Вы находитесь на странице: 1из 24

CARA MEMBUAT SABUN COLEK (DETERGEN)

Sama seperti produk sejenis lainnya, semua produk detergen bahan utamanya selalu tersusun
dari keluarga surfactans.
Dengan jenis-jenis yang berbeda, bahan ini wajib ada. Sebab ia akan memberikan berbagai
macam efek pada detergen nantinya. Mulai dari efek penetrant, wetting agent sampai efek
pembusaan.
Untuk menetralkan keasaman surfactans, maka dalam kandungan detergen juga selalu ada
komponen basa. Dalam hal ini yang biasa dan umum dipakai adalah Caustic soda ( dalam
beberapa jenis produk detergen untuk kegunaan tertentu bisa dipakai juga Sodium Bicarbonat ).
Selain untuk menetralkan, Caustic Soda juga dapat berfungsi untuk melunakkan kotoran.
Hanya saja penggunaannya tetap harus dibatasi agar produk detergen yang dihasilkan tidak
bersifat keras terhadap kulit.
Terlalu banyak Caustic Soda juga akan memperbesar efek korosivitasnya.
Komponen bahan selanjut adalah bahan pembersih. Biasanya digunakan senyawa-senyawa dari
keluarga Phospat, seperti TSP, STPP dan sebagainya.
Untuk menurunkan biaya produksi selalu digunakan bahan pengisi yang berupa bubuk atau
serbuk. Juga pengental.
Bahan-bahan lain yang ditambahkan kemudian pada dasarnya adalah untuk memperbaiki
penampilan detergen pasta ini. Dalam hal ini termasuk OBA, pewarna dan atau parfum.
Bahan dan formulasi untuk membuat detergen pasta atau sabun colek
CMC 0,5 gram
ABS 50 gram
Soda Ash 17 gram
CME 2,5 gram
STPP 5 gram
Pati 7,5 gram
OBA 0,5 gram
Garam krosok 20 gram
Air 150 ml
Pewarna dan parfum secukupnya
Langkah kerja dalam membuat detergen pasta
- Dalam sebuah wadah CMC ( berbentuk bubuk ) dilarutkan dalam 25 ml air
- Dalam wadah lain bahan lain berupa Pati, CME, Soda Ash dan STPP dilarutkan dalam 125 ml
air dan dipanaskan sehingga terbentuk suatu massa yang kental dan transparan.
- Ketika massa kental transparan sudah terbentuk sempurna, pemanasan dihentikan, lalu
ditambahkan ABS sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai dihasilkan pasta yang baik
- Pada saat penambahan ABS pada larutan akan dibebaskan panas yang cukup besar.

- Untuk mendapatkan pasta yang lebih kental, CMC yang telah dilarutkan, ditambahkan sedikit
demi sedikit sambil diaduk
- Setelah rata, tambahkan pewarna dan parfum, campuran pasta tetap diaduk
- Terakhir tambahkan garam krosok untuk mengatur kekentalan pasta.
- Produk detergen pasta siap dikemas.
Keterangan :
- Surfactans yang digunakan adalah ABS. ABS ini sama dengan seperti yang digunakan pada
formulasi detergen powder. Jika menghendaki surfactant yang lebih ramah lingkungan bisa
digunakan ALS yang lebih mudah diurai.
- Bahan sebagai penetral rekasi adalah Caustic soda.
- CMC berfungsi sebagai pengental. Juga mempunyai efek sebagai redeposition agent, sehingga
kotoran tidak balik lagi.
- STPP berfungsi sebagai pembersih. Untuk memberikan efek bersih yang lebih, bisa
dikombinasikan dengan keluarga Phospat lainnya.
- Pati bertindak sebagai sequestering agnet
- OBA ditambahkan untuk memberikan tampilan yang lebih cemerlang.
- Pewarna dan parfum ditambahkan agar detergen lebih menarik bagi pengguna.
Formulasi di atas adalah salah satu contoh komposisi detergen pasta. Anda bisa mengotakatiknya sendiri ( sesuai kegunaan atau pertimbangan biaya ) dengan memperhatikan masingmasing fungsi bahan.
Read more: http://produksi-rumahan.blogspot.com/2014/05/formulasi-dan-cara-membuat-sabuncolek-atau-detergen-pasta.html#ixzz4FPlA6l1O

Sabun Colekaah
Mei 29, 2008 pada 1:55 am (Kimia Terapan)
Keberadaan sabun colek sedikit tergeser dengan adanya keberadaan sabun cair cuci piring. Sabun
colek sudah sangat melekat dihati masyarakat sebab keberadaan sabun colek digunakan oleh
konsumen jauh sebelum munculnya sabun cair cuci piring. Oleh sebab itu masyarakat terbiasa
menggunakan sabun colek dan beralih ke sabun cair cuci piring sangat sulit. Hal ini juga
disebabkan juga bahwa sabun colek lebih ekonomis dan bisa di gunakan untuk mencuci pakaian
dll. Tetapi dari segi kepraktisan dan kecepatan, sabun cair lebih cepat larut dalam air.
Dalam pembuatan sabun colek, biaya pembuataanya lebih murah daripada pembuatan sabun cair
cuci piring sehingga sabun colek lebih murah. Bahan aktif sabun colek Alkyl Benzene Sulfonate
( ABS) merupakan senyawa yang lebih sukar terurai seaca alami. Di banyak negara penggunaan
ABS dilarang dan diganti dengan LAS atau SLS. Beberapa alasan masih digunakannya ABS,
diantaranya: harganya murah, kestabilannya dalam bentuk krim/pasta dan busanya melimpah.
Komposisi pembuatan sabun colek

