Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1. LATAR BELAKANG
Reformasi keuangan negara merupakan salah satu amanat dari Undang-Undang
Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Penjelasan mengenai UndangUndang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keungan Negara menyatakan bahwa untuk
mendukung terwujudnya good governance, pengelolaan keuangan negara perlu
diselenggarakan secara profesional, terbuka dan bertanggung jawab.
Kemudian Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara juga menegaskan bahwa untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
dalam
pengelolaan
keuangan
negara,
pemerintah
membuat
laporan
opini maupun temuan pemeriksaan dari Badan Pemeriksa Keuangan atas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah. BPK memberikan opini Wajar Dengan
Pengecualian atau Tidak Menyatakan Pendapat/Disclaimer terhadap Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah yang masih diragukan kewajaran penyajian
informasinya.
Pemerintah Kota Mataram merupakan salah satu Kabupaten/Kota di Provinsi
Nusa Tenggara Barat yang masih memiliki masalah dalam penyajian Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah. Sampai dengan pemeriksaan laporan keuangan
tahun anggaran 2013, Pemerintah Kota Mataram masih mendapatkan opini Wajar
Dengan Pengecualian terhadap penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat permasalahan di masing-masing pos
laporan keuangan. Salah satu permasalahan yang masih terjadi adalah terkait
dengan penatausahaan aset tetap. Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK
tahun anggaran 2013, BPK menyatakan terdapat kelemahan dalam pencatatan dan
penatausahaan aset tetap yang berpengaruh terhadap kewajaran penyajian aset
tetap dalam Neraca Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Mataram.
Permasalahan tersebut meliputi aset tetap yang tidak didukung dokumen
kepemilikan, aset tetap yang fisiknya sudah tidak ada namun masih dicatat
sebagai aset tetap dan aset tetap yang pencatatannya belum didasarkan atas hasil
inventarisasi dan penilaian kembali. Hal ini menunjukkan bahwa akuntansi aset
tetap masih menjadi permasalahan dalam pengelolaan aset tetap pemerintah.
Di dalam pengelolaan aset tetap, Pemerintah Kota Mataram mengacu pada
peraturan-peraturan tentang pengelolaan aset tetap. Peraturan-peraturan tersebut
diantaranya Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang
2. PEMBAHASAN
2.1 Aset Tetap
2.1.1 Pengertian Aset Tetap
Raymod H Peterson (2002) dalam bukunya Accounting For Fixed Assets
menyebutkan aset adalah sumber daya yang mempunyai potensi ekonomi di
masa depan dan dimiliki atau dikuasai sebagai akibat dari suatu kejadian atau
transaksi. Raymond H Peterson (2002) juga menyebutkan aset diklasifikasikan
menjadi dua kelompok yaitu aset berwujud dan aset tidak berwujud. Aset
berwujud tersebut di antaranya adalah aset tetap yang merupakan aset fisik
yang digunakan untuk operasional perusahaan. Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) 16 menyatakan aset tetap sebagai aset berwujud yang
dimiliki untuk digunakan dalam proses produksi atau penyedian barang dan
jasa, disewakan, atau untuk tujuan administratif, yang diharapkan dapat
digunakan lebih dari satu periode. Berdasarkan PSAK 16 tersebut, Ng Eng
Juan dan Ersa Tri Wahyuni (2012) menyebutkan aset tetap memiliki beberapa
kareteristik yaitu; digunakan dalam operasi normal entitas, memiliki umur
manfaat lebih dari satu tahun, dan memiliki substansi fisik
2.1.2 Pengertian Aset Tetap Pemerintah
Untuk aset pemerintah, Peryataaan Standar Akuntansi Pemerintahan
Nomor 01 paragraf 8, aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai
dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu
dan
dari
mana
manfaat
ekonomi dan/atau
sosial
di
masa
depan
Aset Tetap
adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari dua belas
bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan dalam kegiatan
pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
2.1.3 Klasifikasi Aset Tetap Pemerintah
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 07
paragraf 7, sesuai kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi
entitas, aset tetap diklasifikasikan menjadi:
1. Tanah
Tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan
operasional pemerintah dan dalam kondisi siap pakai.
