Вы находитесь на странице: 1из 15

INSTITUT AGAMA ISLAM SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDDIN

SAMBAS
FAKULTAS ADAB DAN USHULUDDIN
PROGRAM STUDI ILMU QURAN DAN TAFSIR
KEDUDUKAN AL-QURAN DAN SUNNAH SEBAGAI SUMBER
HUKUM ISLAM

OLEH :
ARDIANSYAH
NIM : 11.0301.2013.003
DOSEN PENGAMPU : Dr. ADNAN MAHDI M.S.I
Abstract : The Quran is considered the eternal miracle of Islam. It
is the complete and best quide for living ones life and seeking Allahs
pleasure the teaching of the Quran are universal.source of law .
Addressed to all people throughtout the world regardless of their creed
and color. They enlighten mans soul , purify his orals, condemm all
wrong. Order good deeds and call for estabilishment of justice and
fraternity throught obeying Allah as the supreme authority. The Quran
provides the regulations that create the proper relation between man and
Allah and man and man.
Without the guidance of Quran , humanity still be grouping in the
darkness of ignorance.The sunna defined as a part , a way, a maner of life
all the traditions and practice of the islamic prophet that have become
1

models to be followed by muslims.The sunnah cannot dispense with the


Quran.The Quran was revealed to the Muhammad , in which Allah
commanded him to obey everything that was ordered of him to covey and
explain his message to the people. Its a must obey
Keyword : Quran , sunnah, obey

A. Pendahuluan
Kehidupan adalah sebuah kenyataan yang mengharuskan kita
mempunyai pegangan hidup, agar tidak tergerus oleh perubahan zaman
dan tidak terperosok ke dalam lembah kehinaan. Apa yang Allah
kehendaki berkenaan dengan tindakan manusia disebut dengan syara.
Kehendak Allah dapat kita temukan bentuknya dalam kumpulan alQuran dan penjelasannya yang diberikan oleh Nabi saw,dalam
sunnah. 1 Sebagai umat Islam kita mempunyai sumber hukum yang
utama, yakni al-Quran.
Teks al-Quran bukanlah monumen mati yang untouchable .AlQuran lahir di ruang tidak hampa oleh respon persoalan yang terus
bergerak secara dinamis. Interelasi teks al-Quran dengan elemen
ajaran lain semisal Sunnah penting dimaknai kerena Rasulullah
memang

mempunyai

pemaknaan

fungsi

al-Quran

penjelas

secara

meniscayakan ajaran yang

terhadap

keseluruhan.

seluruh

Pernyataan

proses
di

atas

global (mujmal) dan implikasinya al-

Quran perlu didukung oleh sunnah 2.


Dalam makalah ini akan dipaparkan pengertian al-Quran dan
sunnah serta bagaimana kedudukannya di dalam hukum Islam.
Pemaparan ini akan memberi kita sebuah rasa terima kasih karena
telah terlahir sebagai umat Islam. Warobbak Fakabbir. Masalahmasalah yang diperselisihkan di kalangan pemimpin-pemimpin agama,
terkadang justru menimbulkan perselisihan bila di antara sesama
penganut

agama

Islam

itu

sendiri.

Perselisihan

itu

bukannya

disebabkan oleh masalah substansi materi keagamaannya, melainkan


pemaknaan,

pengaplikasian

dan

sejauh

mana

menginterpretasikan ke realitas ranah kehidupan.

