Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT yang elah memberikan taufik dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah farmakologi ini dengan judul
Obat Anti Mikroba .
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah
farmakologi. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mengalami hambatan dan
kesulitan. Namun, berkat bimbingan, bantuan dan dorongan moril dari berbagai pihak,
akhirnya makalah ini dapat diselesaikan
Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Lesi Oktavia, S.Farm. Apt. ( dosen pembimbing )
2. Reci Emilia
3. Nanik manda sari
4. Teman sekelompok
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis mengharapkan semoga makalahini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan
bagi tenaga keperawatan khususnya
Belui, juni 2009
Penulis
super infeksi. Mikroba penyebab super infeksi biasanya ialah jenis mikroba yang menjadi
dominant pertumbuhnannya akibat penggunaan AM, umpamanya kandidiasis sering timbul
sebagai akibat penggunaan antibiotic berspektrum lebar, khususnya tetrasiklin.
6. factor penderita yang mempengaruhi farmakodinamik dan farmakokinetik
selain dipengaruhi oleh aktifitas antimikroba, efek farmakodinamik dan sifat
farmakokinetiknya, efektifitas AM, dipengaruhi juga oleh berbagai factor yang terdapat pada
pasien.
Umur. Neonatus pada umumnya memilki organ atau system tubuh yang belum berkembang
sepenuhnya. Umpamanya fungsi glukuronidasi oleh hepar belum cukup lancar, sehingga
memudahkan terjadinya efek toksit oleh kloramfenikol. Fungsi ginjal sebagai alat ekskresi,
juga belum lancar sehingga memudahkan terjadinya efektoksit oleh obat yang eliminasinya
terutama melalui ginjal. Orang yang berusia lanjut sering kali mangalami kemunduran fungsi
organ atau system tertentu, sehingga reaksi tubuh terhadap pemberian obat berubah, baik
dalam segi farmakodinamik maupun segi farmakokinetik.
Kehamilan. Pemberian obat pada ibu hamil harus disertai pertimbangan kemungkinan
terjadinya efek samping pada ibu maupun janin. Ibu hamil pada umumnya lebih peka
terhadap pengaruh obat tertentu, termasuk AM.
Genetic. Adanya perbedaan ginetik antar ras dapat menimbulkan perbedaan reaksi terhadap
obat.
Keadaan patologik tubuh hospes. Keadaan patologik tubuh hospes dapat mengubah
farmakodinamik dan farmakokinetik AM tertentu keadaan fungsi hati dan ginjal penting
diketahui dalam pemberian obat, termasuk pemberian AM, sebab kedua organ tersebut
berpengaruh besar pada farmakokinetik obat. Sirosis hati atau gangguan faalhati yang berat
dapat meningkatkan toksisitas tetrasiklim, memperpanjang waktu paruh eliminasi linkomisin,
meningkatkan kadar kloramfenikol dalam darah sehingga menimbulkan bahaya toksik.
7. Sebab Kegagalan Terapi
Kepekaan kuman terhadap AM tertentu tidak menjamin efektifitas klinis. Factor berikut dapat
menjadi penyebab kegagalan terapi:
1. Dosis yang kurang
2. Masa terapi yang kurang
3. Adanya factor mekanik
4. Masalah dalam menetapkan etiologi
5. factor farmakokinetik
6. Pilihan AM yang kurang tepat
7. Factor pasien
8. Penggunaan Antimikroba Di Klinik
A. Indikasi
Penggunaan terapeutik AM di klinik bertujuan membasmi mikroba penyebab infeksi.
Penggunaan AM ditentukan berdasarkan indikasi dengan mempertimbangkan factor-faktor
berikut:
1. Gambaran klinik penyakit infeksi
2. Efekterapi AM pada penyakit infeksi
3. Antimikroba dapat dikatakan bukan merupakan obat penyembuh peyakit infeksi dalam arti
kata sebenarnya.
B. Pilihan antimikroba dan posologi
Pilihan antimikroba
Setelah dokter menetapkan perlu diberikan AM pada pasien, langkah berikutnya ialah
memilih jenis AM yang tepat, serta menentukan dosis dan cara pemberiannya. Dalam
memilih jenis AM yang tepat harus dipertimbangkan factor sensitifitas mikrobanya terhadap
AM, keadaan tubuh hospes, dan factor biaya pengobatan.
Fosologi antimikroba
Efek terapi yang optimal sangat dipengaruhi oleh tercapainya kadar AM pada tempat infeksi.
