Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lansia
1. Pengertian Lansia
Berdasarkan UU Kes. No. 23 1992 Bab V bagian kedua Pasal 13 ayat 1
menyebutkan bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya
mengalami perubahan biologis, fisik, dan sosial (Kemenkes RI, 2011). Menurut
Undang-Undang
Republik
Indonesia
Nomor
13
tahun
1998
tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan Lanjut Usia (lansia) adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.
Sedangkan berdasarkan definisi umum, seseorang dikatakan lanjut usia
(lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan merupakan tahap lanjut
dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh
untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Lansia adalah keadaan yang
ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan
terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya
kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi,
2009).
Nugroho (2000) mengemukakakn bahwa lansia merupakan kelanjutan
usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat, bagian pertama fase
iufentus, antara 25 dan 40 tahun, kedua fase verilitas, antara 40 dan 50 tahun,
ketiga fase prasenium, antara 55 dan 65 tahun dank e empat fase senium,
antara 65 hingga tutup usia (Azizah, 2011).
2. Klasifikasi Lansia
Menurut organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organization),
ada empat tahap yaitu :
a.
Usia pertengahan (Middle Age) = kelompok usia 4559 tahun.
b.
Lanjut usia (Elderly) = antara 6074 tahun.
c.
Lanjut usia tua (Old) = antara 7590 tahun.
d.
Lansia sangat tua (Very Old) = diatas 90 tahun (Azizah, 2011)
Menurut Kementrian Kesehatan RI. Lanjut usia dikelompokkan menjadi :
a. Pra lanjut usia (49-59 tahun)
b. Lanjut usia (60-69 tahun)
c. Lanjut usia risiko tinggi ( 70 tahun atau usia 60 tahun dengan masalah
kesehatan)
3. Proses Menua
Ageing Process (proses menua) adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti
dan
mempertahankan fungsi
normalnya
sehingga
tidak
dapat
bertahan
sosial
budaya,
penyakit
infeksi/degeneratif,
higiene
sanitasi
ini
menyebabkan
turun
fleksibilitas
pada
lansia
sehingga
f. Sistem Saraf
Penurunan yang terjadi pada sistem saraf mengakibatkan terjadunya
penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas fisik.
g. Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi yang terjadi pada lansia yaitu menciutnya ovary dan
uterus dan terjadu atrofi pada payudara. Sedangkan pada laki-laki, testis masih
dapat memproduksi spermatozoa walaupun sudah mulai menurun. Dorongan
seksual pada laki-laki terjadi sampai usia 70 tahun keatas.
2. Perubahan Kognitif
a. Memori (Daya Ingat)
Daya ingat adalah kemampuan seseorang untuk menyimpan dan
menghadirkan kembali peristiwa yang pernah terjadi pada hidupnya. Paada
lansia yang seringkali terjadi yaitu penurunan fungsi kognitif. Ingatan jangka
panjang kurang mengalami perubahan sedangkan ingatan jangka pendek
memburuk.
b. Kemampuan Pemahaman
Kemampuan pemahaman lansia menurun disebabkan oleh konsentrasi
dan sistem pendengaran lansia yang menurun. Sebaiknya saat berkomunikasi
dengan lansia dilakukan kontak mata agar lansia dapat membaca bibir lawan
bicaranya.
c. Pemecahan Masalah
Kemampuan pemecahan masalah mengalami penurunan disebabkan
penurunan daya ingat dan fungsi penginderaan.
d. Kinerja
Penurunan kinerja pada lansia bisa terlihat secara kualitatif maupun
kuantitatif. Perubahan yang terjadi sangatlah wajar, hal ini terjadi dikarenakan
perubahan organ-organ biologis dan perubahan yang bersifat patologis.
e. Motivasi
Motivasi yang terjadi pada lansia kurang mendapat dukungan kekuatan
fisik maupun psikologis sehingga banyak hal yang diinginkan berhenti di tengah
jalan.
3. Perubahan Spiritual
Spriritualitas pada lansia bersifat universal, instrinsik dan merupakan
proses individual yang berkembang sepanjang rentang kehidupan. Karena aliran
siklus kehilangan terdapat pada kehidupan lansia, keseimbangan hidup tersebut
dipertahankan sebagian oleh efek positip harapan dari kehilangan tersebut.
Lansia yang telah mempelajari cara menghadapi perubahan hidup melalui
mekanisme keimanan akhirnya dihadapkan pada tantangan akhir yaitu kematian.
ketika ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling rendah ketika ventrikel
berelaksasi (tekanan diastolik).