1
2

Amir Syarifudin, Garis-garis Besar Fiqh, ( Bogor : Kencana. 20030, hal.1-2


Eggy Sudjana, Islam Fungsional. , ( Jakarta : Rajawali Press, 2008), hal.31

mereka

PEMBAHASAN
Sebelum memasuki pembahasan tentang kedudukan al-Quran
dan sunnah di dalam Islam sebagai sumber hukum, alangkah baiknya
kita memahami apa itu al-Quran dan sunnah agar pemahaman kita
tidak parsial dalam memahami makalah ini.
A. Pengertian al-Quran
Kata al-Quran berasal dari masdar qaraa yang berarti bacaan,
al-Quraan yang merupakan mukjizat Nabi muhammad agar menjadi
pedoman seluruh umatnya. Secara terminologi al-Quran diartikan
sebagai kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi muhammad. 3 Manna
Khalil al-Qattan mengatakan bahwa kata dasar nya adalah qaraa yang
berarti menghimpun atau mengumpulkan 4.
Berbeda dengan Syamsul, dalam bukunya mengatakan bahwa alQuran adalah kalam Allah taala yang diturunkan kepada Rasul dan
penutup para Nabi-Nya Muhammad saw Melalaui perantara malaikat
jibril yang diwalai dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah
an- Naas 5. Berbagai penjelasan dan definisi yang diberikan di atas
dapat disimpulkan bahwa al-Quran adalah kumpulan firman-firman
Allah swt yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad dan untuk
disampaikan kepada umat Nabi yang berfungsi sebagai pedoman di
dalam hidup kita.
B. Pengertian Sunnah
Sunnah menurut bahasa adalah : jalan .Diantarnya dapat kita
lihat dalam firman Allah swt, pada surah al-Ahzab : 62, 6 artinya :
Sebagai sunnah Allah yang ( berlaku juga ) bagi orang-orang yang

Moh. Rifai, Ilmu Fiqih Islam Lengkap. (Jakarta : Karya Toha Putra, 1978), hal.17
Manna Khalil al-Qatran, Studi Ilmu al-Quran , ( Bogor : Pustaka Litera Antar Nusa,
2009). hal. 15
5
Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, (Bogor : Cahaya Salam, 2010), hal.
211
6
Abdul Wahab Kallaf, Ilmu Ushul Fiqih, ( Semarang : Bina Utama, 1994 ), hal.40
3
4

terdahulu sebelum (mu) dan engkau tidak akan mendapati perubahan


pada sunnah Allah
Sedangkan menurut istilah adalah yaitu perkataan nabi ,
perbuatan dan taqrirnya. Sebagai perkataan Nabi misalnya, Nabi
Mengatakan Barang siapa sengaja berdusta atas diriku, hendaklah ia
bersiap-siap menempati tempat tinggalnya di neraka. Kemudian yang
berbentuk fili atau perbuatan terlihat pada perbuatan Nabi membagi
nafkah dan giliran kepada istrinya, yang terakhir pada saat Nabi
dihidangi

makanan

dabb

atau

biawak,

Nabi

tidak

berkata

mengharamkannya tetapi beliau diam (dengan arti membenarkannya) 7.


Penjelasan yang terangkum dalam pernyataan di atas dapatlah kita tarik
benang merahnya, apa yang dimaksud dengan sunnah pada intinya
adalah model kehidupan Nabi . Inilah hal pokok yang tampak
memberikan rincian yang jelas antara hadis, sunnah dan khabar. Hadis
lebih ditekankan pada periwayatan dan model kehidupan Nabi
sedangkan khabar maknanya lebih luas daripada hadis, periwayatan
model kehidupan Nabi serta sahabat dan tabiin.
C. Kedudukan al-Quran dan Sunnah
Sumber terbesar hukum Islam adalah al-Quran. Tidak ada
(khilaf ) sedikitpun di antara umat Islam bahwa al-Quran itu pokok
bagi syariat Islam. Dari padanya diambil segala pokok syariat dan
cabang-cabangnya.
Dengan demikian dipandang bahwa al-Quran itu dasar yang
kuly bagi syariat dan pengumpulan segala hukum. Al-Quran yang
meaningful sense dan keagungannya meniscayakan umat Islam untuk
selalu

mengaktifkan

merumuskan guideline

rasionalitas

dan

empirisme,al-Quran

yang

atau garis-garis panduan untuk pengaturan

pranata sosial kehidupan sehari-hari ,dengan demikian mengandalkan


teks wahyu
7

semata tidaklah cukup

memadai

dalam menyikapi

Nazar Bakry, Fiqih dan Ushul Fiqih, ( Jakarta : Rajawali, Press, 1993 ), hal. 37

persoalan kemanusiaan sehari-hari. Karena itu wujud wahyu dalam


Islam mesti dikombinasikan dengan nalar untuk merumuskan diktumdiktum ajaran sebagai guideline. Dalam kaitan ini, peran ijtihad
memiliki momentumnya gua mengejewantahkan nilai-nilai ajaran suci
ke dalam wujud nyata kehidupan.
Begitu sentralnya peran nalar ijtihad dalam Islam sampaisampai persoalan sumber hukum sesungguhnya bisa disimplikasikan
menjadi hanya tiga, yaitu al-Quran, Sunah dan ijtihad. Sementara
sumber sumber lain seperti ijmak ( konsensus para mujtahid), qiyas
( analogi), istihsan ( penganggapan baik), istihhsab ( pemberlakuan
hukum masa lampau, al-mashlahah al-mursalah ( kemaslahatan yang
tidak terdapat nas-nya dalam agama), urf ( adat-kebiasaan), syaru
man qablana ( syariat nabi sebelum kita), dan lain lain merupakan
pengejewantahan dari kreativitas nalar ijtihad.
Sebagai refleksi atas fenomena sosial yang bergerak dinamis,
akan selalu muncul persoalan kemanusian dan peristiwa hukum baru
setiap saat. Ini bisa diantisipasi bila mana nilai-nilai multidemensional
ajaran agama dapat dipahami secara jernih dan diimplementasikan
secara

konsekuen

dan

proporsional.

