Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENYUSUN
Norma Arinda Kesuma
Helena Napitupulu
Atikah
Eridani Khairunnisa
Diajeng Sri Andriani Permatasari
Ellita Ersa Afiani
Cresti Dwitiya Murtti
Afini Yanu Nabila
Awanis Farisa Setyarahma
Selestin Nisfu Choiriyah
Etik Nindiya Setiya Ningrum
Hari Ismanto
25010112120024
25010112120089
25010112130163
25010112140217
25010112130234
25010112140237
25010112140243
25010112130244
25010112140306
25010112130327
25010112140399
25010114140388
PENYUSUN
Norma Arinda Kesuma
Helena Napitupulu
Atikah
Eridani Khairunnisa
Diajeng Sri Andriani Permatasari
Ellita Ersa Afiani
Cresti Dwitiya Murtti
Afini Yanu Nabila
Awanis Farisa Setyarahma
Selestin Nisfu Choiriyah
Etik Nindiya Setiya Ningrum
Hari Ismanto
25010112120024
25010112120089
25010112130163
25010112140217
25010112130234
25010112140237
25010112140243
25010112130244
25010112140306
25010112130327
25010112140399
25010114140388
Laporan PBL ini telah disetujui untuk diujikan di depan Tim Penguji
Semarang, 3 Desember 2015
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Lapangan (DPL)
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji dan dinyatakan Telah memenuhi syarat
untuk diterima
Nama :
: Ratih Indraswari SKM, M.kes
: Dra. Ayun Sriatmi, M.Kes
Mengetahui,
Kepala Lab. Terpadu FKM UNDIP
TANDA TANGAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xii
KATA PENGANTAR...........................................................................................xiii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1.
Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Tujuan............................................................................................................3
1.3 Manfaat...........................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................6
METODE KEGIATAN PBL....................................................................................6
2.1. Tahapan Problem Solving Cycle Masalah Kesehatan...................................6
2.2. Lokasi dan Waktu Pengambilan Data..........................................................14
2.3. Pengolahan dan Analisa Data......................................................................15
BAB III..................................................................................................................17
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................17
3.1. Gambaran Umum Lokasi PBL....................................................................17
3.1.1. Gambaran Geografis Puskesmas Rowosari.....................................17
3.1.2. Gambaran Geografis Kelurahan Tembalang....................................17
3.1.3. Gambaran Demografi.......................................................................18
3.1.4. Gambaran Ekonomi.........................................................................19
3.2. Hasil dan Pembahasan Sesuai Tahapan Problem Solving Cycle.................20
3.2.1. Masalah KIA pada Masyarakat dan Pelayanan Kesehatan..............20
3.2.2. Masalah DBD pada Masyarakat dan Pelayanan Kesehatan.............63
BAB IV................................................................................................................110
SIMPULAN DAN SARAN.................................................................................110
4.1. Simpulan....................................................................................................110
4.2. Saran..........................................................................................................112
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................113
LAMPIRAN.........................................................................................................114
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Penduduk Kelurahan Tembalang MenurutJenis
KelaminTahun 2015..............................................................................18
6
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tahap Problem Solving Cycle................................................................6
10
DAFTAR LAMPIRAN
11
12
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum,wr,wb.
Alhamdulillah laporan kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL)
berhasil kami susun seiring dengan selesainya kegiatan PBL selama satu bulan ini.
Kegiatan PBL merupakan proses pembelajaran analisa permasalahan kesehatan
yang ada di masyarakat.
Melalui kegiatan PBL mahasiswa mampu mengaplikasikan Problem
Solving Cycle yang diperoleh selama dibangku kuliah, kemudian melibatkan
secara langsung banyak pihak untuk proses belajarnya. Untuk itu kami selaku
kelompok penyusun laporan mengucapkan terima kasih kepada pihak pihak
yang turut membantu dalam penyusunan pelaporan dan keberlangsungan kegiatan
PBL selama satu bulan ini.
1. Ibu Hanifa Maher Denny, SKM, MPH, Ph.D selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
2. Bapak Yudi Darmawan, SKM, M.Kes selaku Ketua Pengalaman Belajar
Lapangan (PBL) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
3. Ratih Indraswari SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL)
kelompok Kelurahan Tembalang
4. Meisty Lia Wahyuni, SKM selaku Staf Pembimbing Lapangan (SPL) dan
Tenaga Surveilans Kesehatan (Gasurkes) kelompok Kelurahan Tembalang
5. Margono, S.Sos selaku kepala Kelurahan Tembalang
6. Heri Wibowo, SKM,M.Kes selaku Kepala puskesmas Rowosari
7. Aris Sulistiyawan, SKM selaku Pembina kasus DBD di Puskesmas Rowosari.
8. Suprihrtiningsih, AM. Kep selaku Pembina Kasus KIA di Puskesmas
Rowosari.
9. Pariyadi dan Rukmi Ardiningsih, SSIT selaku Tim DBD dan KIA di
Puskesmas Rowosari.
10. Koordinator PKK Kelurahan Tembalang dan Ketua ketua RW 1-8
Kelurahan Tembalang, serta Ketua ketua RT Kelurahan Tembalang
11. Ibu ibu PKK dan kader Kelurahan Tembalang dan warga Kelurahan
Tembalang
Semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk mengatasi permasalahan
kesehatan yang ada di Kota Semarang, untuk kesalahan di dalamnya penulis
mohon maaf dan memohon kritik dan saran untuk pembelajaran kami.
Wassalamualaikum
Semarang, Desember 2015
13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peningkatan status Kesehatan Ibu dan Anak dan peningkatan pengendalian
penyakit menular merupakan salah satu prioritas Kementerian Kesehatan dalam
rangka pencapaian pembangunan kesehatan periode 20152019 yang terdapat di
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005 2016.
Status kesehatan masyarakat terkait dengan masalah kesehatan ibu dan anak dapat
digambarkan dalam beberapa indikator, yaitu Angka Kematian Ibu (AKI) yang
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perdarahan, infeksi, dan eklampsia dan
Angka Kematian Bayi (AKB) yang disebabkan berat bayi lahir rendah (BBLR),
asfiksia, pneumonia, diare, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), prematur, dan
kongenital.
Menurut data dalam kurun waktu dua tahun terakhir jumlah kasus kematian
ibu (AKI) di Kota Semarang secara peringkat mengalami penurunan yaitu dari
rangking 5 pada tahun 2013 menjadi rangking 7 pada tahun 2014. Namun secara
jumlah mengalami kenaikan menjadi 33 kasus. Setelah ditelaah lebih lanjut
ternyata ada beberapa faktor penyebabnya yaitu kurangnya kepedulian ibu hamil
untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin ke fasilitas pelayanan kesehatan,
hamil diusia muda, faktor penyakit bawaan, dan anggapanfaktor birokrasi yang
berbelitbelitdalam penanganan ibu hamil yang akan melahirkan.
Permasalahan kesehatan masyarakat yang hingga saat ini masih menjadi
perhatian khusus yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) dan masalah Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA). DBD dan KIA menjadi masalah kesehatan masyarakat
Indonesia yang semakin meluas penyebarannya, sementara jumlah kasus DBD
terbanyak ditemukan di wilayah Jawa Tengah.
Menurut data dari Profil Kesehatan Kota Semarang menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan kasus dari tahun ke tahun. Incidence Rate (IR) DBD Kota
Semarang dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2013 selalu jauh lebih tinggi dari
IR DBD Jawa Tengah dan IR DBD Nasional. Tahun 2013 IR DBD Kota
Semarang dua kali lebih tinggi dari IR DBD Jawa Tengah. Kecamatan Tembalang
merupakan salah satu penyumbang terbanyak kasus DBD.
Tercatat pada tahun 2013 kasus DBD sejumlah 2.364 kasus atau naik
89,11% dari 1.250 kasus pada tahun 2012. Jumlah kematian pada tahun 2013
sebanyak 27 kasus atau naik 22,73% dari tahun 2012 yang berjumlah 22 kasus,
tetapi CFR turun dari 1,80% pada tahun 2012 menjadi 1,14% pada tahun 2013
karena jumlah penderita pada tahun 2013 meningkat. Pada tahun 2014 IR DBD
Kota Semarang sebesar 92,43, dan menduduki peringkat pertama IR DBD seJawa Tengah. Jumlah kasus DBD di Jawa Tengah sejumlah 11.081 penderita. Kota
Semarang dengan 1.628 penderita DBD menyumbangkan 14,7% kasus di Jawa
Tengah. Jumlah CFR DBD tahun 2014 sejumlah 1,66% sebanyak 27 kasus
kematian.
Sementara masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang laporan ini bahas
di Kelurahan Tembalang, Kecamatan Tembalang Kota Semarang yaitu eklampsia.
Eklampsia atau kelainan pada masa kehamilan, persalinan atau masa nifas
ditandai dengan kejang dan atau koma dimana sebelumnya sudah menimbulkan
pre eklampsia yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti riwayat hipertensi ibu
hamil dan eklampsia mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan
masa kehamilan.
Berdasarkan masalah DBD dan KIA di Kelurahan Tembalang maka
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro diwajibkan untuk
melaksanakan kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) yaitu aplikasi
belajar mengajar secara berkelompok yang dilaksanakan dilapangan dengan
memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menerapkan pengetahuannya
secara langsung pada masyarakat dalam bentuk praktek yang berdampak nyata
dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat.
Dengan menggunakan konsep H.L. Blum dan metode cross sectional
sebagai pendekatan untuk mengidentifikasikan masalah kesehatan DBD dan KIA
di Kelurahan Tembalang. Melalui metode MCUA prioritas akar penyebab masalah
yang didapat pada KIA yaitu eklampsia dan prioritas akar penyebab masalah pada
DBD yaitu ketepatan pelaporan kasus DBD dari masyarakat.
Melalui upaya peningkatan deteksi dini untuk Kesehatan Ibu dan Anak dan
respon tanggap lapor yang dilakukan warga keluarahan Tembalang terhadap
penemuan kasus DBD yang berpotensi menimbulkan KLB diharapkan terjadi
penurunan angka kesakitan dan kematian khususnya pada masalah KIA dan DBD.
1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi masalahmasalah KIA dan DBD, menetapkan faktor
resiko terjadinya masalah KIA dan DBD, serta memberikan alternatif
penyelesaian masalah KIA dan DBD yang ada dengan metode pemecahan
masalah KIA (problem solving cycle), mengenal karakteristik masyarakat dan
lingkungannya, serta faktor lain yang berkaitan dengan masalah KIA dan DBD di
Kelurahan Tembalang.