1. ABS 11%
2. NaOH secukupnya
3. Soda abu 6%
4. Talk 15%
5. Silikat secukupnya
6. Kaolin 18%
7. Garam 7%
8. Pewarna secukupnya
9. Parfum secukupnya
Peralatan yang dibutuhkan: Wadah, takaran dan pengaduk kayu
Cara membuat sabun colek
1. Setengah air dari 31% + Pewarna aduk rata
2. (1) + Garam aduk rata
3. (2) + Talk aduk rata
4. (3) + Soda abu aduk rata
5. (4) + Larutan NaOH ( NaOH : Air = 40% : 60% ) aduk rata
6. (5) + Sisa air aduk rata
7. (6) + Kaolin aduk rata
8. (7) + ABS aduk rata
9. (8) + Silikat aduk rata
10. Siap dikemas
Pengenalan Sabun
Sabun merupakan bahan logam alkali dengan rantai asam monocarboxylicyang panjang.
Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan abun bergantung pada jenis sabun tersebut.

Larutan alkali yang biasa yang digunakan pada sabun kerasadalah Natrium Hidroksida (NaoH)
dan alkali yang biasa digunakn pada sabunlunak adalah Kalium Hidroksida (KOH).
Sabun berfungsi untuk mengemulsi kotoran kotoran berupa minyak ataupunzat pengotor
lainnya. Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak minyak denganlarutan alkali
membebaskan gliserol. Lemak minyak yang digunakan dapat berupalemak hewani, minyak
nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut.Pada saat ini teknologi sabun telah berkembang pesat.
Sabun dengan jenis dan bentuk yang bervariasi dapat diperoleh dengan mudah dipasaran seperti
sabun mandi,sabun cuci baik untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah tangga, hingga
sabunyang digunakan dalam industri.Kandungan zat zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi
sesuai dengansifat dan jenis sabun. Zat zat tersebut dapat menimbulkan efek baik yang
menguntungkan maupun yang merugikan. Oleh karena itu, konsumen perlu memperhatikan
kualitas sabun dengan teliti sebelum membeli dan menggunakannya.Pada pembuatan sabun,
bahan dasar yang biasa digunakan adalah :
C12 C18 Jika : < C12 : Iritasi pada kulit> C 20 : Kurang larut (digunakan sebagai campuran).
Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air, dliserin,garam dan impurity
lainnya.Semua minyak atau lemak pada dasarnya dapatdigunakan untuk membuat sabun. Lemak
dan minyak nabati merupakan dua tipeester. Lemak merupakan campuran ester yang dibuat dari
alcohol dan asamkarboksilat seperti asam stearat, asam oleat dan asam palmitat. Lemak padat
mengandung ester dari gliserol dan asam palmitat, sedangkan minyak, seperti minyak zaitun
mengandung ester dari gliserol asam oleat.Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang
pernah dikenal. Sabun sendiri tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari
pengembangan campuran antara senyawa alkali dan lemak/minyak
Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung.
Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan
pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari
nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses
pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan
pewarna.

2.2 Macam Macam Sabun


a. Shaving Cream
Shaving Cream disebut juga dengan sabun Kalium. Bahan dasarnya adalah campuran
minyak kelapa dengan asam stearat dengan perbandingan 2:1.
b. Sabun Cair
Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan minyak jarak serta
menggunakan alkali (KOH). Untuk meningkatkan kejerniha nsabun, dapat ditambahkan gliserin
atau alcohol.
c.

Sabun kesehatan
Sabun kesehatan pada dasarnya merupakan sabun mandi dengan kadar parfumyang
rendah, tetapi mengandung bahan-bahan antiseptic dan bebas dari bakteriadiktif. Bahan-bahan
yang digunakan dalam sabun ini adalah tri-salisil anilida,tri-klor carbanilyda, irgassan Dp300 dan
sulfur.

d. Sabun Chip
Pembutan sabun chip tergantung pada tujuan konsumen didalammenggunakan sabun
yaitu sebagai sabun cuci atau sabun mandi dengan beberapa pilihan komposisi tertentu. Sabun
chip dapat dibuat dengan berbagaicara yaitu melalui pengeringan, atau menggiling atau
menghancurkan sabunyang berbentuk batangan.
e.

Sabun Bubuk untuk mecuci


Sabun

bubuk

dapat

diproduksi

melalui

dry-mixing .