Dalam

tataran

praktisnya,

interelasi nalar dan teks wahyu sering kita temukan dalam hukumhukum operasioanal sehari-hari. Dalam segmen hukum muamalah, teks
ajaran sengaja dibentuk dalam wujud pengungkapan umum yang
mengatur segala bentuk rupa persoalan secara garis besarnya saja.
Dalam operasionalnya yang amat dibutuhkan masyarakat hukum
dalam pergumulan sosialnya in daily life. Dalam transaksi jual beli
misalnya, teks wahyu hanya memberikan rambu-rambu umum agar
transaksi jual-beli misalnya, teks wahyu hanya memberikan ramburambu agar transaksi dilakukan secara suka sama suka tanpa ada unsur
tekanan serta dilakukan secara transparan tanpa mengandung unsur
spekulasi dan tipuan.

Seperti kita ketahui, di era modern sekarang ini bentuk


transaksi sedemikian berkembang dan beraneka ragam, seperti jual-beli
saham, jual beli melalui kartu kredit dan lain-lain. Dalam menyikapi
ragam bentuk transaksi seperti itu, peran nalar ijtihad sangat
diperlukan

untuk merumuskan keterkaitan pesan-pesan umum teks

wahyu dengan realitas persoalan keanekaragaman bentuk transaksi


sesuai tingkat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang
terjadi sekarang. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri sering
terjadinya deferensiasi pendapat antara hasil nalar ijtihad

yang satu

dengan yang lainnya. Ini disebabkan tingkat pemahaman antar


mujtahid dalam menyikapi

keberadaan teks yang

masih bersifat

mujmal ( global) dan multi-interpretasi.


Teks wahyu sebagai sumber primer ajaran suci hakikatnya
mempunyai bobot kebenaran absolut ( mutlak), tetapi pemahaman dan
penafsiran manusia terhadap nilai-nilai yang dikandungnya tetaplah
relatif dan subjektif, kerena itu dalam hadis yang populer, Nabi
menggariskan bahwa seorang mujtahid

yang ternyata benar berhak

mendapat dua pahala, sedangkan mereka yang ternyata hasil ijtihadnya


keliru hanya berhak dapat satu pahala. Dengan demikian, betapapun
hasil kreatifitas nalar seseorang ternyata sebangun dengan apa yang
dikehendaki Tuhan, mereka tetap mendapatkan penghargaan pahala
atas segala jerih payahnya menggunakan nalar 8.
Kalau

sekedar

mengandalkan

al-turats

al-islam

dengan

paradigma konvensional, tentu banyak sekali fenomena kontemporer


tersebut yang jatuh pada masalah mauquf (Pending) karena belum
ada nash

yang meresponnya, atau secara black list menjatuhi vonis

haram mutlak. Kalau itu yang terjadi, suara hukum Islam tidak akan
pernah didengar lagi oleh gelombang modernisasi yang sudah sangat
maju.
Abu Yasid, Nalar dan Wahyu ( Interelasi dalam Proses Pembentukan Syariat,
(Jakarta : Gelora Aksar Pratama, 2007), hal.56-63
8

Dalam konteks ini, tugas kita adalah kontekstualisasi ajaran


agama sehinggga up to date dan relevan dengan perkembangan zaman 9.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan berbagai inovasi
dan produktifitas adalah tantangan serius hukum Islam yang selama ini
berjalan stagnan, rigit, pasif, dan konvensional.
Iptek tidak mungkin bergerak kebelakang, menggunakan proyek
masa lampau untuk merekayasa masa depan, kreasi dan progresifitas
terus melaju.Bayi Tabung, Bank Sperma, Pil mengatur haid, face off
( operasi wajah total), modernisasi alat transportasi, komunikasi, relasi,
militer, energi nuklir, jenis- jenis olah raga, liberalisasi informasi,
ekonomi, demokrasi, liberalisasi pasar, dan lain sebagainya adalah
fenomena modernisasi yang harus direspon secara dinamis oleh hukum
Islam.
Itu lah kenyataan
teks