2. Tujuan Khusus
a. Menentukan masalah KIA dan DBD yang ada di Kelurahan Tembalang
b. Menentukan prioritas masalah kesehatan yang ada di Kelurahan Tembalang
dengan metode Matrix Multiple Criteria Utility Assessment (MCUA).
c. Menemukan penyebab masalah kesehatan yang ada di Kelurahan Tembalang
d. Menentukan prioritas penyebab dari masalah kesehatan yang ada di
Kelurahan Tembalang
e. Menentukan alternatif pemecahan masalah KIA dan DBD di Kelurahan
Tembalang dengan metode brainstorming.
f. Menentukan penilaian dan kelayakan solusi (kekuatan yang mendukung dan
menghambat sehingga alternatif rencana solusi dapat berjalan atau tidak)
dengan metode force field analysis. Sehingga solusi yang ditawarkan akan
tepat dan dapat dikerjakan sesuai dengan sumber daya yang tersedia di
Kelurahan Tembalang.
1.3 Manfaat
Dari kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL), diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Masyarakat
a) Mendapatkan informasi mengenai masalah KIA dan DBD yang ada di
Kelurahan Tembalang. Sehingga diharapkan adanya perubahan
perilaku masyarakat untuk hidup sehat.
b) Masyarakat dapat lebih menyadari akan pentingnya pendidikan KIA
dan DBD dengan tindakan lebih lanjut dari pihak desa dan kader
posyandu Kelurahan Tembalang.
c) Pihak pamong dan perangkat desa dapat mengembangkan suatu
program pengembangan desa terutama dalam bidang KIA dan DBD.
2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
a) Mengenalkan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
kepada masyarakat di Kelurahan Tembalang
b) Mendapatkan informasi tentang daerah yang mengalami masalah KIA
dan DBD, sehingga sebagai Fakultas Kesehatan Masyarakat dapat
memberikan suatu kegiatan preventif dan promotif kepada masyarakat
tentang masalah KIA dan DBD yang terjadi di Kelurahan Tembalang.
3. Bagi Mahasiswa
a) Menambah pengetahuan mengenai masalah masalah kesehatan
khususnya masalah kesehatan ibu dan anak (KIA) dan demam
berdarah dengue (DBD).
b) Mendapatkan pengalaman dan wawasan secara aktif serta interaktif
dengan masyarakat melalui wawancara.
c) Meningkatkan dan melatih kemampuan serta keterampilan dalam
melakukan penelitian dan penulisan laporan Pengalaman Belajar
Lapangan (PBL).
4. Bagi Dinas Kesehatan setempat (Puskesmas/DKK)
Mendapatkan informasi mengenai masalah KIA dan DBD di
Kelurahan Tembalang dan alternatif penyelesaian masalah yang dapat
BAB II
METODE KEGIATAN PBL
Latar Belakang
Penyusunan
ditentukan dengan menggunakan rumus solvin akan didapatkan
hasilInstrumen
sebagai Monev
berikut:
Implementasi Intervensi
N
n=
2
1+ N ( e )
Keterangan :
n
: Ukuran sampel
N : Ukuran populasi
E : Derajat ketepatan, misal 10%
n=
55
=35,48
2
55+(0,1)
Populasi masalah DBD dalam PBL kali ini yaitu kepala keluarga per periode
September 2015 di Kelurahan Tembalang. Berdasarkan data sekunder yang
diperoleh dari Kantor Kelurahan Tembalang, jumlah kepala keluarga di Kelurahan
Tembalang per periode September 2015 yaitu 1261 kepala keluarga, maka apabila
sampel ditentukan dengan menggunakan rumus solvin akan didapatkan hasil
sebagai berikut:
n=
N
1+ N ( e )2
Keterangan :
n
: Ukuran sampel
N : Ukuran populasi
E : Derajat ketepatan, misal 10%
n=
1261
=92,65
2
1261+(0,1)
Setelah mendapatkan data primer dari masyarakat dan provider, maka dapat
diprioritaskan berbagai penyebab masalah yang paling besar di wilayah tersebut.
Prioritas penyebab masalah dilakukan dengan mengidentifikasi urgensi, relevansi,
dan skala penyebab masalah.
Dalam prioritas penyebab masalah digunakan teknik MCUA (Multiple
Criteria Utility Assesment). langkah dari pembuatan MCUA yaitu :
10
11
Rencana aksi atau rencana tindak lanjut atau juga disebut Plan of Action
(PoA) merupakan suatu perencanaan kegiatan jangka pendek yang ditujukan guna
penyelesaian masalah KIA dan DBD berdasarkan pada penyelesaian masalah yang
telah dipilih dan telah diuji kelayakannya. Untuk dapat membuat rencana tindak
lanjut maka program hasil analisis penyelesaian masalah KIA dan DBD tersebut
harus diurai menjadi program atau kegiatan yang diperlukan. Dalam melakukan
identifikasi dan analisis kegiatan serta sumber daya yang ada, maka sebaiknya
dilakukan dengan melihat program yang ada di pelayanan kesehatan. Tujuan dari
hal tersebut agar tidak terjadi overlapping program, namun tetap selaras dengan
program kesehatan yang ada di Puskesmas, dan jika dilakukan secara partisipatif
maka kegiatan dapat berjalan dengan baik dan berlanjut. Secara sederhana, dalam
membuat rencana aksi beberapa hal yang harus masuk antara lain jenis kegiatan,
volume kegiatan, dana yang diperlukan serta sumber dana, waktu pelaksanaan,
oleh siapa kegiatan tersebut dikerjakan termasuk indikatornya.
12
besar kegiatan tersebut, berapa banyak biaya yang dibutuhkan, hasil yang
diharapkan, kapan dilaksanakan dan siapa yang melaksanakan. Namun demikian
hal tersebut belum sepenuhnya selesai karena baru sebatas rencana, diperlukan
persiapan yang lebih matang agar kegiatan yang telah disusun dapat dilakukan dan
berjalan dengan lancar. Persiapan yang diperlukan menyangkut mobilisasi sumber
daya misal sarana dan prasarana yang diperlukan, sasaran intervensi, metode yang
digunakan untuk intervensi, pihak yang terlibat dalam kegiatan intervensi,
merancang kegiatan, serta pelaksanaan kegiatan intervensi yang diperlukan.
2.1.9. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Intervensi
13
setiap hari Sabtu dan Minggu di kampus FKM UNDIP mulai tanggal 3 Oktober
hingga tanggal 17 Oktober 2015.
14
selanjutnya
menganalisis data. Analisis data yang dilakukan ialah analisis deskriptif, dimana
ditentukan proporsi serta persentase dengan menggunakan alat bantu statistik
yakni membuat tabel distribusi frekuensi. Dan juga dilakukan analisis data primer
yang diolah dengan menggunakan komputer untuk mendeskripsikan data yang
telah diperoleh. Untuk kemudian memberikan gambaran tentang hubungan antara
lingkungan, perilaku, genetik dan pelayanan kesehatan dengan masalah eklampsia
dan rendahnya ketepatan pelaporan kasus DBD di Kelurahan Tembalang,
Kecamatan Tembalang, Kota Semarang.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
15
JenisKelamin
1.
Lakilaki
F
2.89
4
%
52,7
16
2.
Perempuan
Jumlah
2.59
4
5.48
8
47,2
100,0
Jenis
Banyaknya / orang
%
Pendidikan
1 Perguruan Tinggi
1.149
23
2 Tamat Akademi
968
19
3 Tamat SLTA
889
17
4 Tamat SLTP
657
13
5 Tamat SD
471
9
6 Tidak Tamat SD
551
11
7 Belum Tamat SD
141
2
8 Tidak Sekolah
129
2
Jumlah
4.955
100
Sumber : Data Monografi Kelurahan Tembalang Tahun 2015
Jenis Kegiatan
1.
Petani sendiri
Banyaknya/
orang
-
%
0
17
2.
3.
4.
5.
6.
Buruh tani
19
0,49
Nelayan
0
Pengusaha
78
2,01
Buruh Industri
389
10
Buruh
239
6,1
Bangunan
7. Pedagang
353
9,1
8. Pengangkutan
24
0,61
9. Pegawai Negeri
0
a. Sipil
677
17,4
b. ABRI
19
0,49
10. Pensiunan
119
3,07
11. Lain-lain (jasa)
1.959
50,5
Jumlah
3.876
100
Sumber : Data Monografi Kelurahan Tembalang Tahun 2015
Mata pencaharian warga di Kelurahan Tembalangsangat bervariasi. Tabel 3
menunjukkan sebagian besar warga berprofesi di bidang jasa (50,5%) dan tidak
ada warga yang bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan.
18
Tahun
K4
2013
2014
2015
(SEPTEMBER
)
51
66
54
Jumlah
ibu
IR
Cakupan Target
hamil
55 92,73
92,73
95
59 111,86
111,86
95
66
81,82
81,82
71,25
Gap
Tren
-2,27
16,86
10,57
Cakupan K4
80
K4
60
Linear (K4)
40
Linear (K4)
20
0
2013
19
No
1
2
3
Tahun
2013
2014
2015
(SEPTEMBER
)
Persalinan
oleh
tenaga
kesehatan
38
56
39
Jumlah
ibu
bersali
n
57
57
IR
66,67
98,25
Cakupa
n
66,67
98,25
57
68,42 68,42
Sumber : Data Puskesmas Rowosari
Target Gap
Tren
90
-23,33 90
8,25
67,5
0,92
Pada tahun 2013 target nasional untuk persalinan oleh tenaga kesehatan
sebesar 90% dan terealisasi sebesar 66,67% sehingga terjadi kesenjangan sebesar
23,33%. Pada tahun 2014 target nasional untuk persalinan oleh tenaga kesehatan
sebesar 90% dan terealisasi sebesar 98,25% sehingga tidak terdapat kesenjangan.
Sedangkan pada tahun 2015, target dan realisasi juga tidak mengalami
kesenjangan.
Analisa Tren Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Tahun 2013-2015
Jumlah persalinan
20
Sumber :
Data
Puskesmas Rowosari
No
1
2
3
sebesar 95% dan terealisasi sebesar 5,45% sehingga terjadi kesenjangan sebesar
89,54%. Pada tahun 2014 target nasional untuk deteksi risiko tinggi oleh
masyarakat sebesar 95% dan terealisasi sebesar 3,39% sehingga terjadi
kesenjangan sebesar 91,61%.Sedangkan pada tahun 2015, terlihat adanya
kesenjangan sebesar 65,18%. Hal ini menunjukan bahwa cakupan deteksi risiko
tinggi oleh masyarakat selama tiga tahun mengalami kesenjangan yang cukup
tinggi. Disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kapasitas kader.
21
Tren
Deteksi risiko tinggi oleh masyarakat pada tahun 2013 sampai September
2015 cenderung fluktuatif. Jika dilihattrendnya 2013 ke 2014 mengalami
penurunan,2014 ke 2015 mengalami kenaikan.
