Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A. Tujuan
Dengan mengetahui latar belakang dari pelaksanaan praktek sebelumnya, maka kita perlu
mengetahui tujuan praktek pengoperasian swictger, pemasangan konstruksi saluran udara
teganan menengah (SUTM) dan saluran udara tegangan rendah (SUTR) dan tujuan dari
penulisan laporan ini.
1. Tujuan umum.
Tujuan umun dari pelaksanaan pengoperasian swictger, pemasangan konstruksi saluran
udara teganan menengah (SUTM) dan saluran udara tegangan rendah (SUTR) adalah sebagai
berikut :
1. Agar mahasiswa lebih mengetahui dan memahami dari mata kuliah teori system distribusi.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara kerja dan pengoperasian swictger serta pemasangan
konstruksi saluran udara teganan menengah (SUTM) dan saluran udara tegangan rendah
(SUTR).
3. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami apa saja komponen peralatan swictger serta
peralatan dan meterial yang digunakan dalam pemasangan konstruksi saluran udara teganan
menengah (SUTM) dan saluran udara tegangan rendah (SUTR).
4. Mengembangkan dan memanfaatkan potensi mahasiswa serta perbandingan antara teori dan
praktek yang telah dilaksanakan.
5. Meninggakatkan keterampilan mahasiswa yang nantinya turun langsung dalam kerja dilapangan
serta mampu menerapkannya sesuai dengan teori yang ada.
B. LANDASAN TEORI
1. GARDU DISTRIBUSI
Gardu listrik pada dasarnya adalah rangkaian dari suatu perlengkapan hubung bagi ;
a) PHB tegangan menengah;
1.
2.
1.
2.
3.
Pilihan penggunaan LBS, TP tergantung pada kebutuhan kelengkapan gardu distribusi tersebut.
Sebagai peralatan proteksi dan switching gardu distribusi yang dicatu dari loop sistem Saluran
Kabel Tegangan Menengah (SKTM), lazimnya harus dilengkapi dengan PHB-TM dengan
susunan rangkaian sebagai berikut :
LBS LBS TP 1.
LBS TP 2.
LBS LBS PMT SP 3.
TP LBS LBS PMT SP 4.
Pada Gardu Pelanggan Umum, peralatan switching SKTM sistem phi () dilengkapi 2 LBS.
Sedang pada sistem Antena, cukup dengan 1 LBS saja.
e.
Tiang Besi
Adalah jenis tiang terbuat dari pipa besi yang disambungkan hingga diperoleh kekuatan
beban tertentu sesuai kebutuhan.Walaupun lebih mahal, pilihan tiang besi untuk area/wilayah
tertentu masih diijinkan karena bobotnya lebih ringan dibandingkan dengan tiang beton. Pilihan
utama juga dimungkinkan bilamana total biaya material dan transportasi lebih murah
dibandingkan dengan tiang beton akibat diwilayah tersebut belum ada pabrik tiang beton.
f. Tiang Beton
Untuk kekuatan sama, pilihan tiang jenis ini dianjurkan digunakan di seluruh PLN karena lebih
murah dibandingkan dengan jenis konstruksi tiang lainnya termasuk terhadap kemungkinan
penggunaan konstruksi rangkaian besi profil.
Tabel 1.1 Spesifikasi Tiang Beton untuk SUTM
PART II : JOBSHEET
JOB SHEET 1 : INSTALASI GARDU STEP-UP
Gardu listrik pada dasarnya adalah rangkaian dari suatu perlengkapan hubung bagi ;
a) PHB tegangan menengah;
b) PHB tegangan rendah. Masing-masing dilengkapi gawai-gawai kendali dengan
komponen proteksinya.
Menurut standar, pengaturan tata-letak peralatan pada gardu beton pelanggan umum atau
pelanggan khusus adalah : PHB-TR ditempatkan pada sisi masuk sebelah kiri atau sebelah
kanan, Jarak antara PHB-TM dengan dinding sebelah kiri kanan tidak kurang dari 1 meter, Jarak
bagian belakang PHB atau badan trasformator dengan dinding gardu minimal 60 cm. Cukup
tersedia ruang untuk petugas berdiri dari depan PHB-TR minimal dari 75 cm, Ruang gardu harus
dilengkapi man-hole, Tersedia tempat untuk cadangan tambahan kubikel PHB-TM sekurang-
kurangnya 1(satu) buah. Berikut ini diberikan gambaran umum tentang tata letak gardu distribusi
:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
A.
a.
b.
c.
B. Tinjauan Kepustakaan
a. Gardu Beton Yaitu gardu distribusi yang bangunan pelindungnya terbuat dari beton (campuran
pasir, batu dan semen)
C. Gambar Kerja/Praktek
Gambar 1.12 Singline switchgear
a.
incomming
b. out going
c. meterring
D. ohm saklar
Gambar 2.3 Ohm Saklar
E.
a.
b.
c.
F. Peralatan Kerja
1. Tank press
2. Sekop
3. Pangkul
4. Palu
5. Linngis
6. Kunci inggris
7. Kunci pas
8. Kunci ingrris
9. Meger
10. Multytester
11. toolset
12. Dan lain - lain
G.
a.
b.
c.
d.
H.
a.
a.
b.
c.
JOB SHEET 2
INSTALASI JARINGAN TEGANGAN MENENGAH
1.
Tujuan Instruksional
a. Mampumembongkar dan memasang JTM ( Jaringan Tegangan Menengah)
b. Mampu mengoperasikan switchgear
c. Mampu menguji dan mengetahui kesalahan yang terjadi pada JTM,tiang dan panel
2. Tinjauan Kepustakaan
Gardu Beton Yaitu gardu distribusi yang bangunan pelindungnya terbuat dari beton (campuran
pasir, batu dan semen)
3.
Gambar Kerja/Praktek
Gambar 2.4 Kontruksi Penyambungan Konduktor TC dan AAC (TR7)
Gambar 1.13 Kontruksi Guy Wire (GW)
5. Peralatan Kerja
Septy bell
Tali
Obeng plus,minus
Tank
Toolset
Gergaji besi
Gergaji kayu
Bor
kikir
Ragum
Helm proyek
Kunci sop
Tank press
Sekop
Pangkul
Palu
Linngis
Kunci inggris
Kunci pas
Kunci ingrris
Meger
Multytester
Jenjeng geser
Dan lain - lain
b.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
JOB SHEET 3
INSTALASI JARINGAN TEGANGAN RENDAH
A. Tujuan Instruksional
a. Mampu membaca gambar single line diagram dan instruksi manual yang diberikan.
b. Mampu memasang komponen/peralatan yang digunakan untuk pemasangan Guy-wire dan Strutpole (sesuai instruksi manual).
c. Mampu memasang peralatan yang digunakan pada pemasangan guy-wire dan strut-pole sesuai
dengan gambar tata-letak yang diberikan.
d. Setelah melaksanakan pemasangan jaringan distribusi peserta mampu melaksanakan mampu
memahami : ketentuan umum, mendirikan tiang sesuai rencana, melaksanakan stringing,
memasang jaringan distribusi Tegangan rendah, memasang trafo distribusi 1 fasa dan 3 fasa.
e. Mampu menjelaskan ketentuan umum dalam pelaksanaan pemasangan jaringan distribusi.