2. Peralatan Mesin
Peralatan dan Mesin yaitu mencakup mesin-mesin dan kendaraan
bermotor, alat elektronik, inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang
2. Semua biaya yang dapat diatribusikan secara langsung sampai aset tetap
tersebut siap digunakan;
3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap serta
restorasi lokasi aset, atau liabilitas atas biaya ketika aset diperoleh. Untuk
aset tetap pemerintah, sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi.
Pemerintahan Nomor 07, pengakuan aset tetap akan handal apabila aset
tetap telah diterima dan diserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada saat
penguasaannya berpindah. Saat pengakuan aset tersebut akan handal apabila
terdapat bukti bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan atau
penguasaan secara hukum (paragraf 19, Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan Nomor 07).
Paragraf 15 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 07
menyatakan aset tetap dapat diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan
dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal. Paragraf 15
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 07 juga menyebutkan
beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk mengakui aset tetap yaitu:
1. Berwujud;
2. Mempunyai masa manfaat lebih dari dua belas bulan;
3. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
4. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan
5. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
Pada paragraf 16 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 07
dinyatakan bahwa untuk menentukan suatu aset tetap mempunyai manfaat
lebih dari dua belas bulan, maka harus dinilai manfaat ekonomi masa depan
dari suatu aset tetap baik secara langsung atau tidak langsung berupa aliran
pendapatan atau penghematan belanja. Pengukuran nilai aset tetap dilakukan
dengan harga perolehan, dan jika tidak memungkinkan dengan harga
perolehan maka yang digunakan adalah nilai wajar pada saat perolehan
(paragraf 20, PSAP 07). Untuk aset tetap yang diperoleh tanpa nilai yaitu
berupa hadiah atau donasi, nilai aset adalah nilai wajar pada saat aset tetap
diperoleh (paragraf 24 dan 25, PSAP 07).
2.1.5 Penyajian dan Pengungkapan Aset Tetap
Berdasarkan paragraf 80 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
Nomor 07, aset tetap yang disajikan di laporan keuangan juga diungkapkan
untuk masing-masing jenis aset tetap tentang:
a. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat.
b. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang meliputi
penambahan, pelepasan, akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, dan
jika ada mutasi aset tetap lainnya.
c. Informasi penyusutan yang meliputi nilai penyusutan, metode yang
digunakan, masa manfaat atau tarif penyusutan, serta nilai tercatat bruto
dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode.
Selanjutnya paragraf 81 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
Nomor 07 menyatakan bahwa laporan keuangan juga harus mengungkapkan:
1. Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap.
2. Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset tetap.
3. Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi.
4. Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.
Apabila aset tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali, sesuai
paragraf 81 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 07 maka
harus diungkapkan:
1. Dasar peraturan untuk menilai kembali aset tetap;
2. Tanggal efektif penilaian kembali;
3. Jika ada, nama penilai independen;
4. Hakikat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya
pengganti;
5. Nilai tercatat setiap jenis aset tetap.
2.2 Penyusutan Aset Tetap
2.2.1 Pengertian Penyusutan Aset Tetap
Penyusutan aset tetap (depresiasi), adalah bentuk pengalokasian harga
perolehan aset tetap sebagai beban periode akuntansi dalam masa manfaat
aktiva tetap tersebut. Nilai aset tetap turun setiap saat, sehingga setelah habis
masa penggunaannya dianggap sudah tidak memberikan manfaat ekonomi
bagi perusahaan.
Menurut Warren, Reeve, dan Fess (2005:507) : Penyusutan adalah
alokasi harga perolehan dan biaya secara sistematis dan rasional sepanjang
umur manfaat aktiva tetap yang bersangkutan (Sondik, 2013). Sedangkan
menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) PSAK No. 17 : Penyusutan adalah
alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat
yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke
pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung.
10
setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan, jika aset tersebut telah mencapai
umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya.
Pada umumnya nilai residu ditetapkan sebesar nol pada akhir masa
manfaat. Jika merujuk pada kondisi tersebut, ketika suatu aset habis masa
manfaatnya, Aset tetap tersebut sebenarnya masih memiliki nilai residu yang
nilainya lebih besar dari estimasi nilai residu yang ditetapkan sebesar nol.