Gambar 4. Grafik Deteksi Risiko Tinggi oleh Masyarakat
Linear (DETEKSI
RISTI OLEH
MASYARAKAT)
Linear (DETEKSI
RISTI OLEH
MASYARAKAT)
Linear (DETEKSI
RISTI OLEH
MASYARAKAT)
Linear (DETEKSI
RISTI OLEH
MASYARAKAT)
Tahun
K1
murni
Jumla
h ibu
hamil
55
59
IR
Cakupan
2013
42
76,36
76,36
2014
52
88,14
88,14
2015
(SEPTEMBER)
56
66 84,85
84,85
Tabel 7. Data K1 Murni Tahun 2013 2015
Target
Gap
95 -18,64
95 -6,86
71,25
13,60
Tren
target nasional untuk K1 murni sebesar 95% dan terealisasi sebesar 88,14%
sehingga terjadi kesenjangan sebesar 6,86%. Pada tahun 2013 dan 2014 K1 belum
mencapai target sehingga hal tersebut dapat dikatakan sebagai masalah. Namun
pada tahun 2015, target nasional sebesar 71,25% dan realisasinya sebesar 84,85%
sehingga tidak terdapat Kesenjangan.
Analisa Tren K1 Murni Tahun 2013 2015
Berdasarkan gambar 5 diketahui bahwa kunjungan pertama ibu hamil
mengalami kenaikan dari tahun 2013 sampai September 2015.
Gambar 5. Grafik K1 Murni Tahun 2013 - 2015
K1 MURNI
60
50
40
30
20
10
0
2013
K1 MURNI
Linear (K1
MURNI)
Tahun
Deteksi risiko
tinggioleh
Jumlah
ibu hamil
IR
Cakupa
n
Target
Gap
23
Tren
tenaga
kesehatan
1
2013
17
55
2014
2015
(SEPTEMBER
)
31
59
20
30.9
1
52.5
4
30.91
95
-64.09 -
52.54
95
-42.46 -
71.25
-40.95
30.3
66
0
30.30
Sumber : Data Puskesmas Rowosari
Pada tahun 2013 target nasional untuk K1 murni adalah 95% dan cakupan
yang berhasil dilaksanakan adalah 30,91% sehingga terjadi kesenjangan sebesar
64,09%. Untuk tahun 2014 target nasional adalah 95% dan cakupan yang berhasil
dilaksanakan adalah 3,39% dimana belum tercakup sesuai dengan target dan
memiliki kesenjangan sebesar 91,61%. Sedangkan untuk tahun 2015, yang
diakumulasi dari bulan Januari hingga September, target nasionalnya adalah
71,25% dan cakupan yang berhasil dilaksanakan adalah 30,30% dimana belum
tercakup sesuai dengan target dan memiliki kesenjangan sebesar 40,95%. Hal ini
menunjukan bahwa terjadi kesenjangan selama tiga tahun berturut-turut.
Analisa Tren Deteksi Risiko Tinggi oleh Tenaga Kesehatan tahun 2013 2015
Gambar 6. Analisa Tren Deteksi Risiko Tinggi oleh Tenaga Kesehatan
Linear (DETEKSI
RISTI OLEH
NAKES)
Linear (DETEKSI
RISTI OLEH
NAKES)
20
15
(S
EP 2
TE 01
M 3
BE
R)
40
30
20
10
0
24
Yang dimaksud dengan kriteria adalah sesuatu hal yang dianggap sebagai
akibat atau pengaruh yang sangat signifikan dan spesifik dari suatu masalah
terhadap subjek (masyarakat) sehingga dapat membedakan masalah. Kriteria yang
digunakan
antara
lain
kegawatan
masalah,
besarnya
masalah,
trend
25
masingmasalah
Artinya estimasi berapa besarnya pengaruh masalah terhadap masing
masing kriteria. Dalam pemberian skor setiap anggota kelompok memberikan
skor secara subjektif dan selanjutnya jumlah semua skor dibagi banyaknya jumlah
anggota dalam kelompok. Jika pengaruh kriteria besar maka skornya juga
diberikan besar, dan jika kriteria kecil maka diberi skor kecil. Hasil skor yang
telah dibagi dengan jumlah anggota tiap bagian.
Persen Data
0 24%
25 49%
50 74%
75 100%
Keterangan
Naik
Stagnan
Landai
Turun
26
No
1.
2.
3.
Kriteria
Besar
Gawat
Tren
Deteksi Dini
Risiko
K1
Tinggi Oleh
Bobot
Tenaga
Kesehatan
Skor SxB Skor SxB
30
2
0,6
2
0,6
40
3
1,2
4
1,2
30
1
0,3
2
0,6
Total
2,9
2,8
Sumber : Analisa Diskusi Kelompok
Berdasarkantabel
MCUA
di
atas,
Deteksi Dini
Risiko Tinggi
Oleh
Masyarakat
Skor
3
4
2
permasalahan
SxB
0,9
1,6
0,6
3,1
KIA
di
kriteria
kegawatansebesar
40%,
besarnyamasalahdan
tren
bobotmasingmasing30%.Sedangkanskoruntukmasingmasingmasalahberadadi
range 1 sampai 4.
1. Deteksi Risiko Tinggi oleh Masyarakat
Deteksi risiko tinggi oleh masyarakat diberi skor 3 untuk kriteria
Besar, 4 untuk kriteria Kegawatan, dan 2 untuk kriteria Tren.
Pemberian skor 3 untuk besar didasarkan pada gap dari kasus yang terjadi di
wilayah Kelurahan Tembalang. Gap deteksi risiko tinggi oleh masyarakat
2013, 2014, dan 2015 secara berturut-turut adalah 85,54; 91,61; dan 65,18`q.
Target untuk deteksi risiko tinggi oleh masyarakat adalah 95% sedangkan
27
cakupannya 5,45% untuk tahun 2013 dan 3,39% sedangkan untuk tahun 2015
sampai bulan September targetnya adalah 71,25% dan cakupannya adalah
6,06%. Dari hal tersebut kesepakatan kelompok memberikan skor 3 untuk
besar masalah.
Pemberian skor 4 untuk kegawatan didasarkan pada penelitian
terdahulu. Deteksi dini risiko tinggi ibu hamil adalah kegiatan penjaringan
terhadap ibu-ibu hamil yang terdeteksi mengalami kehamilan resiko tinggi
pada suatu wilayah tertentu atau kegiatan yang dilakukan untuk
menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan komplikasi
kebidanan. Oleh karenanya deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan
masyarakat dapat menyebabkanfaktor risiko dan komplikasi, serta
penanganan yang adekuat sedini mungkin, merupakan kunci keberhasilan
dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkannya. Dari
hal tersebut dapat disimpulkan bahwa deteksi risiko tinggi oleh
masyarakat menjadi hal yang penting untuk dilaksanakan karena
kegawatan yang mungkin dapat ditimbulkan.
Pemberian skor 2 untuk tren didasarkan pada tren yang mengalami
kenaikan dari tahun 2013 sampai bulan September 2015. Jika dilihat dari
tren, dapat diketahui bahwa ada perkembangan dari deteksi risiko tinggi
oleh masyarakat 3 tahun terakhir.
Pada masalah Cakupan Deteksi Dini Risiko Tinggi Oleh Tenaga
Kesehatan skor kriteria kegawatan masalah adalah 4.Hal ini berdasarkan
dengan akibat yang ditimbulkan akibat keterlambatan deteksi risiko tinggi
yang dapat menyebabkan komplikasi dan infeksi kepada ibu dan janin.
Oleh karena itu, penulis memberi skor 4 pada kriteria kegawatan Cakupan
Deteksi Dini Risiko Tinggi Oleh Tenaga Kesehatan.
Sedangkan untuk kriteria besarnya masalah dan trend diberi skor 2.
Pemberian skor ini berdasarkan data Cakupan Pelayanan Kesehatan oleh
Tenaga Kesehatan yang menunjukkan bahwa Cakupan Pelayanan
Kesehatan oleh Tenaga Kesehatan Kelurahan Tembalang hingga
September 2015 mencapai 98%. Trend Cakupan Pelayanan Kesehatan
oleh Tenaga Kesehatan Kelurahan Tembalang hingga periode September
2015 cenderung meningkat. Dengan melihat data tersebut, kriteria
28
tren, dapat diketahui bahwa ada perkembangan dari persalinan oleh tenaga
kesehatan 3 tahun terakhir.
3. K1
K1 diberi skor 2 untuk kriteria Besar, 3 untuk kriteria
Kegawatan, dan 1 untuk kriteria Tren. Pemberian skor 2 untuk besar
didasarkan pada gap dari kasus yang terjadi di wilayah Kelurahan
Tembalang. Gap K1 murni 2013, 2014, dan 2015 secara berturut-turut
adalah 18,64; 6,86; dan -13,60. Target untuk K1 adalah 95% sedangkan
cakupannya 76,36% untuk tahun 2013, 88,14% untuk cakupan tahun 2014
dan sedangkan untuk tahun 2015 sampai bulan September targetnya adalah
71,25% dan cakupannya adalah 84,85%. Dari hal tersebut kespakatan
kelompok memberikan skor 2 untuk besar masalah.
Pemberian skor 3 untuk kegawatan didasarkan pada kemungkinan
K1 untuk menyebabkan kematian. Diketahui bahwa kunjungan ibu hamil
pertama kali dalam pemeriksaan kehamilan yang baik sangat diperlukan
mengingat dengan pemeriksaan kehamilan yang baik maka akan dapat
terdeteksi awal dan terhindar dari risiko berat badan lahir rendah (BBLR),
resiko lahir macet, resiko pendarahan, resiko infeksi, eklampsia dan
anemia.
Pemberian skor 1 untuk tren didasarkan pada tren yang mengalami
kenaikan dari tahun 2013 sampai bulan September 2015. Jika dilihat dari
tren, dapat diketahui bahwa ada perkembangan dari K1 murni 3 tahun
terakhir.
Berdasarkan masalah Cakupan K1 Murni, penulis memberi skor 3
pada kriteria kegawatan. Pemberian skor ini berdasarkan pada kajian yang
dilakukan oleh Mansyoer pada tahun 2011, yakni tujuan pemeriksaan
antenatal adalah menyiapkan fisik dan mental ibu serta menyelamatkan ibu
dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas agar sehat dan
normal setelah ibu melahirkan. Karena pentingnya kunjungan K1 tersebut
sehingga penulis memberi skor 3 pada kriteria kegawatan.
Pada kriteria besarnya masalah diberi skor 2. Pemberian skor ini
berdasarkan data Cakupan K1 yang menunjukkan bahwa Cakupan K1
30
1.
2.
3.
31
badan lahir rendah, asfiksia, dan lahir mati. Interval rata-rata dari awal
eklampsia hingga terjadi kematian adalah sekitar 2 hari.
Sedangkan untuk criteria besarnya masalah dan tren diberi skor 1.
Pemberian skor ini berdasarkan data yang menunjukkan bahwa kasus
eklampsia di Kelurahan Tembalang periode September 2014 sampai
dengan periode September 2015
tidak
32
33
Riwayat
penyakit
34
35
36
37
38
39
Berdasarkan
gambar
14
sebanyak
68,57%responden
melakukan
41
gambar
19
menunjukan
bahwa
68,57%
responden
42
sedangkan 5,71% responden bekerja pada jenis pekerjaan berat. Hal ini
menunjukan bahwa sebagian besar responden bekerja pada tingkat pekerjaan yang
ringan sehingga tingkat risiko pada kehamilan dapat dikatakan rendah.