Factor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan dosis ialah umur, berat badan,
fungsi ginjal, fungsi hati dan lain-lain. Kadar ini ditentukan juga oleh penyerapannya.
Penyerapan AM tertentu dapat terhambat dengan adanya zat lin, misalnya apsopsi tetrasiklin
terhambat bila diberikan bersama preparat besi.
C. Kombinasi antimikroba
Yang digunakan menurut indikasi yang tepat dapat memberi manfaat klinik yang besar.
Terapi kombinasi AM yang tidak terarah akan meningkatkan biaya dan efek samping,
menseleksi galur kuman yang resisten terhadap banyak antimikroba, dan tidak meningkatkan
efektifitas terapi.
Indikasi penggunaan kombinasi
Dalam garis besarnya, ada emapat indikasi penggunaan kombinasi tidak tetap, yaitu:
1. pengobatan infeksi campuran
2. pengobatan awal pada infeksi berat yang etiologinya belum jelas
3. mendapatkan efek sinergi
4. memperlambat timbulnya resistensi
D. profileksis antimikroba
Di Amerika sekitar 30-50 % antibotik diberikan untuk tujuan profilaksis. Seringkali
pemberian profilaksis ini merupakan penggunaan AM yang berlebihan. Secara garis besar
profilaksis AM untuk kasus bukanbedah diberikan untuk tiga tujuan:
1. Melindungi seseorang yang terpajan
2. Mencegah infeksi bacterial sekunder pada seseorang yang sedang menderita penyakit lain
3. Mencegah endokarditis pada pasien kelainan katuk atau struktur jantung lain yang akan
menempuh prosedur yang sering menimbul bacteremia.
Untuk profilaksis kasus bedah berlaku prinsip sebagai berikut:
1. Penggunaan AM untuk profilaksis selalu harus dibedakan dari penggunaan untuk terapi
pada kasus bedah
2. Pemberian profilaksis AM hanya diindikasikan untuk tindakan bedah tertentu yang sering
disertai infeksi pasca bedah, atau yang membawa akibat bila terjadi infeksi pasca bedah
3. AM yang dipakai harus sesuai dengan jenis kuman yang potensial menimbulkan infeksi
pasca bedah
4. Cara pemberian biasanya IV/IM
5. Pemberian dilakukan pada saat induksi anestesi, tidak dibenarkan pemberian yang lebih
dini dan biasanya hanya diberikan satu sampai dua dosis pemberian profilaksis lebih dari 24
jam tidak dibenarkan.
1.
TETRASIKLIN
Merupakan salah satu obat antimikroba yang menghambat sintesis protein
mikroba. Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein.
Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada
bakteri, ribosom terdiri atas atas dua subunit, yang berdasarkan konstanta
sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S. untuk berfungsi pada
sintesis protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA
menjadi ribosom 70S.
Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang
Tetrasiklin yang dipatenkan pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin merupakan
antibiotika yang memberi harapan dan sudah terbukti menjadi salah satu
penemuan antibiotika penting. Antibiotika golongan tetrasiklin yang pertama
ditemukan
adalah
Klortetrasiklin
yang
dihasilkan
oleh
Streptomyces
diperoleh
dari
spesies
Streptomyces
lain.
Kemudian
ditemukan
tetrasiklin
menghambat
sintesis
protein
bakteri
pada
2.
KLORAMFENIKOL
Kloramfenikol diisolasi pertama kali pada tahun 1947 dari Streptomyces
venezuelae. Karena ternyata Kloramfenikol mempunyai daya antimikroba yang
kuat maka penggunaan Kloramfenikol meluas dengan cepat sampai pada tahun
1950 diketahui bahwa Kloramfenikol dapat menimbulkan anemia aplastik yang
fatal.
Mekanisme kerja dan spectrum penghambat
Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Obat
ini terikat pada ribosom sub unit 50s dan menghambat enzim peptidil
transferase sehingga ikatan peptida tidak terbentuk pada proses sintesis protein
kuman.
Kloramfenikol
kloramfenikol
bersifat
kadang-kadang
bakteriostatik.
bersifat
bakterisid
Pada
konsentrasi
terhadap
tinggi
kuman-kuman
umumnya
sensitif,
sedang
enterobactericeae
banyak
yang
telah
kloramfenikol.Untuk
diberikan
dan
rifampisin
akan
memperpendek
waktu
paruh
3.
