biasanya terjadi pemisahan trofoblas dalam jumlah
yang cukup besar maka secara umum mudah untuk melakukan pengeluaran
produk kehamilan ini dari lumen tuba. Tarikan yang hati-hati dengan
menggunakan sedotan atau dengan menggunakan gigi forsep dapat digunakan
bila perlu, hindari jangan sampai terjadi trauma pada mukosa. Setiap sisa
trofoblas yang ada harus dibersihkan dengan melakukan irigasi pada lumen
dengan menggunakan cairan ringer laktat yang hangat untuk mencegah
kerusakan lebih jauh pada mukosa. 4
Hemostasis yang komplit pada mukosa tuba harus dilakukan, karena
kegagalan pada tindakan ini akan menyebabkan perdarahan postoperasi yang
akan membawa pada terjadinya adhesi intralumen.4
Batas mukosa kemudian ditutup dengan jahitan terputus, jahitan harus
diperhatikan hanya dilakukan untuk mendekatkan lapisan serosa dan lapisan
otot dan tidak ada tegangan yang berlebihan. Perlu juga diperhatikan bahwa
jangan ada sisa material benang yang tertinggal pada permukaan mukosa,
karena sedikit saja dapat menimbulkan reaksi peradangan sekunder yang
diikuti dengan terjadinya perlengketan. 4

2. Reseksi segmental
Reseksi segmental dan reanastomosis end to end telah diajukan sebagai
satu alternatif dari salpingotomi. Prosedur ini dilakukan dengan mengangkat

bagian implantasi, jadi prosedur ini tidak dapat melibatkan kehamilan tuba
yang terjadi berikutnya. Tujuan lainnya adalah dengan merestorasi arsitektur
normal tuba. Prosedur ini baik dilakukan dengan mengunaka loupe
magnification atau mikroskop. Penting sekali jangan sampai terjadi trauma
pada pembuluh darah tuba. Hanya pasien dengan perdarahan yang sedikit
dipertimbangkan untuk menjalani prosedur ini. Mesosalping yang berdekatan
harus

diinsisi

dan

dipisahkan

dengan

hati-hati

untuk

menghindari

terbentuknya hematom pada ligamentum latum. Jahitan seromuskuler


dilakukan dengan menggunakan mikroskop/loupe. Dengan benang absorbable
6-0 atau 7-0, dan lapisan serosa ditunjang dengan jahitan terputus tambahan. 4
3. Salpingektomi
Salpingektomi total diperlukan apabila satu kehamilan tuba mengalami
ruptur, karena perdarahan intraabdominal akan terjadi dan harus segera diatasi.
Hemoperitonium yang luas akan menempatkan pasien pada keadaan krisis
kardiopulmunonal yang serius.4
Insisi suprapubik Pfannenstiel dapat digunakan , dan tuba yang meregang
diangkat. Mesosalping diklem berjejer dengan klem Kelly sedekat mungkin
dengan tuba. Tuba kemudian dieksisi dengan memotong irisan kecil pada
myometrium di daerah cornu uteri, hindari insisi yang terlalu dalam ke
myometrium. Jahitan matras angka delapan dengan benang intrauteri
digunakan untuk menutup myometrium pada sisi reseksi baji. Mesosalping
ditutup dengan jahitan terputus dengan menggunakan benang absorbable.
Hemostasis yang komplit sangat penting untuk mencegah terjadinya hematom
pada ligamentum latum. 4
4. Salpingoooforektomi
Tidak jarang ovarium termasuk dalam gumpalan darah dan sukar
dipisahkan sehingga terpaksa dilakukan salpingooforektomi
B. Medikamentosa