Gambar 22. Intensitas Bekerja Responden Saat Hamil
44
tidak
suami
saat
memeriksakan
kehamilan,
22,86%
responden
suami
45
46
responden
mengatakan bahwa jarak rumah dengan pelayanan terdekat adalah lebih dari
2km, sedangkan 48,57% responden mengatakan bahwa jarak rumah dengan
pelayanan kesehatan kurang dari 2km. Hal ini menunjukan bahwa masih banyak
rumah warga yang berjarak jauh dari pelayanan kesehatan, namun masih dapat
dijangkau dengan alat transportasi.
Gambar 28. Skor Pengetahuan Responden Terkait Eklamspia
47
memperoleh skor
8,57% responden memiliki pengetahuan yang baik terkait deteksi dini risiko
tinggi pada kehamilan khusunya pada eklampsia. Hal ini menunjukan bahwa
faktor pengetahuan merupakan faktor yang berperan dalam kasus eklampsia pada
masyarakat Kelurahan Tembalang
Gambar 29. Skor Sikap Terhadap Deteksi Dini Eklampsia
48
Kuesioner Kelompok
49
50
Rumah Sakit
Buku Bacaan
Visual (Video yang dapat ditampilkan sebagai media pada saat sosialisasi)
Tetangga siaga
Pendampingan lebih mendalam (didatangi satu per satu) dan dibuat lebih
menarik
Diskusi Eklampsia
MELEK
(Mengenal lebih dekat eklampsia)
Suami siaga dan Tetangga Siaga
eklampsia, deteksi dini eklampsia dan lain sebagainya. Dengan diberikannya buku
ini, diharapkan pengetahuan ibu meningkat, ibu semakin peduli dengan
kesehatannya
selama
masa
kehamilan
dan
aktif
untuk
memeriksakan
kesehatannya selama masa kehamilan dan nifas. Buku ini diberikan pada masa
kehamilan sehingga ibu dapat merencanakan kunjungan yang akan dilakukan
setelah bersalin.
Penghambat
Sulit dilaksanakan
(dilihat dari segi waktu,
biaya, dan tempat
Partisipasi masyarakat
kurang
Informasi bersifat
sementara
2
3
Sko
Pendukung
r
3 Tepat sasaran
jumla
h
Skor
3
3 Dua arah
2 Pembicara mudah
menguasai diskusi
8
2
7
Penghambat
Sko
Pendukung
r
3 Keterlibatan dan perhatian
orang dekat
3 Kepercayaan ibu hamil lebih
Skor
2
3
53
3
Jumla
h
tinggi
2 Hemat
8
3
8
Penghambat
Biaya
Kurang efisien dalam
persiapan
Ketersediaan
media
tidak merata
Skor
Pendukung
3 Menarik
2 Bisa dibaca setiap saat
3 Lebih
efektif
pemahaman materi
8
Sumber : Diskusi Kelompok
Jumlah
Skor
4
4
untuk
3
11
54
No
1
2
3
Penghambat
Membutuhkan minat
baca bumil
Mahal
Ketersediaan media
tidak merata
Jumla
h
Sko
Pendukung
r
4 Informasi lebih luas
3 Tidak menghabiskan biaya
dan waktu
3 Bisa disimpan
11
Skor
3
3
3
9
55
pelatihan untuk para kader selama dua hari dengan materi-materi. Tujuan dari
kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan ibu mengenai deteksi dini
risiko kehamilan dan mengoptimalkan program yang sudah ada selama ini yaitu
program kelas ibu hamil, serta pengoptimalan peran dan pengetahuan kader dalam
menangani masalah kesehatan ibu dan anak.
Analisa Force Field Analysis (FFA) di Pelayanan Kesehatan
1) Perbaikan sistem pendataan ibu hamil
Tabel 18. FFA Pendataan Ibu Hamil
No
Penghambat
1 Kurangnya
efesiensi
waktu
Skor
Pendukung
3 Data lengkap
Skor
3
2 Membutuhkan tenaga
3 Semua ibu hamil dapat
yang lebih banyak
terdeteksi
3 Sulit
menemukan
4 Lebih mudah menemukan ibu
sukrelawan
yang beresiko
Jumlah
11
Sumber : Diskusi Kelompok
3
3
9
Penghambat
Membutuhkan
waktu
yang lama
Belum tentu terealisasi
Partisipasi kurang
Skor
Pendukung
3 Informasi lebih mendalam
Skor
4
3 Tepat sasaran
3 Kontinuitas
9
Sumber : Diskusi Kelompok
3
3
10
56
Adapun skor untuk setiap faktor penghambat adalah sama. Sedangkan skor faktor
pendukung tertinggi ialah informasi lebih mendalam.
Dari berbagai alternative solusi untuk povider yang telah diuji kelayakan
dengan metode force field analysis dipeloreh sebuah solusi yaitu KLOTOK.
Dimana GAP yang dihasilkan antara jumlah skor faktor penghambat dan skor
faktor pendukung lebih tinggi yaitu 9:10
57
Nama
kegiatan
1. Penyuluhan
Bentuk Kegiatan
Sasaran
Biaya
kader dan
kader
dan
perangkat
perangkat desa di
desa
Kelurahan
Perangkat
Rp
135.000,-
Sumber
Waktu
Tujuan
dana
Iuran
pelaksanaan
Jumat,
20
pencapaian
Meningkatka
Norma
keberhasilan
Peserta
yang
kelompok
November
(penyuluh
hadir
2015 (16.00-
pengetahuan
75%seluruh
selesai)
tentang
Cresti
undangan
eklampsia
(pembuat
desa
Tembalang untuk
menyampaikan
PJ
Indikator
materi)
informasi
mengenai
2. Kalender
eklampsia
Sosialisasi
Ibu hamil
Rp
tentang
Ibu RW
140.000,- kelompok
pengetahuan
Ibu Lurah
eklampsia melalui
pembagian
kalender
hamil
ibu
door to
Iuran
Minggu,
22 Meningkatka
Awanis
100
November
hamil
2015
pengetahuan
kelurahan
(10.00-15.00) ibu
hamil
ibu
di
Tembalang
tentang
memperoleh
eklampsia
kalender
eklampsia dan
58
door
menerima
sosialisasi
eklampsia
3. Video
eklampsia
Pemutaranvideo
eklampsia
Ibu hamil
di Kader
Rp
Iuran
Jumat,
20 Meningkatka
65.000,-
kelompok
November
Eridani
door to door
Diputar rutin
pada
pertemuan
Keluarga
selesai)
FKK
dan desa
ibu
hamil,
saat
dan
door to door ke
kader,
pertemuan ibu
perangkat
hamil
desa tentang
eklampsia
No
Nama
Bentuk
kegiatan
Kegiatan
1. Kelas
Optimalisasi
Ibu
Sasaran
Ibu hamil
Biaya
Sumber
Waktu
Tujuan
dana
Anggaran
pelaksanaan
Kelas I : -
pencapaian
Meningkatkan
Puskesmas
Maret 2016
kesadaran
Ibu
Kelas
Hamil
Hamil
Kelas
Kelurahan
Mei 2016
II
Ibu
PJ
Helena
Indikator
keberhasilan
75% dari Ibu
hamil
Hamil
Kelurahan
mengenai
Tembalang
di
59
Tembalang
Kelas
III
Juli 2016
pentingnya
mengikuti
mengikuti kelas
Ibu Hamil
kelas
ibu hamil
Meningkatkan
pengetahuan ibu
seputar
kehamiln,
persalinan
2. Training
of Kader
Pelatihan
Kader
bagi Kader
Se-
Anggaran
Pelatihan
Kelurahan
Kelurahan
Hari
Tembalang
Tembalang
nifas
- Mengoptimalk
Februari
pengetahuan
Tembalang
Minggu I
kader
mengikuti
Pelatihan
mengangani
Pelatihan
masalah
Training of Kader
II
Afini
an peran dan
Hari
dan
dalam
Februari
kesehatan ibu
Minggu II
dan anak
Meningkatkan
kompetensi
kader
dalam
60
pendampingan
ibu hamil
61
penyuluhan eklampsia
Untuk pembagian kelender ibu hamil, semua ibu hamil di Kelurahan
Tembalang dapat, tetapi untuk sosialisasi door to door eklampsia ada
beberapa ibu hamil yang tidak tersampaikan.
2.
62
mengidentifikasi
masalah
DBD
di
Kelurahan
63
Kasus DBD
2013
IR
2014
IR
2015
IR
Tembalang
23 42/100.000
16 29/100.000
16 29/100.000
RW 1
5
5
5
RW 2
6
3
0
RW 3
7
4
4
RW 4
0
0
0
RW 5
1
4
0
RW 6
0
0
1
RW 7
0
0
4
RW 8
0
0
2
Tabel 20. Kasus DBD Keluarahan Tembalang Tahun 2013 - 2015
Kelurahan
Axis Title
Linear (Kasus
DBD Kelurahan
Tembalang)
Linear (Kasus
DBD Kelurahan
Tembalang)
64
ABJ =
65
ABJ diperoleh dari perhitungan jumlah rumah atau bangunan yang tidak
ditemukan jentik dibagi dengan jumlah rumah yang diperiksa dikalikan konstanta
100.
Analisa Gap ABJ
Indikator suatu daerah dinyatakan potensial mengalami DBD adalah pada
ABJ 95%, berdasarkan data tabel 1 Kelurahan Tembalang dengan ABJ 95%
dan merupakan wilayah potensial kasus DBD.
Analisa Tren ABJ
Gambar 33 menunjukkan angka ABJ dari bulan Januari September
mengalami kenaikan meskipun belum mencapai standar yang diharapkan yaitu
95%.
Gambar 36. Tren ABJ hasil PJR pada Januari Oktober 2015 di Kelurahan
Tembalang
77.5
86.86
Linear ()
Linear ()
Ag
us
tu
s
Se
pt
em
be
r
Ju
li
Ju
ni
M
ei
Ap
ril
M
ar
et
Ja
nu
ar
i
Fe
br
ua
ri
100
90
84.29 83.57 82.14 84.76
80
71.07 68.57
70
62.38
60
50
40
30
20
10
0
66
Cakupan PE
2013
2014
2015
90%
100% 100%
Sumber : Data Puskesmas Rowosari
Cakupan PE didapat dari analisa kasus DBD yang ada di wilayah Kelurahan
Tembalang dengan jumlah kasus DBD tersebut yang dilakukan penyelidikan
epidemiologi setelah adanya laporan kasus ke puskesmas. Cakupan PE selama
tiga tahun terakhir meningkat, 100% sesuai indikator. Artinya semua kasus DBD
telah dilakukan penyelidikan epidemiologi oleh tenaga layanan kesehatan.
