Вы находитесь на странице: 1из 33

BAB III

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


3.1

Pengumpulan Data

3.1.1

Data Waktu Pengerjaan


Pengukuran waktu kerja Pada praktkum modul 1 ini berpatokan terhadap

pengukuran waktu dengan menggunakan metode jam henti yang merupakan


metode yang dominan digunakan pada praktikum ini, dalam metode ini kita
melihat waktu set-up yang merupakan kondisi waktu persiapan sebelum
melakukan aktivitas kerja dan juga waktu proses disaat melakukan kegiatan
operasi dalam suatu elemen pekerjaa. adapun pengumpulan data waktu pengerjaan
yang kami dapatkan sebagai berikut.
3.1.1.1 Data Waktu Set-Up
Stasiun I
a. Operator 1
Komponen

Badan
Pesawat

Sayap 1

Sayap 2

Tabel 3.1 Pengukuran Waktu Stasiun 1 Operator 1


Elemen Kegiatan
1. Mengambil dan membawa bahan dari gudang ke
stasiun 1
2. Mengambil pensil, mistar dan gergaji
3. Memasang benda kerja ke ragum
4. Melepas benda kerja dari ragum
5. Memasang benda kerja ke ragum
6. Melepas benda kerja dari ragum
7. Memasang benda kerja ke ragum
8. Melepas benda kerja dari ragum
9. Memasang benda kerja ke ragum
10. Melepas benda kerja dari ragum
11. Memasang benda kerja ke ragum
12. Melepas benda kerja dari ragum
1. Memasang benda kerja ke ragum
2. Melepas benda kerja dari ragum
3. Memasang benda kerja ke ragum
4. Melepas benda kerja dari ragum
5. Memasang benda kerja ke ragum
6. Melepas benda kerja dari ragum
1. Memasang benda kerja ke ragum
2. Melepas benda kerja dari ragum
3. Memasang benda kerja ke ragum
4. Melepas benda kerja dari ragum
5. Memasang benda kerja ke ragum
6. Melepas benda kerja dari ragum

Sumber: Pengumpulan data manual Lab. PSK & E 2015

Waktu Set Up
14.04
16.54
04.46
01.03
01.43
01.59
02.01
01.07
01.39
02.30
02.49
02.50
02.27
03.01
01.82
02.11
03.11
01.59
02.19
02.10
02.26
01.59
02.07
02.26

b. Operator 2
Komponen
Pasak
Penyangga
Alas
Bawah
Alas
Atas

Ekor
Pesawat

Tabel 3.2 Pengukuran Waktu Stasiun 1 Operator 2


Elemen Kegiatan
1. Memasang benda kerja ke ragum
2. Melepas benda kerja dari ragum
1. Memasang benda kerja ke ragum
2. Melepas benda kerja dari ragum
1. Memasang benda kerja ke ragum
2. Melepas benda kerja dari ragum
1. Memasang benda kerja ke ragum
2. Melepas benda kerja dari ragum
3. Memasang benda kerja ke ragum
4. Melepas benda kerja dari ragum
5. Memasang benda kerja ke ragum
6. Melepas benda kerja dari ragum

Waktu Set Up
08.00
02.74
08.00
06.36
03.05
03.47
07.73
03.16
03.17
03.76
02.22
01.61

Sumber: Pengumpulan data manual Lab. PSK & E 2015

2. Stasiun II
Komponen

Badan
Pesawat

Pasak
Penyangga

Alas
Atas

Tabel 3.3 Pengukuran Waktu Stasiun II


Elemen Kegiatan
1. Memasang kepala lepas
2. Memasang mata bor
3. Menjangkau bahan
4. Memasang ragum
5. Memposisikan benda kerja
6. Mengidupkan mesin
7. Mematikan mesin
8. Melepas benda kerja
9. Membuka mata bor
10. Membuka kepala lepas
1. Memasang kepala lepas
2. Memasang mata bor
3. Menjangkau bahan
4. Memasang ragum
5. Memposisikan benda kerja
6. Mengidupkan mesin
7. Mematikan mesin
8. Melepas benda kerja
9. Membuka mata bor
10. Membuka kepala lepas
1. Memasang kepala lepas
2. Memasang mata bor
3. Menjangkau bahan
4. Memasang ragum
5. Memposisikan benda kerja
6. Mengidupkan mesin
7. Mematikan mesin
8. Melepas benda kerja
9. Membuka mata bor
10. Membuka kepala lepas

Sumber: Pengumpulan data manual Lab. PSK & E 2015

Waktu Set Up
05.54
15.78
00.85
03.70
02.57
00.97
00.59
02.38
06.37
11.60
01.58
11.89
00.67
03.02
04.44
00.97
00.83
01.50
06.30
03.34
05.53
10.52
00.91
04.03
02.38
00.66
00.89
01.15
05.58
03.65

Komponen

Alas
Bawah

Tabel 3.3 Pengukuran Waktu Stasiun II(Lanjutan)


Elemen Kegiatan
1. Memasang kepala lepas
2. Memasang mata bor
3. Menjangkau bahan
4. Memasang ragum
5. Memposisikan benda kerja
6. Mengidupkan mesin
7. Mematikan mesin
8. Melepas benda kerja
9. Membuka mata bor
10. Membuka kepala lepas

Waktu Set Up
04.37
10.45
00.32
01.27
02.15
00.64
00.80
01.08
04.47
03.27

Sumber: Pengumpulan data manual Lab. PSK & E 2015

3. Stasiun III
a. Bubut
Komponen

Pasak
Penyangga

Tabel 3.4 Pengukuran Waktu Stasiun III (Bubut)


Elemen Kegiatan
1. Mengambil mata pahat
2. Mengambil pengunci
3. Mengambil toolpost
4. Membuka kuncin
5. Memasang mata pahat
6. Menjangkau benda kerja
7. Memasang benda kerja ke ragum
8. Memposisikan benda kerja
9. Menghidupkan mesin
10. Mematikan mesin
11. Melepas benda kerja
12. Melepas mata pahat

Waktu Set Up
20.42
14.31
22.03
04.30
01.13
00.45
19.48
19.92
02.57
01.93
04.56
12.20

Sumber: Pengumpulan data manual Lab. PSK & E 2015

b. Gerinda

1.
2.