B. Tinjauan Kepustakaan
a. Kriteria pemasangan trekschor
Sebelum penarikan penghantar, pasang guy-wire atau tiang topang tarik pada tiang awal, tiang
akhir atau tiang sudut sesuai rangcangan SUTM pada trase bersangkutan. Memeriksa ketentuan
instalasi guywire, topang tarik, penguatan khusus pondasi tiang.
b. Pemasangan guy-wire / trekschor atau topang tarik (pole supporter)
Sebelum penarikan penghantar, pasang guy-wire atau tiang topang tarik pada tiang awal, tiang
akhir atau tiang sudut sesuai rancangan konstruksi SUTM pada trase beersangkutan. Memeriksa
ketentuan instalasi guywire, topang tarik, penguatan khusus pondasi tiang.
c. Konstruksi penopang tiang
Terdapat 3 macam konstruksi penopang tiang yang dipakai ;
Topang tarik (Down Guy Wire / Trekschor)
Topang tekan (Strut Pole / DrukSkur)
Kontramast (Span Guy Wire)
d. Instalasi guy-wire / trekschor
Konstruksi ini ditujukan untuk penambahan kekuatan tiang agar dapat memikul beban
mekanisnya. Jenis konstruksi penopang tiang adalah :
Konstruksi guy-wire / trekschor
Konstruksi down guy wire / trekschor (topang tarik)
Konstruksi over head guy wire / trekschor (kontramast)
Konstruksi drukschor / strutpole
Instalasi patok guywire / trekschor
C. Standar Kompetensi
Sub Kompetensi
Mampu
menentukan
dan
a.
memasang tiang TM awal sesuai
standar
b.
Tindakan
Memeriksa hubungan terminal ohm saklar dan
memasangkannya pada dinding sebagai suplai
masukan.
Menghubungkan ohm saklar dengan trafo step up
pada sisi 220/380 volt.
c. Melakukan
pengujian/commissioning
sesuai
standar.
D. Gambar Kerja/Praktek
Gambar 1.16 Terminal Kabel
E. Material Yang digunakan
a. Tiang
b. Semen
c. Kerikil
d. Pasir
e. Papan
F.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Peralatan Kerja
Gergaji
Cangkul
Bor tangan
Kunci pas
Linggis
Kunci ring
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Instruksi Manual
Memasang Konstruksi Topang Tarik / Guy Wire Tiang Sudut TM-2
Melakukan pemeriksaan lokasi yang akan dikerjakan.
Menanam concrete-blok pada kedalam hingga ujung rod-anchor 30 cm dari permukaan tanah
pada lobang yang telah disediakan dan memasangkannya pada tiang sudut TM-2. Menanam
anchor blok 400x400 mm pada lobang yang telah digali dengan kemiringan guy wire 45 s/d 60
derajat. Anchor blok dan besi anker ditanam pada kedalaman 1,5 meter atau 30 cm ujung
keluaran besi anker dari permukaan tanah.
Memasang / Mendirikan Penopang Tiang (Tiang Tekan Strut Pole)
Melakukan pemeriksaan lokasi yang akan dikerjakan.
Melakukan penggalian tanah dengan lobang.
Mengangkat tiang dilokasi lobang galian.
Memasukkan tiang penopang pada lobang yang telah disediakan dan memasangnya pada tiang
utama.
Mengikat / mengunci ujung atas tiang penopang pada tiang utama dengan menggunakan
Double Pole Band + Bolt & Nut M16x50.
Mengikat / mengunci bagian tengah tiang penopang pada tiang utama dengan menggunakan
Double Pole Band + Bolt & Nut M16x50, strut tie 1200 s/d 1500 mm (tergantung jarak
kemiringan), Bolt & Nut M16x140 + 16x50.
Mengangkat tiang dan kendalikan titik momen dan masukkan pada lobang.Uruk dengan tanah
dan padatkan serta senter / luruskan posisi tiang.
JOB SHEET 4
INSTALASI TRAFO TIANG
A. Tujuan Intruksional
Mampu mempersiapkan dudukan (lobang) tiang yang akan dipasang sesuai ketentuan dan ukuran
tiang.
Mampu memasang tiang sesuai presedur yang diuraiakan pada instruksi manual job-sheet.
Mampu memasang Transformator pada tiang sesuai instruksi manual job sheet.
Mampu menguji/memastikan bahwa tiang yang sudah dipasang tersebut layak gunakan (sesuai
berat/kekuatan beban yang ditanggungnya).
B. Tinjauan Kepustakaan
1. Defenisi
Gardu
Trafo
Tiang
(GTT)
adalah
merupakan
salah
satu
komponen
instalasi tenaga listrik yang terpasang di Jaringan Distribusi berfungsi sebagai trafo daya
penurun tegangan dari tegangan menengah ke tegangan rendah, dan selanjutnya tegangan rendah
tersebut disalurkan ke konsumen.
2. Fungsi Tiang Listrik
Tiang listrik adalah salah satu komponen utama dari jaringan listrik yang menyangga hantaran
listrik serta perlengkapannya tergantung dari keadaan lapangan.
3. Fungsi Transformator
berfungsi sebagai trafo daya merubah tegangan menengah (20 kV) menjadi tegangan rendah
(380/200) Volt.
C. Standar Kompetensi
Trafo Tiang Ketercapaian
Mampu menentukan dan memasang Trafo Tiang sesuai standar
Menyiapkan lobang/dudukan tiang yang akan dipancang/ditanam.
Mendirikan tiang dan pemadatannya, sesuai standar.
Memasang Trafo pada tiang.
Melakukan pengujiaan/Comissiong sesuai standar.
D. Gambar Kerja/Praktek
Catatan :
Elektroda bumi masing-masing pembumian di galvanis arrester, pembumian titik netral
dan pembuian BKT dihubung secara elektris pada fondasi Gardu
E. Material Yang Digunakan
Secara umum komponen utama Trafo tiang adalah sebagai berikut :
1. Transformator : berfungsi sebagai trafo daya merubah tegangan menengah (20 kV) menjadi
tegangan rendah (380/200) Volt.
2. Fuse Cut Out (CO) : sebagai pengaman penyulang, bila terjadi
gangguan di gardu (trafo) dan melokalisir
gangguan
di trafo agar
peralatan tersebut tidak rusak. CO di pasang pada sisi tegangan menengah (20 kV).