keagamaan

karena fikih terlahir dari proses penalaran

dipadankan

dengan

realitas

sosial 10

Allah

swt.berfirman:
Tidaklah kami alpakan sedikt pun dalam al-kitab(QS.Al-Anam [6] : {38}.
Kitab yang masih umum dan Sunnah yang perlu ditarik asbabul
wurud nya mendapat pertimbangan dan digiring ke arah kekinian.
Oleh karena al-Quran bersifat dasar-dasar pokok (kully),
tentulah penerangan bersifat ijmaly yang memerlukan tafshil dan yang
bersifat kully memerlukan tabyin. Karena itu untuk mengambil hukum
dari padanya kita memerlukan pertolongan As-Sunnah.Fungsi AsSunnah di sini sebagai bayani 11
Memandang bahwa al-Quran sumber yang pertama, para ulama
pun terus menerus mempelajari dan dan mengeluarkan hukum dari
Jamal Mamur Asmani, Fiqh Sosial Kiai Sahal Mahfudh : Antara Konsep dan
Implementasi, ( Jakarta : Khalista, 2007), hal.360
10
Nur Kholis Setiawan, Pemikiran Progresif dalam Kajian Al-Quran, ( Jakarta :
Kencana , 2008 ), hal.5
11
Erfan Soebahar, Aktualisasi Hadis Nabi di Era Teknologi, ( Semarang : Rasail, 2008),
hal.19-21
9

ibarat-ibarat al-Quran, dari isyarat-isyarat al-Quran, dari dzahir alQuran dan nash-nya. Bagi umat Islam al-Quran adalah rujukan moral
di dalamnya ada petunjuk (hudan), kabar gembira ( Basyir) dan
peringatan (nadzir) 12. Kemujmalan informasi dalam al-Quran perlu
didukung oleh Sunnah. 13Firman Allah yang mengharuskan kita dalam
menaati Sunnah Rasul adalah, seperti terekam dalam firman Allah yang
berbunyi :
Wahai orang-orang yang beriman. Taatilah Allah dan Rasul
dan Ulul Amri di antara kamu. (QS .an-Nisa : 59).
Barang siapa menaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya
dia telah menaati Allah. Dan barang siapa berpaling (dari ketaatan itu,
maka ketahuilah, kami tidak mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi
pemelihara mereka.(QS. An-Nisa : 80).
Berdasarkan beberapa ayat tersebut, para sahabat semasa hidup
dan

masa

menjadikan

wafatnya
Sunnah

Rasulullah
Rasul

sebagai

telah

sepakat

sumber

atas

hukum

keharusan

Islam

yang

kedua. 15Ini berdasarkan dengan ayat pada surah al-Hasyr, yang


berbunyi :
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa
yang dilarang Rasul bagimu maka tingga;kanlah (QS. Al- hasyr : 7).
Rasulullah mencerap ilmu wahyu, kemudian menjaga dengan
benar dan menyampaikan tanpa penambahan 16.
Fungsi sunnah terhadap al-Quran, misinya menjelaskan :
1. Taqyid : Mendukung hukum yang ada dalam al-Quran, misalnya
tentang kewajiban shalat, zakat, haji dan puasa.
2. Tafshil : Merinci hukum global yang ada dalam al-Quran (misal
sholat ; berapa rakaat dan bagaimana caranya).
Abd Magsid Ghazali, Metodologi Studi AL-Quran, ( Jakarta : Rajawali, 2008), hal.ix
Teungku Muhammad Hasbi as-Shiddiq, Sejarah dan Pengantar AL-Quran dan Tafsir,
( Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2009 ), hal.147-148
15
Satria Efendi, Ushul Fiqh, ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group , 2009 ), hal. 115117
16
Jawali Amuli, Nabi saw dalam al-Quran, ( Jakarta : al-Huda, 2009), hal. 47
12
13