Ketika jantung memompa darah melewati arteri, darah menekan dinding
pembuluh darah. Mereka yang menderita hipertensi mempunyai tinggi tekanan
darah yang tidak normal. Penyempitan pembuluh nadi atau aterosklerosis
merupakan gejala awal yang umum terjadi pada hipertensi. Karena arteri-arteri
terhalang lempengan kolesterol dalam aterosklerosis, sirkulasi darah melewati
pembuluh darah menjadi sulit. Ketika arteri-arteri mengeras dan mengerut dalam
aterosklerosis, darah memaksa melewati jalam yang sempit itu, sebagai hasilnya
tekanan darah menjadi tinggi.
Tekanan darah digolongkan normal jika tekanan darah sistolik tidak
melampaui 140 mmHg dan tekanan darah diastolik tidak melampaui 90 mmHg
dalam keadaan istirahat, sedangkan hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang
bersifat abnormal. Tekanan darah normal bervariasi sesuai usia, sehingga setiap
diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik usia. Secara umum, seseorang
dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140
mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik (ditulis 140/90).
Hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan hampir konstan
pada arteri. Hipertensi juga disebut dengan tekanan darah tinggi, dimana
tekanan tersebut dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah
sehingga hipertensi ini berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik dan tekanan
diastolik. Standar hipertensi adalah sistolik 140 mmHg dan diastolik 90
mmHg.30 Tekanan darah tinggi adalah tekanan darah sistolik lebih atau sama
dengan 150-180 mmHg. Tekanan diastolik biasanya juga akan meningkat dan
tekanan diastolik yang tinggi misalnya 90- 120 mmHg atau lebih, akan berbahaya
karena merupakan beban jantung.
Menurut WHO yang dikutip oleh Slamet Suyono (2001:253) batas
tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan
darah sama dengan atau lebih dari 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah
sistolik/diastolik 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg).
Menurut Jan A. Staessen, et.al., Seseorang dikatakan hipertensi apabila
tekanan darah sistolik (TDS) 140 mmHg atau tekanan darah diatolik (TDD) 90
mmHg. Beberapa tahun lalu WHO memberi batasan TDS 130 139 mmHg atau
TDD 85 89 mmHg sebagai batasan normal tinggi. Dengan makin banyaknya
Tekanan Darah
Sistol (mmHg)
Normal
<120
Prehipertensi
120-139
Hipertensi Stage 1
140-159
Hipertensi Stage 2
160
(Sumber : Soenarta A.A.dkk.,2015)
Tekanan Darah
Diastol (mmHg)
<80
80-89
90-99
100
Normal (mmHg)
80/40
100/60
115/70
120-125/75-80
135-140/85
150/85
Hipertensi
(mmHg)
90/60
120/80
130/80
135/90
140/90-160/95
160/95
(Sumber: Tambayong,2000)
3. Jenis
Berdasarkan penyebab, hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu
hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya
dijumpai lebih kurang 90 % dan hipertensi sekunder yang penyebabnya diketahui
yaitu 10 % dari seluruh hipertensi.
Menurut Sunarta Ann dan peneliti lain, berdasarkan penyebabnya
hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu:
a. Hipertensi Primer
Hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan jelas.
Berbagai faktor yang diduga turut berperan sebagai penyebab
hipertensi primer seperti bertambahnya umur, stress psikologis, dan
hereditas (keturunan). Sekitar 90 % pasien hipertensi diperkirakan
termasuk dalam kategori ini. Pengobatan hipertensi primer sering
tetapi
kadang-kadang
lebih
banyak
menderita
hipertensi,
lebih
tinggi
tingkat
Faktor
hipertensi.
genetik
dapat
menyebabkan
seseorang
mengalami
Pengurangan berat
frekuensi
denyut
jantung
yang
lebih
tinggi.
Hal
2012).
Seseorang
mengkonsumsi minuman beralkohol lebih dari dua gelas per hari dapat
meningkatkan resio mengalami tekanan darah tinggi (Hananta, 2011).
d. Natrium
WHO (1990) menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur
hingga 6 gram sehari (sama dengan 2400 mg Natrium) (Almatsier,
2003). Natrium dalam darah memiliki efek langsung pada peningkatan
tekanan
darah
dengan
membentuk
ikatan
dengan
air
yang
Aldosteron merangsang
buah
Natrium Bisulfit yang biasa digunakan untuk mengawetkan
asupan makanan. Makanan yang mengandung kalium antara lain buahbuahan, sayuran, dan biji-bijian merupakan sumber kalium yang baik.