Sehingga kurang relevan jika aset tetap yang telah habis masa manfaatnya
namun masih dapat digunakan dalam mendukung kegiatan operasional nilai
residunya diakui sebesar nol. Penetapan estimasi nilai residu dapat
menggunakan data historis 2-3 tahun terakhir. Data tesebut dapat berupa hasil
lelang/penjualan aset tetap.
Nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap harus di-review minimum
setiap akhir tahun buku dan apabila ternyata hasil review berbeda dengan
estimasi sebelumnya maka perbedaan tersebut harus diperlakukan sebagai
perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK No. 25 tentang Laba atau
Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Koreksi Kesalahan Mendasar, dan
Perubahan Kebijakan Akuntan.
c. Masa Manfaat atau Umur Ekonomis
Umur manfaat didefenisikan dalam PSAK 16 sebagai suatu periode
dimana aset diharapkan akan digunakan oleh perusahaan, atau sebagai jumlah
produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari aset tersebut
oleh perusahaan.
Masa manfaat yaitu taksiran jangka waktu penggunaan aset tetap itu dalam
kegiatan produksi. Masa manfaat terbatas karena beberapa faktor yaitu :
11
penyusutannya juga harus bervariasi dengan pola yang sama. Bila penyusutan
diukur dalam satuan faktor waktu, pola penggunaannya harus diestimasikan.
2.2.3 Metode Penyusutan Aset Tetap
Metode penyusutan terdiri dari :
a. Metode Garis Lurus
Metode penyusutan ini merupakan metode penyusutan yang paling
sederhana karena beban penyusutan dibagi rata selama masa umur manfaat.
Nilai Perolehan Nilai Residu
Rumus Penyusutan =
Umur Manfaat
12
Metode penyusutan ini lebih cocok diterapkan pada aset tetap yang
memiliki manfaat ekonomis yang semakin menurun dari tahun ke tahun dan
peralatan berteknologi tinggi seperti komputer yang setiap saat muncul produk
yang lebih canggih.
c. Metode Unit Produksi
Metode penyusutan ini didasarkan pada jumlah produksi per periode di
bagi dengan jumlah produksi keseluruhan yang diestimasi.
Penyusutan per periode =
Metode penyusutan ini lebih cocok diterapkan pada aset tetap yang dapat
dihitung produktivitasnya seperti alat-alat berat dan mesin-mesin produksi.
2.2.4 Perlakuan Akuntansi atas Penyusutan
Terdapat
sedikit
perbedaan
perlakuan
atas
penyusutan
dengan
13
yang berjalan)
dilaporkan di neraca sebagai pengurang dari nilai perolehan aset tetap yang
bersangkutan.
Jika entitas pelaporan menerapkan dasar kas menuju akrual, entitas
pelaporan tidak menyusun laporan operasional, oleh karena itu besarnya
penyusutan untuk setiap tahun akan diperlakukan dengan mendebit akun
Diinvestasikan dalam aset tetap dan mengkredit akun Akumulasi
Penyusutan. Akun Diinvestasikan dalam aset tetap adalah akun ekuitas
sehingga jika akun ini didebit berarti mengurangi jumlah ekuitas. Sementara
itu akun akumulasi penyusutan adalah akun pengurang dari akun aset tetap
sehingga jika akun ini dikredit, maka nilai aset tetap secara neto telah
berkurang. Dengan demikian dapat dikatakan dengan dasar Kas menuju
akrual, besarnya penyusutan diperlakukan sebagai pengurangan terhadap aset
dan ekuitas.
Penyusutan tersebut diakumulasikan setiap semester dan dicatat dalam
akun Akumulasi Penyusutan.
disajikan sebagai pengurang nilai aset tetap dan pengurang dari nilai pos
Diinvestasikan Dalam Aset Tetap. Pencatatan penyusutan aset tetap dalam
neraca dilakukan sejak perolehan sampai dengan aset tetap tersebut
dihapuskan.
14
dalam
laporan
15
tetapnya untuk segera melakukan kebijakan penyusutan aset tetap, hal ini demi
akuntabilitas penyajian laporan aset tetap dalam laporan keuangan pemerintah
daerah dan juga demi mengurangi berbagai permasalahan-permasalahan terkait
pengelolaan aset tetap sehingga opini Wajar Tanpa Pengecualian atas pemeriksaan
laporan keuangan pemerintah daerah oleh Badan Pemeriksa Keuangan dapat cepat
tercapai.
17