3. Arrester : sebagai pengaman trafo terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh samabaran
petir dan switching (SPLNse.002/PST/73 ).
4. NH Fuse : sebagai pengaman trafo terhadap arus lebih yang terpasang di sisi tegangan
rendah
(220
Volt),
untuk
melindungi
trafo
terhadap gangguan arus lebih yang disebabkan karena hubung singkat dijaringan tegangan
rendah maupun karena beban lebih.
5. Grounding Arrester : untuk menyelurkan arus ketanah yang disebabkan oleh tegangan
lebih karena sambaran petir dan switching.
6. Graunding Trafo : untuk menghindari terjadi tegangan lebih pada phasa yang sehat bila terjadi
gangguan satu fasa ketanah mauoun yang disebutkan oleh beban tidak seimbang.
7. Grounding LV Panel : sebagai pengaman bila terjadi arus bocor yang mengalir di LV panel.
Satuan
Jumlah
Buah
Buah
Buah
Meter
2
4
6
10
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
NYA 70 / 95 mm2
NYA 120 / 150 mm2
BC Draad 50 mm
AAAC 70 mm2
NYAF 50 mm
CCT 6 T 6 (95 / 95 mm)
STT 5 T 5 (70 / 70 mm)
STT 7 T 7 (120 / 120 mm)
STT 8 T 8 (150 / 150 mm)
SAA 5 T 5 (70 / 70 mm)
SAA 5 T 4 (70 / 50 mm)
SAT 4 (50 mm)
SKT 6 (95 mm)
SKT 7 (120 mm)
SKT 8 (150 mm)
SKA 5 (70 mm)
CCO 5 T 5 (70 / 70 mm)
Skaklar Utama 630 A (bila rusak)
Fuse base 400 A
Fuse Holder/Smeldraad Holder
Smel Draad 80 200 A
Fuse Ling 3 8 A
Pipa PVC AW
Stopping Buckle
Link
Isolasi PVC Pipa
Isolator Scot 23
Contac Cliner/Sakapen
Silikon gress/Vaseline CC
Stainless Steel Strap
Semen Kg
Minyak Trafo
Alkohol
Kain Majun
Cat/Meni Besi (abu-abu)
Thinner
Engsel
Meter
Meter
Meter
Meter
Meter
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Rol
Rol
Botol
Meter
Liter
Liter
Kg
Kg
Liter
Buah
6
6
5
46
2
6
6
4
4
7
6
6
12
12
8
2
7
1
6
6
6
3
6
10
10
1
1
1
50
15
4
25
1
1
1
1
1
G. Peralatan Kerja
Agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik perlu didukung oleh peralatan yang memadai baik
peralatan mekanik maupun elektrik. Adapun peralatan kerja yang dibutuhkan sebagai berikut :
Alat Ukur
AVO Meter
Packing transformator
Periksa assesoris transformator, apakah sudah sesuai dengan syarat kontrak yang disepakati,
misalnya Termometer, Oil Level, Buchholz Relay, Breather (silica gel)
Periksa volume minyak pada gelas duga (oil Level) dan kebocoran pada transformator.
Periksa Name Plate serta Sertifikat Transformator, apakah telah sesuai dengan permintaan,
pemeriksaan antara lain :
Daya/ Kapasitas.
: kVA
Tegangan Sisi Teg. Tinggi
: Volt
Tegangan Sisi Teg. Rendah : Volt
Tingkat Pengaturan Tegangan
:
Pengujian Ketahanan Isolasi antara :
sisi Tegangan Rendah (TR) dengan sisi Tegangan Menengah (TM)
sisi Tegangan Rendah (TR) dengan bodi (E)
sisi Tegangan Menengah (TM) dengan bodi (E)
I.
1.
2.
3.
4.
JOB SHEET 5
INSTALASI PANEL APP
1.
2.
3.
4.
A. Tujuan Instruksional
Mampu membaca gambar/single_line Diagram dan instruksi manual yang diberikan.
Mampu memasang komponen/peralatan yang digunakan untuk panel APP [sesuai instruktion
manual].
Mampu memasang peralatan yang digunakan pada panel APP sesuai gambar tata-letak yang
diberikan.
Mampu menguji/memastikan bahwa peralatan yang sudah dipasang/diinstal tersebut layak
dioperasikan.
B. Tinjauan Pustaka
PANEL APP
Untuk mengetahui besarnya tenaga listrik yang digunakan oleh pemakai / pelanggan listrik
(untuk keperluan rumah tangga, sosial, usaha/bangunan komersial, gedung pemerintah dan
instansi), maka perlu dilakukan pengukuran dan pembatasan daya listrik.
APP merupakan bagian dari pekerjaan dan tanggung jawab pengusaha ketenagalistrikan
(PT. PLN), sebagai dasar dalam pembuatan rekening listrik. Pada sambungan tenaga listrik
tegangan rendah, letak penempatan APP dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 2.9 Diagram satu garis sambungan tenaga listrik tegangan menengah
Keterangan:
GD : Gardu Distribusi
TR : Jaringan tegangan Rendah
SLP : Sambungan Luar Pelayanan
SMP : Sambungan Masuk Pelayanan
SLTR : Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah
APP : Alat Pengukur dan Pembatas
PHB : Papan Hubung Bagi
IP : Instalasi Pelanggan
SLTR yang menghubungkan antara listrik penyambungan pada GD / TR merupakan
penghantar dibawah atau diatas tanah. Seperti telah dijelaskan dimuka bahwa pengukuran yang
dimaksud adalah untuk menentukan besarnya pemakaian daya dan energi listrik. Adapun alat
ukur / instrumen yang digunakan adalah alat pengukur : Kwh, KVARh, KVA maksimum, arus
listrik dan tegangan listrik. Sistem pengukurannya ada dua macam, yaitu :
Pengukuran primer atau juga disebut pengukuran langsung, terdiri dari pengukuran primer satu
fasa untuk pelanggan dengan daya dibawah 6.600VA pada tegangan 220V / 380V, dan
pengukuran primer tiga fasa untuk pelanggan dengan daya diatas 6.600V sampai dengan
33.000VA pada tegangan 220V / 380V.
Pengukuran sekunder tiga fasa atau disebut juga pengukuran tak langsung (menggunakan trafo
arus) digunakan pada pelanggan dengan daya 53KVA sampai dengan 197KVA.Sedangkan yang
dimaksud dengan pembatasan adalah pembatasan untuk menentukan batas pemakaian daya
sesuai dengan daya tersambung. Alat pembatas yang digunakan adalah :
Pada sistem tegangan rendah sampai dengan 100A digunakan MCB dan diatas 100A digunakan
MCCB; pelebur tegangan rendah; NFB yang bisa disetel.