Tabel 3.4 Pengukuran Waktu Stasiun III (Gerinda)


Elemen Kegiatan
Waktu Set Up
Menghidupkan mesin
01.02
Mematikan mesin
01.00

Sumber: Pengumpulan data manual Lab. PSK & E 2015

4. Stasiun IV
a. Pengamplasan
Tabel 3.5 Pengukuran Waktu Stasiun IV (Pengamplasan)
Elemen Kegiatan
Waktu Set Up
Mengambil Amplas dari gudang
13.07
Sumber: Pengumpulan data manual Lab. PSK & E 2015

b. Perakitan
Tabel 3.6 Pengukuran Waktu Stasiun IV (Perakitan)
Elemen Kegiatan
Waktu Set Up
Mengambil dan membawa lem dan kuas dari gudang
12.53
Sumber: Pengumpulan data manual Lab. PSK & E 2015

c. Pengecatan
Tabel 3.7 Pengukuran Waktu Stasiun IV (Perakitan)
Elemen Kegiatan
Waktu Set Up
Mengambil dan membawa kuas dan cat dari gudang
11.89
Sumber: Pengumpulan data manual Lab. PSK & E 2015

3.1.1.2 Data Waktu Proses


1. Stasiun I
a. Operator 1
Komponen

Badan
Pesawat

Sayap 1

Tabel 3.8 Pengukuran Waktu Stasiun I Operator 1


Elemen Kegiatan
1. Ukur dan tandai untuk dipotong
2. Dipotong
3. Ukur dan tandai untuk kepala depan
4. Dipotong
5. Ukur dan tandai untuk kepala belakang
6. Dipotong
7. Ukur dan tandai untuk sayap
8. Dipotong
9. Ukur dan tandai untuk ekor pesawat
10. Dipotong
11. Ukur dan tandai untuk tiang penyanggah didrill
1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.

Sayap 2

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Ukur dan tandai untuk dipotong


Dipotong
Ukur dan tandai untuk pembentukan depan sayap
Dipotong
Ukur dan tandai untuk penyatuan sayap
Dipotong
Ukur dan tandai untuk pembentukan bagian belakang
sayap
Ukur dan tandai untuk dipotong
Dipotong
Ukur dan tandai untuk pembentukan depan sayap
Dipotong
Ukur dan tandai untuk penyatuan sayap
Dipotong
Ukur dan tandai untuk pembentukan bagian belakang
sayap

Sumber: Pengumpulan data manual Lab. PSK & E 2015

Waktu Proses
12.84
06.35
12.73
06.28
12.58
06.20
13.03
06.11
12.77
05.00
11.59
54.47
13.40
17.81
13.88
25.04
17.68
22.02
39.07
13.29
25.06
18.46
19.72
18.63
19.49

b. Operator 2
Tabel 3.9 Pengukuran Waktu Stasiun I Operator 2
Komponen

Waktu
Proses
19.57
28.5
06.16
03.14
21.16
43.77
25.09
23.52
15.31
27.09

Elemen Kegiatan
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.

Pasak
Penyangga
Alasan Bawah
Alasan Atas

Ekor
Pesawat

4.
5.
6.
7.

Ukur dan tandai untuk dipotong


Dipotong
Ukur dan tandai untuk didrill
Ukur dan tandai untuk dibubut
Ukur dan tandai untuk dipotong
Dipotong
Ukur dan tandai untuk didrill
Ukur dan tandai untuk dipotong
Dipotong
Ukur dan tandai untuk didrill
Ukur dan tandai untuk dipotong
Dipotong
Ukur dan tandai untuk pembentukan depan ekor
pesawat
Dipotong
Ukur dan tandai untuk pembetukan belakang
ekor pesawat
Ukur dan tandai untuk tempat penyatuan ekor
dengan badan pesawat
Dipotong

41.83
13.09
17.43
29.63
22.69
21.79
54.48

Sumber: Pengumpulan data manual Lab. PSK & E 2015

2. Stasiun II
Komponen
Badan
Pesawat
Pasak
Penyangga

Tabel 3.10 Pengukuran Waktu Stasiun 2 Drilling


Elemen Kegiatan
Waktu Proses

Alasan
Bagian Atas
Alasan
Dasar

Drill Badan Pesawat

35.90

Drill Pasak

02.56.21

Drill Alasan Bawah Bagian Atas

01.10.21

Drill Alasan Bawah Bagian Dasar

01.37.89

Sumber: Pengumpulan data manual Lab. PSK & E 2015

3. Stasiun III
a. Bubut
Komponen
Pasak
Penyangga

Tabel 3.11 Pengukuran Waktu Stasiun 3 (Bubut)


Elemen Kegiatan
Pembubutan

Sumber: Pengumpulan data manual Lab. PSK & E 2015

b. Gerinda

Waktu Proses
06.15.81

Tabel 3.12 Pengukuran Waktu Stasiun 3 (Gerinda)


Elemen Kegiatan
Waktu Proses
1. Penggerindaan badan Pesawat
02.54.54
2. Periksa
3
3. Penggerindaan Sayap
07.45.96
4. Periksa
3
5. Penggerindaan Ekor Pesawat
04.23.78
6. Periksa
3
7. Penggerindaan Alas Bawah Bagian Atas
09.56.90
8. Periksa
3
9. Penggerindaan Alas Bawah Bagian Dasar
11.52.51
10. Periksa
3
Sumber: Pengumpulan data manual Lab. PSK & E 2015

4. Stasiun IV
a. Pengamplasan
Tabel 3.13 Pengukuran Waktu Pengamplasan
Komponen
Waktu Proses
Badan Pesawat
04.08.37
Sayap
04.33.02
Ekor Pesawat
03.34.70
Pasak Penyangga
01.45.23
Alas bawah Bagian Atas
06.56.54
Alas Bawah Bagian Dasar
04.30.31
Tiang Penyangga
02.35.01

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Sumber: Pengumpulan data manual Lab. PSK & E 2015

b. Perakitan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Tabel 3.14 Pengukuran Waktu Perakitan


Komponen
Waktu Proses
01.11.29
Sayap 1 Ke Badan Pesawat
31.80
Sayap 2 Ke Badan Pesawat
27.30
Ekor Pesawat ke Badan Pesawat
18.00
Tiang Penyangga ke Pasak
06.00
Tiang Penyangga + Pasak ke Badan Pesawat
07.00
Alas Atas ke Badan Pesawat
03.00
Alas Bawah ke Badan Pesawat
15.00
Periksa

Sumber: Pengumpulan data manual Lab. PSK & E 2015

c. Pengecatan
Tabel 3.15 Pengukuran Waktu Pengecatan
Elemen Kegiatan

Waktu Proses

Pengecatan

07.38.95

Sumber: Pengumpulan data manual Lab. PSK & E 2015

5. Stasiun V

Tabel 3.16 Pengukuran Waktu QC


Elemen Kegiatan

Waktu Proses

Pemeriksaan Badan Pesawat


Pemeriksaan Sayap1
Pemeriksaan Sayap2
Pemeriksaan Pasak
Pemeriksaan Tiang
Pemeriksaan Ekor Pesawat
Pemeriksaan Alas Atas
Pemeriksaan Alas Bawah

