Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
OSTEOMYELITIS RAHANG
Disusun Oleh:
Johannes Ephan Bagus Kurnia
G99152087
Periode: 12 Juni 25 Juni 2016
Pembimbing:
drg. Sinta Kartikasari
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
ii
A. Latar Belakang.............................................................................................
A. Definisi.........................................................................................................
B. Insidensi.......................................................................................................
C. Penyebab......................................................................................................
D. Pathogenesis.................................................................................................
E. Gambaran Klinis..........................................................................................
F. Klasifikasi.....................................................................................................
1. Osteomyelitis akut....................................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................
1. Pemeriksaan radiologis............................................................................
2. Pemeriksaan histopatologis......................................................................
3. Pemeriksaan mikrobiologis...................................................................... 10
H. Tatalaksana................................................................................................... 10
1. Tatalaksana bedah.................................................................................... 10
1. Tatalaksana antibiotik............................................................................... 12
I. Follow up dan Perawatan Lanjutan............................................................... 13
J. Pencegahan.................................................................................................... 13
K.Komplikasi.................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 14
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Foto rontgen proyeksi panoramik pada osteomyelitis.............
11
11
12
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Osteomyelitis merupakan suatu proses peradangan yang mengenai
periosteum,
tulang,
dan
komponen-komponen
tulang
didalamnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Osteomyelitis (osteo = tulang; myelo = sumsum tulang; itis = radang)
merupakan peradangan atau infeksi yang terjadi pada tulang dan sumsum
tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena
terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan
jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling
jaringan tulang mati).
C. Penyebab
Oseteomyelitis
rahang
seringkali
disebabkan
oleh
infeksi
dapat merusak dinding ini. Faktor lain yang berperan dalam meluasnya infeksi
periodontal antara lain menurunnya imunitas pejamu, tindakan operatif,
pergerakan berulang dari segmen fraktur tulang (seringkali terjadi pada fraktur
yang tidak ditangani dengan adekuat).
Sebelum terjadi osteomyelitis,
terlenih
dahulu
terjadi
proses
Osteomyelitis rahang terjadi pada orang orang yang memiliki satu atau
lebih faktor predisposisi. faktor predisposisi tersebut antara lain adalah:
1. Perfusi pembuluh darah ke jaringan yang buruk
2. Kondisi sistem imun yang buruk
3. Proses penyembuhan luka yang buruk
4. Akses pelayanan kesehatan yang buruk
E. Gambaran Klinis
Tanda dan gejala yang muncul tergantung dari tipe osteomyelitisnya,
namun dapat meliputi sebagai berikut
1. Nyeri: Nyeri yang amat sangat, dirasakan seperti berdenyut dan dalam
2. Edema: Pembengkakan yang terjadi akibat proses peradangan yang diikuti
dengan warna kemerahan (rubor), sensasi hangat (kalor) dan keras.
3. Trismus: Trismus (kesulitan membuka mulut) dapat muncul pada beberapa
kasus, hal ini terjadi akibat edema pada otot rahang.
4. Disfagia: Disfagia (kesulitan menelan) dapat muncul pada beberapa kasus,
hal ini terjadi akibat edema pada otot rahang
5. Limfadenitis servikal: Pembengkakan pada nodus limfatikus di leher
akibat proses inflamasi dan infeksi
6. Paresthesia: Perubahan sensasi seperti kebas ataupun kesemutan yang
terjadi sepanjang nervus mentalis
7. Demam: Sering kali muncul pada fase akut, dapat berupa demam tinggi
atau intermiten.
8. Malaise: Biasanya muncul pada fase akut.
9. Anoreksia: Anoreksia (kehilangan nafsu makan) dapat terjadi akibat
malaise maupun oleh trismus dan disfagia.
10. Leukositosis: Leukositosis (peningkatan jumlah leukosit) biasanya terjadi
pada fase akut
11. Peningkatan laju endap darah (LED) dan C-reactive protein (CRP)
12. Eksudasi pus dari leher, gigi, lubang pada rahang (bekas cabut gigi)
maupun kulit yang dekat dengan fokus infeksi
13. Bau busuk pada mulut
Berbeda dengan osteomyelitis pada tulang pipa, osteomyelitis rahang
biasanya hanya memberikan gejala sistemik yang ringan sehingga keadaan
umum pasien nampak baik-baik saja. Osteomyelitis rahang akut seringkali
memberikan gejala klinis yang serupa dengan infeksi odontogenik yang lain.