Pada sistem tegangan menengah biasanya digunakan pelebur tegangan menengah atau rele.
Berikut ini adalah contoh gambar alat ukur Kwh dan KVARh.
Gambar 1.17 Kwh meter satu fasa analog dan digital
Gambar 1.18 Kwh meter tiga fasa analog dan digital
Gambar 1.19 Kwh meter tiga fasa dan KVARh
Sesuai dengan DIN 43 856 cara penyambungan alat pengukur atau penghubung daya dinotasikan
dengan kode berupa angka 4 digit yang diikuti dengan angka 2 digit yang menunjukkan
penomoran sambungan.
Digit pertama menunjukkan macam-macam penghitung
Digit kedua menunjukkan bagian tambahan
Digit ketiga menunjukkan sambungan luar
Digit keempat menunjukkan penyambungan bagian tambahan
Sedangkan 2 digit berikutnya menunjukkan penomoran sambungan untuk tarif jam atau untuk
pengendalian piringan.
Beberapa contoh kode dan cara penyambungan alat pengukur atau penghitung sebagai berikut :
Gambar 1.20 Rangkaian Kwh satu fasa dengan trafo arus
Penyambungan dengan Code 1010 atau 1010-00 berarti :
(1) : penghitung dengan daya nyata arus bolak-balik satu fasa
(2) : tanpa bagian tambahan
(3) : untuk sambungan dengan trafo arus
(4) : tanpa bagian tambahan pada penghitung daya maksimum dengan piringan putar
Gambar 1.21 Rangkaian Kwh dua fasa dengan sambungan tetap
Penyambungan dengan Code 2000 atau 2000-00 berarti :
(2) : penghitung daya nyata arus bolak-balik dua fasa
(0) : tanpa bagian tambahan
(0) : untuk sambungan tetap
(0) : tanpa bagian tambahan pada penghitung daya maksimum dengan piringan putar
Gambar 1.22 Rangkaian Kwh tiga fasa dengan trafo arus dan trafo tegangan
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
G.4. COMMISSIONING
Sebelum peralatan dan instalasinya dioperasikan, harus dilakukan test/ pengujian baik
pengujian mekanis maupun pengujian elektrik.
H. Instruksi Manual Praktek
2.1 Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan.
2.2 Memasang dan Penginstalasian panel APP.
2.3 Mengindentifikasi Perangkat pada panel APP.
2.4 Melakukan pengujian / commisioning pada panel APP
JOB SHEET 6
INSTALASI GROUNDING
A. Tujuan Instruksional
1. Mampu membaca gambar/single_line Diagram dan instruksi manual yang diberikan.
2. Mampu memasang komponen/peralatan yang digunakan untuk system pembumian (sesuai
instruktion manual).
3. Mampu memasang peralatan yang digunakan pada system pembumian sesuai gambar tata-letak
yang diberikan.
4. Mampu menguji/memastikan bahwa peralatan yang sudah dipasang/diinstal tersebut layak
dioperasikan.
B. Tinjauan Kepustakaan
Grounding adalah sistem proteksi peralatan yang mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga,
dari lonjakan listrik, petir.
Fungsi Grounding :
1. Grounding Penangkal Petir
2. Grounding Listrik :
Grounding Listrik rumah
Grounding Listrik kantor
Grounding Listrik gedung
Grounding Listrik pabrik
3. Grounding Instalasi Listrik :
Grounding instalasi listrik rumah
Grounding instalasi listrik kantor
Grounding instalasi listrik gedung
Grounding instalasi listrik pabrik
4. Grounding Instalasi Jaringan Listrik :
Grounding instalasi jaringan listrik rumah
Grounding instalasi jaringan listrik kantor
Grounding instalasi jaringan listrikgedung
Grounding instalasi jaringan listrik pabrik
Grounding Instalasi Listrik
Dalam sebuah instalasi jaringan listrik ada empat bagian yang harus ditanahkan
(digroundingkan) atau sering juga disebut dibumikan.
Empat bagian dari instalasi listrik ini adalah :
1. Pada semua bagian instalasi yang terbuat dari logam (menghantar listrik) dan dengan mudah bisa
disentuh manusia. Hal ini perlu agar potensial dari logam yang mudah disentuh manusia selalu
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
sama dengan potensial tanah (bumi) tempat manusia berpijak sehingga tidak berbahaya bagi
manusia yang menyentuhnya.
Pada Bagian pembuangan muatan listrik (bagian bawah) dari lightning arrester. Hal ini
diperlukan agar lightning arrester dapat berfungsi dengan baik, yaitu membuang muatan listrik
yang diterimanya dari petir ke tanah (bumi) dengan lancar.
Pada Kawat petir yang ada pada bagian atas saluran transmisi. Kawat petir ini sesungguhnya
juga berfungsi sebagai lightning arrester. Karena letaknya yang ada di sepanjang saluran
transmisi, maka semua kaki tiang transmisi harus ditanahkan agar petir yang menyambar kawat
petir dapat disalurkan ke tanah dengan lancar melalui kaki tiang saluran transmisi.
Pada titik netral dari transformator atau titik netral dari generator. Hal ini diperlukan dalam
kaitan dengan keperluan proteksi khususnya yang menyangkut gangguan hubung tanah.
Dalam praktik, diinginkan agar tahanan pentanahan dari titik-titik pentanahan tersebut di atas
tidak melebihi 5 Ohm.
Secara teoretis, tahanan dari tanah atau bumi adalah nol karena luas penampang bumi tak
terhingga. Tetapi kenyataannya tidak demikian, artinya tahanan pentanahan nilainya tidak nol.
Hal ini terutama disebabkan oleh adanya tahanan kontak antara alat pentanahan dengan tanah di
mana alat tersebut dipasang (dalam tanah).
Komponen Grounding :
Batang Grounding tunggal (single grounding rod).
Batang Grounding ganda (multiple grounding rod). Terdiri dari beberapa batang tunggal yang
dihubungkan paralel.
Anyaman Grounding (grounding mesh), merupakan anyaman kawat tembaga.
Pelat Grounding (grounding plate), yaitu pelat tembaga.
Tahanan Grounding selain ditimbulkan oleh tahanan kontak tersebut diatas juga ditimbulkan
oleh tahanan sambungan antara grounding dengan kawat penghubungnya. Unsur lain yang
menjadi bagian dari tahanan grounding adalah tahanan dari tanah yang ada di sekitar grounding
yang menghambat aliran muatan listrik (arus listrik) yang keluar dari grounding tersebut. Arus
listrik yang keluar dari grounding ini menghadapi bagian-bagian tanah yang berbeda tahanan
jenisnya. Untuk jenis tanah yang sama, tahanan jenisnya dipengaruhi oleh kedalamannya. Makin
dalam letaknya, umumnya makin kecil tahanan jenisnya, karena komposisinya makin padat dan
umumnya juga lebih basah. Oleh karena itu, dalam memasang batang grounding, makin dalam
pemasangannya akan makin baik hasilnya dalam arti akan didapat tahanan grounding yang
makin rendah.
