Вы находитесь на странице: 1из 2

ADIPONEKTIN, OBESITAS DAN PENYAKIT KARDIOVASKULER

Posted by harry freitag on Juni 6, 2010 Tinggalkan sebuah Komentar


Oleh: Harry Freitag LM
Adiponektin
Adiponektin adalah sitokin yang spesifik pada jaringan adiposa dan sering
dikaitkan dengan kejadian obesitas. Protein ini memiliki struktur yang
menyerupai collagen VIII, Collagen X dan complement component C1q.
Adiponectin memengaruhi sensitivitas insulin sebab zat ini mampu
meningkatkan fosforilasi tirosin di reseptor insulin dan insulin receptor
substrate di sel otot. Hal ini akan mengurangi konsentrasi asam lemak di
dalam sirkulasi dan mengurangi kadar trigliserida di dalam otot dan hati18.
Adiponektin juda dapat mengurangi adhesi macrofag dan monodit pada
endothelium, mencegah pembentukkan sel foam dan menghambat proliferasi
sel otot halus di jaringan vaskuler.
Adiponektin pada individu dengan diabetes mellitus
Sitokin ini adalah keluarga adipositokin yang mengalami penurunan
konsentrasi pada individu dengan obesitas dan diabetes mellitus. Konsentrasi
adiponektin akan meningkat jika individu tersebut mengalami penurunan
berat badan. Pada individu yang mengalami obesitas viseral dengan diabetes
tipe 2, diketahui bahwa ekspresi adiponektin mengalami penurunan secara
signifikan. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan,
adiponektin ditemukan memegang peranan penting pada terjadinya resistensi
insulin. Kadar sitokin ini di dalam sirkulasi berhubungan secara positif
terhadap toleransi glukosa dan sensitivitas insulin.
Adiponektin telah diketahui berkaitan dengan obesitas dan resistensi insulin
bahkan sejak usia dini. Becha et al. (2004) membandingkan kadar
adiponektin, profil lipid dan proinsulin antara remaja obes dan normal. Dari
penelitian tersebut diketahui bahwa remaja obes memiliki adiponektin yang
hingga 50% lebih rendah dibandingkan dengan remaja dengan berat badan
normal. Kadar adiponektin ini secara positif berkaitan dengan sensitivitas
insulin hepatik dan perifer dan berkaitan secara negatif dengan kadar
proinsulin dan rasio proinsulin-insulin. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
hipoadiponektinemia yang ditemukan pada remaja berkaitan dengan obesitas
(terutama obesitas viseral), resistensi insulin, disfungsi sel pankreas dan
beberapa komponen sindroma metabolik. Adipnektin dapat dijadikan sebagai
penanda awal pada remaja yang obes sebagai risiko untuk munculnya
diabetes dan atherosklerosis.
Polimorfisme Adiponektin dan Dampaknya
Berdasarkan beberapa studi populasi, diketahui bahwa konsentrasi
adiponektin pada beberapa ras di dunia tidak sama. Anak yang berasal dari
ras Afrika-Amerika memiliki konsentrasi adiponektin yang lebih rendah
dibandingkan dengan ras kaukasian. Penelitian lain menunjukkan bahwa
adiponektin serum dari pria dengan ras Afrika-Amerika lebih rendah 37%
dibandingkan dengan pria dari ras kuakasian.
Dengan menggunakan genome scan, ditekahui bahwa polimorfisme yang
terjadi pada kromosom 3q27 berkaitan dengan diabetes mellitus tipe 2 dan
sindroma metabolik. Lokasi gen tersebut juga merupakan lokasi dimana gen
adiponektin berada sehingga menguatkan anggapan bahwa variabilitas
genetik dari sitokin tersebut turut menentukan munculnya sindroma
sindroma metabolik.

Gen adiponektin terdiri dari tiga ekson dan dua intron yang berjajar
sepanjang 17kb. Polimorfisme yang terjadi pada gen adiponektin telah
diidentifikasi pada manusia dan telah diteliti berkaitan dengan konsentrasi
adiponektin dalam plasma dan indeks resistensi insulin. Banyak dari
penelitian tersebut yang mengarah pada dua jenis polimorfisme yaitu pada
substitusi T menjadi G pada ekson 2 (45T>G) dan substitusi G menjadi T pada
intron 2 (276G>T). Kedua jenis polimorfisme tersebut berkaitan dengan
obesitas, resistensi insulin dan diabetes tipe 2.
Polimorfisme pada adiponektin juga telah diteliti pada wanita Asia. Zhang et
al. melakukan penelitian pada 240 wanita Han Chinese dengan
membandingkan single nucleus polymorphism (SNP) pada +45G15G(T/G)
dan +276(G/T). Dari penelitian tersebut diketahui bahwa varian G pada SNP
+276(G/T) mengalami peningkatan kadar insulin puasa dan indeks HOMA.
Disamping itu, pada pasien polycystic ovary syndrome yang menjadi subyek
dalam penelitian tersebut dengan varian G/G dan G/T memiliki kadar
adiponektin serum yang lebih rendah dibandingkan dengan varian T/T.
Suka

Вам также может понравиться