Вы находитесь на странице: 1из 24

Bayi NCB-BMK dengan Sefalohematoma

Avelia Iliq
102009131
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
avelftcb@gmail.com

Pendahuluan
Bayi 40 minggu lahir via vacuum dari seorang ibu yang menderita DM gestasional
dengan berat 4000gr. Setelah lahir, bayi menangis spontan dan aktif dengan bentuk kepala
tidak simetris dan ditemukan benjolan lunak dengan diameter 7cm yang tidak melewati
sutura kranialis. Keluarga khawatir dengan kondisi tersebut dan meminta penjelasan dokter.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan Diabetes mellitus gestasional (DMG) yakni
intoleransi glukosa yang dimulai atau baru ditemukan pada waktu hamil. Setelah ibu
melahirkan, seringkali pada keadaan ini akan kembali ke regulasi glukosa normal.
Komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilan dengan diabetes sangatlah bervariasi. Pada
ibu akan meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia, seksio sesarea, dan terjadinya diabetes
mellitus tipe 2 di kemudian hari, sedangkan pada janin dapat meningkatkan resiko terjadinya
makrosomia, trauma persalinan, hiperbilirubinemia, hipoglikemi, hipokalsemia, polisitemia,
hiperbilirubinemia neonatal, sindroma distres respirasi (RDS), serta meningkatnya mortalitas
atau kematian janin.1
Hiperglikemi maternal menyebabkan hiperinsulinemia fetal yang dapat memacu
pertumbuhan janin. Sebanyak 25% bayi dari ibu dengan diabetes adalah makrosomik, dengan
berat lahir lebih dari 4 kg, dibandingkan dengan hanya 8% bayi dari ibu tanpa diabetes.
Makrosomia dapat menyebabkan disproporsi sefalopelvik (ibu pendek, kelainan rongga
panggul; ketidakseimbangan antara kepala janin dengan panggul ibu) dan peningkatan risiko
komplikasi yang berhubungan dengan persalinan, termasuk cedera lahir. Cedera lahir
berkaitan dengan persalinan yang lama terutama dengan persalinan yang menggunakan alat
(forseps atau vakum) sebagian besar trauma lahir dapat sembuh sendiri dan prognosisnya
baik. 1
Faktor predisposisi terjadinya trauma lahir antara lain primigravida, disporporsi
sefalopelvik, persalinan yang berlangsung lama atau cepat, oligohidramnion, presentasi

abnormal (sungsang), ekstraksi forseps atau vakum (midcavity), versi dan ekstraksi, bayi
lahir sangat rendah atau sangat prematur, makrosomia. 1
Dari tinjauan kasus ini, bayi tergolong lahir cukup bulan (37-42 minggu) dengan besar
masa kehamilan. Pada bayi ditemukan adanya bentuk kepala yang tidak simetris disertai
adanya benjolan lunak yang tidak melewati sutura kranialis, hal ini merupakan ciri khas dari
Sefalhematom yang akan di bahas pada bagian pembahasan lebih lanjut. Dalam hal ini
diharuskan untuk melakukan pemeriksaan Apgar Score untuk menggambarkan kondisi bayi
selama beberapa menit pertama kehidupan.

Pembahasan
Anamnesis
Identitas pasien : Nama pasien, Nama suami atau keluarga terdekat, Alamat, Agama,

Pendidikan terakhir, Suku bangsa.


Keluhan utama :
Mual muntah
Nyeri punggung
Nyeri dada,
Mudah lelah
Sakit kepala, dll.
Keluhan tambahan
Tentang haid
Kapan hari pertama haid terakhir?
Menarche umur berapa?
Apakah haid teratur?
Siklus haid
Berapa lama (hari)
Nyeri haid
Perdarahan antara haid
Tentang kehamilan
Berapa kali hamil
Adakah komplikasi pada kehamilan terdahulu
Apakah pernah keguguran, berapa kali, umur kehamilan
Tentang persalinan
Berapa kali bersalin
Bagaimana persalinan terdahulu, adakah komplikasi?
Berapa berat badan bayi waktu lahir?
Persalinan normal atau sectio caesarea? Kalau caesarea, apa alasannya?
Riwayat perkawinan
Berapa kali menikah
Pernikahan sekarang sudah berapa lama?

Adakah cairan yang keluar dari vagina? Warna? Cair atau kental? Banyak atau

sedikit? Berbau atau tidak?


Apakah disertai dengan gatal pada vulva?
Di daerah abdomen, apakah ada keluhan? Seperti mules-mules?
Nafsu makannya bagaimana? Meningkat atau menurun?
BAB dan BAK, apakah ada gangguan? (Seperti konstipasi, sering buang air kecil)
Riwayat penyakit pasien
Adakah penyakit berat yg pernah diderita pasien? (DM, asma bronkhial,

hipertensi)
Operasi di daerah perut dan alat kandungan
Riwayat penyakit keluarga
Adakah keturunan kembar?
Adakah kelainan bawaan pada keluarga?
Riwayat sosial
Apakah saat ini sedang menggunakan obat-obatan? (obat-obat teratogenik)
Apakah merokok atau minum alkohol?
Klasifikasi neonatus menurut masa gestasi1,2
1. kurang bulan (preterm infant) : kurang 259 hari (37 minggu)
2. cukup bulan (term infant) : 259 sampai 294 hari (37-42 minggu)
3. lebih bulan (postterm infant) : lebih dari 294 hari (42 minggu) atau lebih.
Pada kasus ini, bayi 40 minggu termasuk dalam kriteria bayi cukup bulan.
Klasifikasi neonatus menurut berat lahir1,2
1. Berat badan neonatus pada saat kelahiran, ditimbang dalam waktu satu jam sesudah lahir.
Bayi berat lahir cukup : bayi dengan berat lahir > 2500 g.
2. Bayi berat lahir rendah (BBLR) / Low birthweight infant: bayi dengan berat badan lahir
kurang dari 1500 2500 g.
3. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) / Very low birthweight infant : bayi dengan berat
badan lahir 1000 1500 g.
4. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) / Extremely very low birthweight infant :
bayi lahir hidup dengan berat badan lahir kurang dari 1000 g.
Klasifikasi menurut berat lahir terhadap masa gestasi dideskripsikan masa gestasi dan ukuran
berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilannya : 1,2
1. neonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)
2. sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan bayi, perlu dilakukan dalam keadaan telanjang di bawah lampu yang
terang yang berfungsi juga sebagai pemanas untuk mencegah hipotermi. Tangan serta alat
yang digunakan untuk pemeriksaan fisis harus bersih dan hangat. Pemeriksaan fisis pada
BBL (Bayi Baru Lahir) dilakukan paling kurang tiga kali, yakni : 1) Pada saat lahir, 2)
Pemeriksaan yang dilakukan dalam 24 jam di ruang perawatan, dan 3) Pemeriksaan pada
waktu pulang.2
Pemeriksaan pertama pada BBL harus dilakukan di kamar bersalin. Tujuannya adalah : 2
1. Menilai adakah gangguan adaptasi BBL dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin
yang memerlukan resusitasi,
2. Untuk menemukan kelainan seperti cacat bawaan yang perlu tindakan segera (mis.
atresia ani, atresia esofagus), trauma lahir,
3. Menentukan apakah BBL tersebut dapat dirawat bersama ibu (rawat gabung) atau di
tempat perawatan khusus untuk diawasi, atau di ruang intensif, atau segera dioperasi.
Pemeriksaan kedua harus dilakukan kembali dalam waktu 24 jam, yaitu sesudah bayi
berada di tempat perawatan. Tujuannya adalah agar kelainan yang luput dari pemeriksaan
pertama akan ditemukan pada pemeriksaan ini. Pemeriksaaan di kamar bersalin dan di ruang
rawat sebaiknya di bawah lampu pemanas untuk mencegah hipotermi. Pemeriksaan bayi di
ruang rawat harus dilakukan di depan ibunya; kelainan yang ditemukan harus diterangkan
kepada ibunya dan harus dijelaskan apakah kelainan tersebut berbahaya atau tidak agar si ibu
dapat memahaminya dan merasa lebih tenang. 2
Bayi tidak boleh dipulangkan sebelum diperiksa kembali pada pemeriksaan terakhir. Hal
ini disebabkan oleh adanya kelainan pada BBL yang belum menghilang saat dipulangkan
(hematoma sefal, ginekomastia, ikterus), atau mungkin pula adanya bising yang hilang timbul
pada masa BBL atau bayi menderita penyakit yang di dapat di rumah sakit seperti aspirasi
pneumonia, infeksi nosokomial, dan lain-lain. Yang harus dicatat pada pemeriksaan fisik
adalah lingkar kepala, berat, panjang, kelainan fisis yang ditemukan, frekuensi napas dan
nadi, serta keadaan tali pusat. 2
Pemeriksaan BBL memerlukan kesabaran, keluwesan dan ketelitian. Bila bayi tenang
sebelum diperiksa maka yang harus diperiksa terlebih dahulu adalah auskultasi bunyi jantung
dan paru dan palpasi abdomen. Sesudah itu baru dilanjutkan dengan pemeriksaan lainnya. 2
1. Pemeriksaan di kamar bersalin
a. Menilai adaptasi
Untuk memeriksa apakah bayi beradaptasi dengan baik atau memerlukan
resusitasi. 2
4