Sabun

bubuk

mengandung bermacam-macam komponen seperti sabun, sodasah, sodium metaksilat,sodium


karbonat, sodium sulfat, dan lain-lain.
2.3 Macam Macam Sabun Berdasarkan Ion Yang Dikandungnya
a) Cationic Sabun
Sabun yang memiliki kutub positif disebut sebagai kationic detergents.Sebagai tambahan
selain adalah bahan pencuci yang bersih, mereka juga mengandung sifat antikuman yang
membuat mereka banyak digunakan padarumah sakit. Kebanyakan sabun jenis ini adalah turunan
dari ammonia.
b) Anionic Sabun
Sabun jenis ini adalah merupakan sabun yang memiliki gugus ion negatif.
c) Neutral atau Non Ionic Sabun

Nonionic sabun banyak digunakan untuk keprluan pencucian piring. Karenasabun jenis
ini tidak memiliki adanya gugus ion apapun, sabun jenis ini tidak beraksi dengan ion yang
terdapat dalam air sadah. Nonionic sabun kurangmengeluarkan busa dibandingkan dengan ionic
sabun.
2.4 Bahan Baku Utama Pembuatan Sabun
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida
dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengangliserol. Masing masing
lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang antara
C12(asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak
jenuh. Campuran trigliserida diolah menjadisabun melalui proses saponifikasi dengan larutan
natrium hidroksida membebaskan gliserol. Sifat sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh
jumlah dan komposisi darikomponen asam asam lemak yang digunakan. Komposisi asam asam
lemak yangsesuai dalam pembuatan sabun dibatasi panjang rantyai dan tingkat kejenuhan.
Padaumumnya, panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaanya karena
dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18atom karbon
membentuk sabun yang sukar larut dan sulit menimbulkan busa. Terlalu besar bagian asam asam
lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang mudah teroksidasi bila terkena udara. Alasan alasan
diatas, factor ekonomis, dan daya jual menyebabkan lemak dan minyak yang dibuat menjadi
sabun terbatas.Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya
lebihrendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun yang
dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada temperatur tinggi.
Jenis-jenis Minyak atau Lemak Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses
pembuatan sabunharus dibatasi karena berbagai alasan, seperti : kelayakan ekonomi, spesifikasi
produk (sabun tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan lainlain.Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses pembuatan sabundi
antaranya :
Tallow
Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan daging
sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna,titer (temperatur solidifikasi

dari asam lemak), kandungan FFA, bilangan saponifikasi,dan bilangan iodin. Tallow dengan
kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan kualitas
rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak yang paling
banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer
padatallow umumnya di atas 40C. Tallow dengan titer di bawah 40C dikenal dengannama
grease.
Lard
Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asamlemak tak jenuh
seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35 ~40%). Jika digunakan sebagai
pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi ketidak
jenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih dan mudah berbusa.
Palm Oil (minyak kelapa sawit)
Minyak kelapa sawit umumnya digunakansebagai pengganti tallow. Minyak kelapa sawit
dapat diperoleh dari pemasakan buahkelapa sawit. Minyak kelapa sawit berwarna jingga
kemerahan karena adanyakandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai
bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100%
minyak kelapa sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan
sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit harusdicampur dengan bahan
lainnya.
Coconut Oil (minyak kelapa)
Minyak kelapa merupakan minyak nabati yangsering digunakan dalam industri
pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging
buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang
tinggi, terutama asam laurat,sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan
bau tengik.Minyak kelapa juga memiliki kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat.
Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit)
Minyak inti kelapa sawitdiperoleh dari biji kelapa sawit. Minyak inti sawit memiliki
kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai
pengganti minyak kelapa. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh
lebihtinggi dan asam lemak rantai pendek lebih rendah daripada minyak kelapa.

Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin)


Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi asam-asam lemak dari
minyak sawit dengan pelarut aseton dan heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak
ini adalahstearin.
Marine Oil
Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marineoil memiliki kandungan
asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu
sebelum digunakan sebagai bahan baku.
Castor Oil (minyak jarak)
Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan untuk membuat sabun transparan.
Olive oil (minyak zaitun)
Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas tinggi
memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras
tapi lembut bagi kulit.
Campuran minyak dan lemak
Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari campuran minyak
dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur dengan tallow karena memiliki sifat
yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat dan miristat yang
tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan stearat dan dan palmitat
yang tinggi dari tallow akan memperkeras struktur sabun.
Bahan Baku Utama : Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH,KOH,
Na2,CO3, NH4,OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengansoda kaustik
dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun
keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut
dalam air. Na2,CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat
menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).
Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebutdapat digunakan
untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan sangat mudah larut dalam air,
mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air.

Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifatmudah
berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun industridan deterjen, bukan
sebagai sabun rumah tangga. Pencampuran alkali yang berbedasering dilakukan oleh industri
sabun dengan tujuan untuk mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.
2.5 Bahan Bahan Pendukung Pembuatan Sabun
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun hasil
saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabunmenjadi produk yang
siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif.
a. NaCl
NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl
pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi didalam sabun dapat
memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau
padatan (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak
mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan
mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang
berkualitas.
b. Bahan aditif
Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang bertujuan
untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen.Bahan-bahan aditif
tersebut antara lain : Builders, Fillers inert, Anti oksidan,Pewarna,dan parfum
c. Builders (Bahan Penguat)
Builders digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikatmineral mineral
yang terlarut pada air, sehingga bahan bahan lain yang berfungsi untuk mengikat lemak dan
membasahi

permukaan

dapat berkonsentrasi

pada

fungsi

utamanya.