Analisa Tren Cakupan Penyelidikan Epidemiologi
67
20
13
85%
Cakupan
Penyelidikan
Epidemiologi
Linear
(Cakupan
Penyelidikan
Epidemiologi)
Linear
(Cakupan
Penyelidikan
Epidemiologi)
68
dan
pemangku
kepentingan
memiliki
kewajiban
untuk
Berdasarkan
kelurahanTembalang,
masalahmasalah
selanjutnya
kesehatan
dipilih
DBD
prioritas
yang
masalahnya.
ada
di
Dalam
Keterangan
70
1
Tidak Gawat
2
Cukup Gawat
3
Gawat
4
Sangat Gawat
Sumber : Diskusi Kelompok
Tabel 26. Skoring Besar Masalah
Skorin
g
Persen Data
75% - 100%
50% 74%
25% - 49%
0% - 24%
Keterangan
Angka ABJ Besar/ Cakupan Laporan Baik/Ketepatan Laporan
Baik/ Ketepatan Timeslap Baik
Angka ABJ Cukup/ Cakupan Laporan Cukup/Ketepatan
Laporan Cukup/ Ketepatan Timeslap Cukup
Angka ABJ Kurang/ Cakupan Laporan Kurang/Ketepatan
Laporan Kurang/ Ketepatan Timeslap Kurang
Angka ABJ Sangat Kurang/ Cakupan Laporan Sangat
Kurang/Ketepatan Laporan Sangat Kurang/ Ketepatan Timeslap
Sangat Kurang
Sumber : Diskusi Kelompok
Tabel 27. Skoring Tren Masalah
Skoring
Keterangan
1
Naik
2
Stagnan
3
Landai
4
Turun
Sumber : Diskusi Kelompok
Gawat
Besar
Bobot
40%
30%
3
2
Jumla
h
1,20
0,60
Ketepatan
Laporaan
S
Jumlah
Cakupan PE
Time Laps
Jumlah
Jumlah
4
4
4
1
1,6
0,3
4
3
1,6
0,9
1,6
1,6
71
Trend
Jumla
h
30%
100%
0,60
2,4
1,6
4,8
0,3
2,2
1,2
3,7
MCUA
di
atas,
permasalahan
DBD
di
ketepatan laporan kasus DBD. Pada tahun 2013, ketepatan pelaporan kasus DBD
(1 x 24 jam) oleh masyarakat sebesar 0%, yang artinya tidak ada pelaporan kasus
DBD yang tepatwaktu 1 x 24 jam di Kelurahan Tembalang. Pada tahun 2014
sebesar 25% dan pada tahun 2015 pelaporan kasus DBD 12,5 %. Trend ketepatan
pelaporan kasus DBD juga cenderung menurun.
Pada masalah cakupan PE dan time laps, criteria kegawatan memiliki skor
maksimal, yaitu 4. Pemberian skor maksimal ini mempertimbangkan pada tujuan
penyelidikan epidemiologi itu sendiri. Tujuan PE yaitu memastikan kebenaran
kasus KLB DBD yang dilaporkan dan luasnya penyebaran, mengetahui
kemungkinan kecenderungan terjadinya penyebarluasan penyakit DBD di lokasi,
mengetahui gambaran situasi penyakit dan saran alternatif pencegahan,
melakukan penanggulangan DBD di lokasi. Apabila penyelidikan epidemiologi
ini terlambat, maka memiliki potensi jumlah kasus cenderung meningkat dan
daerah penyebarannya bertambah luas, sehingga mengakibatkan kejadian
luarbiasa (KLB)/wabah masih sering terjadi di daerah sekitar. Sedangkan untuk
kriteria besarnya masalah dan tren pada masalah cakupan PE penulis memberi
skor minimal yaitu1. Pemberian skor ini berdasarkan data yang menunjukkan
bahwa tren cakupan PE daritahun 2013 hingga tahun 2015 cenderung meningkat
dan mencapai target. Pada tahun 2013 cakupan PE sebesar 90%. Sedang kan pada
tahun 2014 dan 2015 cakupan PE di kelurahan Tembalang sebesar 100%. Melihat
data tersebut tidak ada masalah yang siginfikan pada criteria besarnya masalah
dan trend pada masalah cakupan PE.
Untuk masalah time laps, criteria besarnya masalah dan tren pada masalah
time laps penulis memberi skor 3 dan 4. Pemberian skor maksimal pada kriteria
tren berdasarkan pada data yang menunjukkan tren time laps kelurahan
Tembalang yang menurun drastis pada tahun 2015, yaitu 57%. Pemberian skor 3
pada criteria besarnya masalah didasarkan pada time laps dari tahun 2013 hingga
2015 belum mencapai 100%. Meskipun di tahun 2014 time laps mencapai 94%,
namun di tahun 2015 time laps hanyamencapai 37%.
73
74
75
24%
42%
Usia Lansia Akhir
a.
Deskripsi
Responden Berdasarkan Kategori Usia (menurut Depkes)
Gambar 38. Kelompok Usia Responden
76
17%
Perempuan
Laki - laki
83%
77
Tidak Tamat SD
2%
22%Tamat SD13%Tamat SMP
Tamat SLTA
12%
Gambar 40.
Deskripsi Pendidikan Terakhir Responden DBD
78
79
4%
29%
<UMR
>UMR
67%
e.
Deskripsi Pendapatan
Responden
Gambar 42. Pendapatan Responden DBD
80
25%
Masyarakat Biasa
Perangkat Desa
75%
81
37%
Tidak lapor
Lapor
63%
Gambar 44.
Pelaporan Kasus DBD
82
12%2%
10%
77%
Reponden telah
melaporkan kasus
83
8%
Pelayanan Kesehatan
Rumah Sakit
1%
Pemangku Kepentingan
Lainnya
24%
65%
3%
84
29%
1x24 jam
2x24 jam
65%
1%
5%
G
ambar 47. Pengetahuan Responden Terkait Waktu Pelaporan Kasus
85
47% tahu
Tidak
Tahu
53%
28%
49%
Puskesmas
Perangkat desa
Tidak tahu
23%
Gambar 49.
Pengetahuan Kepada Siapa Harus Laporan Kasus
31%
1x24 jam
2x24 jam
54%
Tidak tahu
4%
11%
g. Perilaku :
Sikap Tangap (Lama Melaporkan Kasus DBD)
Gambar 50. Perilaku Tangap Pelaporan Kasus
87
9%
15%
Tahu
Kadang Tahu
Tidak Tahu
77%
a.
Lingkungan :
Acuh (Kepedulian dengan Tetangga)
Gambar 51. Mengetahui Apakah Tetangga Sakit DBD
88
44%
Tidak harus
Harus
56%
89
2%
Tidak ada
Ada
98%
Gambar 53.
Ketersediaan Transportasi untuk Menjangkau Yankes
90
10%
31%
<100 meter
59%
91
2%
23%
<100meter
>200 meter
75%
5%
Ya
Tidak
95%
Gambar 56.
Kepemilikan Telepon Genggam untuk Laporan Kasus
93
41%
Tidak Pernah
Pernah
59%
Sebesar
59%
41%
Tidak Pernah
59%
Pernah
Gambar 57.
Yankes Sosialisasi : Perolehan Informasi Terkait Pelaporan Kasus
94
18%
perangkat desa
pelayanan
kesehatan
16%
55%
tetangga
lainnya
5%
5%
Gambar 58.
Yankes Sosialisasi : Sumber Perolehan Informasi
95
31%
Sosialisasi
Ceramah
Diskusi
57%
6%
5%
Tidak mendapatkan
informasi
Gamba
r 59. Bentuk Penyampaian Pelayanan Kasus
96
17%
2%
Sosialisasi
Ceramah
13%
Diskusi
Leaflet
58%
Lainnya
10%
Gambar 60.
Saran Penyampaian Informasi Efisien Efektif Menurut Masyarakat
97
3%
1x
43%
43%
2x
3x
0x
12%
Gambar 61.
Kuantitas Sosialiasi Terkait Pelaporan Kasus
98
47%
Lingkungan Tidak
Mendukung
Lingkungan
Mendukung
53%
Gambar 62.
Variabel Lingkungan Terkait Pelaporan Kasus
41%
Tidak Pernah
Pernah
59%
Gambar 63.
Yankes Sosialisasi : Perolehan Informasi Terkait Pelaporan Kasus
100
29%
Pengetahua
71%
101
102
103
104
40
30
S
4
3
SDM
Jumlah
1,6
0,9
S
2
2
Fasilitas
Jumlah
0,8
0,6
Sosialisasi
S
Jumlah
4
1,6
4
1,2
105
Skala
Total
30
1,2
1
0,3
3,7
1,7
Sumber : Data Hasil Diskusi Kelompok
1,2
4,0
Daya
Manusia
(SDM),
Fasilitas,
dan
Sosialisasi.
relevansi
penulis
memberi
skor
3,
106
107
DBDKelurahan
Campign untuk
masyarakat di Kelurahan Tembalang
Sosialisasi ke Mahasiswa di Sekitar
Tembalang
Keterangan
109
1
2
3
4
Keterangan
Sangat kurang menghambat pencapaian
tujuan
Kurang kuat menghambat pencapaian
tujuan
Dapat cukup kuat menghambat
pencapaian tujuan
Dapat sangat kuat menghambat
pencapaian tujuan
Sumber : Diskusi Kelompok
110
Faktor pendukung ketiga yaitu sosialisasi lebih efisien dari segi waktu dan
biaya sebab tidak memerlukan banyak waktu dan lebih murah, namun faktor
keterjangkauan akses menjadi kendala. Faktor pendukung keempat sosialisasi
lebih mudah dalam persiapan sebab sosialisasi tidak memerlukan banyak media.
Dengan kemudahan persiapan sosialisasi juga membuat materi sosialisasi
cenderung lebih mudah dilupakan sehingga sehingga kurang efektif. Faktor
pendukung kelima yaitu ketersediaan SDM yang mendukung dalam pelaksanaan
sosialisasi namun sosialisasi cenderung tidak merata informasi yang diberikan.
Pemberian skor pada setiap faktor pendukung dan penghambat dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 35. FFA Sosiliasasi DBD
No
Faktor Pendukung
1. Cepat
dilaksanakan
Skor
Faktor Penghambat
Skor
untuk
4 Keterbatasan
waktu
masyarakat
dan
pemangku kepentingan
2. Penyampaiannya mudah
diterima mahasiswa
2 Antusiasme mahasiswa
kurang
3. Efisiensi
biaya
3 Keterjangkauan tempat
(akses)
4. Persiapan mudah
2 Cepat
lupa
sosialisasi
materi
5. SDM mendukung
3 Tidak
informasi
diberikan
meratanya
yang
waktu
Total
dan
14
16
2. DBD Campaign
DBD Campaign adalah pemberian informasi terkait pelaporan kasus DBD
dengan menggunakan berbagai macam media, yaitu x-banner, poster, dan stiker.
Saat campaign dan membagikan stiker, dilakukan juga sosialisasi terkait
111
Faktor Pendukung
Skor
Faktor Penghambat
Skor
1. Program
berkelanjutan
3 Efisiensi Biaya
3 Efektifitas Waktu
3. Meningkatkan
pengetahuan
4 Keterbatasan SDM
4. Kecepatan
menangani
lebih cepat
3 Multipersepsi
media
digunakan
Total
masalah
13
dari
yang
12
112
Faktor Pendukung
1.