02.34.66
02.17.53
03.05.02
02.52.16
02.37.41
02.13.64
03.01.27
02.47.59

Sumber: Pengumpulan data manual Lab. PSK & E 2015

3.1.2

Lay-Out Existing

3.1.2.1 Dimensi Stasiun


Pada Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi terdapat 4
stasiun kerja yang terdiri dari:
1. Stasiun I
Stasiun I merupakan tempat dilakukannya pengukuran dan pemotongan pada
benda kerja untuk membuat miniatur pesawat, adapun dimensi dari stasiun I
(67x122)cm. Pada praktikum ini stasiun I ini ada 2 orang operator untuk
melakukan proses transformasi dan 2 orang operator melakukan pendataan waktu
kerja untuk masing-masing elemen kegiatan yang dilakukan oleh operator stasiun
I. Hasil dari stasiun I ini berupa komponen badan pesawat, sayap1, sayap2, alas
bawah, alas atas, ekor pesawat dan pasak penyangga.
2. Stasiun II
Stasiun II merupakan tempat dilakukannya drilling pada benda kerja untuk
membuat minatur pesawat, adapun dimensi dari stasiun II (67x122)cm. Pada
praktikum ini stasiun II ini ada 1 orang operator untuk melakukan proses drilling
dan 1 orang operator melakukan pendataan waktu kerja untuk masing-masing
elemen kegiatan yang dilakukan oleh operator stasiun II. Adapun komponen
benda kerja yang akan di drill berupa badan pesawat, alas atas, alas bawah dan
pasak penyangga.
3. Stasiun III
a. Gerinda
Pada stasiun gerinda komponen benda kerja yang melewati proses ini ialah
badan pesawat, sayap1, sayap2, alas atas, alas bawah dan ekor pesawat.
Dimensi stasiun gerinda adalah (67X122)cm.
b. Bubut
Pada stasiun bubut komponen benda kerja yang melewati proses ini ialah
pasak penyangga. Dimensi stasiun gerinda adalah (155x78)cm.
4. Stasiun IV

Pada stasiun IV proses yang dilakukan ialah pengamplasan, perakitan dan


pengecatan yang mana dimensi yang dimiliki oleh stasiun IV adalah
(50x40)cm.
5. Stasiun V
a. QC1

Pada stasiun ini terdapat 2 orang operator yang bertugas melakukan


pengecekan dan pendataan komponen yang cacat, dimensi pada QC1
adalah (50x40)cm.
b. QC2
Pada stasiun ini terdapat 2 orang operator yang bertugas melakukan
pengecekan dan pendataan komponen yang cacat, dimensi pada QC1 adalah
(50x40)cm.

3.1.2.2 Jarak Antara Stasiun


Pada setiap stasiun pembuatan miniatur pesawat memiliki jarak yang
berbeda-beda antara stasiun 1 dengan stasiun lainnya, beberapa stasiun juga
diketahui memiliki meja kerja yang sama,
3.1.2.3 Luas Lantai dan Gang
Luas Lantai
Luas Lantai pada pembuatan miniatur pesawat memiliki dimensi seluas
84.24 m2 dimana luas lantai tersebut terbagi dengan 4 stasiun kerja yaitu stasiun 1
(pengukuran dan pemotongan) seluas ......, stasiun 2 (pegedrillan) seluas ......,
stasiun 3 (Pembubutan dan penggerindaan) seluas ...... dan stasiun 4
(Pengamplasan, Perakitan dan Pengecatan) seluas .......
Luas Gang Antar Stasiun
Pada pembuatan miniatur pesawat terdapat space atau ruang antara stasiun
1 dengan stasiun lainnya, dimana luas gang tersebut dibagi atas masing-masing
stasiun yang ada, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

3.1.3

Stasiun 1 =
Stasiun 2 =
Stasiun 3 =
Stasiun 4 =
Stasiun 5 =

Deskripsi 5s Sekarang

5s digunakan untuk penataan dan pemeliharaan wilayah kerja pada


pembuatan miniatur pesawat pada setiap stasiun yang ada, 5 S tersebut ialah:
A. Stasiun 1
1. (Seiri) berarti memilih, dimana seiri adalah suatu kegiatan menyingkirkan barang
yang tidak diperlukan pada stasiun kerja yang ada.
Keadaan sekarang
Tata letak peralatan dan bahan baku yang ada pada stasiun I ini terlihat
berantakan, sehingga operator menjadi bingung untuk mengambil peralatan dan
bahan baku yang digunakan atau tidak digunakan. Pada stasiun I ini terdapat kain
perca dan sisa pemotongan yang tidak digunakan.
Keadaan Usulan
Adapun kondisi usulannya ialah memisahkan peralatan yang tidak diperlukan
yaitu kain perca dan sisa pemotongan dengan peralatan dan material.
2. (Seiton) berarti merapikan, agar tata letak tertata rapi sehingga operator bisa
menemukan barang yang diperlukan dengan mudah.
Kondisi sekarang
Dimana tata letak peralatan dan bahan baku masih belum disusun atau
dikelompokkan dengan rapi, sehingga membuang waktu dalam proses pemilihan
peralatan dan material.
Kondisi Usulan
Diharapkan ke depan tata letak ataupun material ditata atau dikelompokkan
sesuai dengan tempatnya, sehingga lebih memudahkan operator dalam
menemukan peralatan atau material yang dibutuhkan.
3. (Seiso) membersihkan, merupakan kegiatan membersihkan peralatan dan daerah
kerja sehingga segala peralatan kerja tetap terjaga dalam kondisi yang baik.

Kondisi sekarang
Dapat kita lihat kondisi yang terjadi pada saat mengerjakan miniatur
pesawat sudah bagus.
4. (Seiketsu) standarisasi, merupakan langkah sesudah seiri, seiton dan seiso
penjagaan lingkungan yang rapi dan bersih menjadi suatu standar kerja.
Kondisi sekarang
Pada kondisi saat ini stasiun I sudah mempunyai Standar Operasi Prosedur (SOP)
namun operator belum memahami SOP yang sudah ditentukan.
Kondisi Usulan
Seharusnya operator lebih memahami SOP dan diberikan pelatihan sebelum
dilakukan proses pengerjaan sehingga hasil pekerjaan lebih baik.
5. (Shetsuke) rajin, yaitu pemeliharaan kedisiplinan pribadi masing-masing pekerja
dalam menjalankan seluruh tahap 5S.