Bayi yang mungkin memerlukan resusitasi adalah bayi yang lahir dengan
pernapasan tidak adekuat, tonus otot kurang, ada mekonium di dalam cairan
amnion atau lahir kurang bulan. Dalam hal ini, Nilai Apgar masih dipakai
untuk melihat keadaan bayi pada usia 1 menit dan 5 menit, tetapi tidak dipakai
untuk menentukan apakah BBL perlu resusitasi atau tidak. Nilai apgar 5 menit
dapat digunakan untuk menentukan prognosis. 2

Nilai Apgar adalah gambaran fisiologis BBL dan dibatasi oleh waktu.
Gangguan biokimia sangat signifikan sehingga dapat mempengaruhi nilai
apgar. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai Apgar, antara lain
pengaruh obat-obatan, trauma lahir, kelainan bawan, infeksi, hipoksia,
hipovolemia, dan kelahiran prematur. Komponen nilai seperti tonus otot,
warna kulit, refleks pada perangsangan, sebagian bergantung pada kematangan
bayi. Bayi prematur tanpa asfiksia dapat saja mendapatkan nilai apgar yang
rendah. 2
Nilai Apgar juga digunakan untuk menilai respon resusitasi. Nilai apgar
yg dinilai pd resusitasi tidak sama dengan nilai apgar pada bayi baru lahir
yang bernapas spontan. Nilai Apgar yang disertai dengan tindakan resusitasi
akan memberikan informasi untuk meningkatkan pelayanan neonatal. 2
b. Mencari kelainan kongenital
Pemeriksaan ini juga dilakukan di kamar bersalin untuk menentukan
adanya kelainan kongenital pada bayi terutama yang memerlukan penanganan
segera. Pada anamnesis ditanyakan apakah ibu menggunakan obat-obat
teratogenik, terkena radiasi, atau infeksi virus pada trimester pertama. Juga
ditanyakan apakah ada kelainan bawaan pada keluarga. Disamping itu perlu
diketahui

apakah

ibu

menderita

penyakit

yang

dapat

mengganggu

pertumbuhan janin, seperti diabetes melitus, asma bronkial dsb. Sebelum


memeriksa, bayi perlu diperiksa cairan amnion, tali pusat, dan plasenta. 2
Pemeriksaan cairan amnion
Diukur volumenya (Normal 1000 ml). Hidramnion (volume >2000 mL)
sering dihubungkan dengan obstruksi traktus intestinalis bagian atas,
anensefalus, bayi dari ibu diabetes atau preeklampsi, sedangkan
oligohidramnion (volume <500 mL dihubungkan dengan agenesis ginjal
bilateral atau sindrom potter). Perlu diperhatikan adanya konsekuensi
oligohidramnion seperti pesekuinovarus/valgus kongenital, kontraktur
sendi, dan hipoplasia paru. 2
Pemeriksaan tali pusat
Diperhatikan kesegarannya, ada tidaknya simpul, dan apakah terdapat dua
arteri dan satu vena. 2
Pemeriksaan Plasenta
Pada pemeriksaan ini, plasenta perlu ditimbang dan perhatikan apakah ada
perkapuran, nekrosis, dsb. 2
2. Pemeriksaan di ruang rawat
Pada pemeriksaan ini harus dilakukan dalam waktu 24 jam. Pemeriksaan ini meliputi:
a. Aktivitas fisik
Dinilai dengan melihat posisi dan gerakan tungkai dan lengan. Pada BBL cukup
bulan yang sehat, ekstremitas berada dalam keadaan fleksi, dengan gerakan
tungkai serta lengan aktif dan simetris. Bila ada asimetri, dapat diduga terjadinya
kelumpuhan atau patah tulang. 2
b. Tangisan bayi
Tangisan melengking ditemukan pada bayi dengan kelainan neurologis,
sedangkan tangisan yang lemah atau merintih terdapat pada bayi dengan kesulitan
pernapasan. Tangisan yang parau menandakan adanya paralisis pita suara,
hipotiroidisme, atau trauma pada hipofaring. 2
c. Wajah BBL
Pada pemeriksaan wajah BBL dapat menunjukan kelainan yg khas, misalnya
sindroma down, dsb. 2
d. Keadaan gizi
Dinilai dari berat dan panjang badan, disesuaikan dengan masa kehamilan, tebal
lapisan subkutis serta kerutan pada kulit. Edema pada bayi dapat memberi kesan
bayi dalam status gizi baik karna kulitnya halus dan licin. Edema kelopak mata
biasanya karena iritasi tetesan obat pada mata. Edema yang menyeluruh
ditemukan pada bayi prematur, hipoproteinemia, eritrobalstosis fetalis, sindrom
nefrotik kongenital, atau sebab lain yang tidak diketahui. Edema setempat dapat
disebabkan oleh cacat bawaan sistem limfe. Salah satu gejala sindrom turner
6