Skor
Faktor Penghambat
Skor
Manfaat
yang 4
dirasakan meluas
Rumitnya birokrasi
2.
Berkelanjutan
Partisipasi
pelayanan
kesehatan rendah
3.
Perbedaan
2
pendapat
dalam
proses
advokasi
dan
penyusunan
SOP
4.
Tepat sasaran
Waktu
realisasi 3
yang lama
16
11
Faktor Pendukung
Skor
Faktor Penghambat
1.
Berkelanjutan
Keterbatasan waktu 4
2.
Mempercepat
pelaksanaan
program
Partisipan jenuh
3.
Meningkatkan
4
kerjasama
lintas
sector
Dana terbatas
11
Skor
113
11
solusi
Optimalisasi
Pertemuanpuskesmas,
dan
perangkat
desa
masyarakat untuk pemantauan masalah pelaporan kasus DBD dapat dilihat bahwa
solusi ini memiliki jumlah total skor yang seimbang yaitu total skor 11 untuk
faktor pendukung dan total skor 11 pada faktor penghambat.Sehingga solusi
SIMPEL DBD ini memiliki kelayakan untuk di implementasikan pada
penyelesaian masalah terkait pelaporan kasus DBD yang ada di Kelurahan
Tembalang karena selisih antara faktor penghambat dan pendukung memenuhi
syarat.
No
Nama
Bentuk Kegiatan
Sasaran
Biaya
Kegiatan
1.
Ketua RT / Rp
Sumber
Tujuan
Dana
Pencapaian
Kelompok
1.
Pemangk
Lapor
kepentingan
Kasus DBD
pemangku
masyarakat
kepentingan
penduduk
dan tetap,
dan
mengetahui
kewajiban
kewajiban
pelaporan
pelaporan
DBD,
da
kasus
kasu
DBD
cara
melaporkan, dan
2.
kepada
kepentingan
siapa
114
Pemangk
da
harus melaporkan
masyarakat
kasus
serta
iku
dalam
melaporkan kasu
DBD
2.
Sosialisasi
door
Menyampaikan
to isi
Ketua RT / Rp 0,-
1.
Pemangk
kepentingan
stiker penduduk
masyarakat
door
dalam
bersamaan
secara
dengan
ke
penempelan
kepentingan
stiker
masyarakat
langsung tetap,
dan
pemangku mahasiswa
dan
da
mengetahui
da
memahami
is
stiker
2.
Pemangk
kepentingan
da
masyarakat dapa
ikut
mensosialisasikan
informas
terkait pelapora
kasus
kepada
masyarakat
lainnya
3.
Banner Memberikan
Kantor
Rp
Kelompok
150.000,-
Masyarakat
mengetahui
115
DBD
kasus DBD
kewajiban
kewajiban
pelaporan
Puskesmas
pelaporan
kasus Rowosari,
DBD,
DBD dan
cara dan
serta
kasu
iku
dalam
melaporkan kasu
siapa Pembantu
tempat umum
DBD Cyber Memberikan
News
Rp 0,-
Mahasiswa
mengetahui
mahasiswa
Cyber,
terkait kewajiba
Universitas
official
pelaporan
Diponegoro
account
DBD
dan
pelaporan
melaporkan kasu
kasus infoundip,
melalui dipomuda,
dalam
DBD
sosial tribun
seperti
dan
official sebagainya
account line
Poster wajib Memberikan
Balai
RW, Rp
Kelompok
40.000,-
Masyarakat
mengetahui
kewajiban
kewajiban
pelaporan
pelaporan
kasus
DBD
cara
serta
DBD,
melaporkan, dan
kepada
dan
siapa
kasu
iku
dalam
melaporkan kasu
harus melaporkan
Standar
iku
serta
6.
kasu
media
DBD
DBD
5.
Website
Puskesmas
Rp 5.000,-
Kelompok
116
Standarisasi
7.
Operasional
kesepakatan
Rowosari
mekanisme
Prosedur
tertulis
(SOP)
membuat standar
DBD
Pelaporan
sistem pelaporan
masyarakat
Kasus DBD
pelayanan
masyarakat
kesehatan
untu
pelayanan
memutus
ranta
kesehatan
penularan DBD
untuk
pelaporan
ke
DBD
Memberikan
Hotline
gagasan
Puskesmas
Rp 5.000,-
Kelompok
terkait Rowosari
pelaporan
DBD
penyampaian
masyarakat
pelaporan
kasus
pelayanan
dari
kesehatan
masyarakat
ke
pelayanan
kesehatan melalui
SMS.
117
dar
Mempercepat
media
DBD
kasu
kasu
dar
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1. Simpulan
118
119
4.2.1. Masyarakat
-
Masyarakat harus lebih antusisas dan aktif terkait dengan masalah kesehatan
melupakan 3M+
Program yang sudah dibuat oleh mahasiswa PBL diharapkan dapat
persepsi
Hasil dari PBL dapat dibuat menjadi program fakultas dan menjadi program
yang berkelanjutan
Adanya monitoring lanjutan terkait program intervensi yang telah mahasiswa
PBL terapkan di lapangan
4.2.3. Mahasiswa
-
ada di wilayahnya
Mahasiswa mengevaluasi program apa yang telah dilakukan dan memberikan
saran kepada dinas kesehatan maupun fakultas
sudah ada
Dinas Kesehatan ikut mendukung sosialisasi kewajiban pelaporan kasus
DBD dari masyarakat, dengan pembuatan stiker yang lebih merata kepada
penduduk.
Program kewajiban laporan kasus ini dimulai dari masyarakat Kelurahan
Tembalang, dan harapannya bisa meluas ke seluruh Kelurahan di Kota
Semarang
Penyeragaman informasi terkait pelaporan kasus DBD berdasarkan Perda
Kota Semarang No 5 tahun 2010 kepada para gasurkes untuk kemudian
DAFTAR PUSTAKA
tentang
121
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data
Sekunder KIA
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
Nama
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Pasien 1
Pasien 2
Pasien 3
Pasien 4
Pasien 5
Pasien 6
Pasien 7
Pasien 8
Pasien 9
Pasien 10
Pasien 11
Pasien 12
13.
14.
15.
16.
17.
Pasien 13
Pasien 14
Pasien 15
Pasien 16
Pasien 17
L/
P
Tunjungsari 2/2
L
Tirtosari 3/2
L
Tirtosari 3/2
L
Tunjungsari 2/2
L
Pattiunus 4/3
L
Patiunus 4/3
P
Nirwanasari 1/1
P
Nirwanasari 1/1
P
Nirmanasari 1/1
L
Tembalang 2/3
L
Tembalang 2/3
L
Gondang
Barat L
4/1
Sirojudin 1/3
P
Nirwana 1/1 2A
P
Banjarsari 4/2
P
Lobak 20 6/5
P
Mulawarman
L
Alamat
Umur
5
32
28
21
35
3
22
21
22
6
1
5
1
21
14
9
24
Tanggal
Diagnosa
7/1/13
2/1/13
1/1/13
5/1/13
17/1/13
20/1/13
21/1/13
13/1/13
4/2/13
4/2/13
5/2/13
4/2/13
Tgl
Lapor
9/1/13
9/1/13
9/1/13
9/1/13
22/1/13
22/1/13
31/1/13
31/1/13
31/1/13
10/2/13
11/2/13
22/2/13
9/1/13
9/1/13
9/1/13
9/1/13
22/1/13
22/1/13
1/2/13
1/2/13
1/2/13
11/2/13
11/2/13
23/2/13
14/5/13
19/5/13
17/5/13
30/5/13
30/5/13
30/5/13
4/6/13
4/6/13
5/6/13
25/7/13
Tgl PE
Tgl masuk
RS
6/1/13
2/1/13
1/1/13
5/1/13
16/1/13
18/1/13
20/1/13
20/1/13
12/1/13
30/1/13
4/2/13
29/1/13
Sumber
Info
DKK
Masyarakat
Masyarakat
Masyarakat
Masy
Masy
Masy
Masy
Masy
Masy
Masy
Masy
14/5/13
19/5/13
17/5/13
17/7/13
DKK
DKK
DKK
ABJ
80%
80%
80%
80%
45%
45%
45%
95%
95%
85%
Kasus
Penularan
DBD
DBD
DBD
DBD
DBD
DBD
DBD
DBD
DBD
DSS
DBD
DBD
P
P
P
P
P
P
P
P
P
DBD
DBD
DBD
DD
132
18.
19.
20.
21.
Pasien 18
Pasien 19
Pasien 20
Pasien 21
22.
23.
24.
25.
Pasien 22
Pasien 23
Pasien 24
Pasien 25
P
L
L
p
50
18
20
21
10/9/13
6/9/13
16/11/13
18/11/13
L
L
P
L
18
21
3
3
26/11/13
19/12/13
20/12/13
27/12/13
10/12/13
16/11/13
19/11/13
21/12/13
28/12/13
18/8/13
30/8/13
31/10/13
13/11/13
DKK
DKK
DKK
23/11/13
9/12/13
19/12/13
12/12/13
DKK
DKK
DKK
DKK
DBD
DD
DBD
95%
DD
DBD
DD
DBD
Nama
1.
Pasien 26
2.