Kalium memiliki efek anti-hipertensi. Efek ini juga berhubungan dengan
interaksi yang kompleks dengan beberapa nutrien dan substansi lain.
Dietary
Approaches
to
Stop
Hypertension
(DASH)
yang
telah
normal
sebanyak
30-50%
kalsium
yang
kalsium utama adalah susu dan hasil olahan susu, seperti keju. Ikan,
serealia, kacang-kacangan dan hasil olahan, tahu dan tempe, sayuran
hijau merupakan sumber kalsium yang baik, tetapi bahan makanan ini
mengandung banyak zat yang menghambat penyerapan kalsium seperti
serat, fitat dan oksalat (Almatsier, 2001).
Kalsium
menguatkan tulang.
Diet
Kadar serat
Serat larut
Keadaan ini
Beberapa jenis
ikan laut Indonesia seperti bawal, tuna, tenggiri, sidat, dan ikan
layang memiliki kandungan asam lemak Omega 3 sangat tinggi
yaitu 10.9 gram/100 gram.
Saat ini omega-3 terbukti berperan dalam mencegah beberapa
penyakit
kronis seperti
hipertensi
adalah
dengan
hipertensi.
Peran
cara mencegah
omega-3 terhadap
agregasi platelet
dan
Natrium (mg)
500
110
710
250
700
500
530
500
Corned beef
1250
Dagung bebek
200
Ikan sarden
131
Keju
1250
Sosis
1000
Kecap
4000
Susu asam bubuk
600
Susu skim bubuk
470
Margarin
987
Mentega
987
Garam
38758
Saos
2100
Sumber : Sunita Almatsier, 2010. Penuntun Diet Edisi Baru
D. Asupan Kalium
Kalium merupakan elektrolit utaman untuk mengontrol cairan intraseluler
(Mary et al 2005). Suplemen kalium dapat menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi. Penurunan tekanan darah lebih nyata pada orang kulit
hitam dibandingkan dengan orang kulit putih. Penurunan tekanan darah juga
lebih tinggi pada orang dengan asupan NaCl yang tinggi pada penderita
hipertensi dibandingkan pada orang yang normotensi. Kalium merupakan ion
utama dalam cairan intraseluler, sebaliknya natrium merupakan ion utama dalam
cairan ektraseluler. Cara kerja kalium adalah kebalikan dari natrium. Konsumsi
kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan
intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan
menurunkan tekanan darah. Dengan demikian konsumsi natrium perlu diimbangi
dengan kalium (Astawan, 2004). Kalium dapat menurunkan tekanan darah
sistolik maupun diastolic dengan menghambat pelepasan renin sehingga terjadi
peningkatan ekskresi natrium dan air. Renin beredar dalam darah dan bekerja
dengan mengkatalis penguraian angiotensin menjadi angiotensin I. Angiotensin I
berubah menjadi bentuk aktifnya yaitu angiotensin II dengan bantuan angiotensin
converting enzyme (ACE). Angiotensin II berpotensin besar meningkatkan
tekanan
darah
karena
bersifat
vasoconstrictor
dan
dapat
merangsang
(Diettary
Approaches
to
Shop
Hypertension)
kebutuhan
kalium
Tabel 4. Daftar Kadar Kalium Bahan Makanan (dalam 100 gram Bahan
Makanan)
Bahan Makanan
Havermout
Jagung kuning
Kentang
Singkong
Tepung kedelai
Tepung tapioca
Ubi kuning
Ubi putih
Daging sapi
Kacang hijau
Kacang kedelai
Kacang merah
Kalium (mg)
200
260
396
926
400
400
304
210
489
1132
1504
1151
Kacang tanah
421
Bayam
416
Daun papaya muda
652
Peterseli
900
Kapri
370
Kembang kol
349
Pisang
435
Pepaya
221
Avokad
221
Apel merah
203
Jeruk
163
Cokelat susu
500
Susu asam bubuk
1800
Susu penuh bubuk
1200
Susu skim bubuk
1500
Kelapa
555
Bubuk cokelat
1000
Teh
1800
Tomat
235
Sumber: Sunita Almatsier, 2010. Penuntun Diet Edisi Baru
E. Status Gizi
Status gizi merupakan keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi,
penyerapan dan penggunaan makanan. Susunan makanan yang memenuhi
kebutuhan gizi tubuh, pada umumnya dapat menciptakan status gizi yang
memuaskan (Suhardjo, 2006).
