Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dalam pelaksanaan proyek konstruksi tidak
terlepas dari kendala ataupun kegagalan
konstruksi. Kegagalan
konstruksi dapat
disebabkan oleh rendahnya kinerja ataupun
produktiftas para tenaga kerja dan juga
perencanaan proyek yang kurang matang.
Walaupun kegagalan tersebut tidak dapat dilihat
secara nyata, namun jika berlangsung dengan
intensitas yang besar dan terus-menerus maka
kegagalan tersebut dapat terakumulasi dan
dampaknya akan terlihat pada akhir proyek,
misalnya saja keterlambatan pengerjaan proyek
dari jadwal yang
direncanakan dan
penambahan anggaran biaya dari yang semula
direncanakan. Segala sesuatu di dalam suatu
proyek yang tidak menambah nilai, sebaliknya
menambah biaya disebut dengan pemborosan
(waste). Untuk mengatasi hal ini dapat
diterapkan
pendekatan
Lean
Project
Management (LPM). Di dalam LPM terdapat
prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam
perencanaan dan pengerjaan proyek.
Ketidakproduktifan inilah yang pada
akhirnya tidak dapat memberi nilai tambah pada
produk akhir atau lebih dikenal dengan istilah
Non Value-Adding Activities, yang di dalam
dunia konstruksi disebut sebagai waste. Faktor
lain yang menyebabkan adanya Non ValueAdding Activities adalah ketidakefektifan oleh
beberapa faktor yang terlibat dalam pelaksanaan
proyek (man, method, machine, material,
environment),
sehingga
dapat
memicu
keterlambatan dalam penyelesaian proyek.
Tidak adanya perencanaan yang baik dan
terstruktur juga merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh pada terlambatnya proses
konstruksi, yang selanjutnya dapat berakibat
pada berkurangnya kepercayaan masyarakat,
dalam hal ini adalah owner terhadap kinerja
dari penyedia jasa konstruksi CV. Chandra
Setya Karya, merupakan badan usaha swasta
yang bergerak di bidang perdagangan umum,
perdagangan jasa, perindustrian, pertambangan,
kehutanan, dan konstruksi. Dalam bidang
konstruksi, CV. Chandra Setya Karya
melakukan pengerjaan proyek dengan metodemetode tradisional atau hanya berbekal ilmu
lapangan
(otodidak),
tanpa
melakukan
identifikasi dan pengaplikasian metode yang
3.2.2
Identifikasi Waste
Identifikasi waste, atau yang dibidang
kontruksi disebut Non Value Added Activity
bertujuan untuk mengidentifikasi waste yang
berpotensi terjadi saat pelaksanaan proyek.
Identifikasi dilakukan berdasarkan kondisi
lapangan yang akan dibangun dan karakteristik
proyek melalui wawancara pada pihak-pihak
terkait (pimpinan perusahaan, tenaga ahli,
konsultan, pekerja lapangan). Wawancara
tersebut bertujuan untuk mengeksplor informasi
mengenai risiko-risiko yang berpotensi muncul
dan berpengaruh pada pelaksanaan proyek
pembangunan gedung SDN Bektiharjo II ini.
Identifikasi
tersebut
diolah
dengan
menggunakan diagram Fish Bone dan formulasi
if then, hal ini dilakukan agar pihak kontraktor
mempunyai persiapan dan ketepatan dalam
mengambil tindakan baik tindakan korektif
maupun preventif, sehingga tidak banyak waktu
dan cost yang terbuang. Fish Bone diagram
digunakan untuk mengetahui akar penyebab
waste, yang dilihat dari segi manusia (man),
mesin (machine), dana (money), metode
(method),
material,
dan
lingkungan
(environment). Penyusunan Fish Bone diagram
dilakukan
melalui
wawancara
dan
brainstorming dengan pihak CV. Chandra Setya
Karya berdasarkan kondisi lapangan dan
karakteristik proyek yang akan dikerjakan dan
pengalaman dari proyek serupa sebelumnya.
Identifikasi waste dilakukan berdasarkan waste
yang paling berpengaruh dan berpotensi terjadi
pada proyek yang digunakan sebagai objek
amatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan
pihak CV. Chandra Setya Karya dan dengan
melihat kondisi lapangan dan karakteristik
proyek, waste yang paling berpotensi muncul
dan berpengaruh pada proyek pembangunan
Gedung SDN Bektiharjo II dari 8 waste yang
telah didefinisikan oleh Womack dan Jones
1996 adalah waiting dan defects. Waiting, yaitu
kondisi dimana aktivitas proyek tertunda
sehingga dapat berpotensi mengakibatkan
keterlambatan dalam menyelesaikan kegiatan
proyek. Adapun Faktor-faktor penyebab dari
kondisi waiting pada proyek ini dapat dilihat
pada gambar 3.3 berikut ini.
