Вы находитесь на странице: 1из 19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Penelitian


Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus berada di sebelah Timur dari ibu
kota Kabupaten Kudus. Kecamatan ini mempunyai luas wilayah + 3.676,57
Ha dengan perincian untuk tanah sawah sekitar 1.698,80 Ha dan peruntukan
tanah kering sekitar 1.977,77 Ha.Kecamatan Jekulo berada di dataran rendah.
Ibukota Kecamatannya berada pada ketinggian + 13,6 meter di atas
permukaan laut. Jarak Ibukota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan (Ibukota)
Kabupaten Kudus 6 Km. Kecamatan Jekulo beriklim seperti layaknya daerah
dataran rendah di daerah tropis dengan cuaca panas sebagai cirri khasnya.Suhu
tertinggi yang tercatat di Kecamatan Jekulo adalah 35 C dengan suhu
terendah 25 C.
Desa Bulungcangkring RW 10 Kecamatan Jekulo adalah salah satu
desa yang berada di wilayah kecamatan Mejobo diantara 12 desa lainnya yang
menjadi wilayah kecamatan Jekulo. Adapun Batas-batas wilayah DesaBulung
cangkring Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus adalah sebelah utara
berbatasan dengan wilayah Kecamatan Bae, sebelah timur berbatasan dengan
wilayah Kabupaten Pati, sebelah selatan berbatasan dengan wilayah
Kabupaten Pati dan sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kecamatan
Mejobo dan Bae.
Wilayah Desa Bulung Cangkring Kecamatan Jekulo memiliki banyak
lahan pertanian yang potensial apabila dikelola dengan baik melalui
intensifikasi maupun ekstensifikasi pertanian. Lahan pertanian yang
merupakan tanah sawah seluas 962,614 Ha (53,37 %) terbagi untuk irigasi
teknis 65,881 Ha (13,55 %), irigasi setengah teknis 40,934 Ha (32,66%),
irigasi sederhana 91,043 Ha (37,72 %), tanah hujan 54,756 (18,075 %) dan

lainnya dipergunakan untuk pekarangan, tegalan, rawa dan lain-lainnya


(jalan, sungai, kuburan, dll).
Jumlah

penduduk

Desa

Mejobo

Kecamatan

Mejobo

Kudus

berdasarkan hasil registrasi penduduk 2013 sebanyak 7.410 orang terdiri atas
3.644 laki-laki dan 3.766 perempuan. Menurut kelompok umur, sebagian
besar penduduk Desa Mejobo termasuk dalam usia produktif (15-64 tahun)
sebanyak 68,08%, selebihnya 26,82 % berusia dibawah 15 tahun dan 5,10%
berusia 65 tahun keatas. Hasil penelitian Hubungan Pola Asuh Orang Tua
dengan Perilaku Seks Pranikah di Desa Bulungcangkring RW 10 Kecamatan
Jekulo, Kabupaten Kudus didapatkan hasil sebagai berikut :
B. Karakteristik Responden
Jumlah responden yang banyak, tentunya akan memiliki karakteristik
yang berbeda-beda, sehingga peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian
dari masing-masing karakteristik tersebut dan menyajikan hasil penelitian
sebagai berikut :
1. Umur Responden
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di RW 10 Desa
Bulungcangkring Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus.
Umur
Frekuensi
Persentase (%)
Mean
SD
13
25
27,5
14
21
23,1
15
9
9,9
16
9
9,9
15,27
2,21
17
11
12,1
18
4
4,4
19
7
7,7
20
5
5,5
Total
91
100

Berdasarkan tabel 4.1 distribusi karakteristik umur responden di RW


10 Desa Bulungcangkring, Jekulo, Kudus. Dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa rata-rata usia responden adalah 15,27 tahun, dengan umur 13 tahun
sebanyak 25 orang (27,5%), umur 14 tahun sebanyak 21 orang (23,1%), umur
15 tahun sebanyak 9 orang (9,9%), umur 16 tahun sebanyak 9 orang (9,9%),
umur 17 tahun sebanyak 11 orang (12,1%), umur 18 tahun sebanyak 4 orang

(4,4%), umur 19 tahun sebanyak 7 orang (7,7%) dan umur 20 tahun sebanyak
5 orang (5,5%) dengan nilai SD (standar deviasi) 2,21.