Grounding / Pembumian yang baik dan benar harus bisa mempunyai nilai tahanan lebih kecil
dari 5 Ohm untuk melindungi bangunan dan dibawah 1 Ohm untuk melindungi data. Tidak
semua areal bisa mendapat nilai grounding yang baik dan benar, hal ini sangat bergantung oleh
berbagai macam aspek seperti :
Jumlah Kadar Air : bila air tanah dangkal / penghujan maka nilai tahanan sebaran mudah
didapatkan.
Jumlah Mineral/garam : kandungan mineral tanah sangat mempengaruhi tahanan karena semakin
berlogam maka listrik semakin mudah menghantarkan.
Tingkat Keasaman : semakin asam PH tanah maka arus listrik semakin mudah menghantarkan.
4. Isi Tekstur tanah : untuk daerah yang bertekstur pasir dan porous akan sulit untuk mendapatkan
tahanan yang baik karena untuk jenis tanah ini air dan mineral akan mudah hanyut .
Single Grounding :
Yaitu instalasi grounding dengan hanya penancapan satu buah stick arus pelepas ke tanah dengan
kedalaman tertentu ( sebaiknya 18 Meter)
Paralel Grounding :
Bila sistem single masih mendapatkan hasil yang kurang baik ( diatas 1 Ohm ) maka perlu
ditambahkan jumlah stick arus pelepas dengan minimal jarak antar stick 5 mtr dan di sambung
dengan kedaman masing-masing tetap 18 Meter, hal ini dilakukan berulang sampai
menghasilkan nilai tahanan tanah dibawah 1 Ohm
Maximal Grounding :
Bila pada daerah yang memiliki ciri :
1. kering/air tanah dalam
2. kandungan logam sedikit
3. Basa (berkapur)
4. Pasir dan Porous.
Biasanya agak sulit untuk mendapat nilai grounding diabwah 1Ohm, dan bila penggunaan 2 cara
diatas gagal maka bisa digunakan cara penggantian tanah baru untuk daerah titik grounding
tersebut
C. STANDAR KOMPETENSI
Sub Kompetensi
Tindakan
1. Mampu
menentukan Nilai tahanan
1.
Pengetanahan sesuai aturan berlaku ( < 4
Ohm).
2.
2. Mampu memasang tahanan pengetanahan
yang akan digunakan.
3.
3. Mampu
mengukur
nilai
tahanan pengetanahan yang telah dipasang
Meteran
Palu
F.
1.
2.
3.
4.
G.
1.
2.
3.
Deskripsi Kerja/Praktek
Earth testert digunakan untuk mengukur tahanan tanah yang akan digunakan untuk pembumian.
Kabel penghubung digunakan untuk menghubungkan earth testert dengan elektroda.
Penjepit digunakan untuk menjepit elektroda.
Elektroda adalah penghantar yang ditanam dalam tanah dansebagai kontak langsung dengan
tanah yang diusahakan
Langkah Kerja/Praktek
Mengukur tahanan jenis tanah pada daerah yang akan digunakan.
Menentukan material pengentanahan dan spesifikasinya yang akan dipasang.
Memasang dan menghubungkan pada trfao step up dan panel switchgear pada bagian rangkaian
grounding atau ardenya.
PART 3
LEMBAR PENGAMATAN
1. Gardu beton step-up
A. Data dan Dokumentasi Hasil Pekerjaan/Praktek
Gambar 1.31 TM 5
a) Tegangan perencanaan 25 kV
b) Power frekuensi withstand voltage 50 kV untuk 1 menit;
c) Impulse withstand voltage 125 kV;
d) Arus nominal 400A;
e) Arus nominal transformator 50A; f) Arus hubung singkat dalam 1 detik 12,5 kA;
g) Short circuit making current 31,5 kA. Komponen tegangan rendah (contoh rujukan PHB
tegangan rendah), yaitu;
a) Tegangan perencanaan 414 Volt(fasa-fasa);
b) Power frekuensi withstand 3 kV untuk 1 menit test fasa-fasa;
c) Impulse withstand voltage 20 kV;
d) Arus perencanaan rel/busbar 800 A, 1.200 A, 1.800 A;
e) Arus perencanaan sirkit keluar 400A;
f) Test ketahanan tegangan rendah.
Tabel 1.3 Harga Efektif (RMS)
1.
a.
b.
c.
d.
e.
PENGAMATAN 2
INSTALASI JARINGAN TEGANGAN MENENGAH
A. Data dan Dokumentasi Hasil Pekerjaan/Praktek
B. Pembahasan
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah sebagai konstruksi termurah untuk
penyaluran tenaga listrik pada daya yang sama. Konstruksi ini terbanyak digunakan untuk
konsumen, ciri utama jaringan ini adalah penggunaan penghantar telanjang yang ditopang
dengan isolator pada tiang besi/beton. Penggunaan penghantar telanjang, dengan sendirinya
harus diperhatikan faktor yang terkait dengan keselamatan ketenagalistrikan seperti jarak aman
minimum yang harus dipenuhi penghantar bertegangan 20 kV tersebut antar Fase atau dengan
bangunan atau dengan tanaman atau dengan jangkauan manusia.penghantar yang digunakan
adalah penghantar berisolasi setengah AAAC-S (half insulated single core).
Pada kontruksi jaringan tegangan rendah atau menengah harus diperhatikan lintasan yang akan
dilewati saluran kabel, misalnya pada saat
kabel udara melintasi jalan umum, kabel udara yang dipasang di bawah
pekerjaan konstruksi, kabel udara melintasi sungai, dan lintasan- lintasan
lain yang perlu perhatian sehubungan dengan keamanan kabel dan
keselamatan mereka yang berada di sekitar kabel tersebut. Berikut ini
adalah beberapa contoh bentuk saluran kabel udara yang melewati lokasi
tersebut, dan ukuran-ukuran jarak aman terhadap lingkungan yang
tercantum dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakaan tugas
pemasangan kabel.
1. Standarisasi Kontruksi Jaringan Distribusi Tegangan Menengah
a. Konstruksi TM-1 (tiang tumpu)
Konstruksi TM-1 merupakan tiang tumpu yang digunakan untuk rute jaringan lurus, dengan satu
traves (cross-arm) dan menggunakan tiga buah isolator jenis pin insulator dan tidak memakai
treck skoor (guy wire). Penggunaan kostruksi TM-1 ini hanya dapat dilakukan pada sudut 170180.
c.