Builder

juga

membantumenciptakan kondisi keasaman yang tepat agar proses pembersihan dapat berlangsung
lebih baik serta membantu mendispersikan danmensuspensikan kotoran yang telah lepas. Yang
sering digunakan sebagai builder adalah senyawa senyawa kompleks fosfat, natrium sitrat,
natriumkarbonat, natrium silikat atau zeolit.
d. Pewarna

Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna kepada sabun. Ini ditujukan agar
memberikan efek yang menarik bagi konsumen untuk mencoba sabun ataupun membeli sabun
dengan warna yang menarik. Biasanya warnawarna sabun itu terdiri dari warna merah, putih,
hijau maupun orange.
e. Parfum
Parfum termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum memegang peranan besar
dalam hal keterkaitan konsumen akan produk sabun.Artinya, walaupun secara kualitas sabun
yang ditawarkan bagus, tetapi bilasalah memberi parfum akan berakibat fatal dalam
penjualannya. Parfumuntuk sabun berbentuk cairan berwarna kekuning kuningan dengan
berat jenis 0,9. Dalam perhitungan, berat parfum dalam gram (g) dapatdikonversikan ke mililiter.
Sebagai patokan 1 g parfum = 1,1ml. Padadasarnya, jenis parfum untuk sabun dapat dibagi ke
dalam dua jenis, yaitu parfum umum dan parfum ekslusif. Parfum umum mempunyai aroma
yangsudah dikenal umum di masyarakat seperti aroma mawar dan aromakenanga. Pada
umumnya, produsen sabun menggunakan jenis parfum yangekslusif. Artinya, aroma dari parfum
tersebut sangat khas dan tidak ada produsen lain yang menggunakannya. Kekhasan parfum
ekslusif inidiimbangi dengan harganya yang lebih mahal dari jenis parfum umum.Beberapa nama
parfum yang digunakan dalam pembuatan sabundiantaranya bouquct deep water, alpine,
dan spring flower.
2.6 Karakteristik Memilih Bahan Baku Sabun
Ada beberapa karaktersitik yang perlu diperhatikan dalam memilih bahandasar sabun
antara lain:
Warna
Lemak dan minyak yang berwarna terang merupakan minyak yang bagusuntuk
digunakan sebagai bahan pembuatan sabun.
Angka Saponifikasi
Angka Saponifikasi adalah angka yang terdapat pada milligram kalimhidroksida yang
digunakan dalam proses saponifikasi sempurna pada satugram minyak. Angka saponifikasi
digunakan untuk menghitung alkali yang dibutuhkan dalam saponifikasi secara sempurna pada
lemak atau minyak.

Bilangan Iod
Bilangan iod digunakan untuk menghitung katidakjenuhan minyak atau lemak,semakin
besar angka iod, maka asam lemak tersebut semakin tidak jenuh. Dalam pencampurannya,
bilangan iod menjadi sangat penting yaitu untuk mengidentifikasi ketahanan sabun pada suhu
tertentu.
2.7 Sifat Sifat Sabun
a) Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akandihidrolisis parsial oleh
air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.CH 3(CH2)16 COONa + H2O CH3(CH2)16
COOH + OHb) Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwaini tidak akan
terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-garam Mg
atau Ca dalam air mengendap.CH3(CH2)16 COONa + CaSO4 Na2 SO4 + Ca(CH3 (CH2 )16 COO)2
c) Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimiakoloid, sabun (garam
natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencucikotoran yang bersifat polar maupun non
polar, karena sabun mempunyaigugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai rantai
hydrogenCH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak sukaair) dan
larut dalam zat organic sedangkan COONa + sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan
larut dalam air.Non polar : CH3(CH2)16 (larut dalam minyak, hidrofobik dan juga memisahkan
kotoran non polar)Polar : COONa+ (larut dalam air, hidrofilik dan juga memisahkan
kotoran polar).