2. Jenis Kelamin
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di RW 10 Desa
Bulungcangkring, Jekulo, Kudus.
Jenis Kelamin
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Laki-laki
36
39,6
Perempuan
55
60,4
Total
91
100

Hasil tabel 4.2 dari data karakteristik responden berdasarkan jenis


kelamin yang diperoleh adalah laki-laki sebanyak 36 responden
dengan persentase 39,6% dan perempuan sebanyak 55 responden
dengan persentase sebanyak 60,4%.
3. Pendidikan terakhir
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan terakhir di RW 10
Desa Bulungcangkring, Jekulo, Kudus.
Pendidikan
Frekuensi(f)
Persentase (%)
SD
3
3,3
SMP
57
62,6
SMA
29
31,9
Perguruan Tinggi
2
2,2
Total
91
100

Hasil tabel 4.3 dari data karakteristik responden berdasarkan


pendidikan terakhir diperoleh SD sebanyak 3 responden dengan
persentase 3,3%, SMP sebanyak 57 responden dengan persentase
62,6%, SMA sebanyak 29 responden dengan persentase 31,9% dan
Perguruan Tinggi sebanyak 2 responden dengan persentase 2,2%.
C. Pola Asuh Orang Tua
Distribusi frekuensi orang tua yang memiliki anak remaja di RW 10
Desa Bulungcangkring kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus berdasarkan pola
pengasuhan anak dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut ini:

Tabel 4.4.
Tabulasi Per Item Pola Asuh Orang Tua di RW 10 Desa Bulung Cangkring
Kecamatan Jekulo Kudus berdasarkan pola pengasuhan anak
No
1
2
3
4
5

6
7

8
9

10

11
12
13
14

15
16
17

18
19
20
21

Pernyataan
Otoriter
Orang tua saya memegang kendali kepada saya
bagaimanapun keadaannya
Orang tua saya selalu membuat keputusan
untuk saya
Saya mematuhi atau melaksanakan apa yang
orang tua perintahkan
Orang tua sering membentak saya ketika
marah
Menurut orang tua saya disiplin berarti
memberi hukuman jika saya melakukan
kesalahan
Orang tua saya memberikan hukuman secara
fisik kepada saya
Orang tua saya menghabiskan sedikit waktu
dengan saya
Demokratis
Orang tua saya melibatkan saya dalam proses
pengambilan keputusan
Jikasikap atau perilaku saya tidak baik orang
tua saya menegur secara langsung tetapi tidak
kasar
Orang tua saya memberikan penghargaan
terhadap sikap saya yang baik
Orang tua saya memberi penghargaan kepada
saya atas prestasi sekolah
Orang tua saya berharap saya dapat bersikap
mandiri di usia yang tepat
Orang tua saya mendukung sikap saya yang
konstruktif atau membangun
Orang tua saya mendiskusikan peraturan
secara langsung kepada saya
Permisif
Orang tua saya menetapkan beberapa peraturan
untuk saya
Orang tua saya tidak konsisten dalam
menenegakkan peraturan yang telah di buat
Orang tua saya mengabaikan kebanyakan sikap
yang tidak tepat dari saya, karena mengangap
itu sebagai hal yang biasa
Orang tua saya memendam rasa jengkel atas
sikap saya dalam hati
Orang tua saya merasa kualahan dalam
menghadapi sikap dan perilaku saya
Orang tua saya selalu mengalah pada bantahan,
rengekan, dan tuntutan lain dari saya
Orang tua saya memberikan kebebasan kepada
saya dalam mengekspresikan keinginan hati
saya

(SS)

(S)

(KK)

(TP)

10

11,0

28

30,8

31

34,1

22

24,2

34

37,4

47

51,6

8,8

2,2

1,1

25

27,5

33

36,3

32

35,2

25

27,5

39

42,9

22

24,2

5,5

23

25,3

33

36,3

24

26,4

11

12,1

55

60,4

29

31,9

4,4

3,3

31

34,1

26

28,6

21

23,1

13

14,3

6,6

12

13,2

43

47,3

30

33,0

23

35,2

32

35,2

23

25,3

13

14,3

25

27,5

25

27,5

22

24,2

19

20,9

24

26,4

19

20,9

24

26,4

24

26,4

25

27,5

22

24,2

26

28,6

18

19,8

21

23,1

30

33,0

26

28,6

14

15,4

11

12,1

34

37,4

24

26,4

22

24,2

17

18,7

48

52,7

20

22,0

6,6

6,6

24

26,4

36

39,6

25

27,5

14

15,4

41

45,1

28

30,8

8,8

22

24,2

32

35,2

26

28,6

11

12,1

2,2

4,4

35

38,5

50

54,9

4,4

10

11,0

45

49,5

32

35,2

28

30,8

27

29,7

23

25,3

13

14,3

Berdasarkan tabulasi per item dari no. 1 7 yang merupakan


item pertanyaan pola asuh otoriter maka didapatkan hasil bahwa
sebagian besar responden menyatakan sangat sering orang tua saya
memberikan hukuman secara

