Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Struma adalah pembesaran kelenjar tiroid yang disebabkan oleh
penambahan jaringan kelenjar tiroid itu sendiri. Pembesaran kelenjar tiroid ini ada
yang menyebabkan perubahan fungsi pada tubuh dan ada juga yang tidak
mempengaruhi fungsi. Struma merupakan suatu penyakit yang sering dijumpai
sehari-hari, dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti, struma dengan
atau tanpa kelainan fungsi metabolisme dapat didiagnosis secara tepat.1,2
Struma merupakan penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan yodium
sebagai unsur utama dalam pembentukan hormon T3 dan T4 sehingga untuk
mengimbangi kekurangan tersebut, kelenjar tiroid bekerja lebih aktif dan
memnimbulkan pembesaran yang mudah terlihat di kelenjar tiroid.1
Struma dapat diklasifikasikan berdasarkan fisiologis yaitu termasuk di
dalamnya
eutiroidisme,
hipotiroidisme,
dan
hipertiroidisme.
Berdasarkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI KELENJAR TIROID
A. Anatomi Tiroid
Kelenjar tiroid terdiri dari tiga lobus, yaitu lobus dextra, lobus sinistra dan
isthmus yang terletak di bagian tengah. Kadang- kadang dapat ditemukan bagian
keempat yaitu lobus piramidalis yang letaknya di atas isthmus agak ke kiri dari
garis tengah. Lobus ini merupakan sisa jaringan embrional tiroid yang masih
tertinggal.4
Kelenjar tiroid mempunyai berat sekitar 25 30 gram dan terletak antara
tiroidea dan cincin trakea keenam. Seluruh jaringan tiroid dibungkus oleh suatu
lapisan yang disebut true capsule.1,2,3
.
Gambar 3. Persarafan kelenjar tiroid4
B. Fisiologi Tiroid
Kelenjar tiroid merupakan suatu kelenjar endokrin yang mensekresikan
hormon Tiroksin atau T4, triiodotironin atau T3 dan kalsitonin. Di dalam darah
sebagian besar T3 dan T4 terikat oleh protein plasma yaitu albumin, Thyroxin
Binding Pre Albumin (TBPA) dan Thyroxin Binding Globulin (TGB). Sebagian
kecil T3 dan T4 bebas beredar dalam darah dan berperan dalam mengatur sekresi
TSH. Hormon tiroid dikendalikan oleh thyroid-stimulating hormone ( TSH ) yang
dihasilkan lobus anterior glandula hypofise dan pelepasannya dipengaruhi oleh
thyrotropine-releasing hormone ( TRH ). Kelenjar thyroid juga mengeluarkan
calcitonin
2.2 STRUMA
Pembesaran kelenjar tiroid atau struma diklasifikasikan berdasarkan efek
fisiologisnya, klinis, dan perubahan bentuk yang terjadi. Struma dapat dibagi
menjadi :
1) Struma Toksik, yaitu struma yang menimbulkan gejala klinis pada
tubuh, berdasarkan perubahan bentuknya dapat dibagi lagi menjadi
a. Diffusa, yaitu jika pembesaran kelenjar tiroid meliputi seluruh
lobus, seperti yang ditemukan pada Graves disease.
b. Nodosa, yaitu jika pembesaran kelenjar tiroid hanya mengenai
salah satu lobus, seperti yang ditemukan pada Plummers
disease.
2) Struma Nontoksik, yaitu struma yang tidak menimbulkan gejala klinis
pada tubuh, berdasarkan perubahan bentuknya dapat dibagi lagi
menjadi
a. Diffusa, seperti yang ditemukan pada endemik goiter
b. Nodosa, seperti yang ditemukan pada keganasan tiroid.6
Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan oleh :
1) Hiperplasia dan Hipertrofi
Setiap organ apabila dipicu untuk bekerja akan mengalami
kompensasi dengan cara memperbesar dan memperbanyak jumlah
selnya. Demikian juga dengan kelenjar tiroid pada saat
pertumbuhan akan dipacu untuk bekerja memproduksi hormon
tiroksin sehingga lama kelamaan akan membesar, misalnya saat
pubertas dan kehamilan.
2) Inflamasi atau Infeksi
Proses peradangan pada kelenjar tiroid seperti pada tiroiditis akut,
tiroiditis subakut (de Quervain) dan tiroiditis kronis (Hashimoto).
3) Neoplasma (2,3,4)
Jinak dan ganas
Struma menimbulkan gejala klinis dikarenakan oleh perubahan kadar
hormon tiroid di dalam darah. Kelenjar tiroid dapat menghasilkan hormon tiroid
dalam kadar berlebih atau biasa disebut hipertiroid maupun dalam kadar kurang
dari normal atau biasa disebut hipotiroid. Gejala yang timbul pada hipertiroid
adalah :
Tremor
Diare
Exophtalmus.7
Bradikardi, tekanan sistolik yang rendah dan tekanan nadi yang lemah
Gerak tubuh menjadi lamban dan edema pada wajah, kelopak mata dan
tungkai
d. Tatalaksana
Terapi
penyakit
Graves
ditujukan
pada
pengendalian
keadaan
d. Tatalaksana
Terapi yang diberikan pada Plummers Disease juga sama dengan Graves
yaitu ditujukan pada pengendalian keadaan tirotoksisitas/ hipertiroidi dengan
pemberian antitiroid, seperti propil-tiourasil ( PTU ) atau karbimazol. Terapi
definitif dapat dipilih antara pengobatan anti-tiroid jangka panjang, ablasio
dengan yodium radiokatif, atau tiroidektomi. Pembedahan terhadap tiroid dengan
hipertiroidi dilakukan terutama jika pengobatan dengan medikamentosa gagal
dengan kelenjar tiroid besar. Pembedahan yang baik biasanya memberikan
kesembuhan yang permanen meskipun kadang dijumpai terjadinya hipotiroidi dan
komplikasi yang minimal.9
2.2.3 Struma Difusa Nontoksik (1,2,3)
a. Definisi
Struma endemik Struma endemik adalah penyakit yang ditandai dengan
pembesaran kelenjar tiroid yang terjadi pada suatu populasi, dan diperkirakan
berhubungan dengan defisiensi diet dalam harian. Epidemologi Endemik goiter
diperkirakan
terdapat
kurang
lebih
5%
pada
populasi
anak
sekolah
10
11
translusen, sementara secara histologis akan terlihat bahwa folikel dipenuhi oleh
koloid serta sel epitelnya gepeng dan kuboid.10
12
unilateral
dapat
menyebabkan
mengakibatkan
gangguan
pernafasan.
