Вы находитесь на странице: 1из 6

Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan sebuah perencanaan pengajaran yang menggambarkan


proses yang ditempuh pada proses pembelajaran agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku
siswa seperti yang diharapkan. Model pembelajaran diartikan sebagai perencanaan yang berisi
tentang rangkaian yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Atas dasar pengertian tersebut, maka model pembelajaran dapat dipahami sebagai
kerangka konseptual, yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi guru dalam melaksanakan
aktivitas pembelajaran.

Unsur unsur utama model pembelajaran :


Sintaks (Syntax) adalah
urutan langkah pengajaran yang menunjuk pada fase-fase /tahaptahap yang harus dilakukan oleh guru bila ia menggunakan model pembelajaran tertentu.
Sistem Sosial (The Social System) adalah pola hubungan guru dengan siswa pada saat terjadinya
proses pembelajaran (situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam penggunaan model
pembelajaran tertentu)
Prinsip Reaksi (Principles of Reaction) berkaitan dengan pola kegiatan yang menggambarkan
bagaimana seharusnya guru melihat dan memperlakukan para siswa, termasuk bagaimana
seharusnya guru memberikan respon terhadap siswa. Prinsip ini memberi petunjuk bagaimana
seharusnya guru menggunakan aturan permainan yang berlaku pada setiap model
Sistem Pendukung (Support System) adalah segala sarana, bahan dan alat yang diperlukan untuk
menunjang terlaksananya proses pembelajaran secara optimal.
Dampak Instruksional (Instructional Effect) dan Dampak Pengiring (Nurturant Effects). Dampak
instruksional adalah hasil belajar yang dicapai atau yang berkaitan langsung dengan materi
pembelajaran, sementara dampak pengiring adalah hasil belajar sampingan (iringan) yang
dicapai sebagai akibat dari penggunaan model pembelajaran tertentu.
Model - model pembelajaran yang digunakan pada kurikulum 2013, yaitu :
a. Model Pembelajaran Inkuiri ( Inquiry Based Learning )
Pembelajaran berdasarkan inquiry merupakan seni penciptaan situasi-situasi sedemikian
rupa sehingga siswa mengambil peran sebagai ilmuwan. Dalam situasi-situasi ini siswa
berinisiatif untuk mengamati dan menanyakan gejala alam, mengajukan penjelasan-penjelasan
tentang apa yang mereka lihat, merancang dan melakukan pengujian untuk menunjang atau
menentang teori-teori mereka, menganalisis data, menarik kesimpulan dari data eksperimen,
merancang dan membangun model, atau setiap kontribusi dari kegiatan tersebut di atas.
Beberapa macam model inkuiri, diantaranya :
1. Inkuiri Terbimbing (Guide Inquiry)
Pembelajaran
inkuri
terbimbing
merupakan
suatu
model
pembelajaran
inkuiri yang dalam prosesnya guru menyediakan bimbingan dan petunjuk yang
cukup luas kepada siswa. Sebagian besar perencanaanya dibuat oleh guru, siswa
tidak merumuskan suatu masalah.
2.

Modified Inquiry

Model pembelajaran tipe ini guru tidak memberikan permasalahan, kemudian


siswa ditugasi untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, percobaan,
atau prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya. Disamping itu guru memperoleh
narasumber yang tugasnya hanya memberikan yang diperlukan untuk menghindari kegagalan
dalam memecahkan masalah.
3.

Free Inquiry
Model ini harus mengidentifikasi dan merumuskan macam-macam problema yang
dipelajari dan dipecahkan. Jenis model ini lebih bebas daripada kedua jenis sebelumnya.
4.

Inquiry Role Approach


Model pembelajaran inkuiri model ini melibatkan dalam tim-tim yang
masing-masing terdiri atas empat untuk memecahkan masalah yang diberikan.
Masing-masing anggota memegang peranan berbeda, yaitu sebagai koordinator
tim, penasehat teknis, pencatat data, dan evaluator proses.
5.

Invitation Into Inquiry


Model inkuiri jenis ini siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah
dengan cara-cara yang lazim ditempuh oleh para ilmuan, suatu undangan
(invitation)
memberikan
suatu
problema
kepada
para
siswa
dan
melalui
pertanyaan masalah yang lebih direncanakan dengan hati-hati mengundang siswa
untuk melakukan beberapa kegiatan atau kalau ini mungkin semua kegiatan.
6.

Pictorial Riddle Inquiry


Model ini merupakan metode mengarang yang dapat mengembangkan
motivasi dan minat siswa dalam diskusi kelompok kecil atau besar. Gambar,
peragaan, atau situasi sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara
bertikir kritis dan kreatif para siswa. Biasanya, suatu riddle berupa gambar
dipapan tulis, poster, atau diproyeksikan dari suatu transparansi, kemudian guru
mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan riddle itu.
7.