adalah edema yang terbatas pada salah satu atau lebih ekstremitas bayi
perempuan. 2
e. Pemeriksaan suhu
Suhu tubuh BBL diukur pada aksila. Suhu BBL normal adalah antara 36,5-37,5C.
Suhu meninggi dapat ditemukan pada dehidrasi, gangguan serebral, infeksi, atau
kenaikan suhu lingkungan. Kenaikan suhu merata biasanya disebabkan oleh
kenaikan suhu lingkungan. Apabila ekstremitas dingin dan tubuh panas
kemungkinan besar disebabkan oleh sepsis, perlu diingat bahwa infeksi / sepsis
pada BBL dapat saja tidak disertai dengan kenaikan suhu tubuh, bahkan sering
terjadi hipotermi. 2
Pemeriksaan umum secara rinci
A. Kulit
Perubahan Gestasional. Rambut lanugo yang halus dan lembut akan menutupi seluruh
tubuh bayi yang sangat prematur, dan hilang dari wajah serta punggung bagian bawah
antara 32 dan 37 minggu. Rambut lanugo pada bayi cukup bulan terdapat di punggung
bagian atas dan bagian dorsal ekstremitas. Verniks kaseosa, suatu bahan putih yang
tebal dengan konsistensi lembut seperti keju menutupi kulit seluruh tubuh sampai 3638 minggu. Pada 4 minggu, jumlah verniks telah berkurang sehingga hanya dijumpai
pada lipatan-lipatan kulit. Pada usia cukup bulan, sudah terdapat jaringan subkutan
yang relatif tebal; kuku jari tangan dan kaki sudah terbentuk sempurna dan tumbuh
sedikit lebih panjang dari ujung jari. Jika keluar ke cairan amnion in utero, mekonium
dapat melapisi kulit dan menjadi tanda gawat janin pada bayi matur. Janin dengan usia
gestasi kurang dari 34 minggu jarang mengeluarkan mekonium bila mengalami
asfiksia. Mekonium yang telah berada di dalam cairan amnion selama beberapa jam
akan mewarnai kulit, kuku jari tangan dan kaki, serta tali pusat dengan warna kehijauhijauan; ini merupakan tanda gawat janin yang lebih dini atau yang telah berlangsung
lebih lama. Bayi postmatur (lebih dari 42 minggu) biasanya memiliki penampilan
yang siaga dan lemah, dengan kulit kering, terkelupas, jaringan subkutan lebih sedikit
dibanding normal, dan kuku jari tangan yang panjang; mungkin terdapat pewarnaan
mekonium pada kulit, tali pusat, dan kuku. 2,3
b. Warna
Kulit neonatus bayi kaukasia baru lahir normal berwarna merah muda. Pucat dapat
disebabkan oleh anemia atau perfusi yang buruk, sebagaimana dijumpai pada asfiksia,
7

syok, dan sejumlah kelainan jantung kongenital. Pada perfusi yang buruk akibat
vasokonstriksi atau curah jantung yang rendah, waktu pengisian kapiler kulit setelah
kulit ditekan, lambat (lebih dari 3 detik). Pada bayi berpigmen, perfusi yang buruk
dapat diketahui dari waktu pengisian kapiler yang lambat setelah dilakukan penekanan
(blanching) pada jari kaki dan jari tangan. Anemia pada bayi-bayi ini dikenali lewat
membran mukosa yang pucat. Warna kelabu menyeluruh dapat mengindikasikan
asidosis. 2,3
Ekimosis biasanya diakibatkan oleh trauma lahir dan sering kali ditemukan pada
kepala setelah kelahiran puncak kepala, atau pada kaki, ekstremitas bawah, dan
bokong setelah kelahiran sungsang. Pada trauma lahir yang berat, dapat ditemukan
perdarahan yang luas pada otot di bawah kulit yang mengalami ekimosis. Petekia
biasanya terjadi sebagai akibat stasis vaskular lokal atau kompresi selama kelahiran;
ditemukan pada wajah setelah suatu kelahiran puncak kepala, atau ekstremitas bawah
setelah kelahiran sungsang. Petekia yang luas mengesankan trombositopenia.
Kulit yang berada di atas daerah yang mengalami nekrosis lemak subkutan sering kali
tampak merah. Jaringan subkutan teraba keras dan berbatas tegas, dengan lesi paling
sering dijumpai di pipi, bokong, ekstremitas, atau punggung.2-4

c. Kepala
Rambut kulit kepala teraba halus dan seperti sutera. Bentuk kepala akan berbeda pada
bayi yang terletak dalam posisi puncak kepala atau bokong. Bayi dengan presentasi
bokong sering kali memiliki bentuk kepala yang memanjang dalam arah oksipitofrontal dengan prosesus oksipitalis menonjol. Setelah suatu presentasi puncak kepala
dan persalinan pervaginam, mungkin dapat terjadi bentuk kepala yang memanjang
vertikal. 2,4,5
Terlepas dari presentasi lahir, sutura kranialis harus teraba terbuka. Tumpang tindih
sementara pada tulang, akibat molase, perlu dibedakan dari kraniosinostosis
(pembentukan krista dan penutupan sutura prematur). Sutura yang menutup in utero
menghalangi pertumbuhan tulang tengkorak tegak lurus terhadap garis sutura yang
menyatu. Keadaan ini akan menghasilkan konfigurasi tulang tengkorak yang
abnormal menetap. Sebaliknya, setelah molase, tulang akan kembali ke posisinya

yang normal dalam beberapa hari dan akan terpisah dengan jarak beberapa mm. Bersamaan dengan itu, mungkin terjadi perubahan kecil pada lingkar kepala. 2,4,5
Normalnya fontanela anterior terbuka, lunak, dan datar; diameternya rata-rata kurang
dari 3,5 cm. Fontanela posterior sering kali hanya seukuran ujung jari atau hanya
sekedar teraba terbuka. Fontanela yang menonjol atau tegang dan pemisahan sutura
tulang yang lebar menunjukkan peningkatan tekanan intrakranial. 2,5
d. Wajah
Wajah bayi baru lahir sering kali memberi petunjuk pertama tentang adanya salah satu
sindrom dismorfik. Malformasi yang terjadi dapat saja jelas, seperti bibir sumbing,
atau mungkin lebih samar. Bayi yang terpajan alkohol pada masa janinnya mungkin
lebih sulit untuk diidentifikasi, tetapi dapat menderita defisiensi pertumbuhan,
mikrosefali, hipoplasia maksila, dan fisura palpebra yang pendek. Beberapa sindrom
dismorfik dapat mengakibatkan masalah yang bersifat cepat mengancam jiwa. Ciriciri rangkaian Pierre Robin adalah mandibula yang kecil (mikrognatia), lengkung
palatum yang tinggi atau palatoskisis, dan lidah yang jatuh ke belakang ke dalam
hipofaring (glosoptosis); hal ini menyebabkan sumbatan jalan napas, yang harus
segera diketahui. Sumbatan tersebut dapat diatasi dengan jalan napas oral serta
dengan menarik lidah atau mandibula ke depan.2,3,5
Asimetri wajah dapat disebabkan oleh posisi bayi intrauterus. Tekanan pada foramen
stiiomastoid selama persalinan dapat menyebabkan paralisis fasial perifer, yang
terlihat lebih jelas ketika bayi menangis. Paralisis tersebut biasanya sembuh dan harus
dibedakan dari kehilangan otot depresor anguli oris kongenital,yang juga
mengakibatkan wajah asimetris saat menangis. 2,3,5
Cedera traumatik pada wajah mencakup fraktur arkus zigo-matikus saat persalinan;
fraktur dapat diketahui melalui palpasi. Forsep sering kali meninggalkan tanda
eritematosa atau memar pada wajah,biasanya dalam bentuk seperti daun forsep. 2,3,5
e. Mata
Mata sering terbuka dengan sendirinya bila bayi didudukkan dan dengan hati-hati
dimiringkan sedikit ke depan dan ke belakang atau dengan melakukan refleks Moro.
Hal ini terjadi oleh karena refleks labirin dan leher. Cara ini lebih berhasil dari pada
membuka kelopak mata bayi dengan paksa. Gerakan pupil biasanya baru timbul
beberapa minggu sesudah lahir. Perdarahan di retina dan konjungtiva tidak berbahaya
dan akan menghilang sendiri dalam minggu pertama. Refleks pupil baru ada sesudah
9