Saat ini dengan adanya tes kehamilan yang intrauterin dan ultrasonografi
transvaginal, memungkinkan kita untuk membuat diagnosis kehamilan ektopik
secara dini. Keuntungan dari ditegakkannya diagnosis kehamilan ektopik
secara dini adalah bahwa penatalaksanaan secara medisinalis dapat dilakukan.
Penatalaksanaan medisinalis memiliki keuntumngan yaitu kurang intrauterin,
menghilangkan risiko pembedahan dan anestesi, mempertahankan fungsi
fertilitas dan mengurangi biaya serta memperpendek waktu penyembuhan. 4
Terapi medisinalis yang utama pada kehamilan ektopik adalah
methotrexate (MTX). Methotrexate merupakan analog asam folat yang akan
mempengaruhi sintesis DNA dan multiplikasi sel dengan cara menginhibisi
kerja enzim Dihydrofolate reduktase. MTX ini akan menghentikan proliferasi
trofoblas. 4
Pemberian MTX dapat secara oral, sistemik iv,im) atau injeksi lokal
dengan panduan USG atau laparoskopi. Efek sampingyang timbul tergantung
dosis yang diberikan. Dosis yang tinggi akan menyebabkan enteritis
hemoragik dan perforasi usus, supresi sumsum tulang, nefrotoksik, disfungsi
hepar permanen, alopesia, dermatitis, pneumonitis, dan hipersensitivitas. Pada
dosis rendah akan menimbulkan dermatitis, gastritis, pleuritis, disfungsi hepar,
supresi sumsum tulang sementara. Pemberian MTX biasanya disertai
pemberian folinic acid (leucovorin calcium atau citroforum factor) yaitu zat
yang mirip asam folat namun tidak tergantung pada enzim dihydrofolat
reduktase. Pemberian folinic acid ini akan menyelamatkan sel-sel normal dan
mengurangi efek MTX pada sel-sel tersebut. 4
Regimen yang dipakai saat ini adalah dengan pemberian dosis tungal
MTX 50 mg/m2 luas permukaan tubuh. Sebelumnya penderita diperikasa dulu
kadar hCG, fungsi hepar, kreatinin, golongan darah. Pada hari ke-4 dan ke-7
setelah pemberian MTX kadar hCG diperiksa kembali. Bila kadar hCG
berkurang 15% atau lebih, dari kadar yang diperiksa pada hari ke-4 maka
mTX tidak diberikan lagi dan kadar hCG diperiksa setiap minggu sampai
hasilnya negatif atau evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan USG
transvaginal setiap minggu. Bila kadar hCG tidak berkurang atau sebaliknya

meningkat dibandingkan kadar hari ke-4 atau menetap selama interval setiap
minggunya, maka diberikan MTX 50 mg/m 2 kedua. Stoval dan Ling pada
tahun 1993 melaporkan keberhasilan metoda ini sebesar 94,3%. Selain dengan
dosis tunggal, dapat juga diberikan multidosis sampai empat dosis atau
kombinasi dengan leucovorin 0,1 mg/kgBB.4
Kriteria

untuk

terapi

Methotrexate

adalah

sebagai

berikut:

Massa belum ruptur <3,5-4,0 cm (peningkatan ukuran dapat meningkatkan


risiko pecah atau memerlukan lebih dari satu dosis metotreksat).
Tidak ada gerakan jantung janin (aktivitas jantung menunjukkan kehamilan
lanjut dan meningkatkan risiko rupture atau kegagalan metotreksat dosis
tunggal)
Tidak ada bukti ruptur atau hemoperitoneum.
hemodinamik stabil
Diagnosis kehamilan ektopik telah pasti dan tidak memerlukan diagnosis
laparoskopi.
Pasien menginginkan kesuburan di masa depan (jika fertilitas masa depan
tidak diinginkan, pertimbangkan laparoskopi dengan ligasi tuba dari tuba
kontra-lateral)
Anestesi umum menimbulkan risiko yang signifikan Pasien dapat
diandalkan dan bersedia untuk kembali control
Pasien tidak memiliki kontra-indikasi untuk Methotrexate
+ / - Serum -hCG kurang dari 6.000 - 15.000 mIU / mL10

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Anamnesa
Teori

Kasus

Definisi

Terjadi implantasi pada omentum

Kehamilan ektopik terganggu :

yang berasal dari fimbriae tuba


uterina dekstra

Suatu keadaan dimana implantasi


hasil konsepsi terjadi diluar cavum
endometrium

Faktor resiko :

Trisemester pertama

Usia 43 tahun

Faktor Resiko :
-

kerusakan
tuba,

dan

disfungsi

riwayat

operasi,

riwayat sterilisasi, riwayat


infeksi, riwayat penggunaan
hormon progesterone dan
AKDR.
-

Riwayat kehamilan ektopik


sebelumnya

Umur tua

- perokok
Dari anamnesa, faktor resiko pada kasus ini kurang begitu jelas.
Hanya ditemukan faktor resiko berupa usia pasien pada saat hamil
merupakan usia tua yaitu 43 tahun.