Syneclis Lesson Inquiry


Model jenis ini memusatkan keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam bentuk
kiasan, supaya dapat membaca intelegensinya dan mengembangkan kreatifitasnya. Hal ini
dapat dilaksanakan karena dapat membantu siswa dalam berfikir untuk memandang suatu
problema sehingga dapat menunjang timbulnya ide-ide kreatif.
8.

Value clarifikation
Model pembelajaran jenis inquiry ini siswa yang difokuskan pada
pemberian penjelasan tentang suatu tata aturan nilai-nilai pada suatu proses-proses
pembelajaran Jerome Bruner, seorang profesor psikologi dari Harvard University di
Amerika Serikat menyatakan beberapa keuntungan, yaitu siswa akan mengerti konsepkonsep dasar dan ide-ide lebih baik, membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada
situasi-situasi proses belajar yang baru, mendorong siswa agar dapat berfikir, mendorong siswa
untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri, memberikan kepuasan yang bersifat
intrinsik, dan situasi proses belajar menjadi lebih menantang.

Langkah langkah/sintaks dalam model pembelajaran inkuiri, yaitu :


1. Observasi/Mengamati berbagi fenomena tentang materi pembelajaran yang akan dibahas.
Kegiatan ini memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik bagaimana mengamati
berbagai fakta atau fenomena dalam mata pelajaran tertentu.
2.
Mengajukan pertanyaan tentang fenomana yang dihadapi. Tahapan ini melatih peserta
didik untuk mengeksplorasi fenomena melalui kegiatan menanya baik terhadap guru, teman, atau
melalui sumber yang lain.
3.
Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban. Pada tahapan ini peserta didik dapat
mengasosiasi atau melakukan penalaran terhadap kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang
diajukan.
4.
Mengumpulkan data yang terkait dengan dugaan atau pertanyaan yang diajukan,
sehingga pada kegiatan tersebut peserta didik dapat memprediksi dugaan atau yang paling tepat
sebagai dasar untuk merumuskan suatu kesimpulan.
5.
Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau dianalisis,
sehingga peserta didik dapat mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.
b. Model Pembelajaran Penemuan ( Discover Based Learning )
Model Discovery Based Learning mengacu kepada teori belajar yang didefinisikan
sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam
bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Pada Discovery Based
Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak
diketahui, dan masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa
oleh guru.
Dalam mengaplikasikan model pembelajaran Discovery Based Learning, guru berperan
sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif,
sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa
sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher
oriented menjadi student oriented.
Dalam Discovery Based Learning, hendaknya guru harus memberikan kesempatan
muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika.
Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai
kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
Langkah-langkah/sintaks pelaksanaan model pembelajaran Discovery Based Learning,
yaitu :
1. Langkah persiapan
Langkah persiapan model pembelajaran penemuan (discovery learning) adalah sebagai berikut:
Menentukan tujuan pembelajaran
Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan
sebagainya)
Memilih materi pelajaran.
Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh
generalisasi)

Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan


sebagainya untuk dipelajari siswa
Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak,
atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

2. Langkah Pelaksana
Stimulation (memberi stimulus). Pada kegiatan ini guru memberikan stimulan, dapat berupa
bacaan, atau gambar, atau situasi, sesuai dengan materi pembelajaran/topik/tema yang akan
dibahas, sehingga peserta didik mendapat pengalaman belajar mengamati pengetahuan
konseptual melalui kegiatan membaca, mengamati situasi atau melihat gambar.
Problem Statement (mengidentifikasi masalah). Dari tahapan tersebut, peserta didik diharuskan
menemukan permasalahan apa saja yang dihadapi, sehingga pada kegiatan ini peserta didik
diberikan pengalaman untuk menanya, mencari informasi, dan merumuskan masalah.
Data Collecting (mengumpulkan data). Pada tahapan ini peserta didik diberikan pengalaman
mencari dan mengumpulkan data/informasi yang dapat digunakan untuk menemukan solusi
pemecahan masalah yang dihadapi. Kegiatan ini juga akan melatih ketelitian, akurasi, dan
kejujuran, serta membiasakan peserta didik untuk mencari atau merumuskan berbagai alternatif
pemecahan masalah, jika satu alternatif mengalami kegagalan.
Data Processing (mengolah data). Kegiatan mengolah data akan melatih peserta didik untuk
mencoba dan mengeksplorasi kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk diaplikasikan pada
kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga akan melatih keterampilan berfikir logis dan
aplikatif.
Verification (pembuktian). Tahapan ini mengarahkan peserta didik untuk mengecek kebenaran
atau keabsahan hasil pengolahan data, melalui berbagai kegiatan, antara lain bertanya kepada
teman, berdiskkusi, atau mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media, serta
mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan.
Generalization (menarik kesimpulan). Pada kegiatan ini peserta didik digiring untuk
menggeneralisasikan hasil simpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan yang serupa,
sehingga kegiatan ini juga dapat melatih pengetahuan metakognisi peserta didik.
c. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning )
Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang menantang
peserta didik untuk belajar bagaimana belajar, bekerja secara berkelompok untuk mencari
solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat
peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada
peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan
masalah yang harus dipecahkan. Model pembelajaran ini bertujuan merangsang peserta didik
untuk belajar melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan
dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya.
1.