masa gestasi 28 minggu. Iris harus diperiksa untuk melihat koloboma. Bila ada,
kemungkinan terdapat juga defek pada retina dan perlu dicari kelainan kongenital lain.
Diameter kornea pada BBL kurang lebih 10 mm. Apabila lebih dari 13 mm, terutama
bila ada kekeruhan kornea, bayi mungkin mempunyai glaukoma kongenital dan perlu
pemeriksaan mata yang lebih intensif. Selain itu, perlu juga diperiksa adanya katarak
dan kelainan intraokular. Jika ditemukan katarak pada bayi harus diteliti apa
penyebabnya. Seringkah terlihat pula sekret dari mata yang agak lengket. Biasanya
penyebabnya adalah saluran nasolakrimal yang belum berfungsi. Pada 70% kasus
biasanya akan hilang dalam 3 bulan dan setelah 1 tahun 90% nya akan hilang. 2,3,5
f. Telinga
Pada usia cukup bulan, telinga bayi baru lahir sudah terbentuk baik dan mengandung
cukup tulang rawan untuk mempertahankan bentuk yang normal dan mencegah
deformasi. Malformasi aurikula atau telinga letak rendah ditemukan pada banyak
sindrom dismorfik dan berkaitan dengan malformasi urogenital. Lubang preaurikular
sering terjadi dan diwariskan melalui suatu pola dominan autosom; hubungannya
dengan proteinuria serta gagal ginjal pada setidaknya satu keluarga telah dilaporkan.
Apendiks kulit preaurikular juga dapat ditemukan. Umbai kulit (skin tags) dan lubang
preaurikular herediter telah dihubungkan dengan ketulian. 2,3,5
Untuk memeriksa liang telinga dan membran timpani,dengan lembut tariklah pina
ke belakang dan ke bawah. Pada bayi, membran timpani menyudut lebih tajam
dibandingkan anak yang lebih tua dan lokasinya lebih superior terhadap kanalis
eksternus. Otitis media dapat timbul pada hari-hari pertama setelah lahir dan dapat
didiagnosis melalui pemeriksaan otoskopi. Kondisi ini harus dipertimbangkan pada
bayi yang dicurigai menderita infeksi. 2,3,5
Perkiraan kasar terhadap fungsi pendengaran dapat diperoleh jika bayi diam dan
pemeriksa melakukan pemeriksaan di ruangan tanpa suara yang menganggu. Bayi
baru lahir yang normal dan terjaga akan mengalih ke suara manusia, bereaksi dan
mengalih ke bel yang berdering, dan terkejut oleh suara yang keras. 2,3,5
g. Hidung
Kebanyakan bayi baru lahir bernapas melalui hidung; lesi obstruktif atau benda asing
di dalam hidung dapat mematikan. Bila terdapat kelainan seperti itu, bayi akan
menjadi sianotik dan mengalami kesulitan bernapas. Akan tetapi, bila dirangsang
untuk menangis, bayi baru lahir akan bernapas lewat mulut. Benda asing seperti
10

darah, mukus, dan mekonium, harus dibersihkan dari hidung saat lahir. Terbukanya
jalan hidung dapat dipastikan dengan memeriksa setiap lubang hidung untuk aliran
udara yang baik menggunakan secarik tisu atau kapas. Untuk menghindari kerancuan,
mulut bayi mungkin perlu ditutup sementara. Bila ragu, sebuah kateter kecil dapat
dimasukkan secara lembut melalui setiap lubang hidung ke dalam hipofaring.
Obstruksi anatomis unilateral atau bilateral akibat atresia koana jarang ditemukan.
Massa seperti ensefalokelyang menonjol ke dalam nasofaring juga dapat
menyebabkan obstruksi. Kompresi hidung in utero atau trauma saat persalinan dapat
menyebabkan dislokasi bagian tulang rawan septum nasi; keadaan ini mengakibatkan
deviasi septum dan harus diperbaiki. Hidung mampet dapat terjadi akibat tertahannya
mukus atau trauma. Penyebab hidung mampet yang lebih jarang adalah penghentian
obat dan pemberian reserpin pada ibu. Bersin yang kadang-kadang muncul adalah
mekanisme normal yang digunakan bayi untuk membersihkan hidungnya.2-5
h. Mulut
Periksa mulut bayi baru lahir dengan inspeksi serta palpasi. Celah palatum mungkin
tidak terlihat pada inspeksi, tetapi dapat dideteksi melalui palpasi; uvula yang terbelah
harus menimbulkan kecurigaan terhadap suatu defek palatum. Lengkung palatum
yang tinggi atau sempit dijumpai pada banyak sindrom dismorfik. Massa kecil
berwarna putih berkilat pada gusi (mutiara epitel) lazim ditemukan. Mutiara Epstein
putih dijumpai pada garis tengah atap mulut, pada penyatuan langit-langit keras dan
langit-langit lunak. Ranula adalah massa jinak yang muncul dari dasar mulut.2-5
Lidah dapat melekat ke sebuah frenulum yang pendek; keadaan ini jarang
menyebabkan gangguan fungsi makan atau fungsi lain di masa depan. Lidah yang
menjulur ke luar atau besar dapat dijumpai bersama hemangioma, makroglosia
tersendiri, hipo-tiroidisme, atau pada sindrom Down dan Beckwith. Makroglosia
relatif, akibat mandibula yang kecil, ditemukan pada rangkaian Pierre Robin. 2,3,5
Bayi baru lahir normal yang terjaga biasanya akan mengisap kuat jari yang diletakkan
di dalam mulutnya. Pengisapan normal yang efektif akan menyebabkan jari tertarik
secara aktif ke dalam mulut oleh gerakan lidah ke palatum, dalam suatu gerakan majumundur. Fungsi yang terkoordinasi ini dengan mudah dapat dibedakan dari gerakan
menggigit yang tidak teratur,yang menimbulkan proses pengisapan puting susu yang
tidak efektif. 2,3,5

11

Gigi natal mungkin sudah ada; biasanya muncul pada posisi gigi seri rahang bawah.
Gigi ini dapat merupakan gigi ekstra (gigi supernumerarius) atau gigi "susu" desidua
yang sesungguhnya. Jika sangat goyah atau menyebabkan rasa sakit saat menyusui,
gigi tersebut dapat dicabut. Akan tetapi, pengangkatan gigi desidua akan
meninggalkan defek selama 7 tahun, sampai muncul gigi tetap, dan dapat mengubah
posisi gigi molar serta lengkung gigi yang muncul pada usia 6 tahun. 2,3,5
i. Leher
Leher bayi baru lahir tampak lebih pendek dibandingkan anak yang lebih tua, tetapi
dengan rentang gerak (ROM, range of motion) yang sempurna. Gerakan leher yang
terbatas dapat mengindikasikan abnormalitas tulang vertebra servikalis. Tortikolis
sering ditemukan bersama kekakuan otot sternokleidomastoid di satu sisi dan atresia
otot tersebut pada sisi ke mana kepala menghadap; asimetri wajah sering pula
menyertai keadaan ini. Massa leher, seperti goiter, hemangioma kavernosa, atau
higroma kistik dapat menekan trakea dan menyebabkan obstruksi inspiratorik.
Kondisi ini dapat memerlukan intubasi endotrakea dan pemasangan pipa di bawah
daerah yang mengalami penekanan guna menyediakan jalan napas yang adekuat.
Anomali celah brakial mencakup kista atau sinus di sepanjang tepi anterior otot
sternokleidomastoid. Kista duktus tiroglosus biasanya ditemukan pada garis tengah
ventral. 2,3,5
Leher sangat rentan terhadap cedera akibat traksi lateral selama persalinan.
Kerusakan radiks pleksus brakialis bagian atas yang melibatkan radiks servikal kelima
dan keenam mengakibatkan paralisis bahu serta lengan.Lengan tergantung di
sampingbadan dalam rotasi interna (paralisis Erb-Duchenne). Radiks bawah pleksus
brakialis yang melibatkan radiks servikal kedelapan dan radiks torakal pertama dapat
mengalami kerusakan, terutama pada persalinan sungsang. Otot-otot kecil tangan
mengalami paralisis, menghasilkan sikap tangan seperti cakar (paralisis Klumpke).
Bila terdapat trauma leher, saraf simpatis servikalis dapat rusak, mengakibatkan suatu
sindrom Horner penyerta, dan nervus freni-kus dapat tercedera, menyebabkan
paralisis diafragma. 2,3,5
j. Dada
Dada seorang bayi baru lahir normal berbentuk seperti tong, dan prosesus xifoideus
sering kali menonjol. Cedera lahir tersering pada daerah toraks adalah fraktur
klavikula. Fraktur ini diketahui dengan adanya krepitasi saat badan klavikula
12