Sabun

didalam

air

menghasilkan

busa

yang

akan

menurunkan

tegangan permukaan sehingga aii kain sehingga kain menjadi bersih. meresap lebih cepat ke
permukaan

kain.-Molekul

sabun

akan

mengelilingi

kotoran

dengan

ekornya

dan

mengikatmolekul kotoran. Proses ini disebut emulsifikasi karena antara molekulkotoran dan
molekul sabun membentuk suatu emulsi.-Sedangkan bagian kepala molekul sabun didalam air
pada saat pembilasan menarik molekul kotoran keluar dari kain sehingga kain menjadi bersih.
2.8 Metoda Metoda Pembuatan Sabun
Pada proses pembuatan sabun ini digunakan metode metode untuk menghasilkan sabun
yang berkualitas dan bagus. Untuk menghasilkan sabun itudigunakanlah metode metode, yang
mana metode metode ini memiliki kelebihan kelebihan dan kekurangannya masing masing.
a. Metode Batch

Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atauKOH)
berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garamgaram ditambahkan untuk
mengendapkan sabun. Lapisan air yangmengaundung garam, gliserol dan kelebihan alkali
dikeluarkan dan gliseroldiperoleh lagi dari proses penyulingan. Endapan sabun gubal yang
bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan dengan air dandiendapkan
dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan direbus dengan air secukupnya untuk
mendapatkan campuran halus yang lama-kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan
mengapung. Sabun ini dapat dijuallangsung tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun
industri yangmurah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu apungdalam
pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan diperlukan untuk mengubah sabun gubal menjadi
sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun16 wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun apung
(dengan melarutkan udara didalamnya).
b. Metoda Kontinu
Metoda kontinu biasa dilakukan pada zaman sekarang, lemak atau minyak hidrolisis
dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis seperti sabun seng. Lemak atau
minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu ujung reaktor besar. Asam lemak dan gliserol
yang terbentuk dikeluarkandari ujung yang berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam
inikemudian dinetralkan dengan alkali untuk menjadi sabun.
2.9 Reaksi Saponifikasi
Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Latin sapon, = sabundan fy
adalah akhiran yang berarti membuat). Bangsa Romawi kuno mulai membuatsabun sejak 2300
tahun yang lalu dengan memanaskan campuran lemak hewandengan abu kayu. Pada abad 16 dan
17 di Eropa sabun hanya digunakan dalam bidang pengobatan. Barulah menjelang abad 19
penggunaan sabun meluas.Reaksi pembuatan sabun adalah sebagai berikut : Seperti yang kita
ketahui, air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O,yaitu molekul yang tersusun atas
dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak
berwarna, tidak berasa dan tidak berbau padakondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar)
and temperatur 273,15 K (0 C).Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air
melarutkan banyak zat kimia.Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat

tersebut menandingikekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara


molekul-molekul air.
Gugus - OH pada alcohol di substitusi oleh atom Cl yang berasal dari asam clorida sehingga
membentuk etil klorida serta air. Reaksi di atas serupa dengan reaksi saponifikasi yang akan di
bahas berikut ini.

Sabun dapat dibuat melalui reaksi substitusi lemak dengan basa kuat seperti yang
diuraikan sebelumnya. Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:
RCOONa yang merupakan garam dari natrium karboksilat dapat menjadi sabun apabila R (gugus
alkil) yang diikat merupakan gugus alkil yang besar seperti C15H31 dan C 16H33. Hal ini terjadi
karena gugus alkil yang besar memiliki sifat nonpolar, tidak seperti gugus alkil berantai pendek
yang lebih bersifat polar. Apabila sabun larut dalam air akan terbentuk ion RCOO- dengan gugus
R yang bersifat nonpolar dan COO- yang bersifat polar. Gugus R yang terbentuk akan mengikat
pengotor yang umumnya berbentuk lemak yang bersifat nonpolar dan selanjutnya pada saat air

dialirkan, air yang bersifat polar akan menarik gugus nonpolar dari sabun dan kotoran sehingga
kotoran tersebut lepas dari tubuh kita. Karena sabun dibuat dari bahan baku alami yang berupa
lemak, limbahnya tidak berbahaya terhadap lingkungan karena mudah diuraikan oleh
mikroorganisme.
Mula-mula reaksi penyabunan berjalan lambat karena minyak dan larutan alkali
merupakan larutan yang tidak saling larut (Immiscible). Setelah terbentuk sabun maka kecepatan
reaksi akan meningkat, sehingga reaksi penyabunan bersifat sebagai reaksi autokatalitik, di mana
pada akhirnya kecepatan reaksi akan menurun lagi karena jumlah minyak yang sudah berkurang.
( Baileys, 1964 ).
Reaksi penyabunan merupakan reaksi eksotermis sehingga harus diperhatikan pada saat
penambahan minyak dan alkali agar tidak terjadi panas yang berlebihan. Pada proses
penyabunan, penambahan larutan alkali (KOH atau NaOH) dilakukan sedikit demi sedikit sambil
diaduk dan dipanasi untuk menghasilkan sabun cair. Untuk membuat proses yang lebih sempurna
dan merata maka pengadukan harus lebih baik. Sabun cair yang diperoleh kemudian diasamkan
untuk melepaskan asam lemaknya (Levenspiel, 1972).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi penyabunan, antara lain:
1. Konsentrasi larutan KOH/NaOH
Konsentrasi basa yang digunakan dihitung berdasarkan stokiometri reaksinya, dimana
penambahan basa harus sedikit berlebih dari minyak agar tersabunnya sempurna. Jika basa yang
digunakan terlalu pekat akan menyebabkan terpecahnya emulsi pada larutan sehingga fasenya
tidak homogen., sedangkan jika basa yang digunakan terlalu encer, maka reaksi akan
membutuhkan waktu yang lebih lama.
2. Suhu (T)
Ditinjau dari segi thermodinamikanya, kenaikan suhu akan menurunkan hasil, hal ini
dapat dilihat dari persamaan Van`t Hoff : RTHdTKd=ln ( 1 )
Karena reaksi penyabunan merupakan reaksi eksotermis (H negatif), maka dengan
kenaikan suhu akan dapat memperkecil harga K (konstanta keseimbangan), tetapi jika ditinjau