Status gizi merupakan cerminan ukuran terpenuhinya kebutuhan gizi.
Status gizi secara parsial dapat diukur dengan antropometri (pengukuran bagian
tertentu dari tubuh) atau biokimia atau secara klinis (PERSAGI, 2009).
Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel
tertentu. Sedangkan keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara
relatif ataupun absolut satu atau lebih zat gizi disebut malnutrition (gizi salah)
(Supariasa, IDN., dkk., 2012).
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat
atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya
yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan
kurang dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat
badan
lebih
akan
meningkatkan
risiko
terhadap
penyakit
degeneratif
(Suryadipraja, 2003). Dengan IMT akan diketahui apakah berat badan seseorang
dinyatakan normal, kurus atau gemuk. Penggunaan IMT hanya untuk orang
dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja,
ibu hamil, dan olahragawan (Supariasa et al, 2002).
Untuk mengetahui nilai IMT, dapat dihitung dengan rumus berikut:
Berat Badan (Kg)
IMT
= ------------------------------------------------------Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)
Klasifikasi BMI (Body Mass Index) atai IMT dari berbagai sumber dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel. 2 Klasifikasi IMT menurut WHO (1998)
Kategori
IMT (kg/m )
Underweight
<18,5
Batas normal
18,5 - 24,9
Overweight:
25
- Pre-obese
25 - 29,9
- Obese I
30 - 34,9
- Obese II
35 - 39,9
- Obese III
40
(Sumber : Suharmiati,2003)
Risiko
Cormobiditas
(Kesakitan)
Rendah (tetapi risiko
terhadap masalahmasalah klinis lain
meningkat)
Rata-rata
Meningkat
Sedang
Berbahaya
Sangat berbahaya
IMT (kg/m )
Underweight
<18,5
Risiko
Cormobiditas
(Kesakitan)
Rendah (tetapi risiko
terhadap masalahmasalah klinis lain
meningkat)
Batas normal
18,5 - 24,9
Overweight:
25
- At Risk
25 - 29,9
- Obese I
30 - 34,9
- Obese II
35 - 39,9
(Sumber : Suharmiati,2003)
Rata-rata
Meningkat
Sedang
Berbahaya
usia
tidak
berlebih
dapat
magnesium,
kalsium
dan
kalium
dapat
pula
Diabetes
Mellitus
adalah
keadaan/kelainan
dimana
disebabkan
karena
kekurangan
insulin
atau
tidak
terjadi
karena
insulin
yang
dihasilkan
tidak
memenuhi kecukupan.
- Pada DM tipe I :
Insuline Dependent SM (IDDM), terjadi kerusakan
sel dan pancreas sehingga kadar insulin kurang.
Biasanya berat badan (BB) normal atau di bawah
normal dan disertai dengan gejala banyak makan,
-
sel
dan
pancreas
juga
disertai
tidak
dikatakan menderita KEK, bila IMT <17, selain itu dari pemeriksaan
klinis dapat terlihat bahwa orang tersebut sangat kurus dan tulangtulangnya menonjol.
Penyebab kurang energi kronis (KEK) pada usia lanjut antara lain:
- Makan tidak enak karena berkurangnya fungsi alat perasa
-
dan penciuman.
Banyak gigi yang tanggal/ ompong sehingga untuk makan
terasa sakit.
Nafsu makan berkurang karena kurang aktivitas kesepian,
depresi, penyakit kronis, efek samping dari obat, alkohol
dan rokok.
dalam
jangka
waktu
lama
akan
timbul
Osteoporosis.
Osteoporosis pada wanita terjadi setelah dua tahun menopause. Hal ini
karena massa tulang wanita lebih kecil daripada pria dan pengaruh
penurunan hormon estrogen pada wanita yang telah mengalami
menopause.
Kekurangan
kalsium
dalam
waktu
lama
dapat
menyebabkan osteoporosis.
4. Gout
Gout dapat timbul sebelum usia lanjut yang akan berlangsung
sampai usia lanjut. Gout lebih sering terjadi pada pria.
Kelainan metabolisme protein yang menyebabkan asam urat
dalam darah meningkat. Kristal asam urat akan menumpuk di
persendian yang menyebabkan rasa nyeri dan bengkak di sendi.