Teori

Kasus

Keluhan :

Keluhan :

Amenorea

Amenorea

Nyeri

perut

bersifat Perdarahan

bawah

tajam, hampir diseluruh regio.

Perdarahan pervaginam

Darah

berwarna

pervaginam

minggu
Nyeri

perut

bawah

kanan,

menjalar ke pinggang dan paha

coklat/kehitaman

Darah berwarna kehitaman

Keluhan gastrointestinal

Mual-muntah

Nyeri saat menarik nafas dan


sesak

Pusing

Pada anamnesis pasien ini amenorea, perdarahan pervaginam


berwarna kehitaman, dan nyeri perut bagian bawah yang menjalar
hingga pinggang dan paha. Serta keluhan gastrointestinal yaitu adanya
mual dan muntah.

4.2 Pemeriksaan Fisik


Teori

Kasus

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik :

Anemis

Anemis (+), Hb : 6,0

Nyeri tekan abdomen

Nyeri tekan abdomen sebelah

Uterus membesar

VT : nyeri goyang porsio (+), Tinggi fundus sulit dievaluasi


forniks posterior menonjol dan
nyeri pada penekanan.

kanan

VT : vulvovagina normal, tidak


ada pembukaan, nyeri goyang

portio
agak

(+),

forniks

menonjol,

forniks

posterior

nyeri

posterior

pengeluaran

tekan
(+),

darah

(+)

berwarna merah kehitaman.

Pada pasien ini gejala klinis yang dapat ditemukan dari


pemeriksaan fisik yang dilakukan dan sesuai dengan diagnosis
terjadinya kehamilan ektopik terganggu.

4.3 Pemeriksaan Penunjang


Teori

Kasus

Pemeriksaan penunjang :

Pemeriksaan penunjang :

Darah Lengkap

Test kehamilan

30,2

HCG-

trombosit : 315.000

USG

Dilatasi /kerokan

Kuldosintesis

Laparoskopi

Hasil

pemeriksaan

kehamilan ektopik

penunjang

Darah lengkap Hb: 6.0, HCT :


%,

leukosit

yang

mendukung

diagnosis

pasien ini adalah adanya penurunan Hb dan tes

4.4 Penatalaksanaan

Penatalaksaan :

9.400,

Test kehamilan : (+)

kehamilan positif

Teori

Fakta
Penatalaksaan :

1) Pembedahan
Laparotomi
2) Medikamentosa

Methotrexate

Dilakukan

pembedahan

laparotomi

dengan

yaitu

pengeluaran

massa konsepsi pada omentum


dan membiarkan massa konsepsi
pada

colon

salpingooforektomi

serta
dekstra

dan

tubektomi sinistra

Medikamentosa
kondisi

pasien

tidak

dilakukan,

tidak

sesuai

kriteria.

Berdasarkan indikasi yang diperoleh pada pasien, ditentukan terapi KET


yang sesuai yaitu pembedahan.