ERITROMISIN
Eritromisin dighasilkan oleh suatu strain Streptomyces erythreus. Aktif
terhadap kuman gram positif seperti Str. Pyogenes dan Str. Pneumoniae. Yang
biasa digunakan untuk infeksi Mycloplasma pneumoniae, penyakit Legionnaire,
infeksi Klamidia, Difter, Pertusis, iInfeksi Streptokokus, Stafilokokus, infeksi
Camylobacter, Tetanus, Sifilis, Gonore.
Mekanisme kerja
Aktivitas Antimikroba
beberapa
spesies
rickettise,
Tropenome
pallidum,
serta
spesies
Resistensi
oleh
metilase
pengganti atau
penginduksi
makrolida.
4. KLINDAMISIN
Klindamisin digunakan untuk infeksi bakteri anaerob. Seperti infeksi
pada saluran nafas, septikemia, dan peritonitis. Untuk pasien yang sensitif
terhadap penisilin Klindamisin juga dapat digunkan untuk infeksi bakteri aerobik.
Klindamisin juga dapat digunakan untuk infeks pada tulang yang disebabkan
Staphylococcus aureus. Sediaan topikalnya dalam bentuk Klindamisin posfat
digunakan untuk jerawat yang parah.
Klindamisin efektif untuk infeksi yang disebabkan mikroba sebagai berikut :
Spektrum
antibakterinya
menyerupai
linkomisisn
hanya
in
vitro
S.aureus, D.pneumoniae,
5.PENISILIN
tahan
penisilinase,
Kelompok antibiotik
yang
aminopenisilin,
paling banyak
dan
penisilin
spektrum luas.
Penicilin
Sefalosporin
Monobaktam
Karbapenem
Imipenem
Cara Kerja
dari
golongan
betalaktam adalah
adanya
kuman
yang
memproduksi
betalaktamase
Imipenem,
Karbepenem, Meropenem)
Ada berbagai jenis penisillin :
: Ampisilin, Amoksilin
Kelompok ini peka terhadap betalaktamase, dapat di pakai untuk gram positif
dan gram negatif yang tidak memproduksi betalaktamase.
Penisilin Antipseudomonas
Inhibitor betalaktamase
Ampisilin Sulbactam
Cefoperazon Sulbactam
Ticarsilin Tazaobactam
6. SEPALOSPORIN
Sefalosporin termasuk golongan antibiotika Betalaktam. Seperti antibiotik
Betalaktam lain, mekanisme kerja antimikroba Sefalosporin ialah dengan
menghambat sintesis dinding sel mikroba. Yang dihambat adalah reaksi
transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel.
Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif maupun garam negatif, tetapi
spektrum masing-masing derivat bervariasi.
Berdasarkan khasiat antimikroba dan resistensinya terhadap betalakmase,
sefalosporin lazimnya digolongkan sebagai berikut :
1.
Generasi ke I
Yang termasuk dalam golongan ini adalah Sefalotin dan sefazolin, sefradin,
sefaleksin dan sefadroxil. Zat-zat ini terutama aktif terhadap cocci Gram positif,
tidak berdaya terhadap gonococci, H. Influenza, Bacteroides dan Pseudomonas.
Pada umumnya tidak tahan terhadap laktamase.
2.
Generasi ke II
Terdiri dari sefaklor, sefamandol, sefmetazol, dan sefuroksim lebih aktif
terhadap
kuman
Gram-negatif,
termasuk
H.influenza,
Proteus,
Klensiella,
gonococci dan kuman-kuman yang resisten untuk amoksisilin. Obat-obat ini agak
kuat tahan-laktamase. Khasiatnya terhadap kuman Gram-positif (Staph dan
Strep) lebih kurang sama.
3.
Generasi ke III
Sefoperazon,sefotaksim,
seftizoksim,
seftriaxon,
sefotiam,
sefiksim,
Generasi ke IV
Sefepim dan sefpirom. Obat-obat baru ini (1993) sangat resisten terhadap
laktamase, sefepim juga aktif sekali terhadap Pseudomonas.
Penggolongan Sefalosporin
Hingga tahun 2006 golongan Sefalosporin sudah menjadi 4 generasi,
pembedaan generasi dari Sefalosporin berdasarkan aktivitas mikrobanya dan
yang secara tidak langsung sesuai dengan urutan masa pembuatannya.