Daerah sasaran gout yaitu ibu jari kaki, telapak kaki, pergelangan
dan lutut. Pada kulit sekitar permukaan sendi yang terserang
membengkak dan hangat dengan warna kemerahan.
Pada penderita gout perlu pembatasan konsumsi protein agar
kadar asam urat dalam darah menurun. Selain itu, asam urat yang
berlebih dapat menjadi pencetus terjadinya batu ginjal.
5. Kurang Zat Gizi Mikro Lain
Kekurangan zat gizi mikro biasanya menyertai usia lanjut
penderita KEK, namun kekurangan zat gizi mikro dapat pula terjadi pada
orang dengan status gizi baik. Hal ini disebabkan karena pola makan
dengan menu yang tidak beragam. Kekurangan zat gizi mikro ini antara
lain yaitu kurang zat besi, kurang vitamin A, kurang vitamin B1, asam
folat, vitamin B12, kurang vitamin C, kurang kalsium dan vitamin D,
kurang vitamin E, kurang magnesium (Mg), kurang mineral seng (Zn),
dan kurang serat.
G. Kebutuhan Gizi pada Lanjut Usia
Lansia harus tetap memperhatikan asupan gizinya meskipun lansia tidak
mengalami perkembangan dan pertumbuhan lagi. Lansia sangat membutuhkan
asupan gizi zat yang essensial untuk mengganti sel-sel yang sudah rusak serta
menjaga kestabilan daya tahan tubuhnya (Wirakusumah, 2000).
Pada prinsipnya zat gizi dibutuhkan oleh lansia sama seperti usia muda
yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air dan serat dalam jumlah
seimbang yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing lansia. Konsumsi
makanan yang cukup dan seimbang bermanfaat bagi lansia untuk mencegah
atau mengurangi kemungkinan penyakit degeneratif serta kemungkinan kurang
gizi (Departemen Kesehatan RI, 2003).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2003), Angka Kecukupan Gizi
(AKG) setiap individu akan berbeda sesuai dengan kondisi masing-masing pada
umumnya dihitung berdasarkan kebutuhan kalori atau energi, sebagai berikut:
a. Energi
Menurut Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 1998, secara umum
kecukupan gizi yang dianjurkan untuk lansia (> 60 tahun) pada laki-laki
adalah 2200 kalori dan pada wanita adalah 1850 kalori.
Kebutuhan
energi
penurunan
pada
lansia
menurun
sehubungan
dengan
Untuk
mengandung
vitamin,
mineral,
dan
serat
daripada
Aktivitas fisik yang dilakukan secara tepat dan teratur, serta frekuensi
dan lamanya waktu yang digunakan dengan baik dan benar dapat membantu
menurunkan tekanan darah. Aktivitas fisik yang cukup dapat membantu
menguatkan jantung. Jantung yang lebih kuat tentu dapat memompa lebih
banyak darah meskipun hanya menggunakan sedikit usaha. Semakin ringan
kerja jantung, maka semakin sedikit tekanan pada pembuluh darah arteri
sehingga mengakibatkan tekanan darah menjadi turun. Beberapa studi
menunjukkan bahwa olahraga yang dilakukan secara rutin dan teratur dapat
mengurangi faktor risiko terhadap penyakit jantung koroner, termasuk hipertensi
(Simamora dalam Anggraeny, 2013).
Mengacu kepada FAO/WHO/UNU (2001) besarnya aktivitas fisik yang
dilakukan seseorang dalam 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity
Level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan besarnya energi yang
dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan dalam 24 jam.
PAL ditentukan
Ratio
(PAR)
merupakan
jumlah
energy
yang
dikeluarkan untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu. Total PAL selama 24
jam diperoleh dengan menjumlahkan seluruh hasil perkalian waktu (jam) dan
PAR. Untuk mengetahui rata-rata nilai PAL selama 1 hari dengan membagi total
PAL dengan 24 jam. Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL:
Tabel. 4 Klasifikasi Aktivitas Fisik menurut FAO/WHO/UNU (2001)
Kategori
Ringan (sedentary lifestyle)
Sedang (active or moderately active
lifestyle)
Berat (vigorous or vigorously active
lifestyle)
(Sumber : FAO/WHO/UNU, 2001)
I.
Kebiasaan Merokok
PAL
1.40-1.69
1.70-1.99
2.00-2.40