Matriks Evaluasi
Matriks
evaluasi bertujuan untuk
mengetahui solusi mana yang layak dipilih
berdasarkan beberapa kriteria yang sudah
ditentukan sebelumnya dengan melakukan
pembobotan. Dari pembobotan tersebut akan
didapatkan scoring tiap-tiap solusi, sehingga
dapat diputuskan solusi mana yang dapat GO
atau NOT GO. Matriks evalusi hanya
digunakan pada peristiwa yang memiliki lebih
dari satu alternatif solusi dengan waktu
implementasi yang bersamaan (pra pelaksanaan,
saat pelaksanaan, atau pasca pelaksanaan). Ada
dua penyebab yang memenuhi kedua kriteria
tersebut yaitu penyebab waiting karena cuaca
buruk dan peralatan rusak. Kedua penyebab
tersebut kemudian di olah ke dalam matriks
evalusi untuk mendapatkan solusi terbaik
menurut beberapa kriteria. Untuk kriteria yang
NOT GO dapat dijadikan sebagai solusi
cadangan jika solusi pertama tidak dapat
diimplementasikan, urutan solusi sesuai dengan
bobot dari masing-masing.
3.2.4
Cuaca Buruk
Mengajukan surat
Melakukan oercepatan
pengajuan keterlambatan
saat cuaca normal
pengerjaan
Weight
factor
Kriteria
Weighted
score
Ranking
Biaya
Waktu
Dampak
terhadap hasil
Resiko
Ranking
Weighted
score
24
32
8
8
9
6
72
48
3
4
7
6
8
7
56
42
5
35
5
30
121
NOT GO (GO II)
218
TOTAL
GO
GO/NOT GO
Kriteria
Menempatkan staff
keamanan di gudang
penyimapanan
Weight factor
Weighted
score
Ranking
Biaya
Waktu
Dampak
terhadap hasil
8
8
7
42
49
Resiko
42
42
188
203
GO
TOTAL
GO/NOT GO
6
7
48
56
Menitipkan kepeda
tokoh masyarakat
dengan memberi
imbalan
Weighte
Ranking
d score
7
7
56
56
No.
Uraian
Pekerjaan
PEKERJAAN PERSIAPAN
Rp
PEKERJAAN KANTOR
Rp 377,444,697.60
PEKERJAAN KELAS B
Rp 333,725,125.60
Rp
15,753,911.10
PEKERJAAN LAIN-LAIN
Rp
32,953,911.10
TOTAL ANGGARAN
Jumlah
7,788,000.00
Rp 771,136,737.70
.....(1)
Dalam menentukan critical chain yang
digunakan untuk menentukan aktivitas kritis
yaitu dengan mengidentifikasi aktivitas mana
yang berpengaruh pada kegiatan proyek lainnya,
dan yang memiliki lintasan terpanjang. Dari
hasil identifikasi penjadwalan didapatkan
bahwa aktivitas kritis pada proyek ini adalah
pekerjaan pondasi, untuk itu perlu dialokasikan
feeding buffer sebelum pekerjaan pondasi,
dengan tujuan agar variasi dari pekerjaan
tersebut menggangu aktivitas kritis. Pada tabel
3.7 berikut ini dapat dilihat perhitungan alokasi
feeding buffer untuk pekerjaan pondasi dan
project buffer.
Tabel 3.7 Perhitungan project buffer
Optimistic (A) Most Likely (S)
3
3
PEKERJAAN TANAH DAN URUGAN
2
3
PEKERJAAN PONDASI
7
8
PEKERJAAN PASANG DINDING DAN PLESTERAN
6
8
PEKERJAAN BETON
2
2
PEKERJAAN KAYU (BENGKERAI)
4
6
PEKERJAAN LANGIT-LANGIT
4
6
PEKERJAAN PENUTUP ATAP
5
5
PEKERJAAN PLITURAN DAN PENGECATAN
3
4
PEKERJAAN PENUTUP LANTAI DAN DINDING
5
5
PEKERJAAN KUNCI DAN KACA
1
1
PEKERJAAN SANITASI
1
2
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
1
1
PEKERJAAN PAVING KELILING GEDUNG
4
4
PEKERJAAN BAK AIR
1
1
PEKERJAAN LAIN-LAIN
1
1
(S-A)/2
0
1
1
2
0
2
2
0
1
0
0
1
0
0
0
0
(S-A)/2 x (S-A)/2
0
1
1
4
0
4
4
0
1
0
0
1
0
0
0
0
16
Pekerjaan pondasi
P ro je c t b u ffe r
Jenis Pekerjaan
PEKERJAAN PERSIAPAN
Jenis Pekerja
Pekerja
Tukang kayu
PEKERJAAN
PERSIAPAN
Kepala tukang kayu
Mandor
PEKERJAAN TANAH Pekerja
DAN URUGAN
Mandor
Tukang batu
Kepala tukang batu
PEKERJAAN PONDASI