Kondisi Sekarang
Operator belum sepenuhnya mampu menerapkan kedisiplinan baik secara
pribadi maupun di dalam pekerjaannya.
Kondisi Usulan
Operator diberikan sosialisasi sebelum melakukan pekerjaan agar mampu
menerapkan kedisiplinan dalam pekerjaannya.
B. Stasiun 2
1. (Seiri) berarti memilih, dimana seiri adalah suatu kegiatan menyingkirkan barang
yang tidak diperlukan pada stasiun kerja yang ada.
Keadaan sekarang
Tata letak peralatan dan komponen yang ada pada stasiun II ini cukup baik yang
memudahkan operator.
2. (Seiton) berarti merapikan, agar tata letak tertata rapi sehingga operator bisa
menemukan barang yang diperlukan dengan mudah.
Kondisi sekarang
Kondisi stasiun II padaa saat ini sudah rapi.
3. (Seiso) membersihkan, merupakan kegiatan membersihkan peralatan dan daerah
kerja sehingga segala peralatan kerja tetap terjaga dalam kondisi yang baik.

Kondisi sekarang
Dalam kondisi kerja sekarang pada stasiun II drilling masih terdapat
beberapa peralatan seperti mesin frais yang kondisi real masih terdapat
kekurangan terhadap kebersihan peralatan tersebut, sehingga mengganngu
konsentrasi dalam melakukan pekerjaan.
Kondisi Usulan
Pada mesin drill diharuskan untuk melakukan maintanence agar kebersihan
peralatan pada mesin tersebut tetap terjaga dan bisa melakukan kegiatan proses
yang optimal.
4. (Seiketsu) standarisasi, merupakan langkah sesudah seiri, seiton dan seiso
penjagaan lingkungan yang rapi dan bersih menjadi suatu standar kerja.
Kondisi sekarang
Pada kondisi saat ini stasiun II sudah mempunyai Standar Operasi Prosedur
(SOP) namun operator belum memahami SOP yang sudah ditentukan.
Kondisi Usulan
Seharusnya operator lebih memahami SOP dan diberikan pelatihan sebelum
dilakukan proses pengerjaan sehingga hasil pekerjaan lebih baik.

5. (Setsuke) rajin, yaitu pemeliharaan kedisiplinan pribadi masing-masing pekerja


dalam menjalankan seluruh tahap 5S.

Kondisi Sekarang
Operator belum sepenuhnya mampu menerapkan kedisiplinan baik secara
pribadi maupun di dalam pekerjaannya.
Kondisi Usulan
Operator diberikan sosialisasi sebelum melakukan pekerjaan agar mampu
menerapkan kedisiplinan dalam pekerjaannya serta memberikan tindakan
terhadaap pekerja yang tidak disiplin.
C. Stasiun 3
1. (Seiri) berarti memilih, dimana seiri adalah suatu kegiatan menyingkirkan barang
yang tidak diperlukan pada stasiun kerja yang ada.
Keadaan sekarang
Tata letak peralatan dan bahan baku yang ada pada stasiun III ini terlihat tidak
tertata rapi, serta peralatan seperti kunci toolpost, kunci ragum belum tertata
sehingga operator menjadi bingung untuk mengambil peralatan dan bahan baku
yang digunakan atau tidak digunakan.
Keadaan Usulan
Adapun kondisi usulannya ialah memisahkan peralatan yang tidak diperlukan
yaitu kain perca dan sisa pemotongan dengan peralatan dan material.
2. (Seiton) berarti merapikan, agar tata letak tertata rapi sehingga operator bisa
menemukan barang yang diperlukan dengan mudah.
Kondisi sekarang
Dimana tata letak peralatan dan bahan baku masih belum disusun atau
dikelompokkan dengan rapi, sehingga membuang waktu dalam proses pemilihan
peralatan dan material.
Kondisi Usulan
Diharapkan ke depan tata letak ataupun material ditata atau dikelompokkan
sesuai dengan tempatnya, sehingga lebih memudahkan operator dalam
menemukan peralatan atau material yang dibutuhkan, serta penempatan material
dan peralatan pada mesin drill harus dibuat wadah untuk benda kerja tersebut.
3. (Seiso) membersihkan, merupakan kegiatan membersihkan peralatan dan daerah
kerja sehingga segala peralatan kerja tetap terjaga dalam kondisi yang baik.

Kondisi sekarang
Dapat kita lihat kondisi yang terjadi pada saat mengerjakan miniatur
pesawat sudah bagus.
4. (Seiketsu) standarisasi, merupakan langkah sesudah seiri, seiton dan seiso
penjagaan lingkungan yang rapi dan bersih menjadi suatu standar kerja.

Kondisi sekarang
Pada kondisi saat ini stasiun I sudah mempunyai Standar Operasi Prosedur (SOP)
namun operator belum memahami SOP yang sudah ditentukan.
Kondisi Usulan
Seharusnya operator lebih memahami SOP dan diberikan pelatihan sebelum
dilakukan proses pengerjaan sehingga hasil pekerjaan lebih baik.
5. (Setsuke) rajin, yaitu pemeliharaan kedisiplinan pribadi masing-masing pekerja
dalam menjalankan seluruh tahap 5S.

Kondisi Sekarang
Operator belum sepenuhnya mampu menerapkan kedisiplinan baik secara
pribadi maupun di dalam pekerjaannya.
Kondisi Usulan
Operator diberikan sosialisasi sebelum melakukan pekerjaan agar mampu
menerapkan kedisiplinan dalam pekerjaannya.
D. Stasiun 4
1. (Seiri) berarti memilih, dimana seiri adalah suatu kegiatan menyingkirkan barang
yang tidak diperlukan pada stasiun kerja yang ada.
Keadaan sekarang
Tata letak peralatan dan bahan baku yang ada pada stasiun IV ini terlihat tidak
teratur, sehingga operator menjadi bingung untuk mengambil komponen miniatur
pesawat dan peralatan yang digunakan, yaitu amplas, kuas, lem dan cat.
Keadaan Usulan
Adapun kondisi usulannya ialah memisahkan masing-massing komponen minatur
pesawat dengan peralatan yang digunakan sesuai dengan urutan pengerjaannya.
2. (Seiton) berarti merapikan, agar tata letak tertata rapi sehingga operator bisa
menemukan barang yang diperlukan dengan mudah.
Kondisi sekarang
Dimana tata letak peralatan dan bahan baku masih belum disusun atau
dikelompokkan dengan rapi, sehingga membuang waktu dalam proses pemilihan
peralatan.
Kondisi Usulan
Diharapkan ke depan peralatan ditata atau dikelompokkan sesuai dengan fungsi
dalam urutan pengerjaannya, sehingga lebih memudahkan operator dalam
menemukan peralatan yang dibutuhkan.
3. (Seiso) membersihkan, merupakan kegiatan membersihkan peralatan dan daerah
kerja sehingga segala peralatan kerja tetap terjaga dalam kondisi yang baik.