dipalpasi. Puting susu supernumerari merupakan anomali minor yang lazim; jarak
antar-puting susu yang lebar ditemukan pada sindrom Turner. Pembesaran payudara
dapat terjadi pada anak laki-laki atau perempuan dan bertambah besar pada beberapa
hari pertama. 2,3,5
k. Paru
Frekuensi pernapasan normal adalah 35-60 kali per menit. Bayi baru lahir terutama
bernapas menggunakan diafragmanya. Ekskursi respirasi (gerakan lengkap ekspansi
inspiratorik dan kontraksi ekspiratorik) paling mudah dinilai dari pandangan lateral
dinding dada bagian atas. Ekskursi dinding perut selama respirasi juga cukup
mencolok. Pada respirasi normal, dinding dada dan perut bergerak bersama-sama.
Bila jalan napas tersumbat atau paru tidak mengembang, abdomen tampak membesar
dan rongga dada tampak lebih kecil ketika inspirasi (pernapasan paradoksal). Jaringan
di antara iga dapat tertarik selama inspirasi; retraksi ini normal selama beberapa menit
pertama setelah lahir. Setelah waktu tersebut, retraksi merupakan tanda dari suatu paru
abnormal atau jalan napas yang tersumbat. Retraksi iga dan sternum pada inspirasi
dijumpai pada penyakit-penyakit berat atau pada dinding dada yang abnormal. Bunyi
mendengkur selama ekspirasi, pengembangan cuping hidung dan takipnea mungkin
normal selama beberapa menit pertama setelah lahir. Selain itu juga mungkin
terdengar ronki yang tersebar akibat sisa cairan paru intra-alveolar; kondisi ini
seharusnya akan segera menghilang. Gejala tersebut.yang terjadi akibat tertahannya
cairan paru, lebih nyata setelah seksio sesarea. Gejala respirasi yang menetap atau
bertambah buruk dapat menyatakan masalah yang lebih serius, seperti sindrom gawat
napas, pneumonia bakterial, aspirasi mekonium, atau penyakit jantung. 2,3
Gerakan dinding dada saat bernapas harus simetris bila dipandang dari lateral.
Jika salah satu sisi bergerak lebih lambat atau tertinggal terhadap sisi yang lain,
keadaan ini mengesankan pneumotoraks, naiknya diafragma paralitik akibat
kelumpuhan nervus frenikus, atau suatu massa intratoraks, seperti herniasi usus
melalui hernia diafragmatika. Akan tetapi, tidak adanya temuan seperti itu tidak
menyingkirkan lesi-lesi tersebut. Bunyi napas akan tetap terdengar sekalipun pada
pneumotoraks. Bunyi usus yang jelas di dada bagian atas mengesankan hernia
diafragmatika. 2,3
Batuk pada periode bayi baru lahir merupakan sesuatu yang abnormal dan biasanya
menyertai penyakit paru interstisial, seperti pneumonia virus. 2,3
13

l. Kardiovaskular
Titik denyut jantung maksimal adalah di sepanjang sisi kiri sternum pada sela iga
keempat sampai kelima dan medial terhadap garis midklavikula. Jantung dapat
bergeser

jika

terdapat

pneumotoraks

atau

lesi

desak

ruang

(SOL,space

occupyinglesion). 2,3
Frekuensi denyut jantung mungkin meningkat selama jam-jam pertama setelah lahir.
Setelah itu, rata-rata frekuensi denyut jantung normal pada keadaan terjaga adalah
120-130 denyut per menit, tetapi dapat turun sampai 100 denyut/menit pada keadaan
istirahat, Kadang-kadang, seorang bayi normal yang baru lahir dapat memiliki
frekuensi denyut jantung 80 denyut per menit, dan frekuensi tersebut dapat turun
hingga serendah 60 denyut per menit untuk periode waktu pendek. Frekuensi denyut
jantung yang menetap di bawah 80 denyut/menit hendaknya menimbulkan perheparan dan memerlukan penyelidikan. Keadaan yang berhubungan dengan
bradikardia adalah asfiksia lahir, meningkatnya tekanan intrakranial, hipotiroidisme,
penyakit jantung kongenital, dan blokade jantung. Takikardia terjadi pada
hipovolemia, demam, penghentian obat, penyakit jantung kongenital, takiaritmia, anemia, dan hipertiroidisme. Irama jantung harus diperiksa; banyak bayi baru lahir
mengalami kontraksi atrium prematur. 2,3
Meskipun denyut jantung relatif cepat, bunyi jantung dapat dibedakan dengan jelas.
Komponen pulmonal S2 dapat menonjol pada hari pertama. Bunyi jantung kedua yang
terbelah dapat didengar di sepanjang sternum bagian kiri atas dan midsternum.
Sementara terjadi penyesuaian sirkulasi postnatal, bunyi bising ringan dapat didengar
di atas daerah pulmonal dan apeks jantung. Bunyi bising yang disertai gejala lain,
seperti sianosis, perfusi yang buruk, atau takipnea, dan bunyi bising yang menetap
lebih dari satu hari memerlukan evaluasi jantung lebih lanjut. 2,3
Dalam 12 jam pertama, tekanan darah rata-rata adalah 50-55 mmHg pada bayi
cukup bulan. Denyut nadi harus teraba pada keempat ekstremitas, dan denyut brakial
serta fmoral harus sama. 2,3
m. Abdomen
Abdomen biasanya iebih rata jika dibandingkan terhadap dada. Abdomen yang sangat
cekung menyatakan tidak adanya beberapa isi perut normal, seperti hernia
diafragmatika usus ke dalam rongga dada. Distensi ditemukan pada dilatasi usus
akibat obstruksi fungsional atau anatomis, asites atau darah intraabdominal, massa
14