fisik kepada saya sebanyak 55

responden (60,4%), sebagian besar menyatakan sering bila orang tua


saya selalu membuat keputusan untuk saya sebanyak 47 responden
(51,6%), sebagian besar responden menyatakan kadang-kadang pada
item pertanyaan tentang saya mematuhi atau melaksanakan apa yang
orang tua perintahkan 33 responden (33,6%) dan sebagian besar
responden menyatakan tidak pernah pada item pertanyaan saya
mematuhi atau melaksanakan apa yang orang tua perintahkan
sebanyak 32 responden (35,2%).
Pada item pertanyaan no. 8 14 yang merupakan pertanyaan
pola asuh demokratis maka didapatkan hasil bahwa sebagian besar
responden menyatakan sangat sering pada item pertanyaan tentang
Orang tua saya memberikan penghargaan terhadap sikap saya yang
baik sebanyak 25 responden 27,5%). Sebagian besar responden
menyatakan sering pada pertanyaan tentang Orang tua saya
mendiskusikan peraturan secara langsung kepada saya sebanyak 34
responden (37,4%), sebagian besar responden menyatakan kadangkadang pada item pertanyaan tentang Orang tua saya melibatkan saya
dalam proses pengambilan keputusan sebanyak 43 responden (47,3%)
dan sebagian besar responden menyatakan tidak pernah pada item
pertanyaan tentang Orang tua saya melibatkan saya dalam proses
pengambilan keputusan sebanyak 30 responden (33%).
Pada item pertanyaan no. 15 21 yang merupakan pertanyaan
pola asuh permisif maka didapatkan hasil bahwa sebagian besar
responden menyatakan sangat sering Orang tua saya memberikan

kebebasan kepada saya dalam mengekspresikan keinginan hati saya


sebanyak

28

responden

(30,8%),

sebagian

besar

responden

menyatakan sering bila Orang tua saya menetapkan beberapa peraturan


untuk saya sebanyak 48 responden (52,7%), sebagian besar responden
menyatakan kadang-kadang bila Orang tua saya selalu mengalah pada
bantahan, rengekan, dan

tuntutan lain dari

saya sebanyak 45

responden (49,5%) dan sebagian besar responden menyatakan tidak


pernah bila Orang tua saya merasa kualahan dalam menghadapi sikap
dan perilaku saya sebanyak 50 responden (54,9%).
Tabel 4.5.
Distribusi Frekuensi pola asuh orang tua di RW 10Desa Bulung Cangkring
Kecamatan Jekulo Kudus berdasarkan pola pengasuhan anak

Pola Pengasuhan Anak

Jumlah

Persentase

Otoriter

5,5%

Permisif

38

41,8%

Demokratis

44

48,4%

Campuran

4,4%

91

100,0

Jumlah

Dari tabel 4.5. dapat diketahui bahwa sebagian besar orang tua
di desa Bulungcangkring Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus,
diketahui memiliki pola asuh orang tua yang demokratis, yaitu ada 44
orang (48,4%), Permisif 38 orang (41,8%), Otoriter 5 orang (5,5%)
dan pola asuh orang tua yang campuran sebanyak 4 orang tua (4,4%).

D. Perilaku seks pranikah

Distribusi frekuensi perilaku seksualitas di RW 10 Desa


Bulungcangkring kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus berdasarkan
pola pengasuhan anak dapat dilihat pada tabel 4.6. berikut ini:
Tabel 4.6
Tabulasi Per Item Perilaku seksualitasdi RW 10 Desa Bulu Cangkring
Kecamatan Jekulo Kudus berdasarkan pola pengasuhan anak
No

Pertanyaan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Berfantasi seks
Melihat film porno
Mencium kening saat berpacaran
Mencium pipi saat pacaran
Mencium bibir saat pacaran
Mengelus-elus leher saat berpacaran
Mencium leher saat berpacaran
Meremas-remas buah dada saat pacaran
Meraba-raba organ kelamin di luar baju
Saling meraba daerah kemaluan saat pacaran
Menggesekkan organ kelamin pada pasangannya
Memegang-megang alat kelamin saat pacaran
Melakukan oral seks pada waktu berpacaran
Melakukan hubungan seks (senggama) saat
berpacaran
Melakukan hubungan seks melalui dubul(anal
seks)

15

Ya
f

Tidak

17
27
28
31
14
7
7
4
2
1
0
0
0
0

%
18,7 %
29,7 %
30,8 %
34,1 %
15,4 %
7,7 %
7,7 %
4,4 %
2,2 %
1,1 %
0%
0%
0%
0%

f
74
64
63
60
77
84
84
87
89
90
91
91
91
91

%
81,3%
70,3%
69,2%
65,9%
84,6%
92,3%
92,3%
95,6%
97,8%
98,9%
100%
100%
100%
100%