Kondisi sekarang

Dapat kita lihat kondisi yang terjadi pada saat mengerjakan miniatur
pesawat sudah bagus.
4. (Seiketsu) standarisasi, merupakan langkah sesudah seiri, seiton dan seiso
penjagaan lingkungan yang rapi dan bersih menjadi suatu standar kerja.
Kondisi sekarang
Pada kondisi saat ini stasiun IV sudah mempunyai Standar Operasi Prosedur
(SOP
5. (Setsuke) rajin, yaitu pemeliharaan kedisiplinan pribadi masing-masing pekerja
dalam menjalankan seluruh tahap 5S.

Kondisi Sekarang
Operator belum sepenuhnya mampu menerapkan kedisiplinan baik secara
pribadi maupun di dalam pekerjaannya.
Kondisi Usulan
Operator diberikan sosialisasi sebelum melakukan pekerjaan agar mampu
menerapkan kedisiplinan dalam pekerjaannya.
E. Stasiun 5
1. (Seiri) berarti memilih, dimana seiri adalah suatu kegiatan menyingkirkan barang
yang tidak diperlukan pada stasiun kerja yang ada.
Keadaan sekarang

Peralatan dan komponen yang ada pada stasiun V ini sudah tepat
2. (Seiton) berarti merapikan, agar tata letak tertata rapi sehingga operator bisa
menemukan barang yang diperlukan dengan mudah.
Kondisi sekarang
Pada stasiun V ini tata letak antara peralatan dengan komponen itu tidak
beraturan.
Kondisi usulan
Sebaiknya tata letak pada stasiun V ini ditata sesuai fungsinya yaitu penggaris
dengan jangka sorong dan satu tempat untuk komponen.
3. (Seiso) membersihkan, merupakan kegiatan membersihkan peralatan dan daerah
kerja sehingga segala peralatan kerja tetap terjaga dalam kondisi yang baik.

Kondisi sekarang
Dapat kita lihat kondisi yang terjadi pada saat pemeriksaan komponen dan
miniatur pesawat sudah bagus.
4. (Seiketsu) standarisasi, merupakan langkah sesudah seiri, seiton dan seiso
penjagaan lingkungan yang rapi dan bersih menjadi suatu standar kerja.
Kondisi sekarang

Pada kondisi saat ini stasiun QC sudah bersih sehingga operator dapat bekerja
lebih konsentrasi.
5.

(Setsuke) rajin, yaitu pemeliharaan kedisiplinan pribadi masing-masing pekerja


dalam menjalankan seluruh tahap 5S.

Kondisi Sekarang
Pada stasiun V ini operatur sudah melakukan pengejaan secara berulang
sehingga sudah menjadi rutinitas operator.
3.1.4

Kondisi Lingkungan Fisik Kerja


Kondisi lingkungan fisik kerja terdiri dari 2 pembagian, yaitu sistem

pencahayaan dan kebisingan yang diamati perstasiun.

3.1.4.1 Sistem Pencahayaan


Intensitas cahaya penerangan menjadi salah satu aspek yang sangat penting
di tempat kerja, karena akan muncul berbagai masalah jika kualitas intensitas
cahaya penerangan di tempat kerja tidak memenuhi standar yang ditetapkan.
Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 tentang Syarat-Syarat
Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja, telah menetapkan
ketentuan penting intensitas penerangan menurut sifat pekerjaan. Kualitas
penerangan yang tidak memadai berefek buruk bagi fungsi penglihatan, juga
untuk lingkungan sekeliling tempat kerja, maupun aspek psikologis, yang dapat
dirasakan sebagai kelelahan, rasa kurang nyaman, kurang kewaspadaan sampai
kepada pengaruh yang terberat seperti kecelakaan kerja. Untuk mendapatkan
pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang, maka diperlukan sistem pencahayaan
yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Menurut teori pencahaayaan minimal
yang dibutuhkan berdasarkan jenis kegiatannya, akan disajikan kedalam tabel
berikut:
Tabel 3.17 Kebutuhan Pencahayaan Menurut Area Kegiatan
Pencahayaan Minimal
Area Kegiatan
(LUX)
Pekerjaan membeda-bedakan barang-barang kecil
200
agak teliti, seperti:
1. Pemasangan alat-alat yang sedang (tidak kasar).
2. Pekerjaan mesin dan bubut yang kasar.
3. Pemeriksaan atau percobaan kasar terhadap
barang-barang Menjahit tekstil atau kulit yang

berwarna muda.
Pemasukan dan pengawetan bahan-bahan
makanan dalam kaleng.
Pekerjaan perbedaan yang teliti daripada barangbarang kecil, seperti:
1. Pekerjaan mesin yang teliti Pemeriksaan yang
teliti.
2. Percobaan-percobaan yang teliti dan halus.
3. Pekerjaan kantor yang berganti-ganti menulis dan
membaca, pekerjaan arsip dan seleksi surat-surat
Sumber: Pengumpulan data manual Lab. PSK & E 2015
4.

300

a. Sumber Cahaya
Kondisi Sekarang
Sumber pencahayaan didapatkan dari lampu neon dan intensitas cahaya
yang terlalu rendah yaitu pada stasiun III dengan intensitas pencahayaan
30 Lux dan sesuai teori sistem pencahayaan minimum untuk kegiatan.
Proses pemesinan pembubutan yaitu 200 Lux, jadi kekurangan intensitas
cahaya pada proses pembubutan tersebut yaitu 170 Lux dengan kondisi
real lampu berada diatas agak kebelakang dari mesin bubut dan hanya
hidup satu bola lampu.
Usulan
Sesuai dengan kondisi awal dari
3.1.4.2 Kebisingan

3.1.5

Deskripsi Kemampuan atau (Ability) Operator


Kemampuan operator pada pekerjaan miniatur pesawat bisa dikatakan

tidak terlatih karena harus menggunakan kurva belajar terlebih dahulu untuk
mendapatkan waktu siklus yang benar dan tepat dan dalam proses pengerjaannya
harus dibimbing oleh instruktur dan asisten labor yang bersangkutan.
3.1.5.1 Stasiun 1

Gambar 3.1 Kurva Belajar Untuk Operator Stasiun 1

Tabel 3.18 Tabel Pengamatan Operator Stasiun 1


Pengamatan
1
2
3
4
X-Bar
Waktu
12,58
15,04
14,01
13,51
13,79
Sumber: Pengumpulan data manual Lab. PSK & E 2015

3.1.5.2 Stasiun 2

Gambar 3.2 Kurva Belajar Untuk Operator Stasiun 2

Tabel 3.19 Tabel Pengamatan Operator Stasiun 2


Pengamatan
1
2
3
4
X-Bar
Waktu
15,07
14,49
14,01
14,35
14,48
Sumber: Pengumpulan data manual Lab. PSK & E 2015