berukuran besar, serta ventilasi tekanan positif pada penggunaan sungkup wajah. Jika
terdapat distensi abdomen, sebuah kateter oral harus dimasukkan ke dalam lambung
untuk tindakan dekompresi. 2,3,5
Tanda obstruksi saluran gastrointestinal bagian atas adalah polihidramnion (cairan
amnion berlebihan), regurgitasi, dan pengumpulan sekret di hipofaring. Bila dicurigai
terdapat obstruksi, masukkan sebuah kateter lunak ke dalam lambung dan aspirasi isi
lambung. Aspirasi cairan sebanyak lebih dari 20 mL mengesankan obstruksi usus.
Pada bentuk fistula trakeoesofagus yang paling lazim, atresia esofagus proksimal
mencegah masuknya pipa kateter ke dalam lambung. Jika ditemukan kesulitan dalam
mencapai lambung, masukkan sebuah kateter orogastrik radioopak dan periksa
perjalanannya menggunakan radiografi. 2,3,5
Periksa struktur dinding abdomen. Sering kali ditemukan celah di antara otot rektus
abdominal pada garis median (diastasis rekti), yang terlihat paling nyata saat bayi.
menangis. Sering juga ditemukan defek kecil pada otot periumbilikus di dinding
abdomen bagian anterior, yang memungkinkan terjadinya hernia umbilikalis; biasanya
menutup seiring berkembangnya otot-otot dalam masa bayi lanjut serta kanak-kanak.
Ada berbagai kemungkinan defek serius pada dinding abdomen bagian anterior yang
harus dicari. Pada omfalokel, sebagian isi perut keluar melalui defek periumbilikus
dan terletak berdekatan dengan tali pusat; pada lesi ini, visera yang berada di luar
perut ditutupi oleh sebuah membran yang akan membentuk suatu kantong tertutup
kecuali bila kantong tersebut pecah. Besar lesi yang terbentuk sangat beragam. Pada
defek yang berat,hepar dan limpa, juga sebagian besar usus, masuk ke dalam massa
ekstra-abdominal tersebut. Defek ventral yang paling berat turut mengenai dada
sehingga jantung berada di luar (ektopia kordis). Pada keadaan ekstrem yang lain,
suatu potongan kecil peritoneum dapat meluas ke dalam tali pusat; keadaan ini dapat
tidak diketahui pada saat lahir dan dapat tidak sengaja tercedera ketika tali pusat
dipotong. Gastroskisis terjadi akibat kegagalan penutupan primer lipatan ventral
lateral selama perkembangan dinding abdomen sehingga usus kecil dan usus besar
keluar dari rongga abdomen melalui defek tersebut. Tidak seperti omfalokel, usus
yang mengalami herniasi tidak berhubungan dengan tali pusat dan tidak tertutup
membran. Tidak adanya otot dinding abdomen bagian anterior (yang disebut bayi
prune belly) merupakan anomali yang dihubungkan dengan kelainan traktus urinarius.
2,3,5

15

Tali pusat normalnya mengandung dua arteri dan satu vena, dengan vena yang lebih
besar daripada arteri. Sedikit di bawah 1% dari semua bayi yang baru lahir hanya
memiliki satu arteri umbili-kalis. Sekitar 15% dari bayi-bayi ini menderita satu
anomali kongenital atau lebih, yang biasanya mengenai sistem saraf, gastrointestinal,
genitourinarius, pulmonal, atau kardiovaskular; mal-formasi ini dapat dengan mudah
dilihat. Bayi normal lain yang hanya memiliki satu arteri umbilikalis jarang menderita
suatu anomali serius. Sisa duktus vitelinus (omfalomesenterik) dapat menetap dan
berhubungan dengan umbilikus. Jika sisa ini merupakan suatu kista mukosa, mungkin
terdapat sekret mukus melalui umbilikus. Menetapnya seluruh duktus akan
membentuk suatu fistula dengan ileum.dan sejumlah mekonium dapat keluar melalui
umbilikus. Tetap terbukanya urakus menghasilkan sinus yang merentang dari kandung
kemih ke umbilikus, dengan sekret urine dari umbilikus. Sebuah kista urakal yang
noncommunicating (tidak berhubungan dengan struktur lain) juga dapat terbentuk di
sepanjang garis urakus. 2,3,5
Dinding perut harus dipalpasi untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam.
Untuk menghindari aspirasi isilambung ke dalam paru, palpasi tidak boleh dilakukan
segera setelah pemberian makan. Pemeriksaan akan memberi hasil paling baik jika
pemeriksa melakukannya dengan lembut dan bayi dalam keadaan tenang. Hati
biasanya berada 1-3 cm di bawah tepi iga kanan. Tepi limpa teraba tepat di bawah
atau pada tepi iga kiri; jika teraba lebih dari 1 cm di bawah tepi iga, limpa dianggap
membesar. Pada beberapa keadaan patologik, hati dan limpa dapat begitu besar
sehingga tepi-tepinya berada di daerah pelvis dan pada awalnya tidak diketahui.
Pemeriksaan ginjal paling mudah dilakukan pada hari pertama, sebelum usus terisi
udara. Bagian bawah setiap ginjal normalnya teraba pada setiap sisi; tepi lateral dan
bawah dapat . dirasakan di atas ketinggian umbilikus dan lateral terhadap garis
midklavikula. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri, dan
bagian ginjal yang teraba normalnya terasa seolah memiliki lebar 2 cm. Ginjal yang
membesar dapat disebabkan oleh hidronefrosis, malformasi kistik, neoplasma, atau
trombosis vena renalis. Sekitar 50% dari semua massa abdominal pada bayi baru lahir
berasal dari sistem genitourinarius. Lesi massa juga dapat disebabkan oleh malformasi
gastrointestinal, neoplasma, atau, jarang, akibat lesi neural seperti meningomielokel
anterior. 2,3,5
Dalam hari pertama pascalahir, tali pusat menguning dan kering; tali pusat
kemudian berubah coklat dan rapuh. Tali pusat biasanya terlepas pada akhir minggu
16

kedua, dengan membebaskan sedikit sekret opak kekuningan. Namun, tidak jarang
pelepasan terjadi setelah usia 3 minggu. Keterlambatan pelepasan tali pusat dijumpai
pada bayi yang menderita infeksi bakteri berulang akibat fungsi fagosit yang tidak
sempurna. Suatu granuloma kecil yang tampak kasar pada tempat terlepasnya tali
pusat disebut sebagai polip umbilikus. Pada minggu pertama, sejumlah kecil eritema
samar pada kulit di pinggir pungtum umbilikus lazim terjadi dan bukan merupakan
sesuatu yang bermakna, tetapi eritema yang lebih luas dengan warna merah lebih tua,
atau dengan edema yang menyertai menunjukkan awitan omfalitis. Omfalitis adalah
infeksi mayor yang memerlukan terapi antibiotik intravena karena infeksi tersebut
mungkin menyebar melalui vena umbilikalis ke dalam sinus venosus portal hati.
Omfalitis dapat berkembang menjadi peritonitis atau fasiitis nekrotikans dinding
abdomen, yang sering kali terbukti fatal meskipun mendapat terapi antibiotik. 2,3,5
n. Genitalia Eksterna
Pada bayi perempuan prematur, pemisahan labia mayor dapat memberi kesan bahwa
klitoris mengalami pembesaran. Pada bayi perempuan yang cukup bulan, kedua labia
mayor bertemu pada garis tengah, menutupi seluruh genitalia. Penting untuk
mengidentifikasi uretra, yang berada tepat di bawah klitoris, dan vagina sebagai
lubang-lubang yang terpisah; satu lubang tunggal atau sinus urogenital adalah
abnormal. Normalnya, vagina mengeluarkan sekret berwarna putih akibat stimulasi
hormon ibu terhadap janin. 2,3,5
Keadaan ini menetap satu minggu atau lebih dan kadang-kadang tercampur darah
pada beberapa hari setelah lahir. Hidrometrokolpos disebabkan oleh himen
imperforata atau atresia vagina.Keadaan ini dapat dijumpai pada periode neonatal
sebagai suatu massa di dinding perut bagian bawah, atau massabesar yang menonjol
melalui labia dan memerlukan dekompresi. 2,3,5
Bayi laki-laki yang baru lahir dan cukup bulan mempunyai penis dengan panjang
kira-kira 3-4 cm, dan skrotum yang berpigmen dengan rugae luas. Penis kurang dari
2,5 cm adalah abnormal dan memerlukan evaluasi endokrinologi. Prepusium bersifat
retraktil pada hanya 4% bayi laki-laki baru lahir cukup bulan dan tidak boleh ditarik
secara paksa. Hipospadia penis adalah anomali yang lazim dan beragam, dari suatu
celah ventral kecil di ujung distal uretra penis sampai defek ventral mayor pada
keseluruhan panjang penis. Korda, suatu tekukan ventral pada penis, biasanya terjadi