Indikasi Klinik
Sediaan Sefalosporin seyogyanya hanya digunakan untuk pengobatan
infeksi berat atau yang tidak dapat diobati dengan antimikroba lain, sesuai
dengan spektrum antibakterinya. Anjuran ini diberikan karena selain harganya
mahal, potensi antibakterinya yang tinggi sebaiknya dicadangkan hanya untuk
hal tersebut diatas.
Adapun indikasi dari masing Sefalosporin sebagai berikut :
1. Cefadroxil
dan
Cefalexin
,Obat
golongan
Cefalosporin
ini
yang
Ceftizoxim
dan
Ceftriaxon
,Cefalosporin
ini
Pseudomonas
12.Cefpodoxim
,Obat
Sefalosporin
ini
menghilangkan
bakteri
yang
,Obat
Sefalosporin
ini
menghilangkan
bakteri
yang
,Obat
Sefalosporin
ini
menghilangkan
bakteri
yang
menyebabkan berbagai macam infeksi pada darah atau jaringan, paruparu dan saluran nafas bagian bawah, serta saluran kemih.
7.
POLIMIKSIN
Spesies dalam genus bacillus menghasilkan suatu kelompok antibiotik
yang memiliki banyak sifat biologis dan kimiawi yang sama. Polimiksin dihasilkan
oleh Bacillus polymixa. Polimiksin aktif terhadap banyak bakteri gram negatif
termasuk Pseudomonas aeruginosa, yang seringkali menyebabkan infeksi pada
saluran kemih atau pada orang-orang yang menderita luka bakar yang parah.
Basitrasin aktif terhadap bakteri gram positif tetapi tidak terhadap gram negatif;
antibiotik ini sangat beracun sehingga penggunaanya dibatasi sebagai obat luar
saja. Polimiksin juga beracun bila digunakan secara internal; tetapi telah
diformulasikan beberapa siapan yang sesuai untuk penggunaan parenteral, yaitu
melalui suntikan subkutan (dibawah kulit), intravenus (didalam pembuluh darah)
atau intramuskular (didalam otot).
8. BASITRASIN
dinding
sel.
Antibiotik
itu
bergabung
dengan
membran
sel,
9. NISTATIN
Struktur Nistatin
- Nama &
: C47H75NO17
Struktur Kimia
- Sifat
Fisikokimia
- Keterangan
- Enystin
- Fungatin
- Kandistatin
- Mycostatin
- Nymiko
- Nistatin (Generik)
Indikasi
Candidiasis, infeksi vaginal, infeksi oral, infeksi kulit. Nistatin terutama
digunakan untuk infeksi Candida albicans pada kulit, dan membran mukosa
termasuk candidiasis esophagus dan intestinal
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Peroral, pada intestinal cadidiasis 500.000 unit setiap 6 jam , pada infeksi
berat diberikan dosis ganda; anak-anak 100.000 unit 4 kali sehari. Profilaksis ,
1.000.000 unit satu kali sehari , neonatus 100.000 unit sekali sehari. Catatan :
tidak diizinkan untuk pengobatan candidiasis pada neonatus
Farmakologi
Absorbsi : topikal : tidak ada yang dapat menembus membran mukosa
atau masuk dalam kulit; oral : absorbsi jelek. Waktu untuk mencapai kadar
puncak,
serum:
gejala
infeksi
candidiasis
berkurang
dalam
24
72
Stabilitas Penyimpanan
Sediaan nistatin dapat menjadi rusak oleh panas, cahaya, kelembaban
atau udara. Nistatin suspensi oral dan tablet harus disimpan dalam wadah yang
tertutup rapat, tidak tembus cahaya. Tablet oral dan suspensi oral : simpan pada
suhu kamar yang terkontrol 15C hingga 25C. Paparan tablet terhadap suhu
lebih dari 40C dan penyimpanan suspensi oral pada suhu dingin harus dihindari
Serbuk nistatin harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, kedap cahaya dan
disimpan pada suhu 2 - 8C. Penyiapan suspensi oral nistatin yang tidak
mengandung pengawet, harus segera digunakan sesudah
pencampuran.
10. AMFOTERISIN B
disebabkan
oleh
sangat
meningkatnya
pengunaan
antibiotik
dapat
membahayakan
jiwa
Amfoterisin
B.
Obat
ini
dapat
immitis,
beberapa
spesies
Candida,
Torulopsis
glabrata,
Sporotrichum
schenckii,
Microsporum
audiouini
Trichophyton.
http://nusabiounkhair.blogspot.com/2011/03/antimikroba.html
dan
spesies