3.1.5.3 Stasiun 3

Gambar 3.3 Kurva Belajar Untuk Operator Stasiun 3

Tabel 3.20 Tabel Pengamatan Operator Stasiun 3


Pengamatan
1
2
3
4
X-Bar
Waktu
4,79
3,43
3,19
3,26
3,67
Sumber: Pengumpulan data manual Lab. PSK & E 2015

3.1.5.4 Stasiun 4

Gambar 3.4 Kurva Belajar Untuk Operator Stasiun 4

Tabel 3.21 Tabel Pengamatan Operator Stasiun 4


Pengamatan
1
2
3
4
X-Bar
Waktu
13,21
12,78
12,30
12,50
12,69
Sumber: Pengumpulan data manual Lab. PSK & E 2015

3.1.6

Data Quality Control

Komponen

Badan
Pesawat

Sayap 1

Sayap 2
Ekor

SDP
60
30
70
7
16
90
200
7.5
15
95
80
40
7.5
15
95
80
40
20
15
55
60
48

Tabel 3.22 Pengumpulan Data QC


I
II
Keterangan
Reject
B
Tidak sesuai dengan SOP
31.5
U
Ukuran tidak sesuai
79.4
U
Ukuran tidak sesuai
6.5
U, P
Ukuran tidak sesuai dan
16.3
U
permukaan tidak rata
96.5
U
Ukuran tidak sesuai
197
U
Ukuran tidak sesuai
Ukuran tidak sesuai
Ukuran tidak sesuai
7
U
Ukuran tidak sesuai
14
U, P
Ukuran tidak sesuai dan
91.5
U
permukaan tidak rata
78
U
Ukuran tidak sesuai
44.5
B
Ukuran tidak sesuai
Bentuk tidak sesuai
8
U
Ukuran tidak sesuai
16
U
Ukuran tidak sesuai
93
U
Ukuran tidak sesuai
77,5
U
Ukuran tidak sesuai
42
B
Bentuk tidak sesuai
23
U
Ukuran tidak sesuai
17,5
U
Ukuran tidak sesuai
56
U
Ukuran tidak sesuai
61
U
Ukuran tidak sesuai
Reject
B
Bentuk tidak sesuai

Jumlah Cacat

5
6

Pasak

Alas Atas

Alas Dasar
Tiang

25
15
55
30
40

Reject
17
56
28
40

B
U
U, P
U
-

Bentuk tidak sesuai


Ukuran tidak sesuai
Ukuran tidak sesuai dan
permukaan tidak rata
Ukuran tidak sesuai

80
80
R5

82.5
81.5
R5

U, P
U
-

Ukuran tidak sesuai dan


permukaan tidak rata
Ukuran tidak sesuai

80
95
R5
150
5

82
95
R5
150,3
5

U
P
U
Total

Ukuran tidak sesuai


Permukaan tidak rata
Ukuran tidak sesuai

2
1
35

Sumber: Pengumpulan data manual Lab. PSK & E 2015

3.2

Pengolahan Data

3.2.1

Skema Tata Letak

3.2.1.1 Skema Tata Letak Perstasiun


a) Stasiun 1 (Pengukuran dan Pemotongan)
1. Operator 1

Gambar 3.4 Tata Letak Pembuatan Alas Bawah Bagian Atas & Dasar

Gambar 3.5 Tata Letak Pembuatan Badan Pesawat

Gambar 3.6 Tata Letak Pembuatan Ekor Pesawat

Gambar 3.7 Tata Letak Pembuatan Tiang Penyangga

2. Operator 2

Gambar 3.8 Tata Letak Pembuatan Pembuatan Pasak

Gambar 3.9 Tata Letak Pembuatan Sayap Pesawat

b) Stasiun 2 (Drilling)

Gaambar 3.10 Tata Letak Proses Drill Komponen Pesawat

c) Stasiun 3 (Bubut & Gerinda)


a. Pembubutan

Gambar 3.11 Tata Letak Proses Pembubutan

b. Gerinda

Gambar 3.12 Tata Letak Proses Gerinda

d) Stasiun 4
c. Pengamplasan

Gambar 3.13 Tata Letak Proses Pengamplasan

d. Perakitan

Gambar 3.14 Tata Letak Proses Perakitan

e. Pengecatan

Gambar 3.14 Tata Letak Proses Pengecatan

3.2.2

Pengukuran Waktu

3.2.2.1 Penguran Waktu Langsung


Tabel 3.23 Data Perakitan
Komponen
Sayap 1 Ke Badan Pesawat
Sayap 2 Ke Badan Pesawat
Ekor Pesawat ke Badan Pesawat
Tiang Penyangga ke Pasak
Tiang Penyangga ke Badan Pesawat
Alas Bawah 1 ke Badan Pesawat
Alas Bawah 2 ke Badan Pesawat
Periksa
Total
Sumber: Pengolahan data Lab. PSK & E 2015

1. Faktor Penyesuaian
Tabel 3.24 Faktor Penyesuaian

Waktu Proses
77.29
31.80
27.30
18.00
06.00
07.00
03.00
15.00
185.39

Lambang

Penyesuaia
n

Lengan bawah, pergelangan tangan dan jari

2%

Tanpa pedal, atau satu pedal dengan sumbu

0%

0%

Konstan dan dekat

4%

Perlu penanganan dan hati-hati


Mudah pecah dan patah

3%

5%

B-1

2%

Keadaan
Anggota terpakai:
Pedal kaki:
di bawah kaki
Penggunaan tangan:
Keadaan tangan saling bantu/bergantian
Koordinasi mata dengan tangan:
Peralatan:

Berat badan:
0,45

16%

Total
Sumber: Pengolahan data Lab. PSK & E 2015

2. Faktor Kelonggaran
Tabel 3.25 Faktor Kelonggaran
Faktor

Kelonggaran

Kelelahan mata:
Pandangan terus menerus dengan fokus berubah-ubah

8%

Keadaan temperatur tempat kerja:


Normal

5%

Keadaan atmosfer:
0%

Baik
Kelonggaran Fatique

22%

Sumber: Pengolahan data Lab. PSK & E 2015

Ws = Waktu Perakitan (detik)