100 %

91

100%

Pada tabulasi perilaku seksualitas di atas di dapatkan hasil pada


pertanyaan no 4 mendapatkan jawaban ya paling besar dengan 31
responden menjawab ya dengan persentase 34,1%. Hasil ini
menunjukkan perilaku seksualitas yang paling banyak di lakukan
remaja adalah berciuman pipi saat berpacaran.
Adapun Distribusi Frekuensi orang tua di RW 10 Desa
Bulungcangkring Kecamatan Jekulo Kudus berdasarkan pola
pengasuhan anak dapat dilihat pada tabel berikut:Distribusi
frekuensi perilaku seks pranikah di RW 10 Desa Bulungcangkring
Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus dapat dilihat pada tabel 4.7.
berikut ini:

Tabel 4.7.
Distribusi Frekuensi Perilaku Seks Pranikah di RW 10 Desa Bulungcangkring
Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus
Perilaku seks pranikah

Jumlah

Persentase

Menyimpang

43

47,3%

Tidak menyimpang

48

52,7%

91

100,0

Jumlah

Hasil dari tabel 4.7. dapat diketahui bahwa remaja di RW 10


Desa Bulungcangkring Kecamatan Jekulo mempunyai perilaku seks
pranikah yang tidak menyimpang sebanyak 48 anak (52,7%) dan
mempunyai perilaku seks menyimpang sebanyak 43anak (47,3%).
E. Hubungan pola asuh orang tua dengan prilaku seks bebas pada anak
remaja di Desa Bulungcangkring RW 10 Kecamatan Jekulo Kabupaten
Kudus
Sebelum dilakukan analisis tentang hubungan pola asuh orang tua
dengan prilaku seks bebas pada anak remaja di Desa Bulungcangkring RW
10, Jekulo, Kudusterlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan uji
Kolmogorov Smirnov. Dari hasil uji normalitas maka didapatkan hasil nilai P
value variabel pola pengasuhan orang tua dan dengan perilaku seks pranikah
adalah 0,000 maka dapat disimpulkan data terdistribusi tidak normal maka
analisis bivariat akan menggunakan uji non parametric test dengan
menggunakan teknik korelasi Rank Spearman dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.8.
Hubungan masing-masing pola asuh orang tua dengan prilaku seks bebas pada
anak remaja di Desa Bulungcangkring RW 10, Jekulo, Kudus

Pola asuh
orang tua

Perilaku Seksual Pranikah


Menyimpang Tidak
Menyimpang
n
%
n
%
Demokratis 13 29,5% 31 70,5%
Permisif
23 60,5% 15 39,5%
Otoriter
4
80,0% 1
20,0%
Campuran 3
75,0% 1
25,0%
Jumlah
43 47,3% 48 52,7%

Total

n
44
38
5
4
91

%
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%

p value

-0,296
-0,229
-0,243
-0,119

0,004
0,029
0,020
0,261

Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman. pola asuh otoriter


dengan perilaku seks pranikah remaja didapatkan nilai p value 0,020
dengan nilai (r) = -0,243 berdasarkan dari uji tersebut di ketahui ada
hubungan antara pola asuh otoriter dengan perilaku seks pranikah dan ada
perbandingan terbalik antara 2 variabel tersebut yang artinya bahwa
semakin bagus pola asuh otoriter maka perilaku seksual pranikah remaja
akan semakin berkurang dan sebaliknya. Pola asuh demokratis dengan
perilaku seks pranikah remaja didapatkan nilai p value 0,004 dengan nilai
(r) = -0,296 berdasarkan dari uji tersebut di ketahui ada hubungan antara
pola asuh demokratis dengan perilaku seks pranikah dan ada perbandingan
terbalik antara 2 variabel tersebut yang artinya bahwa semakin bagus pola
asuh demokratis maka perilaku seksual pranikah remaja akan semakin
berkurang dan sebaliknya. pola asuh permisif dengan perilaku seks
pranikah remaja didapatkan nilai p value 0,029 dengan nilai (r) = -0,229
berdasarkan dari uji tersebut di ketahui ada hubungan antara pola asuh
permisif dengan perilaku seks pranikah dan ada perbandingan terbalik
antara 2 variabel tersebut yang artinya bahwa semakin bagus pola asuh
permisif maka perilaku seksual pranikah remaja akan semakin berkurang
dan sebaliknya. pola asuh campuran dengan perilaku seks pranikah remaja
didapatkan nilai p value 0,261 dengan nilai (r) = -0,119 berdasarkan dari
uji tersebut di ketahui tidak ada hubungan antara pola asuh campuran

dengan perilaku seks pranikah dan ada perbandingan terbalik antara 2


variabel tersebut yang artinya bahwa semakin bagus pola asuh campuran
maka perilaku seksual pranikah remaja akan semakin berkurang dan
sebaliknya. Dari hasil uji di atas dapat di simpulkan jika pola asuh
demokratis sangat berpengaruh dengan perilaku seks pranikah remaja
dengan nilai p value 0,004 dengan nilai (r) = -0,296.