Langkah langkah/sintaks dalam model pembelajaran berbasis masalah, yaitu :


Mengorientasi peserta didik pada masalah. Tahap ini untuk memfokuskan peserta didik
mengamati masalah yang menjadi objek pembelajaran.

2.
3.
4.
5.

Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran. Pengorganisasian pembelajaran salah satu


kegiatan agar peserta didik menyampaikan berbagai pertanyaan (atau menanya) terhadap
malasalah kajian.
Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok. Pada tahap ini peserta didik
melakukan percobaan (mencoba) untuk memperoleh data dalam rangka menjawab atau
menyelesaikan masalah yang dikaji.
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Peserta didik mengasosiasi data yang
ditemukan dari percobaan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.
Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Setelah peserta didik mendapat
jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya dianalisis dan dievaluasi.
d. Model Pembelajaran Berbasis Proyek ( Project Based Learning )
Model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning/PjBL) adalah model
pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan
eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai
bentuk hasil belajar. Model pembelajaran berbasis proyek merupakan metode belajar yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan
pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Model
pembelajaran berbasis proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang
diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya.
Model pembelajaran ini bertujuan untuk pembelajaran yang memfokuskan pada
permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan
memahami pembelajaran melalui investigasi, membimbing peserta didik dalam sebuah proyek
kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum, memberikan
kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan
berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif..

Ada lima kriteria apakah suatu pembelajaran berproyek termasuk pembelajaran berbasis proyek ,
lima kriteria itu yaitu :
1. Keterpusatan ( centrality)
Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek adalah pusat atau inti kurikulum, bukan
pelengkap kurikulum, didalam pembelajaran proyek adalah strategi pembelajaran, pelajaran
mengalami dan belajar konsep konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek. Model ini
merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana siswa belajar konsep utama dari suatu
pengetahuan melalui kerja proyek. Oleh karna itu, kerja proyek bukan merupakan praktik
tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari , melainkan menjadi sentral
kegiatan pembelajaran dikelas.
2.
Berfokus pada pertanyaan atau masalah
Proyek dalam PBL adalah berfokus pada pertanyaan atau masalah, yang mendorong
pelajar menjalani (dalam kerja keras ) konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau pokok dari
disiplin.
3.
Investigasi konstruktif atau desain

Proyek melibatkan pelajaran dalam investigasi konstruktif dapat berupa desain,


pengambilan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, deskoveri akan tetapi aktifitas
inti dari proyek ini harus meliputi transformasi dan kontruksi pengetahuan.
4.
Bersifat otonomi pembelajaran
Lebih mengutamakan otonomi, pilihan waktu kerja dan tanggung jawab pelajaran
terhadap proyek.
5.
Bersifat realisme
Pembelajaran berbasis proyek melibatkan tantangan kehidupan nyata, berfokus pada
pertanyaan atau masalah autentik bukan simulasi dan pemecahannya berpotensi untuk diterapkan
dilapangan yang sesungguhnya.

1.
2.
3.
4.

5.
6.

Langkah-langkah/ sintaks pembelajaran dalam project based learning adalah sebagai berikut :
Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek. Tahap ini sebagai langkah awal agar
peserta didik mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena yang ada.
Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata menjawab pertanyaan yang ada
disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui percobaan.
Menyusun jadwal sebgai langkah nyata dari sebuah proyek. Penjadwalan sangat penting
agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia dan sesuai dengan target.
Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek. Guru melakukan monitoring terhadap
pelaksanaan dan perkembangan proyek. Peserta didik mengevaluasi proyek yang sedang
dikerjakan.
Menguji hasil. Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan dengan berbagai
data lain dari berbagai sumber.
Mengevaluasi kegiatan/pengalaman. Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan
sebagai acuan perbaikan untuk tugas proyek pada mata pelajaran yang sama atau mata pelajaran
lain.

Вам также может понравиться