Pasien 27
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Pasien 28
Pasien 29
Pasien 30
Pasien 31
Pasien 32
Pasien 33
Pasien 34
Pasien 35
L/
P
Tembalang Baru L
4/5
Tembalang Baru P
22
Banjarsari 6 1/2
L
Banjarsari 2 2/2
L
Banyuputih 5/7
L
Banjarsari 3/2
P
Sirojudin 4/3
P
Sirojudin 9/4
P
Iweni
L
Tembalang
P
Alamat
10
Tgl
Tgl
Diagnosa
Lapor
24/1/14
28/1/14
29
29/1/14
Umur
18
19
32
10
2
20
32
2
Sumber
ABJ
Info
DKK
85%
Kasus
Penularan
29/1/14
Tgl masuk
RS
23/1/14
DBD
28/1/14
29/1/14
20/1/2014
Masy
DD
28/5/14
19/5/14
21/5/14
22/6/14
12/3/14
26/3/14
2/6/14
4/6/14
4/6/14
25/6/14
13/3/14
26/3/14
3/6/14
5/6/14
5/6/14
26/6/14
DKK
DKK
DKK
DKK
DKK
DKK
15/7/14
21/7/14
22/7/14
5/3/14
17/3/14
28/5/14
18/5/14
20/5/14
21/6/14
18/7/14
3/7/14
Tgl PE
DKK
85%
75%
80%
80%
90%
DBD
DSS
DD
DBD
DBD
DBD
DD
DBD
133
11. Pasien 36
12. Pasien 37
Baskoro 5/5
Tembalang Baru
25
Jatisari 1
Ngemplak 3/9
Tirtosari 1 2/2
Tirtosari 123 2/2
Iwenisari 2/1
Iwenisari 2/2
Iwenisari 2/2
Iwenisari 2/1
Perumda
P
L
2
28
12/7/14
18/8/14
14/8/14
20/8/14
15/8/14
12/7/14
8/8/14
DKK
DKK
L
P
L
L
L
L
L
P
L
30/8/14
11/9/14
29/8/14
25/9/14
22/9/14
22/10/14
4/10/14
10/10/14
18/10/14
5/12/14
25/9/14
21/9/14
21/10/14
3/10/14
8/10/14
16/10/14
3/12/14
65%
65%
90%
90%
90%
90%
100%
DBD
DD
DD
DD
DBD
DBD
DBD
DBD
DBD
22. Pasien 47
Banjarsari
20
6/12/14
16/12/14
30/9/14
30/9/14
3/11/14
3/11/14
3/11/14
3/11/14
10/12/1
4
16/12/1
4
DKK
DKK
DKK
DKK
DKK
Masy
Masy
Masy
DKK
80%
19
21
9
21
21
9
5
10/9/14
29/9/14
29/9/14
29/9/14
29/10/14
3/11/14
3/11/14
3/11/14
9/12/14
5/12/14
DKK
91%
DBD
23. Pasien 48
24. Pasien 49
25. Pasien 50
Bukit Cemara
12
-/12/14
22/12/14
Tunjungsari
18/12/14
30/12/14
26. Pasien 51
27. Pasien 52
Sirojudin 4/3
Tembalang Baru
P
P
5
5
21/12/14
30/12/14
22/12/14
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Pasien 38
Pasien 39
Pasien 40
Pasien 41
Pasien 42
Pasien 43
Pasien 44
Pasien 45
Pasien 46
DD
DD
DKK
31/12/1
4
22/12/1
4
17/12/14
DKK
20/12/14
DKK
Masy
P
P
DD
85%
DBD
100%
DD
DBD
134
No
Nama
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Pasien 53
Pasien 54
Pasien 55
Pasien 56
Pasien 57
Pasien 58
Pasien 59
Pasien 60
Pasien 61
Pasien 62
Pasien 63
Pasien 64
Pasien 65
Pasien 66
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Pasien 67
Pasien 68
Pasien 69
Pasien 70
Pasien 71
Pasien 72
21. Pasien 73
22 Pasien 74
23. Pasien 75
L/
P
Gondang barat I
L
Panorama 5/30
P
Sirojudin 29
L
Sirojudin 29
P
Banyuputih
L
Prof Soedarto
L
Godang Barat
L
Galang Sewu
P
Ngemplak
L
Ngemplak
L
Melati 3/2 49
P
B. Bungaraya
L
Tembalang
L
Tembalang Baru P
6
Jl. Tlogosari
L
Jl. Tlogosari
P
Jl. Tlogosari
P
Jl. Tlogosari
P
Jl Baskoro 2/7
P
Jl Baskoro Raya L
2/7
Jl. Sipodang 1 4/2 P
Jl Banjarsari 2 1/1 L
Jl. Sekep 1/6
L
Alamat
7
5
9
1
22
15
4
7
9
6
5
6
Tgl
Tgl
Diagnosa
Lapor
10/1/15
23/1/15
28/1/15
21/1/15
23/1/15
22/1/15
23/1/15
24/1/15
28/1/15
3/2/15
9/2/15
9/2/15
10/2/15
7/2/15
27/2/15
27/2/15
27/2/15
2/3/15
12/3/15
2/3/15
12/3/15
6/4/15
13/4/15
6/4/15
13/4/15
10
35
8
2,5
3,5
20
10/4/15
9/4/15
7/4/15
5/4/15
12/4/15
12/4/15
14/4/15
14/4/15
14/4/15
14/4/15
14/4/15
14/4/15
14/4/15
14/4/15
14/4/15
14/4/15
15/4/15
15/4/15
9/4/15
8/4/15
6/4/15
5/4/15
12/4/15
11/4/15
Masy
Masy
Masy
Masy
Masy
Masy
95%
95%
95%
95%
75%
75%
DBD
DBD
DBD
DBD
DBD
DBD
30
23
13
10/4/15
14/4/15
12/5/15
21/4/15
26/4//15
25/5/15
22/4/15
27/4/15
26/5/15
9/4/15
14/4/15
12/5/15
Masy
DKK
DKK
85%
DD
DBD
DSS
Umur
10
Tgl masuk
RS
10/1/15
Sumber
Info
DKK
13/3/15
13/4/15
13/4/15
21/1/15
21/1/15
24/1/15
3/2/15
8/2/15
7/2/15
12/2/15
11/2/15
16/2/15
2/3/15
6/4/15
4/4/15
Masy
Masy
DKK
DKK
DKK
SIM DBD
SIM DBD
SIM DBD
SIM DBD
SIM DBD
Masy
Masy
DD
DD
70%
DBD
70%
DBD
62,8% DD
75%
DBD
100% DD
90%
DBD
DBD
DBD
85%
DBD
85%
DBD
80%
DSS
87,5% DD
Tgl PE
24/1/15
23/1/15
23/1/15
29/1/15
10/2/15
13/2/15
1/3/15
ABJ
Kasus
Penularan
95%
P
P
P
P
P
P
P
P
135
24. Pasien 76
25. Pasien 77
26. Pasien 78
Jl Tembalang 1/3
Jl. Tunjungsari
Jl. Banjarsari 13
L
L
P
7
11
27. Pasien 79
23
10/5/15
28/4/15
Tdk
ditemuka
n
22/7/15
25/5/15
25/5/15
24/7/15
26/5/15
20/5/15
25/7/15
8/5/15
27/4/15
23/8/15
23/8/15
22/7/15
DKK
DKK
95%
100%
DBD
DD
DBD
90%
DD
136
Posyandu
137
Kader
Puskesmas Pembantu
138
Puskesmas Rowosari
Tembalang
hamil
139
Kepentingan
KIA
140
Usia
JenisKelamin
PendidikanTerakhir
: 1. Tidaktamat SD
2. SD
3. SMP
4. SMA
5. PerguruanTinggi
1.
Pekerjaan
Upaya apa saja yang pernah Anda lakukan untuk menginformasikan terkait
kesehatanibudananak kepada masyarakat?
a Pendampingan
b Sosialisasi
c Diskusi
d Pamflet
e Lainnya....
2.
3.
4.
5.
Selain di bidang KIA, apakah ada pekerjaan lain yang Anda lakukan?
a. Tidakada
b. Ada
6.
ApakahadapenanganankhususpadaBumilRisti? Jikaadasebutkan
141
7.
ApakahadastandarpelayananpadaKesehatanIbudanAnak? Jikaadasebutkan ..
8.
9.
aBukupencatatan
b
Komputer
c Internet
d
10.
Telepon / Hp
Apakahsemuafasilitasdalamkeadaanbaikdandapatdigunakan?
Tidak
Iya
11.
Apakahibupernahmangikutipelatihanmengenaipenangananrisikotinggiibuhamil?
12.
13.
Apakahdalammenanganipasienadaperaturanuntukmelakukan 5S kepadapasien ?
Kuesioner KIA
(Khusus Community)
Karakteristik
No. responden
Nama Responden
Usia
Jenis Kelamin
Pendidikan Terakhir
: 1. Tidak tamat SD
2. SD
142
3. SMP
4. SMA
5. Perguruan Tinggi
Pekerjaan
Pendapatan
Tanggungan Keluarga :
Alamat
1.
a. Ya
b. Tidak
2.
a. < 2 tahun
b. 10 tahun
3.
a.
b.
c.
d.
e.
4.
a.
b.
c.
d.
5.
Keguguran
Pendarahan
Anemia
Eklampsia
a.
b.
c.
d.
e.
6.
Umur ibu
Jarak kelahiran
Asupan gizi
Riwayat penyakit ibu
Dan lain-lain
Vitamin A
Karbohidrat
Kalsium
Protein
Zat Besi
a.
b.
c.
d.
Kejang-kejang
Hipertensi
Nyeri
Bengkak
143
7.
Apakah ibu mengkonsumsi makanan tambahan untuk mencukupi kebutuhan saat hamil?
a. Ya
b. Tidak
8.
Seberapa sering ibu mengkonsumsi makanan tambahan untuk mencukupi kebutuhan saat
hamil?
a. Ya
b. Tidak
10.
a.
b.
c.
d.
e.
12.
Anemia
Hipertensi
Ginjal
Diabetes
Dan lain lain
a. Ya
b. Tidak
13.
a. <4
b. 4
c. <4
15.
Apa upaya yang dilakukan suami ibu dalam mendukung pemeriksaan kehamilan?
a.
b.
c.
d.
Tidak peduli
Mengingatkan
Menemani
Mengantar
144
16.
a. Ya, .................
b. Tidak
17.
a. Puas
b. Tidak puas
18.
a. Ya
b. Tidak
19.
a. 2 km
b. < 2km
20.
145
Definisi Operasional
Kategori
Skala
0=> 2 anak
1= 2 anak
Ordinal
Sering bila
dikonsumsi 2
kali perminggu.
Nominal
Kebiasaan mengkonsumsi
obat yang mempengaruhi
kehamilan
Ruang sela antara
permulaan persalinan yang
lalu dengan kehamilan
berikutnya
Cara persalinan serta
kondisi pada kehamilan
sebelumnya yang
tercantum dalam status ibu
Tidak Pernah
Pernah
Sering
Jarak kehamilan < 2
tahun (kerap)
Jarak kehamilan 2
tahun (jarang)
Normal,
Seksio sesarea
Abortus
Dan lain-lain
Pengetahuan
Pengetahuan
risiko
kehamilan
Pengetahuan
Tingkat pengetahuan
kurang =< 60%
Tingkat pengetahuan
gizi sedang = 60-80%
Tingkat pengetahuan
gizi baik => 80%
Tingkat pengetahuan
Kebiasaan
konsumsi
alkohol
Kebiasaan
konsumsi obatobatan
Jarak kehamilan
Riwayat
persalinan
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
146
kehamilan
Sikap
Pola konsumsi
makanan
Aktivitas fisik
tentang menjaga
kehamilan yang sehat,
komsumsi makanan
Kecenderungan pola
konsumsi meliputi
pemilihan jenis makanan,
frekuensi konsumsi
makanan yang ada di
dalamnya terkandung
unsur suka atau tidak suka
terhadap makanan serta
jumlah makanan
Sering bila
dikonsumsi 3
kali perminggu.