Apabila infeksi penyebabnya tidak segera ditangani maka osteomyelitis akan
osteomyelitis
rahang
serupa
seperti
klasifikasi
berlanjut selama lebih dari 30 hari/ satu bulan. Gejala klinis yang
didapatkan seringkali lebih ringan dari osteomyelitis akut namun masih
didapatkan nyeri rahang, pembengkakan dan proses supurasi pada
sebagian besar pasien. Biasanya tulang yang terinfeksi mengalami proses
pembentukan sekuestra yang dapat diamati dari perubahan gambaran
radiologisnya. Apabila proses infeksi berlanjut secara progresif dapat
terjadi fraktur patologis dan pembentukan fistula extraoral, sedangkan
pada proses infeksi yang kurang progresif dapat terjadi perubahan
manifestasi penyakit menjadi skelrotik seperti diffuse sclerosing
osteomyelitis (DSO) ataupun periostitis osteomyelitis (PO).
3. Osteomyelitis kronis (nonsupuratif)
Osteomyelitis kronis nonsupuratif merupakan infeksi sumsum
tulang yang diduga disebabkan oleh Actinomyces dan Eikenella corrodens.
Biasanya osteomyelitis jenis ini memiliki gejala yang ringan dan dapat
juga tidak menunjukkan tanda dan gejala klinis apapun selain perubahan
gambaran radiologis. Pada sebagian besar kasus progresifitas penyakit
perjalan sangat lambat sehingga baru terdiagnosis setelah terjadi selama
beberapa tahun. Diagnosis definitif dari osteomyelitis kronis nonsupuratif
cukup rumit tanpa melibatkan biopsi dan kultur.
4. Osteomyelitis jenis lain
Periostitis Osteomyelitis (PO) atau dikenal juga sebagai Garr
Osteomyelitis pertama kali ditemukan oleh Carl Garr pada akhir abad ke18, meskipun pada waktu itu ia belum menyebutkan kondisi spesifik dari
penyakit ini. PO ditandai dengan deposisi lapisan tulang imatur diatas
lapisan korteks tulang. Tidak ada gejala klinis yang menonjol pada
penyakit ini. Gambaran radiologis onion skin sebagai penanda kondisi
yang ekspansif dan proliferatif dari penyakit ini merupakan salah satu ciri
khas yang dapat ditemui, meskipun ciri ini tidak patognomonik karena
penyakit keganasan pada tulang memiliki gambaran yang sama.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologis
a. Foto rontgen konvensional
gadolinium
sebagai
agen
kontras
dapat
mengandung
jaringan
nekrosis
dan
koloni
bakteri
yaitu
10
mandibula
ini
merupakan
prosedur
yang
paling
rumit
11
2. Tatalaksana antibiotik
Pemberian antibiotik pada osteomyelitis didasarkan secara empiris
pada pola kuman yang sering ditemukan. Ketika pemberian antibiotik
empiris gagal perlulah dilakukan pemeriksaan kultur dan sensitivitas.
Antibiotik lini pertama yang digunakan untuk osteomyelitis adalah
clindamycin atau kombinasi amoxicillin dan asam klavulanat yang
diberikan selama minimal 6 minggu.
Pada kasus osteomyelitis kronis dapat digunakan regimen yang
sama namun pemberian secara intravena dibatasi hingga 2 minggu pertama
diikuti dengan pemberian per oral untuk minggu selanjutnya.
I. Follow-up dan Perawatan Lanjutan
Sebaiknya dilakukan follow up kasus setiap 2 tahun untuk memastikan
bahwa tidak terjadi relaps osteomyelitis. Reaktivasi osteomyelitis kronis
masih dapat terjadi bahkan setelah 10 tahun sesudah pengobatan awal.
Prosedur rekonstruksi dilakukan setelah penyakit pasien sembuh sempurna/
resolusi penyakit dengan tetap memantau faktor predisposisi dan faktor risiko
dari osteomyelitis.
J. Pencegahan
Pencegahan osteomyelitis rahang yang terpenting adalah memelihara
kesehatan gigi dan jaringan di sekitarnya (periodontal) karena sebagian besar
12
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Armstrong D, Cohen J (editor). Infectious disease. 2nd edition. London:
Harcourt; 2005. pp. 6079.
2. Baltensperger M, Eyrich G (editor). Osteomyelitis of jaws. Berlin: Springer;
2009. pp. 5112; 12133; 14578
3. Baltensperger M, Eyrich G (editor).
Osteomyelitis
therapy-general
14