17

menyertai hipospadia. Epispadia, suatu defek serupa pada bagian dorsal penis, lebih
jarang terjadi dan dianggap merupakan varian dari ekstrofi kandung kemih2,3,5.
Testis biasanya terdapat di bagian bawah skrotum, tetapi jika tidak turun sempurna
sering kali teraba pada bagian atas skrotum atau pada kanalis inguinalis. Testis yang
tidak turun unilateral menyebabkan asimetri skrotum, dengan penampakan imatur
pada sisi yang terkena. Hidrokelatau pengumpulan cairan pada sisa pro-sesus
vaginalis menyebabkan pembengkakan skrotum. Keadaan ini sering ditemukan,
biasanya tidak berhubungan dengan rongga Peritoneum, dan hilang dalam beberapa
bulan. Hidrokel dengan ukuran yang berfluktuasi, atau menetap, memiliki hubungan
langsung dengan rongga peritoneum dan mengindikasikan hernia inguinalis indirek
potensial. Herniasi intestinal dapat terjadi pada masa neonatal. Pembesaran testis yang
disertai dengan perubahan warna pada skrotum yang meliputinya menunjukkan torsi
testikulr. 2,3,5
Trauma pada genitalia eksterna sering terjadi pada kelahiran sungsang. Selain
ekimosis, dapat dijumpai perdarahan di dalam testis, skrotum, dan otot pelvis.
Keadaan ini biasanya membaik dalam beberapa minggu. 2,3,5
o. Anus
Anus imperforata tidak selalu terlihat pada inspeksi. Anus imperforata dapat disertai
dengan fistula yang membuka ke perineum, di bagian ventral anus normal.Namun,
fistula ini tidak akan memiliki lipat-lipat kulit radier seperti anus normal. Selain itu
juga.dapat dijumpai sebuah lesung (dimple) anal yang tampak normal tanpa lubang.
Mekonium di daerah perineum dan perianal tidak menyingkirkan anus imperforata;
mekonium di daerah anal dapat keluar melalui fistula kulit atau, pada perempuan,fistula dari rektum menuju saluran genitourinarius bagian bawah. 2,3
p. Tulang belakang dan ekstremitas
Untuk pemeriksaan tulang belakang, BBL diletakkan dalam posisi tengkurap, tangan
pemeriksa meraba sepanjang tulang belakang untuk mencari terdapatnya skoliosis,
meningokel, spina bifida, spina bifida okulta, atau sinus pilonidalis. 2
Pada pemeriksaan ekstremitas harus pula diperhatikan pengaruh letak janin dalam
uterus, terutama letak sungsang. Kelainan karena posisi yang salah biasanya tidak
menetap. Dugaan adanya fraktur atau trauma saraf yang berhubungan dengan
persalinan sering dapat dilihat pada gerakan spontan atau dengan merangsang
aktivitas bayi seperti refleks Moro. Patah tulang yang multipel terdapat pada
osteogenesis imperfekta. Paralisis pada lengan mungkin disebabkan oleh fraktur
18

humerus atau kelumpuhan Erb's (kerusakan saraf servikal V, VI ). Kelumpuhan pada


tangan disebabkan oleh paralisis Klumpke (kerusakan saraf servikal 7 dan torakal l).
Pemeriksaan jari tangan dan kaki perlu untuk melihat sindaktili, polidaktili, claw-hand
atau claw-feet dan gambaran dermatoglifik yang abnormal seperti garis simian. Semua
BBL harus diperiksa panggulnya untuk melihat apakah ada dislokasi tulang panggul
bawaan, dengan cara Ortholani. Perhatikan posisi kedua kaki apakah ada pes
ekuinovarus atau valgus. Tonus ekstremitas juga perlu diperhatikan. Hipotonia umum
ifloppy infant) biasa disebabkan oleh kelainan susunan saraf pusat. 2

Pemeriksaan Penunjang
Pada ibu dengan DM gestasional (DMG) harus dilakukan pengamatan gula darah preprandial
dan posprandial. Fourth International Worksbop Conference on stational Diabetes Mellitus
menganjurkan untuk mempertahankan konsentrasi gula darah kurang dari 95 mg/dl (5,3
mmol/1) sebelum makan dan kurang dari 140 dan 120 mg/dl (7,8 dan 6,7 mmol/1), satu atau
dua jam setelah makan.1
Selain pemeriksaan kadar gula darah, juga harus dilakukan pemeriksaan USG untuk
mendeteksi adakah kelainan pada janin. 1
Pada bayi cukup bulan, besar masa kehamilan dengan cephalhematoma, tidak ada
pemeriksaan laboratorium yang diperlukan. Pemeriksaan radiologik kepala atau CT-scan
dilakukan bila terdapat kelainan neurologis atau jika terdapat fraktur tulang tengkorak. 1

Working Diagnosis
Cephalhematoma
Cephalhematoma biasanya disebabkan oleh cedera pada periosteum tengkorak selama
persalinan dan pelahiran, meskipun dapat juga timbul tanpa trauma lahir. Insidensinya adalah
2,5 persen. Tulang tengkorak yang sering terkena adalah tulang parietal, tetapi kadangkadang dapat terjadi pada tulang oksipital. Hematoma sefal dapat ditemukan pada 0,5-2%
dari kelahiran hidup. Perdarahan dapat terjadi di satu, atau kedua os parietale dan bentuknya
menyerupai caput succedaneum. Caput terdiri atas pembengkakan lokal kulit kepala akibat
edema yang terletak di periosteum. Hematoma sefal dapat terjadi pada persalinan normal,
tetapi lebih sering terjadi pada partus lama atau partus dengan menggunakan forsep atau
vakum.1,6,7
19

Etiologi
Cephalhematoma disebabkan oleh trauma pada tulang kepala, antara lain:1,6,7
1.

Persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebabkan adanya tekanan pada kepala yang
lama terhadap cervix, perineum atau os pubis

2.

Kerusakan yang disebabkan oleh daun-daun forceps (tarikan vakum atau cunam).
Persalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam yang kuat dapat menyebabkan
penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke
jaringan periosteum.

3.

Rotasi kepala secara manual yang sulit

4.

Kompresi dan relaksasi yang cepat dari kekuatan yang bekerja pada kepala janin,
seperti pada partus precipitatus.

Patofisiologi
Perlukaan dapat terjadi pada persalinan normal spontan. Oleh karena perdarahannya
terjadi di bawah periosteum, pembengkakannya terbatas pada tulang yang terkena dan tidak
melewati garis-garis sutura; ini merupakan salah satu cara untuk membedakannya dengan
caput succedaneum. 8
Perdarahan yang terjadi dapat menyebabkan anemia dan hipotensi, namun hal ini jarang
terjadi.