Tabel 4.9
Hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku seks pranikah remaja di
Desa Bulungcangkring RW:10, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus

Variabel
Independen
Pola asuh
orang tua

Variabel Dependen
Perilaku seks bebas
Menyimpang
Tidak menyimpang
N
%
n
%
43
47,3%
48
52,7%

Total

n
91

%
100%

P
value

-0,262

0,012

Dari tabel di atas antara pola asuh orang tua dengan perilaku seks
pranikah remaja didapatkan nilai p value sebesar 0,012 dengan nilai (r)=
-0,262. Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan perilaku seks pranikah
remaja dan ada perbandingan terbalik antara 2 variabel tersebut yang
artinya bahwa semakin bagus pola asuh orang tua maka perilaku seksual
pranikah remaja akan semakin berkurang dan sebaliknya, dapat dilihat dari
p value 0,012 lebih kecil dari 0,05 (<0,05). Ini menjelaskan perilaku seks
pranikah tergantung pada pola asuh orang tua.

F. Pembahasan
1. Pola Asuh Orang Tua
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua
di desa Bulungcangkring Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus,
diketahui memiliki pola asuh orang tuasebagai berikut :
Penelitian ini memperoleh hasil pola asuh orang tua yang
otoriter sebanyak 5 responden dengan persentase 5,5%. Dengan hasil
ini sebagian kecil orang tua di Desa Bulungcangkring RW 10, Jekulo,
Kudus menggunakan pola asuh otoriter yang dimana pola asuh ini
menggunakan interaksi antara orang tua dengan anak dengan cara yang
keras atau tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengeluarkan pendapatnya. Menurut Edwards D. (2006), pola asuh
otoriter adalah pengasuhan yang kaku, diktator dan memaksa anak
untuk selalu mengikuti perintah orang tua tanpa banyak alasan. Dalam
pola asuh ini biasa ditemukan penerapan hukuman secara fisik dan
aturan-aturan tanpa merasa perlu menjelaskan kepada anak apa guna
dan alasan di balik aturan tersebut
Penelitian ini memperoleh hasil pola asuh orang tua yang
demokratis sebanyak 44 responden dengan persentase 48,4%. Pola
asuh ini merupakan pola asuh yang banyak digunakan di Desa
Bulungcangkring RW 10, Jekulo, Kudus. Pola asuh demokratis
merupakan pola asuh yang melibatkan anak dalam pengambilan
keputusan dalam keluarganya. Menurut Drew (2006), Orang tua yang
dapat diandalkan menyeimbangkan kasih sayang dan dukungan
emosional dengan struktur dan bimbingan dalam membesarkan anakanak mereka.
Penelitian ini memperoleh hasil pola asuh orang tua yang
permisif sebanyak 38 responden dengan persentase 41,8%. Pola asuh
ini

merupakan

pola asuh

yang sering digunakan

di

Desa

Bulungcangkring RW 10, Jekulo, Kudus. Pola asuh permisif


merupakan pola asuh yang membiarkan anak melakukan semua
kegiatan yang dilakukannya dan tidak ada ketegasan dari orang tua
dalam mendidik anaknya. Menurut Papalia (2008), Pola asuh permisif
adalah gaya asuh yang mendidik anak secara bebas, anak dianggap
sebagai orang dewasa, diberi kelonggaran untuk melakukan hal yang
dikehendaki.
Penelitian ini memperoleh hasil pola asuh orang tua yang
campuran sebanyak 4 responden dengan persentase 4,4%. Pola asuh
ini merupakan pola asuh yang terendah digunakan di Desa
Bulungcangkring RW 10, Jekulo, Kudus. Menurut Edward D. (2006)
Pola asuh ini merupakan pola asuh yang menggunakan 2 atau lebih
pola asuh yang diterapkan terhadap keluarganya. Pola asuh campuran
adalah orang tua yang tidak konsisten dalam mengasuh anak. Orangtua
terombang-ambing antara tipe demokratis, otoriter atau permisif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak
mendapatkan pola pengasuhan demokratis, dimana orang tua yang
dapat diandalkan menyeimbangkan kasih sayang dan dukungan
emosional dengan struktur dan bimbingan dalam membesarkan anakanak mereka. Tipe orang tua ini memperhatikan cinta dan kehangatan
pada anak. Orang tua dengan tipe ini banyak memberikan kesempatan
kepada anak untuk berbuat keputusan secara bebas, berkomunikasi
dengan lebih baik, mendukung anak untuk memiliki kebebasan
sehingga anak mempunyai kepuasan sedikit menggunakan hukuman
badan untuk mengembangkan disiplin. Pola asuh demokratis
dihubungkan dengan tingkah laku anak-anak yang memperlihatkan
emosional positif, sosial, dan pengembangan kognitif.
Penelitian ini memperoleh hasil yang menyebutkan masih
tingginya pola asuh orang tua yang permisif dimana orangtua dalam