BAB IV
ANALISIS KASUS
Ny.DY usia 32 tahun G3P2A0 dengan hamil cukup bulan dirujuk ke RSMH
oleh bidan tanpa didampingi bidan. Tindakan bidan dalam kasus ini kurang tepat,
seharusnya bidan mendampingi pasien pada saat merujuk. Pentingnya dampingan
bidan adalah agar bidan dapat memantau kondisi ibu dan janin selama
diperjalanan serta dapat membantu memberikan informasi lengkap mengenai
kehamilan pasien (termasuk hasil kegiatan ANC pasien selama hamil ini) pada
petugas RS rujukan. Selain itu, bidan seharusnya tidak langsung merujuk ke
RSMH, karena sesuai dengan prosedur perujukan, pasien sebaiknya dirujuk ke
rumah sakit tipe C dan tipe B terdekat yang memiliki dokter spesialis Obstetri dan
Ginekologi serta fasilitas yang memadai.
Pada riwayat perjalanan penyakitnya didapatkan sejak 6 jam SMRS pasien
mengeluh perut mulas yang menjalar ke pinggang makin lama makin sering dan
kuat. Riwayat keluar darah lendir (+), hal ini menunjukkan bahwa pada pasien
telah terlihat adanya tanda-tanda inpartu. Keluar air-air (-), hal ini menunjukkan
ketuban kemungkinan belum pecah, untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
ketuban pecah dini (KPD). Riwayat trauma (-), post coital (-), minum jamujamuan (-), keputihan (-), perut diurut-urut (-), demam (-) menyingkirkan
kemungkinan adanya penyulit lain. Pasien juga mengaku hamil cukup bulan dan
gerakan janin masih dirasakan, hal ini menunjukkan kemungkinan janin hidup.
Dari keterangan Ny.DY dapat diketahui bahwa ANC pada pasien ini tidak
berjalan dengan baik karena keadaan letak sungsang yang tidak segera dilaporkan
kepada dokter yang kompeten. Seharusnya, pada kunjungan ANC di bidan, bidan
memberikan edukasi pada ibu untuk merencanakan persalinannnya di rumah sakit
karena persalinan letak sungsang bukan kompetensi bidan. Seharusnya kejadian
presentasi bokong ini dapat dideteksi pada usia kehamilan yang lebih muda
sehingga dapat dilakukan pertolongan awal seperti versi luar yang berguna untuk
membuat posisi terbawah dari janin adalah kepala.
Pada pemeriksaan luar didapatkan tinggi fundus uteri 3 jari di bawah

prosesus xiphoideus (34 cm) dengan perkiraan usia kehamilan 38-40 minggu,
dengan bagian yang berada pada bagian fundus uteri adalah kepala. Letak
memanjang, punggung kanan, bagian terbawah adalah bokong, dapat disimpulkan
janin merupakan presentasi bokong. Pada pemeriksaan his didapatkan his 3 kali
dalam 10 menit, lamanya 35 detik, hal ini menunjukkan his adekuat dan pasien
sudah berada pada fase aktif. Detak jantung janin 136 x/menit reguler
Pada pemeriksaan dalam didapatkan portio teraba lunak, pembukaan 7 cm,
bokong, ketuban (+), jernih, bau (-), penunjuk sakrum kanan depan. Hal ini
menunjukkan bahwa pasien telah memasuki fase aktif pada kala I dengan
presentasi bokong.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan pasien sudah
pernah hamil 3 kali, melahirkan 2 kali, dan belum pernah abortus, kemudian usia
kehamilan 37 minggu, sudah inpartu, pada kala I fase aktif. Pasien hamil cukup
bulan, kontraksi his yang makin lama makin sering dan kuat. Kemudian pada
anamnesis dan pemeriksaan fisik juga didapatkan bahwa letak janin adalah
presentasi bokong. Maka dari itu diagnosis pada pasien ini adalah G3P2A0 hamil
37 minggu inpartu kala I fase aktif dengan JTH presbo. Faktor risiko yang
memungkinkan terjadinya presentasi bokong pada kasus ini adalah multiparitas,
dimana pasien mempunyai riwayat melahirkan lebih dari satu kali. Sedangkan
faktor risiko lainnya seperti abnormalitas struktural uterus, polihidramnion,
oligohidramnion, plasenta previa, mioma uteri, kehamilan multipel, anomali janin
(anensefali, hidrodefalus), dan riwayat presentasi bokong sebelumnya tidak ada.
Pada pasien dilakukan persalinan pervaginam hal ini dikarenakan skor
Zatuchni-Andros pada pasien ini adalah 5, yaitu paritas multi (1), TBJ <3176
gram (2), dan pembukaan >4cm (2). Pada penilaian skor Zatuchni-Andros, skor
>4 dapat dilakukan persalinan secara pervaginam. Namun skor ini bukan
merupakan suatu jaminan bahwa persalinan pervaginam pasti berhasil.
Seperti disebutkan diatas, pasien ini memenuhi syarat untuk dilahirkan
pervaginam, dan jenis persalinan pervaginam yang direncanakan adalah spontan
Bracht. Pada teori dijelaskan bahwa saat bokong telah lahir, maka bahu dan
kepala bayi harus lahir dalam waktu <8 menit. Teknik untuk melahirkan bahu dan