Konstruksi TM-4 ini termasuk tiang awal atau tiang akhir yang merupakan tiang yang dipasang
pada permulaan atau pada akhir penerikan kawat penghantar, dimana gaya tarikan kawat pekerja
terhadap tiang dari satu arah. Konstruksi TM-4D. Konstruksi TM-4D sama dengan konstruksi
TM-4, bedanya TM-4D mempunyai double sirkuit dengan double treck schoor.
e.
f.
i.
j.
Konstruksi TM-14 merupakan konstruksi tiang tarik vertical (sudut 150 170). Terpasang pada
konstruksi tiang hutan lindung. Type isolator suspension. Tidak memakai traves.
Konstruksi TM-17.
Konstuksi TM-17 merupakan konstruksi tiang tarik vertikal dengan menggunakan isolator jenis
suspension dan isolator jenis pin. Konstruksi TM-17 ini digunakan untuk jaringan bersudut 120180 dengan treck schoor.
s.
t.
B. Sambungan tenaga listrik tegangan menengah merupakan sambungan tenaga listrik dengan
tegangan pelayanan 20.000 Volt dan dengan daya di atas 197 kVA. Pembatasan beban pelanggan
dilakukan dengan cara:
c. Berdasarkan arus pengenal pengaman lebur tegangan menengah.
d. Berdasarkan sei ng relay pembatas sehingga memerlukan pemutus tenaga
2.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
PENGAMATAN 3
INSTALASI JARINGAN TEGANGAN RENDAH
sama juga ada pemasangan konstruksi yang pemasanganya menggunakan penghantar yang beda
luas penampangnya.
Konstruksi TR-6 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR pada tiang pencabangan,
yang menggunakan suspension small angle assambly dan fixed dead-end assambly untuk
mengaitkan kabel.
b. Saran
Dalam melakukan pemasangan instalasi jaringan tegangan rendah perhatikan lokasi
pemasangan. Lokasi dari pemasangan ini akan menentukan tipe konstruksi yang akan digunakan
dalam pemasangan konstruksi tegangan rendah. Peralatan dan pemasangan instalasi jaringan
tegangan rendah harus sesuai dengan standar yang telah ditentukan agar pemasangan jaringan
berfungsi dengan semestinya. Selain itu pemasangan jaringan harus dilakukan seefisien mungkin
baik biaya dan aktu pemasangan jaringan.
PENGAMATAN 4
INSTALASI TRAFO TIANG
A. DATA DAN DOKUMENTASI HASIL PRAKTEK
Karakteristik listrik komponen utama instalasi Gardu Tiang yang harus dipenuhi pada sisi
Tegangan Menengah (TM), adalah :
Tegangan pengenal : 24 kV
Frekuensi pengenal : 50 Hz-
B. LEMBARAN PENGAMATAN
Deskripsi kerja pengamatan
Penginstalasian trafo distribusi
Memperhatikan panaikan trafo ke cross arm.
Memastikan kedudukan transformator yang erat pada cross arm dengan cara melakukan
pengecekan mur dan baut pengikat trafo.
Pemasangan penghantar pembumian
Pemasangan pembumian untuk titik netral trafo
ditempatkan terpisah.
Pembumian lightning arrester dan bagian konduktif terbuka disambungkan dengan
tembaga 50mm^2.
Penginstalasian kabel 20KV Pemasangan sepatu kabel harus dilaksanakan dengan hati-hati serta
memilih konduktor yang tepat untuk pemasangan antar kabel.
Instalasi kabel tegangan rendah
Menyesuaikan ukuran kabel dengan keluaran trafo.
Memasang pembumian untuk kabel tanah.
Penandaan trafo tiang Memberikan identitas pada trafo:
Nomor gardu
Tanda peringatan
Data historis
penyelesaian Memperhatikan kelayakan operasi dari trafo
C. PEMBAHASAN
1. lokasi pemasangan
Pemasangan trafo tiang memperhatikan unsur keselamatan dan jarak keamanan. ruang bebas
hambatan atau right of way pada Gardu Tiang adalah daerah bebas dimana gardu tersebut
berlokasi. Pada ruang bebas tersebut tidak ada penghalang yang menyebabkan komponen gardu
beserta kelengkapannya bersentuhan dengan pohon atau bangunan. Tersedia akses jalan masukkeluar gardu untuk keperluan kegiatan operasi dan pemeliharaan/perbaikan gardu.
Jarak aman bagian Gardu Tiang di sisi 20 kV sesuai dengan ketentuan Saluran Udara Tegangan
Menengah adalah 2,5 meter dari sisi terluar konstruksi gardu.
2. proses pemasangan
Perencanaan konstruksi Gardu Tiang lazimnya sudah harus menjadi satu kesatuan dengan
perencanaan jaringan SUTM-nya. Pastikan terlebih dahulu kebenaran peta rencana lokasi
pendirian Gardu Distribusi, detil konstruksi dan perolehan izin lokasi gardu. Bila lokasi gardu
berada di tanah sertifikat hak milik, harus diperoleh izin tertulis penggunaan tanah untuk gardu
dari pemilik tanah. Perhatikan kekuatan tiang beton/besi untuk konstruksi Gardu Tiang yang
direncanakan bagi penempatan transformator distribusi, pondasinya dan akurasi vertikalnya.
Persiapkan seluruh komponen utama dan kelengkapan instalasi Gardu Tiang di lokasi.
Termasuk yang harus diperhatikan adalah dimensi crossarm/dudukan dengan jarak-jarak dan
besar lubang yang dipersyaratkan.
Khusus transformator, periksa fisik transformator distribusi yang meliputi :
1. Packing transformator.
2. Periksa assesoris transformator, apakah sudah sesuai dengan syarat kontrak yang disepakati,
misalnya Termometer, Oil Level, Buchholz Relay, Breather (silica gel).
3. Periksa volume minyak pada gelas duga (oil Level) dan kebocoran pada transformator.
4. Periksa Name Plate serta Sertifikat Transformator, apakah telah sesuai dengan permintaan,
pemeriksaan antara lain :
Daya/ Kapasitas
Tegangan Sisi Teg. Tinggi
Tegangan Sisi Teg. Rendah
Vektor Group
Tingkat Pengaturan Tegangan
Pengujian Ketahanan Isolasi antara
sisi Tegangan Rendah (TR) dengan sisi Tegangan Menengah (TM).
sisi Tegangan Rendah (TR) dengan bodi (E).
sisi Tegangan Menengah (TM) dengan bodi (E).
a.