Penyembuhan

hematoma

merupakan

predisposisi

terhadap

terjadinya

hiperbilirubinemia. Hiperbilirubinemia terjadi akibat penghancuran sel darah merah pada


hematoma. Hiperbilirubinemia karena hematoma sefal terjadi lebih lambat daripada
hiperbilirubinemia fisiologis. Kadang-kadang hematoma sefal disertai pula dengan fraktur
tulang tengkorak dibawahnya (5-20% kasus) atau perdarahan intrakranial. 8
Pembengkakannya timbul dalam beberapa jam setelah lahir dan oleh karena
absorpsinya lama maka untuk hilangnya perlu waktu 6 sampai 12 minggu. Darah cepat
menjendal di tepi dan tetap cair di tengah. Kadang-kadang sekali terjadi ossifikasi pada
jendalan darah dan menyebabkan deformitas yang permanen pada tulang kepala. Kesehatan
bayi tidak terganggu, dan otak tidak mengalami kerusakan. 8
Hematoma sefal jarang menjadi fokus infeksi yang menyebabkan meningitis atau
osteomielitis, resolusi hematoma sefal terjadi dalam beberapa minggu dan umumnya disertai
kalsifikasi. 8

20

Prognosis
Sebagian besar trauma lahir termasuk sefalhematom, caput succadeneum dll dapat
sembuh sendiri dan prognosisnya baik.1, 8
Tatalaksana
Penanganan cephalhematoma biasanya hanya observasi dan akan mengalami resolusi
khusus sendiri dalam 2-8 minggu tergantung dari besar kecilnya benjolan. Transfusi karena
anemia atau hipovolemia hanya diperlukan bila terdapat akumulasi darah yang cukup banyak.
Namun apabila dicurigai adanya fraktur, kelainan ini akan agak lama menghilang (1-3 bulan)
dibutuhkan penatalaksanaan khusus antara lain : 1,6,7
1. Menjaga kebersihan luka
2. Tidak boleh melakukan massase luka / benjolan cephal hematoma
3. Dapat diberikan Vitamin K untuk mengurangi perdarahan selanjutnya. Daerahnya
harus dilindungi terhadap luka tetapi jendalan darah tidak perlu dikeluarkan. Kadangkadang terjadi infeksi dengan pembentukan abses yang harus didrainase.
Diagnosis Banding
Caput Succadeneum
Caput succcdancum merupakan Lesi kulit kepala yang paling sering ditemukan. Caput
succadeneum adalah pembengkakan kulit kepala setempat yang terbentuk dari efusi serum.
Tekanan pada lingkaran cervix menyebabkan obstruksi darah balik sehingga kulit kepala
yang terletak di dalam cervix menjadi edematous. Caput terbentuk pada persalinan dan
setelah ketuban pecah. Caput tidak terbentuk apabila janin sudah mati, his tidak baik, atau
cervix tidak menempel dengan erat pada kepala.1,6-9
Besar kecilnya caput succedaneum merupakan petunjuk beratnya tekanan yang
dikenakan pada kepala. Caput yang besar menunjukkan adanya tekanan yang berat dari atas
dan tahanan dari bawah. Caput yang kecil dijumpai pada his yang lemah atau tahanan yang
ringan. Caput terbesar didapatkan pada panggul sempit setelah partus yang lama dan sukar.
Pada partus lama caput yang besar menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi kepala
panggul atau posisi occipitoposterior, sedang caput yang kecil kemungkinan adanya inertia
uteri. 1,6-9
Pada pemeriksaan vaginal atau rectal haruslah hati-hati dalam membedakan antara
turunnya kepala dengan caput. Caput yang membesar dapat dikira kepala yang turun, padahal
sebenarnya ada hambatan dalam penurunan kepala. Caput yang menjadi semakin besar
merupakan indikasi untuk penilaian kembali situasi. 1,6-9
21

Caput terlihat pada waktu lahir, mulai menghilang segera sesudahnya dan umumnya
akan hilang setelah 24 sampai 36 jam. Kaput succadeneum biasanya tidak menimbulkan
komplikasi. Terapi hanya berupa observasi. 1,6-9
Diagnosis banding antara caput succedaneum dan cephalhematoma meliputi kriteria tersebut
di bawah ini:8
Caput Succedaneum
Sudah ada pada waktu lahir

Cephalhematoma
Mungkin belum timbul beberapa jam

Lunak, ada lekukan bila ditekan


Pembengkakannya merata
Terletak di atas sutura dan melewatinya

setelah lahir
Lunak, tidak ada lekukan
Berbatas tegas
Terbatas pada satu tulang, tidak melewati

sutura
Bisa berubah-ubah letaknya, mencari tempat Tetap ditempatnya semula
yang terendah
Terbesar pada waktu lahir dan segera Timbul setelah beberapa jam, bertambah
mengecil dan hilang dalam beberapa jam

besar untuk beberapa lama dan baru


hilang setelah berminggu-minggu atau
berbulan-bulan.

Gambar 1. Perbandingan caput


succadeneum dan cephalohematom.9

22

Perdarahan subaponeurotik
Perdarahan diantara periosteum dan galea aponeurotika tidak dibatasi dengan cara seperti
pada sefalohematoma, dandapat terjadi kehilangan darah yang serius. Hal tersebut lebih
sering terjadi setelah kelahiran. Bayi terlihat pucat dengan pembengkakan yang fluktuatif
pada bagian atas kulit kepala.10

Penutup
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas, bayi 40 minggu lahir via vacum dari seorang ibu yang
menderita DM gestasional dengan berat 4000 gr termasuk dalam kriteria neonatus cukup
bulan-besar masa kehamilan (NCB-BMK). Pada pemeriksaan didapatkan adanya bentuk
kepala yang tidak simetris dan ditemukan benjolan lunak yang tidak melewati sutura kranialis
mengalami cephalohematoma. Prognosisnya baik dan dapat sembuh sendiri.

Daftar Pustaka
1. Sarwono P. Ilmu Kebidanan. Penyakit dan perlukaan pada bayi baru lahir. Ed.4.
Jakarta: PT Bina Pustaka, 2012.h.720-3.
2. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R. Buku Ajar Neonatologi; Pemeriksaan fisis pada bayi
baru lahir. IDAI,2009.h.71-15.
3. Azis AH, Esty W. Asuhan neonatus, bayi dan balita. Jakarta: EGC, 2008.h.18-17.
4. Tom L, Avroy AF. At a glance neonatologi. Jakarta: Erlangga, 2008.h.18; 33; 42;4648.
5. Wijaya S, Primarianti S. Buku saku obstetri dan ginekologi; Bayi. Ed.9. Jakarta: EGC,
2008.h.245-9.
6. Donna LW, Sutarna A. Buku ajar keperawatan pediatrik wong; cedera kelahiran.
Jakarta: EGC,2008.h.280-1.
7. Cunningham G, Brahm U. Obstetri williams. Cedera pada janin dan neonatus. Ed.23.
Jakarta: EGC, 2012.h.662-1.

23

8. Herry O, William RF, Hakimi M. Ilmu kebidanan: Patologi dan Fisiologi persalinan.
Fetus (janin). Ed.1. Yogyakarta: Andi YEM. 2010.h.46-2.
9. Tony H, Alfred G. Diagnosis banding dalam obstetri dan ginekologi. Cedera lahir,
neonatal. Jakarta: EGC, 2011.h. 18-2.
10. Meadow SR, Newell SJ. Lecture notes: pediatrika. Ed.7. Jakarta: Erlangga, 2003.h.67

24

Вам также может понравиться