lingkungan ini juga terlalu sibuk mencari nafkah, bahkan kebanyakan


orangtua bekerja mencari nafkah keluar negeri ataupun pergi ke tempat
lain yang jauh untuk mencari nafkah yang lebih banyak. Oleh karena
itu orangtua tidak dapat memberikan pola asuh yang baik kepada
anaknya. Dengan banyaknya orang tua yang terlalu sibuk mencari
nafkah seakan-akan anak di biarkan melakukan hal yang mereka sukai.
Dengan banyaknya remaja yang melakukan seks pranikah di takutkan
banyak terjadi kehamilan di luar nikah dan terjadi penyakit-penyakit
menular seksual (PMS).
Hasil penelitian yang dilakukan Febry. S. (2010) dengan judul
hubungan komunikasi interpersonal dengan orang tua dengan perilaku
agresif pada remaja putri di SMA Pekalongan dengan sampel 18 orang
dan SMK 19 orang diperoleh hasil sebesar = -0,452 dengan p<0,01
sehingga redapat hubungan negatif yang signifikan dan menurut hasil

penelitian dari Fiandari tentang hubungan antara Keharmonisan


Keluarga dengan Sikap Seks Pranikah pada Remaja dengan sampel 70
orang, laki-laki 36 orang dean perempuan 34 orang. Hasil analisis
menunjukkan nilai sebesar o,354 (p<0,01).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Liza M dan Andriani E. (2005) tentang Perbedaan anservitas


remaja ditinjau dari pola asuh orang tua dengan hasil penelitian
menunjukkan Ada perbedaan yang signifikan dalam asertivitas remaja
ditinjau dari pola asuh orang tua
2. Perilaku seksual pranikah

Berdasarkan hasil dari tabel 4.6 didapatkan pertanyaan


berfantasi seks sebesar 18,7%, melihat film porno sebesar 29,7%,
mencium kening saat berpacaran 30,8%, mencium pipi sebesar 34,1%
dan mencium bibir sebesar 15,4%.

Pada zaman sekarang ini perilaku seksual banyak di pengaruhi


oleh media yang semakin canggih. Film porno dapat dinikmati dengan
cara mudah seperti melalui handphone, televisi, komputer dll. Hasil
ini dapat di buktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh
Fitriasary.E dan Muslimin.Z.I (2010) dengan judul intensitas
mengakses situs porno dan perilaku seksual remaja. Hasil penelitian
ini menunjukkan hasil analisis data diperoleh koefisien korelasi (rxy)
sebesar 0,440 dengan taraf signifikasi 0,000 (p<0,001), hal ini berarti
ada hubungan positif yang sangat signifikan antara intensitas
mengakses situs porno dengan tingkat perilaku seksual. Semakin
tinggi intensitas mengakses film porno akan semakin tinggi pula
tingkat perilaku seksual. Penelitian juga dilakukan oleh Darmasih
(2009) dengan hasil 88,6% responden menonton film porno.
Hubungan pacaran juga sangat berpengaruh terhadap perilaku
seksual pranikah seperti mencium pipi, kening dan bibir pada
pasangannya. Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa perilaku
itu biasa dilakukan saat berpacaran dan merupakan hal yang wajar.
Banyak juga yang mengatakan melakukan hal tersebut atas dasar rasa
sanyang. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyak penelitian yang
dilakukan seperti : hasil penelitian dari Setiawan.R dan Nurhidayah.S
(2008) dengan judul pengaruh pacaran terhadap perilaku seks
pranikah menunjukkan 22,84% reponden melakukan perilaku seksual
berupa mencium kening sampai mencium bibir dengan pasangan.
Penelitian oleh Agustina.R (2012) dengan judul perilaku
pacaran siswi sekolah menengah pertama negeri Banyumanik di Kota
Semarang di dapatkan hasil mencium pipi sebesar 12%, mencium
bibir 9%. Hasil penelitian Dharminto (2010) menunjukkan hasil
mencium pipi sebanyak 67,0% responden, mencium bibir 33,5%

Hasil penelitian di atas membuktikan bahwa film porno


mempunyai pengaruh yang sangat signifikan sebesar 86,3 % dalam
perilaku seksual remaja dan perilaku seksual remaja yang banyak
dilakukan adalah mencium pipi dan bibir saat berpacaran. Responden
mengatakan melakukan perilaku seksual di karenakan rasa sayang
pada pasangannya.
Bila dilihat dari jawaban responden atas beberapa pernyataan
tentang perilaku seks pranikah masih banyak remaja yang melakukan
perilaku yang menyimpang sebanyak 43 responden dengan persentase
47,3%.