Kesimpulan
setelah melakukan praktek dan pengamatan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
o Pemasangan trafo tiang harus memperhatikan lokasi serta jarak yang aman.
o Terdapat perbedaan antara pemasangan trafo pada jaringan tegangan tinggi dan jaringan tegangan
menengah. Seperti perbedaan pemasangan titik pembumian serta instalasi kabel ke trafo tiang.
o Sebelum trafo dinyatakan layak operasi terlebih dahulu harus dilakukan pengujian agar trafo tidak
menyebabkan kerusakan pada jaringan serta kerugian finansial
b. Saran
o Dalam pemasangan trafo tiang terlebih dahulu dilakukan kelayakan lokasi.
o Memastikan pemasangan sepatu kabel dengan teliti agar tidak terjadi kerusakan.
o Memastikan peletakan trafo pada tiang telah terpasang dengan erat.
o Melakukan pengujian sebelum trafo dioperasikan.
PENGAMATAN 5
INSTALASI PANEL APP
A. LEMBAR PENGAMATAN
Pada panel APP terdapat 6 buah fuse, saklar ON, OFF, kabel R, S, T, N, dan PE, alat ukur.
Fasa R yaitu menggunakan kabel jenis NYA 25-35 mm dengan scound kable warna merah,
sedangkan S kuning, dan T biru.
B. PEMBAHSAN
Sebelum melakukan praktek mengenai panel APP Setiap Kelompok / Group terlebih
dahulu mempersiapkan perlatan/komponen yang akan digunakan sesuai dengan daftar material /
peralatan sesuai gambar kerja. Setelah itu mempersiapkan Safety dan Menggunakannya,
seperti sarung tangan, sepatu karet, helm, dan peralatan safety lainnya yang dibutuhkan agar
terhindar dari bahaya yang beresiko. Setelah itu praktikkan memastikan bahwa sistem dalam
keadaan KOSONG / BEBAS tegangan yaitu dengan memastikan bahwa keadaan toggle saklar
pada keadaan OFF. Namun sebelum mengoperasikan/melakukan pekerjaan pemasangan
peralatan/jaringan, terlebih dahulu memeriksakannya pada instruktur yang bersangkutan sampai
ada instruksi didalam pengoperasiannya. Setelah itu barulah mempraktekkan mengenai cara
Memasang dan Penginstalasian panel APP. Yaitu dengan langkah pertama melakukan /
memastikan Saklar dalam kondisi stanby (OFF) . Sebelum membuka peralatan yang sudah
terpasang pada panel praktikkan terlebih dahulu menentukan peralatan / bagian-bagian apa saja
yang terdapat pada panel APP kemudian menentukan tata-letak dan ukuran penampang kabel ;
sisi input dan out-put kabel masukan agar pada saat pemasangan kembali tidak mengalami
kesulitan. Untuk membuka fuse, digunakanlah alat yang dinamakan dengan tang fuse. Setelah itu
praktikkan menentukan simbol diagram dan diagram pengawatanya, menentukan urutan fasa
dan warna kabel, Menentukan jenis kabel yang digunakan , pengawatan /penyambungan kabel
pada terminalnya sesuai urutan fasa, memasang warna isolasi skun kabel sesuai urutan fasa.
Setelah selesai memasang kembali peralatan sesuai dengan ketentuannya kemudian barulah
PENGAMATAN 8
INSTALSI GROUNDING
A. DATA DAN DOKUMENTASI HASIL PEKERJAAN/PRAKTEK
DATA
Panjang elektroda = 130 cm
Panjang elektroda yang dipancang ke dalam tanah = 30 cm
Tahanan tanah yang diukur = 7
Jarak antar elektroda = 10 meter
DOKUMENTASI
Earth tester
Batang elektroda
Kabel penghubung earth tester dengan elektroda
Pemasangan elktroda dengan kabel penghubung earth tester
B. LEMBAR PENGAMATAN
Dari praktek dan pengamatan langsung yang telah dilaksanakan praktikan terhadap sistem
pembumian maka dapat diketahui bahwa sistem pentanahan atau pembumian adalah sistem
kelistrikan yang terhubung secara tidak langsung antara rangkaian listrik dengan bodinya (sistem
rangkaian balik) yang bertujuan untuk menmgamankan manusia dan juga peralatan lainnya.
Untuk mengukur tahahanan suatu tanah maka dapat diukur dengan menggunakan alat ukur
earth tester. Eart tester mempunyai 3 terminal yaitu terminal E,P, dan C. Pada praktek kali ini
praktikan menggunakan 3 buah elektroda yang berbentuk batangan tembaga dengan tahanan
jenis 0.0177 x 10 -6 m. eletroda dipasang sejajar. Elektroda pertama merupakan elektroda
utama, sedangkan elektroda kedua merupakan elektroda bantu, dan elektroda ketiga merupakan
elektroda pembanding.
Jarak antar elektroda adalah 10 meter, dengan panjang batang elektroda 130 cm. elektroda
dipancangkan ke dalam tanah dengan kedalaman 30cm. Pada earth tester, terminal E (earth)
dihubungkan ke elektroda utama dengan menggunakan kabel berwarna hijau. Terminal P
(potensial) dihubungkan ke elktroda bantu dengan menggunakan kabel berwarna kuning.
Terminal C (current) dihubungkan ke elktroda pembanding menggunakan kabel berwarna merah.
Dari hasil pengukuran dapat diketahui bahwa tahanan tanah yang diukur adalah sebesar 7 .
Tujuan penggunaan tiga batang elektroda tersebut adalah untuk mengetahui sejauh mana tahanan
dapat mengalirkan arus listrik. Elektroda merupakan penghantar yang dihantar di dalam tanah
dan sebagai kontak langsung dengan tanah yang diusahakan mencapai titik air tanah.
C. PEMBAHASAN
Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai grounding adalah sistem pengamanan
terhadap perangkat-perangkat yang mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga, dari lonjakan
listrik, petir dll. Sistem pentanahan di data center menjadi salah satu unsur penting dalam data
center karena memberikan kebutuhan tenaga utama bagi data center. Standar pentanahan untuk
data center tercantum dalam beberapa dokumen antara lain : TIA-942, J-STD-607-A-2002 dan
IEEE Std 1100 (IEEE Emerald Book), IEEE Recommended Practice for Powering and
Grounding Electronic Equipment.
Tujuan Utama Sistem Pentanahan
Tujuan utama dari adanya pentanahan adalah menciptakan jalur yang low-impedance
(tahanan rendah) terhadap permukaan bumi untuk gelombang listrik dan transient voltage.
Penerangan, arus listrik, circuit switching dan electrostatic discharge adalah penyebab umum dari
adanya sentakan listrik atau transient voltage. Sistem pentanahan yang efektif akan
meminimalkan efek tersebut.
Karakteristik Sistem Pentanahan yang Efektif
Karakteristik sistem pentanahan yang efektif antara lain adalah:
1. Terencana dengan baik, semua koneksi yang terdapat pada data center harus merupakan koneksi
yang sudah direncanakan sebelumnya dengan kaidah-kaidah tertentu.