Penyempitan
yang
berarti
13
14
Pemeriksaan
untuk
mengukur
fungsi
tiroid.
Pemeriksaan radiologis
15
4.
d. Tindakan Pembedahan
Indikasi operasi pada struma adalah :
1.
2.
3.
4.
Kosmetik
16
2.
3.
biasanya
sering
dari
tipe
anaplastik
yang
jelek
b.
Dispneu
c.
d.
17
Tiroid terdiri dari dua lobus kanan dan kiri, yang masing-masing
dihubungkan oleh satu lobus piramidalis yang berada di garis media
melekat pada kartilago tiroidea dan terdapat di fasia koli media. Karena
kartilago tiroidea melekat pada trakea, maka pada pergerakan trakea misal
sewaktu menelan, maka tiroid juga ikut bergerak
Bila terjadi pembesaran di leher yang berasal dari tiroid, akan tampak
pembesaran ini bergerak naik turun sewaktu menelan.
Manisfestasi klinis :
Berat badan menurun, Intoleransi panas, Kelemahan otot, Diare, Refleks
hiperaktif, Kecemasan, Tremor, Eksoftalmus, Goiter, Kelainan jantung
(sinus takikardi, atrial fibrilasi dan CHF).
1. Laboratorium: T4 total, T3 serum, FT4
2. BMR
+1
+2
+2
-5
+5
+2
+2
+3
Obyektif
Tiroid teraba
Bruid tiroid
Eksoftalmus
Lid retraksi
Lid lag
Hiperkinesis
Tangan panas
Tangan basah
Ada
+3
+2
+2
+2
+2
+4
+2
+1
-3
-3
-3
+3
+3
Tidak
-3
-2
-2
-2
-1
18
Fibrilasi atrium
< 11
: Eutiroid
11 18: Tidak jelas ada hipertiroid
> 19
: Hipertiroid
2. Pengobatan dan pertimbangan anestesi12
a.
+4
dapat
diberikan
terus-menerus
secara
intravena
untuk
c.
19
Intraoperatif13
Intubasi
Post Operatif
Penyulit pasca bedah :
1. Badai (Thyroid storm)12,13
20
Unilateral : Serak
Tes fungsi pita suara : kemampuan mengucapkan huruf (i atau e)
Terapi :
21
Pasien dengan hipotiroid berat yang tidak terkoreksi (T4 < 1 g/dl) atau koma
myxedema, harus dibatalkan untuk operasi elektif dan harus diterapi segera
dengan hormon tiroid terutama untuk operasi emergensi.13
Pasien yang telah dieutiroidkan biasanya menerima dosis obat tiroid pada
pagi hari pembedahan, harus di ingat bahwa rata rata preparat yang diberikan
mempunyai waktu paruh yang lama (t1/2 T4 adalah 8 hari).13
Tidak ada bukti yang mendukung untuk menunda bedah elektif (termasuk
bedah by-pass arteri koronaria) menyebabkan perubahan hipotiroidisme
ringan ke hipotiroidisme yang sedang.12
Intraoperatif
Masalah
lain
yang
dapat
timbul
termasuk
hipoglikemia,
anemia,
22
Pasien harus tetap di intubasi sampai bangun dan normotermia, sebab pasien
ini mudah terjadi depresi pernafasan.13
Obat non opioid seperti keterolak merupakan pilihan untuk nyeri pasca
operasi.13
3. Koma miksedema.
Yaitu
kegawat
daruratan
medis
yang
membutuhkan
terapi
yg
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Pendit, Brahm U., 2002. Buku Ajar Fisologi Kedokteran, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
2.
Vol.
24
No.
hal
52-59.
http://www.unboundmedicine.com/medline.
3.
4.
5.
Liberty Kim H, Kelenjar Tiroid : Buku Teks Ilmu Bedah, Jilid Satu, Penerbit
Binarupa Aksara, Jakarta, 1997 : 15-19.
6.
Aru W., Sudoyo, dkk, 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta.
7.
8.
9.
Ketut S., Nengah D.S., 2005. Penyakit Kelenjar Tiroid. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
24
10. Jonathan G., 2003. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
11. Pirce A.G. Neil R.B., 2006. Surgery at a Glance. Edisi 3. Penerbit Erlangga,
Jakarta.
12. Jaffe Richard. 2003. Anesthesiologists Manual of Surgical Procedurs. Third
Edition. Wolters Kluwer Health, Lippinkot.
13. Singal Peter. 2013. Anestesia dan sistem endokrin. Penerbit FK Unhas,
Makassar
25