Perilaku penyimpangan ini disebabkan oleh beberapa hal

seperti pola asuh orang tua, tehnologi, teman sebaya, lingkungan dan
masih banyak lagi faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
perilaku yang menyimpang.
Pola asuh orang tua dapat mempengaruhi perilaku seks
menyimpang pada remaja itu di karenakan orang tua belum dapat
memberikan pola asuh yang baik kepada anaknya.
Perilaku menyimpang pada remaja banyak dapat di pengaruhi
oleh berbagai macam hal seperti : Pola asuh orang tua, Tekhnologi,
teman sebaya dll. Pola asuh dapat mempungaruhi perilaku
menyimpang itu dapat di buktikan dengan penelitian dari Hidayat.T
(2009) dengan hasil nilai p value sebesar 0,000 (p<0,05) ini
membuktikan terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku seks
bebas dan kualitas komunikasi orang tua dan anak. Jadi jika kualitas
komunikasi orangtua dan anak semakin rendah, maka perilaku seks
semakin meningkat.
Tekhnologi juga dapat mempengaruhi perilaku menyimpang
itu di buktikan dengan adanya hasil dari penelitian Fitriasary.E dan
Muslimin.Z.I (2010) dengan judul intensitas mengakses situs porno
dan perilaku seksual remaja. Hasil penelitian ini menunjukkan hasil

analisis data diperoleh koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,440 dengan


taraf signifikasi 0,000 (p<0,001), hal ini berarti ada hubungan positif
yang sangat signifikan antara intensitas mengakses situs porno dengan
tingkat perilaku seksual. Semakin tinggi intensitas mengakses film
porno akan semakin tinggi pula tingkat perilaku seksual.
Teman

sebaya

juga

dapat

mempengaruhi

perilaku

menyimpang dengan adanya hasil penelitian dari Dharminto (2012)


dengan hasil p value 0,004 (p<0,05). Ini membuktikan jika ada
hubungan yang signifikan antara teman sebaya dengan perilaku
seksual remaja. Hasil dari penelitian-penelitian di atas membuktikan
bahwa pola asuh orang tua, tekhnologi dan teman sebaya sangat
mempengaruhi perilaku menyimpang pada remaja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar remaja di
Desa Bulungcangkring Kecamatan Jekulo mempunyai perilaku yang
tidak menyimpang terkait dengan seks pranikah. Banyak sekali
kenakalan-kenakalan yang dilakukan remaja karena tidak mendapat
tempat dalam masyarakat atau lingkungan tempat tinggalnya.Para
remaja ini

meluapkan

kekesalan

mereka

dengan

melakukan

kenakalan-kenakalan yang dapat merugikan masyarakat bahkan


dirinya sendiri. Dari sini dapat dilihat bahwa seorang remaja dapat
melakukan

hal-hal

yang

bertentangan

dengan

norma-norma

masyarakat bahkan, hukum yang berlaku dan bukan hanya merugikan


diri sendiri tapi, kenakalan remaja dapat merugikan banyak pihak dan
orang lain baik secara materi maupun nyawa.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Salvina febri anggarini (2010) tentang Perilaku agresis remaja
putri ditinjau dari komunikasi interpersonal dengan orang tua dengan
hasil penelitian menunjukkan Ada hubungan negatif yang sangat

signifikan antara komunikasi interpersonal dengan orang tua dengan


perilaku agresif pada remaja putri.