dari segi kinetika, kenaikan suhu akan menaikan kecepatan reaksi. Hal ini dapat dilihat dari
persamaan Arhenius berikut ini (Smith 1987) : k = ARTEe ( 2 )
Dalam hubungan ini, k adalah konstanta kecepatan reaksi, A adalah faktor tumbukan, E
adalah energi aktivasi (cal/grmol), T adalah suhu (K), dan R adalah tetapan gas ideal
(cal/grmol.K).
Berdasarkan persamaan tersebut maka dengan adanya kenaikan suhu berarti harga k
(konstanta kecepatan reaksi) bertambah besar. Jadi pada kisaran suhu tertentu, kenaikan suhu
akan mempercepat reaksi, yang artinya menaikan hasil dalam waktu yang lebih cepat. Tetapi jika
kenaikan suhu telah melebihi suhu optimumnya maka akan menyebabkan pengurangan hasil
karena harga konstanta keseimbangan reaksi K akan turun yang berarti reaksi bergeser ke arah
pereaksi atau dengan kata lain hasilnya akan menurun. Turunnya harga konstanta keseimbangan
reaksi oleh naiknya suhu merupakan akibat dari reaksi penyabunan yang bersifat eksotermis
(Levenspiel, 1972).
3. Pengadukan
Pengadukan dilakukan untuk memperbesar probabilitas tumbukan molekul-molekul
reaktan yang bereaksi. Jika tumbukan antar molekul reaktan semakin besar, maka kemungkinan
terjadinya reaksi semakin besar pula. Hal ini sesuai dengan persamaan Arhenius dimana
konstanta kecepatan reaksi k akan semakin besar dengan semakin sering terjadinya tumbukan
yang disimbolkan dengan konstanta A (Levenspiel, 1987).
4. Waktu
Semakin lama waktu reaksi menyebabkan semakin banyak pula minyak yang dapat
tersabunkan, berarti hasil yang didapat juga semakin tinggi, tetapi jika reaksi telah mencapai
kondisi setimbangnya, penambahan waktu tidak akan meningkatkan jumlah minyak yang
2.10 Pembuatan Sabun Dalam Industri
Saponifikasi Lemak Netral
Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan tidak mudah
bercampur. Reaksi saponifikasi dapat mengkatalisis dengan sendirinya padakondisi tertentu
dimana pembentukan produk sabun mempengaruhi proses emulsikedua reaktan tadi,
menyebabkan suatu percepatan pada kecepatan reaksi. Jumlahalkali yang dibutuhkan untuk
mengubah paduan trigliserida menjadi sabun dapatdihitung berdasarkan persamaan berikut
:Trigliserida + 3NaOH 3RCOONa + Gliserin NaOH = [SV x 0,000713] x 100/ NaOH (%) [SV /

1000] x [MV (NaOH)/MV(KOH)Dimana SV adalah angka penyabunan dan MV adalah berat


molekul. Komponen penting pada sistem ini mencakup pompa berpotongan untuk memasukkan
kuantitas komponen reaksi yang benar ke dalam reaktor autoclave,yangt beroperasi pada
temperatur dan tekanan yang sesuai dengan kondisi reaksi.Campuran saponifikasi disirkulasi
kembali dengan autoclave. Temperatur campurantersebut diturunkan pada mixer pendingin,
kemudian dipompakan ke separator statisuntuk memisahkan sabun yang tidak tercuci dengan
larutan alkali yang digunakan.Sabun tersebut kemudian dicuci dengan larutan alkali pencuci
dikolam pencuci untuk memisahkan gliserin (sebagai larutan alkali yang digunakan) dari sabun.
Separator sentrifusi memisahkan sisa sisa larutan alkali dari sabun. Sabun murni (60-63 %TFM)
dinetralisasi dan dialirkan ke vakum spray dryer untuk menghasilkan sabundalam bentuk butiran
(78-83 % TFM)yang siap untuk diproses menjadi produk akhir.
Pengeringan Sabun
Sabun banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi (sabun murni) yangumumnya
dikeringkan dengan vakum spray dryer. Kandungan air pada sabundikurangi dari 30-35% pada
sabun murni menjadi 8-18% pada sabun butiran ataulempengan. Jenis jenis vakum spray dryer ,
dari sistem tunggal hingga multi sistem,semuanya dapat digunakan pada berbagai proses
pembuatan sabun. Operasi vakum spray dryer sistem tunggal meliputi pemompaan sabun murni
melalui pipaheat exchanger dimana sabun dipanaskan dengan uap yang mengalir pada bagian
luar pipa. Sabun yang sudah dikeringkan dan didinginkan tersimpan pada dinding ruang
vakumdan dipindahkan dengan alat pengerik sehingga jatuh di plodder, yang mengubah sabun ke
bentuk lonjong panjang atau butiran. Dryer dengan mulai memperkenalkan proses pengeringan
sabun yang lebih luas dan lebih efisien daripadadryer sistemtunggal.
Netralisasi Asam Lemak
Reaksi asam basa antara asam dengan alkali untuk menghasilkan sabun berlangsung lebih
cepat daripada reaksi trigliserida dengan alkali.RCOOH + NaOH RCOONa + H2O Jumlah alkali
(NaOH) yang dibutuhkan untuk menetralisasi suatu paduanasam lemak dapat dihitung sebagai
berikut : NaOH = {berat asam lemak x 40) / MW asam lemak Berat molekul rata rata suatu
paduan asam lemak dapat dihitung dengan persamaan :MW asam lemak = 56,1 x 1000/
AVDimana AV (angka asam asam lemak paduan) = mg KOH yang dibutuhkanuntuk
menetralisasi 1 gram asam lemak Operasi sistem ini meliputi pemompaan reaktan melalui
pemanasan terlebih dihulu menuju turbodisperser dimana interaksi reaktan reaktan tersebut