P = (1+0,16) = 1,6

= 185,39
Wp = Ps x P = 1 x 1,6 = 1,6
L

Wn = Ws x P = 185,39 x 1,6 = 296,624

Kelonggaran
22

0,22
100
100

Wb Wnx (1 L)
296,624 x (1 0,22)
361,88

3.2.4.3 Rekapitulasi Pengukuran Waktu Kerja


Tabel 3.26 Rekapitulasi Pengukuran Waktu Kerja
Metoda

Ws

Wn

Wb

Jam Henti

185,39

296,624

361,88

MTM
Total

1041
240,41

37,476
268,476

42,72
251,1

Sumber: Pengolahan Data Lab. PSK & E, 2015

3.2.3

Mengidentifikasi Masalah
Tabel 3.27 Frekuensi Elemen Cacat
CACAT
F
FK
%

%kum

Ukuran Tidak Sesuai

25

25

71,428571

71,428571

Bentuk Tidak Sesuai

30

14,285714

85,714286

Permukaan tidak Rata

35

14,285714

100

Total
Sumber: Pengumpulan data manual Lab. PSK & E 2015

100

a. Diagram Pareto

Gambar 3.15 Diagram Pareto

b. Fishbone

Gambar 3.16 Diagram Pareto

3.2.4

Implementasi 5s

1. (seiri)ringkas/memilah

- kondisi usulan stasiun 1


Adapun kondisi usulannya ialah memisahkan peralatan yang tidak diperlukan
yaitu kain perca dan sisa pemotongan dengan peralatan dan material.
- Kondisi usulan stasiun 2

Tata letak peralatan dan komponen yang ada pada stasiun II sebaiknya
kunci peralatann untuk drilling diltakkan pada satu tempat agar operator
mudah dalam proses pembukaan kembali
- Kondisi usulan stasiun 3

Adapun kondisi usulannya ialah memisahkan peralatan yang tidak


diperlukan yaitu kain perca dan sisa pemotongan dengan peralatan dan
material.
- Kondisi usulan stasiun 4

Adapun kondisi usulannya ialah memisahkan masing-massing komponen


minatur pesawat dengan peralatan yang digunakan sesuai dengan urutan
pengerjaannya.
- Kondisi usulan stasiun 5

Peralatan dan komponen yang ada pada stasiun V ini sudah tepat
2. (Seiton) berarti merapikan
- kondisi usulan stasiun 1
Diharapkan ke depan tata letak ataupun material ditata atau dikelompokkan
sesuai dengan tempatnya, sehingga lebih memudahkan operator dalam
menemukan peralatan atau material yang dibutuhkan.
- Kondisi usulan stasiun 2

Kondisi stasiun II padaa saat ini sudah rapi.


- Kondisi usulan stasiun 3
Diharapkan ke depan tata letak ataupun material ditata atau dikelompokkan
sesuai dengan tempatnya, sehingga lebih memudahkan operator dalam
menemukan peralatan atau material yang dibutuhkan, serta penempatan material
dan peralatan pada mesin drill harus dibuat wadah untuk benda kerja tersebut.
- Kondisi usulan stasiun 4

Diharapkan ke depan peralatan ditata atau dikelompokkan sesuai dengan


fungsi dalam urutan pengerjaannya, sehingga lebih memudahkan
operator dalam menemukan peralatan yang dibutuhkan.
- Kondisi usulan stasiun 5

Sebaiknya tata letak pada stasiun V ini ditata sesuai fungsinya yaitu
penggaris dengan jangka sorong dan satu tempat untuk komponen.
3. (Seiso) membersihkan
- Kondisi usulan stasiun 1

Jika sudah selesai dalam proses pemotongan pekerja seharusnya segera


menyisihkan serbuk-serbuk kayu yang ada agar pada proses pemotongan
selanjutnya lebih nyaman lagi.
- Kondisi usulan stasiun 2

Pada mesin drill diharuskan untuk melakukan maintanence agar


kebersihan peralatan pada mesin tersebut tetap terjaga dan bisa
melakukan kegiatan proses yang optimal.
- Kondisi usulan stasiun 3
Pada stasiun 3 pekerja dalam proses pengedrillan harus membersihkan serbuk
yang keluar saat mesin berjalan agar bisa meliihat lobang yang di drill.
- Kondisi usulan stasiun 4

Dapat kita lihat kondisi yang terjadi pada saat mengerjakan miniatur
pesawat sudah bagus.
- Kondisi usulan stasiun 5
Dapat kita lihat kondisi yang terjadi pada saat pemeriksaan komponen dan
miniatur pesawat sudah bagus.

4. (Seiketsu) standarisasi
- kondisi usulan stasiun 1
Seharusnya operator lebih memahami SOP dan diberikan pelatihan sebelum
dilakukan proses pengerjaan sehingga hasil pekerjaan lebih baik.
- Kondisi usulan stasiun 2

Seharusnya operator lebih memahami SOP dan diberikan pelatihan


sebelum dilakukan proses pengerjaan sehingga hasil pekerjaan lebih baik.
- Kondisi usulan stasiun 3

Seharusnya operator lebih memahami SOP dan diberikan pelatihan


sebelum dilakukan proses pengerjaan sehingga hasil pekerjaan lebih baik.
- Kondisi usulan stasiun 4
Pada kondisi saat ini stasiun IV sudah mempunyai Standar Operasi Prosedur
(SOP)
- Kondisi usulan stasiun 5
Pada kondisi saat ini stasiun QC sudah bersih sehingga operator dapat bekerja

lebih konsentrasi.

5. (Setsuke) rajin
- kondisi usulan stasiun 1
Operator diberikan sosialisasi sebelum melakukan pekerjaan agar mampu
menerapkan kedisiplinan dalam pekerjaannya.
- Kondisi usulan stasiun 2
Operator diberikan sosialisasi sebelum melakukan pekerjaan agar mampu
menerapkan kedisiplinan dalam pekerjaannya serta memberikan tindakan
terhadaap pekerja yang tidak disiplin
- Kondisi usulan stasiun 3
Operator diberikan sosialisasi sebelum melakukan pekerjaan agar mampu
menerapkan kedisiplinan dalam pekerjaannya.
- Kondisi usulan stasiun 4

Operator diberikan sosialisasi sebelum melakukan pekerjaan agar mampu


menerapkan kedisiplinan dalam pekerjaannya.
- Kondisi usulan stasiun 5
Pada stasiun V ini operatur sudah melakukan pengejaan secara berulang
sehingga sudah menjadi rutinitas operator.