10

3. Tabyin : Menjelaskan hukum mutlak yang ada dalam al-Quran


seperti

perintah Allah untuk memotong tangan

orang yang

melakukan tindak pidana pencurian. Perintah Allah ini tidak


menjelaskan ukuran yang dipotong maupn nisab harta yang dicuri.
4. Takshhish : yaitu mengkhususkan hukum-hukum yang bersifat
umum di dalam al-Quran, misal tentang pembagian harta waris
yang diatur dalam surah an-Nisa ayat 11, yang artinya: Allah
mensyariahkan bagi kamu tetang (pembagian harta warisan bagi
anak-anakmu.... Ayat ini mengatur bahwa semua anak akan
mendapat warisan dari ayahnya yang meninggal. Namun Rasulullah
mengkhususkan bahwa anak yang membunuh ayahnya tidak
mendapat warisan 17. Al-Quran dan sunnah dalam hal ini saling
memperkuat untuk mempersempit terjadinya qiyas dan interpretasi
perseorangan. 18

17
18

Ali Sunarso, Islam Paradigma , ( Jakarta : Tiara Wacana , 2009), hal.70-71


Abu Zahrah , Ushul Fiqh, J( Jakarta : Pustaka Firdaus, 2010), hal.128

10

11

11

PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan dari makalah yang telah dipaparkan di atas, banyak
penjelasan yang dapat kita ambil, di antarnya bagaimana al-Quran
yang merupakan sumber rujukan terbesar umat Islam di seluruh dunia
mampu mengakomodasi segala bidang permasalahan, dalam arti yang
luas yakni, masalah ketuhanan dan masalah kemanusiaan.Semua itu
diatur tanpa melewatkan hal yang paling kecil.
Kemujmalan al-Quran yang berbicara menghadirkan diri dan
memerlukan sunnah sebagai penjelas kemujmalannya.Begitu besarnya
peran sunnah dalam menjabaran kemujmalan al-Quran dan al-Quran
sendiri bebas dari kekurangannya dalam hal ini. Al-Quran hanya
sebagai kitab besar yang membutuhkan penjelasan agar isi syara dapat
dijadikan perbuatan amaliah.
Tidak berhenti sampai disitu, para ulama dan cendikiawan terus
berproses menyahuti tuntutan zaman dan mencarikan keluwesan
hukum-hukum islam dengan berdasarkan acuan yang disepakati,
mereka mengetahui mana batas qathi dan zanny.
B. SARAN
Demikian makalah yan saya buat semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca apabila ada saran dan kritik yang di sampaikan silahkan
sampaikan kepada saya.
Apabila

ada

kesalahan

mohon

dapat

memaafkan

dan

memakluminya karena saya adalah hamba Allah yang tak luput dari
salah, khilaf, alfa dan lupa.

12

13

13

DAFTAR PUSTAKA
Amuli Jawali, Nabi saw dalam al-Quran, Jakarta : al-Huda, 2009
Bakry, Nazar , Fiqih dan Ushul Fiqih, Jakarta : Rajawali, Press, 1993
Efendi Satria, Ushul Fiqh, Jakarta : Kencana Prenada Media Group , 2009
Hasbi Shiddiq Teungku Muhammad , Sejarah dan Pengantar AL-Quran
dan Tafsir, Semarag : Pustaka Rizki Putra, 2009
Jamal Mamur Asmani, Fiqh Sosial Kiai Sahal Mahfudh : Antara Konsep
dan Implementasi, ( Jakarta : Khalista, 2007), hal.360
Kallaf Abdul Wahab , Ilmu Ushul Fiqih, Semarang : Bina Utama, 1994
Magsid Ghazali, Abd , Metodologi Studi AL-Quran, Jakarta : Rajawali,
2008
Qatran Manna Khalil al-Qatran, Studi Ilmu al-Quran , Bogor : Pustaka
Litera Antar Nusa, 2009
Rifai Moh. , Ilmu Fiqih Islam Lengkap. Jakarta : Karya Toha Putra, 1978
Setiawan Nur Kholis , Pemikiran Progresif dalam Kajian Al-Quran,
Jakarta : Kencana , 2008
Soebahar Erfan, Aktualisasi Hadis Nabi di

Era Teknologi, Semarang :

Rasail, 2008
Sudjana Eggy, Islam Fungsional. , Jakarta : Rajawali Press, 2008,
Sunarso Ali, Islam Paradigma , Jakarta : Tiara Wacana , 2009
Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, Bogor : Cahaya Salam,
2010
Syarifudin Amir, Garis-garis Besar Fiqh, Bogor : Kencana. 2003

14

15

Yasid, Abu, Nalar dan Wahyu (

Interelasi dalam Proses Pembentukan

Syariat ), Jakarta : Gelora Aksar Pratama, 2007

15

Вам также может понравиться