lengan ialah secara: Klasik (yang seringkali disebut Deventer), Mueller, Lovset,
Bickenbach. Dan kepala dilahirkan dengan manuver Mauriceau. Penatalaksanaan
yang dilakukan pada ibu adalah observasi tanda vital, his, dan DJJ. Diberikan pula
resusitasi cairan IVFD RL 500 cc dengan 20 tetesan per menit. Pengecekan
laboratorium darah rutin dan kimia darah perlu dilakukan untuk melihat apakah
ada kelainan-kelainan lain yang bisa menjadi penyulit atau mengakibatkan
komplikasi.
Pukul 00.05 lahir neonatus hidup secara spontan Bracht, laki-laki, BB 2600
gr, PB: 49 cm, Apgar Score 8/9. Kemudian dilakukan manajemen aktif kala III
yaitu injeksi oksitosin 10 IU im, masase fundus uteri, peregangan tali pusat
terkendali. Pukul 00.20 plasenta lahir lengkap, BP 500 gram, PTP 50 cm, ukuran
18x19 cm2. Dilakukan eksplorasi, tidak ditemukan perluasan luka episiotomi.
Luka episiotomi dijahit secara jelujur subkutikuler dengan chromic catgut 2.0.
Perdarahan aktif (-). Keadaan umum ibu post partum baik.

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F.G et al. 2005. Breech Presentation and Delivery In: Williams
Obstetrics. 22st edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising
Division, 509-536.
De Cherney, Alan H. 2003.Current Obstetric and Gynecologic Diagnmosis and
Treatment. 9thEdition. India: The McGraw Hill Companies Inc.
Kampono, Nugroho, dkk. 2008. Persalinan Sungsang. Available from:
http://geocities.com/abudims/cklobpt9.html.
Krishadi, Sofie R.et all. editor. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan
Ginekologi Rumah Sakit Dr.Hasan Sadikin.Bagian Pertama. Bandung.
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Perjan RSHS.
Saifuddin AB. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo.
Sastrawinata, et all. editor. 2003. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Supono. 1985. Ilmu Kebidanan: Bagian Patologi. Edisi Pertama. Palembang.
Bagian Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum FK Unsri.