mengawali pembentukan sabun murni. Sabun tersebut, yang direaksikan sebagian pada tahap
ini,kemudian dialirkan ke mixer dimana sabun tersebut disirkulasi kembali hingga netralisasi
selesai. Penyelesaian proses netralisasi ditentukan oleh suatu pengukuran potensial elektrik (mV)
alkalinitas. Sabun murni kemudian dikeringkan denganvakum spray dryer untuk menghasilkan
sabun butiran yang siap untuk diolah menjadi sabun batangan.
Penyempurnaan Sabun
Dalam pembuatan produk sabun batangan, sabun butiran dicampurkan dengan zat
pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya ke dalammixer (analgamator). Campuransabun ini
klemudian diteruskan untuk digiling untuk mengubah campuran tersebur menjadi suatu produk
yang homogen. Produk tersebut kemudian dilanjutkan ke tahap pemotongan. Sebuah alat
pemotong dengan mata pisau memotong sabun tersebut menjadi potongan potongan terpisah
yang dicetak melalui proses penekanan menjadisabun batangan sesuai dengan ukuran dan bentuk
yang diinginkan. Proses pembungkusan, pengemasan, dan penyusunan sabun batangan
merupakan tahap akhir.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat
Kaleng Susu
Pembakar Bunsen
Tungku ( Kaki 3)
Gelas Ukur
Gelas Beker
Timbangan
Cetakan
Batang Pengaduk
Sendok

Bahan
Minyak Sayur (Kemasan)
NaOH
Air
Pewarna Bubuk
Parfume

3.2 Cara Kerja


1. Ukurlah minyak menggunakan gelas ukur sebanyak 35 ml,
2. Timbanglah NaOH sebanyak 15 mg
3. Tambahkan 50 ml air kedalam NaOH dan aduk hingga rata,
4. Masukkan minyak kedalam kaleng susu dan panaskan minyak diatas pembakar bunsen sambil
diaduk-aduk,
5. Setelah minyak mendidih kemudian masukkan larutan NHCL kedalam minyak tersebut secara
perlahan sambil diaduk-aduk terus,
6. Kemudian jika minyak yang sudah dicampur tersebut mendidih, masukkan pewarna dan farfume
secukupnya,
7. Aduk terus hingga warnanya menjadi lebih tua dan larutan mengental,
8. Setelah larutan mengental akan terbentuk gliserol, buang terlebih dahulu gliserol kemudian
masukan kedalam cetakan,
9. Letakkan ditempat yang aman, biarkan selama beberapa hari hingga larutan tersebut mengeras
menjadi sabun.

3.3 Hasil Pratikum


Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida
dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengangliserol. Masing masing
lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang antara

C12(asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak
jenuh. Campuran trigliserida diolah menjadisabun melalui proses saponifikasi dengan larutan
natrium hidroksida membebaskan gliserol. Sifat sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh
jumlah dan komposisi darikomponen asam asam lemak yang digunakan. Komposisi asam asam
lemak yangsesuai dalam pembuatan sabun dibatasi panjang rantyai dan tingkat kejenuhan.
Padaumumnya, panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaanyakarena
dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18atom karbon
membentuk sabun yang sukar larut dan sulit menimbulkan busa. Terlalu besar bagian asam asam
lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang mudah teroksidasi bila terkena udara.
RCOONa yang merupakan garam dari natrium karboksilat dapat menjadi sabun apabila R
(gugus alkil) yang diikat merupakan gugus alkil yang besar seperti C 15H31 dan C 16H33. Hal ini
terjadi karena gugus alkil yang besar memiliki sifat nonpolar, tidak seperti gugus alkil berantai
pendek yang lebih bersifat polar. Apabila sabun larut dalam air akan terbentuk ion RCOOdengan gugus R yang bersifat nonpolar dan COO- yang bersifat polar. Gugus R yang terbentuk
akan mengikat pengotor yang umumnya berbentuk lemak yang bersifat nonpolar dan selanjutnya
pada saat air dialirkan, air yang bersifat polar akan menarik gugus nonpolar dari sabun dan
kotoran sehingga kotoran tersebut lepas dari tubuh kita. Karena sabun dibuat dari bahan baku
alami yang berupa lemak, limbahnya tidak berbahaya terhadap lingkungan karena mudah
diuraikan oleh mikroorganisme.
Mula-mula reaksi penyabunan berjalan lambat karena minyak dan larutan alkali
merupakan larutan yang tidak saling larut (Immiscible). Setelah terbentuk sabun maka kecepatan
reaksi akan meningkat, sehingga reaksi penyabunan bersifat sebagai reaksi autokatalitik, di mana
pada akhirnya kecepatan reaksi akan menurun lagi karena jumlah minyak yang sudah berkurang.
( Baileys, 1964 ).