Definisi Operasional
Umur merupakan usia
ibu saat melahirkan
sesuai yang tercantum
dalam status ibu
Frekuensi Sakit ibu
selama satu bulan
Kategori
1=35 Tahun
2=16 Tahun
3=17-34 Tahun
Nominal
2. Genetik
No
1
Variabel
Umur Ibu
Sistem Imun
Riwayat
Penyakit
Riwayat penyakit
merupakan penyakitpenyakit yang pernah
diderita ibu yang
memiliki risiko
terhadap kehamilan
dan persalinan saat ini
yang tercantum dalam
status ibu
Skala
Nominal
1= Sering
2=jarang
3= Tidak
pernah
1= Tidak ada
Ordinal
2= Anemia
3=Asma
4=Diabetes
mellitus
5=Hipertensi
6=Dan lain-lain
147
3. Lingkungan
Variabel
Definisi
Operasional
Lingkungan ekonomi
Pendapatan
Pendapatan
keluarga adalah
upah yang
didapatkan oleh
keluarga
darihasil
bekerja di suatu
instansi
pemerintah,
swasta dan
berwiraswasta.
Pekerjaan
Jumlah
tanggungan
keluarga
Suatu aktivitas
sehari-hari yang
dilakukan ibu
untuk memenuhi
kebutuhan
harian.
Jumlah anggota
keluarga yang
terdaftar dalam
kartu keluarga
yang termasuk
menjadi
tanggungan
kepala keluarga
untuk dibiayai
Lingkungan sosial budaya
Dukungan
Mengijinkan
keluarga
atau tidak ibu
hamil untuk
mengakses
pelayanan
kesehatan
Pantangan
Jenis makanan
konsumsi
yang dilarang
makanan
oleh keluarga
dikarenakan
kepercayaan
pada mitos yang
beredar
di
Kategori
Skala
Nominal
1. Bekerja
2. Tidak bekerja
Ordinal
1. < 4
2. 4
3. > 4
Rasio
Nominal
148
masyarakat
Pelayanan kesehatan
Pelayanan
Apakah
tenaga
perilaku tenaga
kesehatan
kesehatan
mampu
memberikan
pelayanan yang
memuaskan
menurut
responden
Fasilitas
Keyakinan
Kesehatan
responden
terhadap
fasilitas
pelayanan
kesehatan
yang
tersedia
Akses
Kemudahan
masyarakat
untuk
menjangkau
Puskesmas
dari
tempat
tinggalnya,
baik dari segi
transportasi,
jarak
dan
lama waktu
tempuh,
yang
dikatagorikan
Jarak
Jarak tempuh
Pelayanan
adalah ukuran
Kesehatan
jauh dekatnya
dari rumah atau
tempat tinggal
seseorang
ke
pelayanan
kesehatan
Nominal
1. tidak lengkap
2. sedang
3. lengkap
2. Mudah
3. Sedang
4. Sulit
Ordinal
1. Jauh
2. Dekat
Nominal
149
Usia
Jenis Kelamin
Pendidikan Terakhir
: 1. Tidak tamat SD
2. SD
3. SMP
4. SMA
5. Perguruan Tinggi
Pekerjaan
1.
Upaya apa saja yang pernah Anda lakukan untuk menginformasikan terkait pelaporan kasus
DBD kepada masyarakayat?
a. Sosialisasi
b. Diskusi
c. Pamflet
d. Lainnya....
2.
Berapa kali Anda pernah menyampaikan informasi terkait kewajiban pelaporan kasus DBD?
(dalam periode setahun terakhir)
a. 1x
150
b. 2x
c. >2x
3.
Siapa yang menjadi sasaran dalam penyampaian informasi terkait pelaporan kasus DBD kepada
pelayan kesehatan?
a. Masyarakat
b. Perangkat Desa
c. Lainnya, ..
4.
Apakah Anda mencatat secara lengkap setiap kolom yang ada di buku pelaporan?
a. Tidak
b. Iya
5.
Jelaskan format apa saja yang ada dalam buku pencatatan laporan kasus?
a. Format benar
b. Format ada yang salah
c. Format sangat salah
6.
7.
8.
9.
Jelaskan tahapan pelaporan kasus melalui email? (mulai dari dapat info-kirim email kemana)
a. Tahapan benar
b. Tahapan kurang lengkap
c. Tahapansalah
10.
151
c.>2 orang
11.
12.
Selain di bidang surveilans DBD, apakah ada pekerjaan lain yang Anda lakukan?
a. Tidak ada
b. Ada
13
Menurut Anda, apakahjabatan rangkap menjadi hambatan Anda dalam bekerja sebagai petugas
surveilans DBD?
a. Tidak
b. Iya
14.
Sebutkan fasilitas yang ada di wilayah kerja Anda terkait penerimaan laporan kasus DBD?
a.
Buku pencatatan
b. Komputer
c.
Internet
d. Telepon / Hp
15.
a. Tidak Baik
b. Baik
16.
17.
18.
Apakah ada koordinasi antara petugas dengan sumber informasi terkait pelaporan kasus DBD?
152
a. Tidak
b. Ada
19.
20.
21.
Bagaimana respon dari masyarakat setelah memperoleh informasi terkait pelaporan kasus DBD
dengan metode metode yang pernah digunakan?
a. Kurang baik
b. Baik
Kuesioner DBD
(Khusus Community)
Karakteristik
No. responden
Nama Responden
Usia
Jenis Kelamin
Pendapatan
Tanggungan Keluarga :
Alamat
RT/RW :
153
Kelompok
1.
Apa yang Anda lakukan apabila ada kasus DBD di keluarga Anda?
Jangan dibacakan pertanyaannya (Apakah Anda melaporkan apabila
terdapat kasus DBD?)
a. Tidak Lapor (Lanjut nomor 2)
b. Lapor (Lanjut ke nomor 3)
2.
Jika tidak melaporkan apa alasan Anda tidak melaporkan kasus tersebut? (lanjut
ke nomer 5)
a. Tidak tahu kalau harus melapor
b. Tahu harus lapor, tetapi tidak lapor karena dianggap tidak penting
c. Tahu harus lapor, tetapi bingung harus melaporkan kasus kemana
d. Tahu harus lapor, tetapi tidak tahu cara melaporkan kasus yang tepat
3.
4.
5.
6.
154
c. Lainnya,........
7.
Berapa lama Anda melaporkan kasus DBD setelah mengetahui adanya kasus
tersebut? (untuk variabel ketanggapan)
a. 1x24 jam
b. 2x24 jam
c. > 2x24 jam
8.
Apabila ada tetangga Anda yang terkena DBD, apakah Anda mengetahui
informasi tersebut?
a. Tahu
b. Kadang tahu
c. Tidak tahu
9.
Jika tetangga Anda ada yang terkena DBD, apakah Anda punya kewajiban
melaporkan kasus tersebut?
a. Tidak wajib
b. Wajib
155
14.
15.
16.
17.
18.
Menurut Anda, cara sosialisai apa yang paling tepat digunakan untuk
menyampaikan informasi di wilayah Anda?
a. Sosialisasi
b. Ceramah
c. Diskusi
d. Leaflet
e. Lainnya ..........................
19.
Berapa kali Anda sudah mendapatkan informasi terkait pelaporan DBD? (dalam
waktu setahun terakhir)
a. 1x
b. 2x
c. >2x
156
20.
Apakah ada petugas khusus yang melayani Anda saat melaporkan kasus?
a. Tidak ada
b. Ada
21.
Variabel
Perilaku
Pengetahuan
Pelaporan
Kasus
Definisi Operasional
Hasil Ukur /
Kategori
Skala
Untuk Masyarakat :
1 : Tidak tahu Ordinal
Masyarakat yaitu penduduk 2 : Tahu
asli Tembalang bukan anak
kosan. Responden masyarakat
biasa maupun perangkat desa
tahu bahwa ada pelaporan
kasus DBD setelah pasien
dinyatakan terkena DBD,
pengetahuan meliputi cara
melapor, harus lapor kepada
siapa, serta periode waktu
pelaporan (1x24 jam)
Pengetahuan
masyarakat
terkait pelaporan kasus DBD
kepada pemangku kepentingan
atau
pihak
pelayanan
kesehatanmelalui cara manual
(datang langsung ke pelayanan
kesehatan) maupun via sms
dalam waktu 1x 24 jam setelah
penemuan kasus DBD untuk
157
b.
a.
Sikap
Tanggap
Lapor
Yankes
Sosialisasi
Pelaporan
Kasus
b.
c.
Kualitas
SDM
Kuantitas
SDM
d.
Fasilitas
e.
Sosialisasi
Pelaporan
Kasus
sosialisasi
c. Capaian sosialisasi,
ditinjau dari kuantitas,
kualitas, dan substansi
sosialisasi
Untuk Masyarakat :
1 : Tidak Ordinal
Sikap petugas dalam menerima ramah
laporan kasus.
2 : Ramah
Untuk
Pelayanan
Kesehatan :
1 : Tidak
Kemampuan petugas dalam
berkompet
mencatat dan menganalisa
en
pelaporan kasus.
2 : Cukup
berkompet
en
3
:
Berkompe
ten
Untuk Masyarakat :
1 : Tidak ada Ordinal
Adanya petugas khusus yang 2 : Ada
menerima masyarakat saat
melakukan pelaporan.
Untuk
Pelayanan
Kesehatan :
Beban kerja dengan jumlah
petugas melebihi kapasitas
tenaga kesehatan berdasarkan
hasil wawancara dan kinerja
yang dinilai. Minimal SDM di
pelayanan kesehatan untuk
melaksanakan
dan
meninjaklanjuti
program
pelaporan kasus.
Untuk
Pelayanan
Kesehatan
:Ketersediaan
media untuk menerima laporan
kasus DBD, seperti buku,
phone, dan internet.
Ketersediaan anggaran
Ada tidaknya anggaran untuk
sosialisasi pelaporan kasus
1 : Tidak
cukup
2 : Cukup
1 : Tidak Ordinal
tersedia
2 : Tersedia
1 : Anggaran Ordinal
Kurang
2 : Anggaran
Cukup
Kuantitas sosialisasi
1 : 1x
Banyaknya sosialisasi terkait 2 : >1x
159
pelaporan kasus
Capaian sosialisasi :
1 : Tidak
Pelaksanaan
sosisalisasi
efektif
apakah efektif dan efisien 2 : Efektif
terkait substansi dan kualitas
sosialisasinya
Ketersediaan
sosialisasi
a.
Lingkungan
Ekonomi
Pendapatan
Untuk Masyarakat :
UMR
Semarang
1.685.000.
petugas 1
: Tidak
tersedia
2 : Tersedia
1
Rp.
: Ordinal
Pendapata
n UMR
2
b.
c.
:Pendapata
n>UMR
Sosial
Untuk Masyarakat :
1 : Tidak Ordinal
Budaya
Peduli, menaruh perhatian satu peduli
Masyarakat
sama lain. Acuh dalam hal ini 2 : Peduli
Urban
: berarti
ikut
peduli
dan
Kepedulian
perhatian terhadap pelaporan
Pelaporan
kasus DBD orang disekitar,
Kasus
baik anggota keluarga maupun
tetangga.
Lingkungan
Untuk Masyarakat :
1 : Sulit
Ordinal
Fisik : Akses Kemudahan dalam melaporkan 2 : Mudah
kasus DBD kepada pelayanan
kesehatan. Kemudahan dalam
arti alat komunikasi, alat
tempuh, dan jarak tempuh.
160
161