Вам также может понравиться

  • Daftar Obat Yang Ada Di Puskesmas
    Daftar Obat Yang Ada Di Puskesmas
    Документ4 страницы
    Daftar Obat Yang Ada Di Puskesmas
    Msya Feri
    60% (20)
  • Penyuluhan Diabetes Melitus
    Penyuluhan Diabetes Melitus
    Документ19 страниц
    Penyuluhan Diabetes Melitus
    andhyagreenie240
    86% (14)
  • Referat Cardiac Arrest
    Referat Cardiac Arrest
    Документ23 страницы
    Referat Cardiac Arrest
    EvanRendiyansyah
    Оценок пока нет
  • PROLANIS
    PROLANIS
    Документ32 страницы
    PROLANIS
    Redho Afriando
    Оценок пока нет
  • Referat Dermatitis Seboroik RY
    Referat Dermatitis Seboroik RY
    Документ15 страниц
    Referat Dermatitis Seboroik RY
    EvanRendiyansyah
    Оценок пока нет
  • DOSIS ANTIBIOTIK
    DOSIS ANTIBIOTIK
    Документ2 страницы
    DOSIS ANTIBIOTIK
    Linda Rusliana Sari
    Оценок пока нет
  • Lampiran 8
    Lampiran 8
    Документ75 страниц
    Lampiran 8
    EvanRendiyansyah
    Оценок пока нет
  • Lembar Kerja Soal Kardiovaskular - 170707
    Lembar Kerja Soal Kardiovaskular - 170707
    Документ15 страниц
    Lembar Kerja Soal Kardiovaskular - 170707
    EvanRendiyansyah
    Оценок пока нет
  • Lembar Kerja Soal Kardiovaskular - 170707
    Lembar Kerja Soal Kardiovaskular - 170707
    Документ15 страниц
    Lembar Kerja Soal Kardiovaskular - 170707
    EvanRendiyansyah
    Оценок пока нет
  • Lembar Kerja Soal Kardiovaskular - 170707
    Lembar Kerja Soal Kardiovaskular - 170707
    Документ15 страниц
    Lembar Kerja Soal Kardiovaskular - 170707
    EvanRendiyansyah
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ2 страницы
    Bab I
    EvanRendiyansyah
    Оценок пока нет
  • Report
    Report
    Документ1 страница
    Report
    EvanRendiyansyah
    Оценок пока нет
  • Surat Sakit
    Surat Sakit
    Документ1 страница
    Surat Sakit
    EvanRendiyansyah
    Оценок пока нет
  • (Answered) Soal Ukmppd Batch II 2017 Regional 4
    (Answered) Soal Ukmppd Batch II 2017 Regional 4
    Документ27 страниц
    (Answered) Soal Ukmppd Batch II 2017 Regional 4
    Irahmal Irahmal
    Оценок пока нет
  • Jurnal Epidemiologi Gizi Tentang Penyakit Cacingan
    Jurnal Epidemiologi Gizi Tentang Penyakit Cacingan
    Документ11 страниц
    Jurnal Epidemiologi Gizi Tentang Penyakit Cacingan
    EvanRendiyansyah
    Оценок пока нет
  • Jurnal
    Jurnal
    Документ3 страницы
    Jurnal
    EvanRendiyansyah
    Оценок пока нет
  • OSCE PHA (Prediksi)
    OSCE PHA (Prediksi)
    Документ6 страниц
    OSCE PHA (Prediksi)
    EvanRendiyansyah
    Оценок пока нет
  • PPTreferat
    PPTreferat
    Документ21 страница
    PPTreferat
    EvanRendiyansyah
    Оценок пока нет
  • OSCE PHA (Prediksi)
    OSCE PHA (Prediksi)
    Документ6 страниц
    OSCE PHA (Prediksi)
    EvanRendiyansyah
    Оценок пока нет
  • RADIOLOGI EMBOLI PARU
    RADIOLOGI EMBOLI PARU
    Документ29 страниц
    RADIOLOGI EMBOLI PARU
    EvanRendiyansyah
    Оценок пока нет
  • Skenario C Blok 20
    Skenario C Blok 20
    Документ7 страниц
    Skenario C Blok 20
    EvanRendiyansyah
    Оценок пока нет
  • Jurnal
    Jurnal
    Документ3 страницы
    Jurnal
    EvanRendiyansyah
    Оценок пока нет
  • Soal
    Soal
    Документ1 страница
    Soal
    EvanRendiyansyah
    Оценок пока нет
  • Intan
    Intan
    Документ20 страниц
    Intan
    EvanRendiyansyah
    Оценок пока нет
  • Choed Gitar
    Choed Gitar
    Документ9 страниц
    Choed Gitar
    EvanRendiyansyah
    Оценок пока нет
  • Yang Fu
    Yang Fu
    Документ7 страниц
    Yang Fu
    EvanRendiyansyah
    Оценок пока нет
  • Yang Fu
    Yang Fu
    Документ7 страниц
    Yang Fu
    EvanRendiyansyah
    Оценок пока нет
  • Case PRESBO
    Case PRESBO
    Документ32 страницы
    Case PRESBO
    EvanRendiyansyah
    Оценок пока нет
  • Case KET Kayuagung
    Case KET Kayuagung
    Документ35 страниц
    Case KET Kayuagung
    EvanRendiyansyah
    Оценок пока нет
  • Dermatitis Atopik
    Dermatitis Atopik
    Документ178 страниц
    Dermatitis Atopik
    Dewi Purnamasari
    Оценок пока нет