Reaksi penyabunan merupakan reaksi eksotermis sehingga harus diperhatikan pada saat
penambahan minyak dan alkali agar tidak terjadi panas yang berlebihan. Pada proses
penyabunan, penambahan larutan alkali (KOH atau NaOH) dilakukan sedikit demi sedikit sambil
diaduk dan dipanasi untuk menghasilkan sabun. Untuk membuat proses yang lebih sempurna dan
merata maka pengadukan harus lebih baik. Sabun yang diperoleh kemudian diasamkan untuk
melepaskan asam lemaknya (Levenspiel, 1972).

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida dengan
tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengangliserol.
Mula-mula reaksi penyabunan berjalan lambat karena minyak dan larutan alkali merupakan
larutan yang tidak saling larut (Immiscible). Setelah terbentuk sabun maka kecepatan reaksi akan
meningkat, sehingga reaksi penyabunan bersifat sebagai reaksi autokatalitik, di mana pada
akhirnya kecepatan reaksi akan menurun lagi karena jumlah minyak yang sudah berkurang.
Masing masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang
antara C12(asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga dengan
lemak tak jenuh.
Campuran trigliserida diolah menjadisabun melalui proses saponifikasi dengan larutan natrium
hidroksida membebaskangliserol
4.2 Saran
Saat melakukan pemanasan minyak hendaknya api diperhatikan, suhu harus tetap dijaga agar
hasilnya bagus
Saat gliserol terbentuk, buanglah gliserol-gliserol tersebut agar tidak terlalu banyak gliserol
Saat menambahkan pewarna dan pewangi jangan menggunakan terlalu banyak air, lebih baik
menggunakan pewarna bubuk agar tidak mengandung terlalu banyak air

DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/26616864/Laporan-Praktikum-Pembuatan-Sabun
http://yprawira.wordpress.com/reaksi-saponifikasi-pada-proses-pembuatan-sabun/
http://eprints.undip.ac.id/3662/1/makalah_seminar_soda_Q_pdf.pdf
Diposkan oleh Erniie Uswannaa di 02.55
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Reaksi:
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Link ke posting ini
Buat sebuah Link
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut
Arsip Blog

2015 (3)

2014 (5)

2013 (13)

2012 (3)
o Maret (3)

laporan pratikum kimia membuat sabun

movie review of new moon

kultur jaringan

2011 (2)

Mengenai Saya

Erniie Uswannaa
Lihat profil lengkapku

Entri Populer

laporan pratikum kimia membuat sabun


LAPORAN PRATIKUM KIMIA Membuat Sabun Disusun Oleh Herni
Uswatun Hasanah ...

MAKALAH PENGARUH CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN KACANG


HIJAU
PENGARUH CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN KACANG HIJAU
(Vigna radita) ...

kultur jaringan
KULTUR JARINGAN Guru Pembimbing R...

makalh tentang siak


MAKALAH Disusun Oleh Herni Uswatun Hasanah SMA Negeri 9 Siak Kecamatan
Lubu...

movie review of new moon


Movie Review New Moon Group Name Eka Herpina Herni Uswatun Hasanah
Masda...

Temanku
kenalin dulu dong, we herni uswatun hasanah, biasanya sih dipanggil herni, erni,
parahnya atun.... we berasal dari Riau Sekarang we kuliah...

goresan pagi ini

hidup ini bukan untuk disessali teman hidup harus terus dijalani dan terus perbaiki
penyesalan hanya akan menjadi batu penghakang menuju k...

?
Saat sebuah pohin telah berbuah lalu buahnya jatuh ke bumi Lalu bersemi menjadi
tumbuhan baru Maka saat itu pula ia bukan lah lagi buah B...

Buaian Dunia
Indahnya dunia mampu dirasa, pedihnya derita pernah di terima... Mampu di cerna
asal mulanya serta solusinya Namun siapa yang mampu mendug...

Seputar Wanita
yang sering terjadi pada seorang wanita pastilah mempertanyakan "kenapa masih
memilih aku walaupun tahu bahwa aku ini tidaklah sebaik y...

Вам также может понравиться