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengukuran Waktu Kerja
Pada pengukuran waktu kerja dimodul 1 ini kita membahas pengukuran
waktu kerja dengan menggunakan jam henti sebagai metode dan perlu
diperhatikan pada proses tersebut terdiri waktu Set-Up dan waktu Proses, waktu
set-up merupakan waktu persiapan kerja sebelum melakukan kegiatan waktu ini
dibagi menjadi dua yaitu waktu set-up eksternal yang merupakan waktu saat
kegiatan atau mesin sedang berhenti atau beraktifitas contohnya memasangkan
ragum, selanjutnya waktu set-up internal yaitu waktu set-up yang dilakukan saat
mesin beroperasi contohnya memberikan pelumas. Waktu proses yaitu waktu
rangkaian kegiatann pada poses kegiatan kerja yang diukur dari awal proses
hingga proses tersebut selesai.
4.2 Pengaruh Kerja Terhadap Kebisingan
Anatomi Telinga manusia dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian
luar (outer ear), bagian tengah (middle ear) dan bagian dalam (inner ear). Ketiga
bagian telinga tersebut memiliki komponen-komponen berbeda dengan fungsi
masing-masing dan saling berkelanjutan dalam menanggapi gelombang suara
yang berada di sekitar manusia. Tulang berbentuk spiral di bagian dalam telinga
disebut cochlea yang dilapisi sel rambut yang halus. Gelombang bunyi
dihantarkan dari telinga bagian luar ke telinga bagian tengah dan telinga bagian
dalam. Pada telinga bagian dalam, gelombang tekan menggerakkan sel rambut,
yang lalu mengirim signal ke otak, melalui jaringan syaraf, tentang suara yang
didengar telinga.
Kebisingan dengan intensitas tinggi akan merusak sel rambut di bagian
dalam telinga dan mengurangi kemampuan telinga untuk mendengar dan
menghantarkan informasi ke otak. Jika sel rambut ini rusak, tidak dapat
diperbaiki, sehingga kehilangan pendengaran yang terjadi akan permanen. Berikut
gambar anatomi telinga manusia,

Gambar 4.1 Bagian Telinga Manusia


Sumber: Pengumpulan Data Lab. PSK&E, 2015

Pada praktikum ini pengaruh bunyi sangat diperhatikan terhadap kegiatan


aktivitas seorang pekerja atau operator dimana kondisi sumber bunyi
dilingkungan kerja yaitu 90 Desible sedangkan kondisi maximal sesuai dengan
peraturan pemerintah tentang Nilai Ambang Batas kebisingan di tempat kerja
adalah intensitas suara tertinggi yang merupakan nilai rata-rata, yang masih dapat
diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang menetap
untuk waktu kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam
seminggu.
Berikut

ini

batas

waktu

pemaparan

kebisingan

per hari

yang

direkomendasikan oleh Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia pada tahun


1999.
Tabel 4.1 Batas Ambang Maksiimal Kebisingan

Batas Waktu Per Hari Kerja


8
4
2
1
30
15
7,5
3,75
1,88

Jam
Jam
Jam
Jam
Menit
Menit
Menit
Menit
Menit

Intensitas Kebisingan Max


Dalam DBA
85
88
91
94
97
100
103
106
109

Sumber: Pengoahan Data Lab. PSK&E, 2015

Berdasarkan data diatas dapat kita simpulkan bahwasanya pekerjaan yang


dilakukan selama 3 jam maksimal Intensitas kebisingan adalah antara 91 dba88
dba dan kondisi sekarang tingkat kebisingan ditempat kerja yaitu 90 dba dan bisa
disimpulkan bunyi diluar batas maksimal kebisingan.

Tindakan yang harus dilakukan pertama-tama adalah sumber suara


terkeras. Pengendalian teknik yang dapat dikerjakan adalah sebagai berikut,
1. Merawat peralatan dengan baik, mengganti bagian yang aus dan
memberikan pelumas pada semua bagian bergerak.
2. Mengisolasi peralatan dengan menjauhkannya

dari pekerja, atau

menutupinya.
3. Memasang peredam getaran dengan menggunakan bantalan karet agar
bunyi yang ditimbulkan oleh getaran dan bagian logam dapat dikurangi;
dengan mengurangi ketinggian dari tempat barang yang jatuh ke bak atau
ban berjalan.
4. Bahan penyerap bunyi dapat digantung di tempat kerja untuk menyerap
bunyi di tempat tersebut.
4.3 Intensitas Cahaya
Cahaya merupakan satu bagian berbagai jenis gelombang elektromagnetis
yang terbang ke angkasa dimana gelombang tersebut memiliki panjang dan
frekuensi tertentu yang nilainya dapat dibedakan dari energy cahaya lainnya
dalam spectrum elektromagnetisnya. Menurut Kepmenkes no. 1405 tahun 2002
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri,
pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan intenstas cahaya dalam
proses pembubutan yaitu hanya 30 Lux yang seharusnnya untuk pekerjaan
pemesinan, pembubutan pencahyaaan minimum yaitu 200 Lux, jadi kekurangan
cahaya ditempat kerja mesin bubut tersebut yaitu 170 Lux, dengan kondisi jarak
sekarang antara mesin kesumber cahaya 258 cm serta panjang mesin bubut 155
cm. Sesuai rumus teori phythagoras c = a2+b2 didapatkan hasil sisi miring yaitu
221 cm. Sesuai dengan data tersebut setiap jarak 7,4 cm akan bertambah 1 Lux
intensitas cahaya, dari perhitungan 30 Lux dibagi dengan sisi miring 221 cm Serta
bola lampu yang menyala dengan kondisi hanya satu bola lampu saja.
Untuk itu kami rekomendasikan menambah bola lampu menjadi 4 lampu
agar bisa menaikkan intensitas cahaya yang sebelumnya hanya 30 Lux dengan
satu bola lampu bisa menjadi 120 Lux dengan kondisi bola lampu 4 bola lampu,

dengan demikian kekurangan cahaya pada area kerja tersebut menjadi 80 Lux.
Untuk memenuhi 80 Lux intensitas cahaya kami merekomendasikan untuk
menurunkan bola lampu dengan menggunakan penutup terhadap kedua bola
lampu supaya terarah kepada mesin bubut serta tidak terjadi pembiasan cahaya
dengan asumsi apabila bola lampu hidup 4 maka setiap jarak 7,4 cm akan
bertambah 4 Lux Intensitas cahaya. Jadi untuk mencukupi kekurangan tersebut
direkomendasikan untuk menurunkan 148 cm jarak bola lampu dari mesin
kesumber cahaya, Perhitungan ini didapat dengan perkalian silang yaitu 7,4 cm =
4 Lux dan n = 80 Lux. dari kondisi sebelumnya jarak antara mesin bubut dengan
sumber cahaya menjadi 110 cm sehingga diperoleh sisi miring dengan panjang
mesin bubut yaitu 155 cm dengan mennggunakan rumus teori phytagoras yaitu c
= a2+b2 dengan hasil sisi miiring menjadi 190,06 cm.
Jarak = 110 Cm

110 cm

190,06 cm

155 cm
Gambar 4.2 Rekomendasi Untuk Sumber Pencahayaan Pada Mesin Bubut
Sumber: Pengumpulan data Lab. PSK&E, 2015

Вам также может понравиться