Mandor
Pekerja
Tukang batu
PEKERJAAN PASANG
Kepala tukang batu
DINDING DAN
Mandor
PLESTERAN
Pekerja
PEKERJAAN BETON
PEKERJAAN KAYU
(BENGKERAI)
Pekerja
Kepala tukang batu
Tukang batu
Mandor
4
1
1
1
Pekerja
Tukang kayu
7
14
1
1
9
9
3
1
9
8
1
1
1
PEKERJAAN
PENUTUP LANTAI
DAN DINDING
PEKERJAAN KUNCI
DAN KACA
PEKERJAAN
SANITASI
Jumlah
4
4
1
1
15
2
10
1
1
26
6
1
1
11
Tukang cat
Kepala tukang cat
Pekerja
Mandor
Kepala tukang batu
Tukang batu
Kepala tukang batu
Pekerja
Mandor
Tukang kayu
Pekerja
Kepala tukang kayu
Pekerja
Tukang batu
9
1
4
1
2
11
1
17
1
7
1
1
5
2
1
7
14
3
1
R
e
s
i
k
o
Sumber
Indikator
Eksternal dapat
diprediksi
Internal non-teknis
K3
Pencurian; kelalaian; ketidakjujuran
Kerusakan alat; properti; fisik proyek
FMEA
Kapan
50
Setiap saat
24
16
24
Saat pelaksanaan
K3
16
Saat pelaksanaan
36
Setiap saat
Saat pelaksanaan
K
E
M
U
N
G
K
I
N
A
N
If
Material/Peralatan
hilang
Pencurian; kelalaian;
ketidakjujuran
Masalah dalam
penyediaan sumberdaya
Kondisi waktu
pelaksanaan proyek
yang buruk
Cuaca
buruk/bencana alam
1
Kerusakan alat properti;
fisik proyek
K3
1
D A M P A K
Keterlambatan
penurunan anggaran
proyek
Then
Menitipkan ke tokoh
masyarakat sekitar
dengan memberikan
imbalan
Mengajukan surat
pengajuan
keterlambatan
Mengunakan dana
talangan
When
Saat
pelaksanaan
Saat
pelaksanaan
Saat
pelaksanaan
10
4.3
Analisa Risiko
Indikator
(peristiwa)
resiko
Kemungkinan
Rencana
Kontingensi
Pemicu
Mengurangi
Mengajukan
surat
keterlambatan
pengerjaan
Cuaca buruk
(tidak
menentu)
Penghindaran
Menganalisa
kebutuhan
sumber daya pra
pelaksanaan
Kurang
persiapan dari
pihak
pelaksana
Masalah dalam
penyediaan
sumberdaya
(material; tenaga
kerja; alat)
Menganalisa
kebutuhan biaya
proyek dengan
menyertakan
dana kontingensi
/ Memakai dana
talangan
Membuat
penjadwalan
dengan
memberikan
buffer time
Penurunan
anggaran
proyek
terlambat
Kondisi keuangan
proyek yang
buruk
Penghindaran
Kondisi waktu
pelaksanaan
proyek yang
buruk
Penghindaran
K3
Asuransi
Asuransi
K3 tidak sesuai
dengan
standarisasi
Penghindaran
Menitipkan ke
warga sekitar
Lokasi proyek,
bulan
ramadhan
Penghindaran
Maintenance
secara berkala
(sesuai jadwal)
Cuaca buruk
(tidak
menentu)
Kecurangan;
kelalaian;
ketidakjujuran
(pencurian
material)
Kerusakan alat;
properti; fisik
proyek
Kurang
persiapan dan
salah
menganalisa
11
Biaya
Rp
Dana Talangan
Rp
Cadangan Manajemen
TOTAL
1,000,000.00
Pemegang Kendali
Pelaksana
184,000.00 Pelaksana
12
28500 Rp
256,500
Tukang Kayu
42500 Rp
130,076
48000 Rp
26,834
Tukang Batu
37500 Rp
100,149
1
1
39500 Rp
35000 Rp
39,500
22,500
1
1
38500 Rp
45000 Rp
38,500
31,157
Rp
645,216
Tukang Cat
Kepala Tukang Cat
Mandor
13
Waktu yang
dibutuhkan (hari)
Wating Material
waiting Peralatan
1 -- 2
1 -- 3
0%-33%
34%-67%
68%-100%
8
8
8
<3
3 sampai 6
>6
14
1. Daftar Pustaka
Anggraeni, Nyoman. 2009. Penerapan
Metode Penjadwalan Critical chain
Dan Lean Construction Dalam
Perencanaan
Dan Pengendalian
Proyek Konstruksi (Studi Kasus :
PT. Adhi Karya (Persero), Tbk),
Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri
ITS, Surabaya
Bevilacqua, M., Ciarapica, F.E., Giaccheta,
G. 2008. Crtical Chain and risk
Analysis Applied to High-Risk
Industry Maintanance: A Case Study.
Internasional Journal Of Project
Management.
15