2. Verifikasi secara visual dapat dilakukan.
3. Sesuai dengan ukuran, TIA-942 menyediakan guideline untuk setiap komponen pada data center.
4. Menghindarkan gangguan yang terjadi pada arus listrik dari perangkat.
5. Semua komponen metal harus ditahan/diikat oleh sistem pentanahan, dengan tujuan untuk
meminimalkan arus listrik melalui material yang bersifat konduktif pada potensial listrik yang
sama.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
JENIS TANAH
Tanah yang mengandung air garam
Rawa
Tanah liat
Pasir Basah
Batu-batu kerikil basah
Pasir dan batu krikil kering
Batu
Elektroda batang ini mampu menyalurkan arus discharge petir maupun untuk pemakaian
pentanahan yang lain.
ELEKTRODA PELAT
Bentuk elektroda pelat biasanya empat persegu atau empat persegi panjang yang tebuat
dari tembaga, timah atau pelat baja yang ditanam didalam tanah. Cara penanaman biasanya
secara vertical, sebab dengan menanam secara horizontal hasilnya tidak berbeda jauh dengan
vertical. Penanaman secara vertical adalah lebih praktis dan ekonomis.
ELEKTRODA PITA
Elektroda pita jenis ini terbuat dari bahan metal berbentuk pita atau juga kawat BCC yang
di tanam di dalam tanah secara horizontal sedalam 2 feet. Elektroda pita ini bisa dipasang pada
struktur tanah yang mempunyai tahanan jenis rendah pada permukaan dan pada daerah yang
tidak mengalami kekeringan.
Hal ini cocok untuk daerah daerah pegunungan dimana harga tahanan jenis tanah makin
tinggi dengan kedalaman.
PENGKONDISIAN TANAH
Bagi daerah daerah yang mempunyai struktur tanah dengan tahanan jenis tanah yang
tinggi untuk memperoleh tahanan pentanahan yang diinginkan seringkali sukar diperoleh. Ada
tiga cara untuk mengkondisikan tanah agar pada lokasi elektroda ditanam tahanan jenis tanah
menjadi rendah, yaitu :
1. Dengan membuat lubang penanaman elektroda yang lebar dan dimasukkan mengelilingi
elektroda tersebut bahan bahan seperti tanah liat atau cokas.
2. Mengelilingi elektroda pada statu jarak tertentu diberi zat-zat nimia yang mana akan
memperkecil tahanan jenis tanah di sekitarnya. Zat-zat nimia yang biasa di pakai adalah sodium
chloride, calsium chloride, magnesium sulfat, dan coper sulfat.
3. Dengan Bentonite.Bubuk bentonita bersifat mengabsorb air, karena itu dengan mencampur
bubuk bentonite, garam dapur dan air maka campuran bentonite tersebut dapat menghasilkan
tahanan jenis tanah yang rendah. Dengan menanamkan campuran bentonite tersebut disekeliling
elektroda maka tahanan pentanahandapat diperkecil 1/10 1/15 kali.Komposisi campuran
bentonite menurut perbandingan :Bentonite : garam dapur : air = 1 : 0,2 : 2
Jenis jenis Elektroda
1. Elektroda Pembanding
Di dalam beberapa penggunaan analisis elektrokimia, diperlukan suatu elektrode pembanding
(refference electrode) yang memiliki syarat harga potensial setengah sel yang diketahui, konstan,
dan sama sekali tidak peka terhadap komposisi larutan yang sedang selidiki..
Pasangan electrode pembanding adalah elektrode indikator (disebut juga working electrode)
yang potensialnya bergantung pada konsentrasi zat yang sedang diselidiki.
Syaratnya adalah:
Mematuhi persamaan Nerst bersifat reversible
Memiliki potensial elektroda yang konstan oleh waktu
Segera kembali keharga potensial semula apabila dialiri arus yang kecil
Hanya memiliki efek hysterisis yang kecil jika diberi suatu siklus suhu
Merupakan elektroda yang bersifat nonpolarisasi secara ideal
2. Elektroda Indikator
a.
Sebuah elektroda selektif ion di mana chelating agen dimasukkan ke dalam membran hidrofobik.
Perbandingan antara elektroda kaca konvensional dengan elektroda membran liquid.(sumber:
Fundamentals of Analytical Chemistry)
Elektroda jenis ini menggunakan cairan yang tidak bercampur dengan air sebagai membrannya.
Elektroda membran cairan menghasilkan potensial dari kedua larutan yang mengandung analit
dan liquid-ion exchanger. Cairan tersebut akan mengikat dengan selektif ion yang akan
ditetapkan. Sebagai contoh elektroda ion kalsium yang menggunakan suatu penukar kation yang
mengandung asam fosfat.
ISFETS
ISFET adalah ion-sensitif field effect transistor yangdigunakan untuk mengukur konsentrasi ion
dalam larutan, ketika konsentrasi ion (seperti H +, lihat skala pH) mengalami perubahan, arus
melalui transistor akan berubah sesuai. Di sini, solusinya digunakan sebagai elektroda gerbang.
Sebuah tegangan antara substrat dan permukaan oksida muncul akibat selubung ion.
Elktroda enzim
Sebuah elektroda yang merespon konsentrasi substrat dengan mereaksikan substrat dengan
enzim yang statis, menghasilkan ion yang dapat dipantau dengan ion-selektif elektroda.
iii.
Gas sensing probe
Gas sensing probe adalah sel galvani yang potensialnya tergantung kepada konsentrasi gas dalam
larutan.
c. Pemilihan elektroda indikator
Elektroda indikator harus memenuhi beberapa syarat antara lain harus memenuhi tingkat
kesensitivan yang terhadap konsentrasi analit. Tanggapannya terhadap keaktifan teroksidasi dan
tereduksi harus sedekat mungkin dengan yang diramalkan dengan persamaan Nernst. Sehingga
adanya perbedaan yang kecil dari konsentrasi analit, akan memberikan perbedaan
tegangan(skoog).
D. KESIMPULAN
1. Pentanahan tergantung kepada jenis tanah dan jenis alat yang akan di bumikan
2. Pentanahan yang baik adalah dengan menggunakan kawat tembaga murni agar tidak terjadi arus
eksi tasi.
3. Penggunaan elektroda harus sesuai dengan alat dan cara merangkai peralatan untuk memperkuat
pembumiannya.
SARAN
1. Melakukan kombinasi komponen elektroda untuk memperkuat pembumian secara
paralel,lingkaran.Biasanya ini digunakan untuk pembumian trafo.
2. Besar arus lebih yang melalui elektroda harus di seimbang dengan tahanan elektroda
sendiri.