3. Hubungan pola asuh orang tua dengan prilaku seksual pranikah


pada anak remaja di Desa Bulungcangkring RW 10 Kecamatan
Jekulo Kabupaten Kudus

Berdasarkan hasil analisis data antara pola asuh demokratis


dengan perilaku seksualitas pranikah dengan menggunakan Rank
Spearman, maka didapatkan hasil p value sebesar 0,004 dengan nilai
(r)=-0,296. Berdasarkan hasil dapat dijelaskan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara pola asuh demokratis dengan prilaku
seksualitas pranikah pada anak remaja di Desa Bulungcangkring RW
10 kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus tahun 2014. Pola asuh
permisif dengan perilaku seks pranikah remaja didapatkan nilai p
value 0,029 dengan nilai (r) = -0,229 berdasarkan dari uji tersebut di
ketahui ada hubungan antara pola asuh permisif dengan perilaku seks
pranikah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara pola asuh demokratis dengan perilaku seksualitas
pranikah remaja di desa Bulung cangkring Kecamatan Jekulo Kudus.
Hal ini dapat diasumsikan bahwa remaja yang mendapatkan pola asuh
yang demokratis tidak hanya dapat menjadikan anak lebih baik, tapi
bisa juga malah sebaliknya membuat anak tidak terkontrol, karena
remaja dibebaskan mengambil keputusan sendiri.
Hasil ini menimbulkan banyak pertanyaan terutama pada pola
asuh demokratis. Karena, pola asuh demokratis sering di artikan pola
asuh yang paling tepat dan baik untuk membimbing anak. Pola asuh
orang tua baik untuk beberapa hal seperti mengajarkan kemandirian,

perilaku , motivasi belajar. Seperti pada penelitian Hidayat.T (2011)


dengan hasil p value 0,001 (p<0,05) menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dan pola asuh
demokratis orang tua dengan kemandirian belajar. Penelitian juga di
lakukan oleh Kharie.R.R (2010) dengan hasil p value 0,003 (p<0,05)
menunjukkan ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan
perilaku merokok pada anak laki-laki usia 15-17 tahun.
Menurut Edward D. (2006) pola asuh demokratis adalah pola
asuh yang memberikan kesempatan kepada anak untuk membuat
keputusan secara bebas. Disini ditakutkan akan membuat anak
melakukan hal yang di sukai, karena anak diberikan suatu kebebasan.
Jika anak tidak dapat mengendalikan dirinya anak dapat melakukan
banyak kenakalan atau penyimpangan. Pola asuh orang tua dapat
mempengaruhi perilaku seksualitas yang menyimpang pada remaja itu
di karenakan orang tua belum dapat memberikan pola asuh yang baik
kepada anaknya.
Pola asuh permisif juga memiliki hubungan yang sangat
signifikan terhadap perilaku seksual remaja dengan nilai p value 0,029
dengan nilai (r) = -0,229. Pola asuh selalu di anggap sebagai pola asuh
yang tidak baik untuk di berikan kepada anak. Bukan hanya dapat
mempengaruhi perilaku seksual saja, pola asuh permisif juga dapat
mempengaruhi banyak hal seperti hasil penelitian yang dilakukan
banyak orang. Seperti yang di lakukan oleh Sanjiwani.Y (2011)
dengan hasil p value 0,000 (p<0,05) yang menyatakan ada hubungan
yang signifikan antara pola asuh permisif dengan perilaku merokok
pada remaja. Pola asuh permisif juga mempengaruhi perilaku
membolos

dengan

dibuktikan

dengan

hasil

penelitian

dari

Pravitasari.T (2012) dengan nilai p value 0,000 (p<0,05) ini


membuktikan ada hubungan antara pola asuh permisif dengan perilaku
membolos.

Sebaiknya orang tua memberikan pola asuh campuran atau


yang sesuai apa yang dirasakan anak pada saat itu juga. Ini dibuktikan
dengan hasil pola asuh campuran mendapatkan hasil p value 0,261
saat dihubungkan dengan perilaku seksualitas pranikah pada remaja.
Ini membuktikan tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh
campuran dengan perilaku seksualitas pranikah remaja.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Fiandari nor afiah dan Esterlita S. (2009) tentang Hubungan
antara keharmonisan keluarga dengan sikap terhadap seks pranikah
pada remaja dengan hasil penelitian menunjukkan Ada hubungan
negatif yang sangat signifikan antara keharmonisan keluarga dengan
sikap terhadap seks pranikah.

G. Keterbatasan penelitian
Penelitian yang dilakukan di RW 10 Desa Bulungcangkring Kecamatan
Jekulo Kabupaten Kudus ini tidak terlepas dari faktor keterbatasan penelitian.
Keterbatasan penelitian ini terletak pada responden yang masih banyak
berumur 13 tahun dengan presentase 27,5%, sehingga banyak yang kurang
mengerti tentang penelitian yang peneliti lakukan. Penelitian ini juga memiliki
keterbatasan pemilihan responden sebagai sampel tidak dilakukan secara acak,
tetapi menggunakan responden yang mewakili semua RT yang ada di lokasi
penelitian. Penelitian ini menggunakan pengukuran variabel yang hanya
berdasarkan data dari kuesioner sehingga membatasi jawaban responden atau
kurang sesuai dengan maksud responden.

Вам также может понравиться