Вы находитесь на странице: 1из 5

BATU KANDUNG EMPEDU

Batu empedu merupakan gabungan dari beberapa unsur yang membentuk suatu material
mirip batu yang dapat ditemukan dalam kandung empedu (kolesistolitiasis) atau di dalam saluran
empedu (koledokolitiasis) atau pada kedua-duanya.1
Sekresi kandung empedu memungkinkan hati untuk mengeluarkan bilirubin, xenobiotik dan
kolesterol (sebagai kolesterol bebas serta garam-garam empedu). Garam-garam empedu yang
bersifat detergen sangat penting untuk memecah dan menghidrolisis butiran lipid dari makanan
dan mempermudah absorpsinya di dalam usus. Kolesterol akan dilarutkan oleh garam-garam
empedu dan lesitin yang disekresikan secara bersamaan. Supersaturasi getah empedu dengan
kolesterol atau garam bilirubin akan meningkatkan pembentukan batu.

Disamping batu

kolesterol (>50% berupa Kristal kolesterol monohidrat), dapat pula terbentuk batu kolesterol
berpigmen (yang didominasi oleh garam-garam kalsium bilirubin).2
Batu kolesterol timbul hanya di dalam kandung empedu, bersifat keras dan berwarna kuning
pucat. Batu berpigman dapat di klasifikasikan menjadi batu yang berwarna hitam atau coklat.
Batu yang hitam terdapat di dalam kandung empedu yang steril sementara batu coklat timbul di
dalam saluran empedu intra- atau ekstrahepatik yang terinfeksi. Keduanya teraba lunak dan
biasanya multipel, batu yang coklat tampak berlemak. Berdasarkan kandungan kalsiumnya, batu
kolesterol secara khas bersifat radiolusens dan batu berpigmen bersifat radioopak.2

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO


Batu empedu mengenai 10-20% populasi dewasa di Negara maju, sedangkan angka kejadian
di Indonesia tidak berbeda jauh dengan Negara lain di Asia Tenggara. Peningkatan insiden batu
empedu dapat dilihat dalam kelompok risiko tinggi yang disebut 5 Fs : female (wanita), fertile
(subur, khususnya selama kehamilan), fat (gemuk), fair dan forty (empat puluh tahun).1,3
Faktor risiko terjadinya batu empedu kolesterol meliputi:

Orang-orang dewasa di Negara industri


Bertambahnya usia dengan rasio pria:wanita adalah 1:2
Pengaruh estrogen, klofibrat, obesitas atau penurunan berat badan yang cepat

Statis kandung empedu seperti pada jejas medulla spinalis atau kehamilan2

Faktor risiko terjadinya batu empedu berpigmen meliputi:

Orang Asia> orang barat, penduduk pedesaan > penduduk perkotaan


Sindrom hemolitik yang kronik (penyakit sickle cell)
Infeksi saluran empedu
Penyakit ileum (reseksi atau operasi baypass)
Kistik fibrosis dengan insufisiensi pankreas.2

PATOGENESIS
Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang pada saluran empedu
lainnya. Terbentuknya batu kolesterol disebabkan oleh empat keadaan berikut:
1. Getah empedu mengalami supersaturasi oleh kolesterol
2. Hipomotilitas kandung empedu meningkatkan pembentukan inti (nukleasi) kristal
3. Nukleasi kolesterol dalam empedu dipercepat. Nukleasi digalakkan oleh mikropresipitat
garam kalsium (garam anorganik atau garam bilirubin)
4. Hipersekresi mukus di dalam kandung empedu menjebak kristal tersebut dan keaadaan
ini memudahkan penggumpalan menjadi batu.2
Pathogenesis batu berpigmen didasarkan pada keberadaan bilirubin tak-terkonjugasi dan
presipitasi garam-garam kalsium bilirubin di dalam percabangan saluran empedu. Keadaan
hemolitik yang kronik meningkatkan pembentukan bilirubin tak-terkonjugasi di dalam
percabangan saluran empedu. Infeksi saluran empedu oleh E. coli, Ascaris lumbricoides atau
cacing hati Opisthorcis sinensis meningkatkan dekonjugasi bilirubin glukuronida.2

MANIFESTASI KLINIS
1. Batu kandung empedu (kolesistolitiasis)
Tujuh puluh hingga 80% pasien batu empedu tidak bergejala (asimptomatik) seumur hidup.
Pasien asimptomatik berubah menjadi simptomatik dengan angka insidensi 1-3% per tahun, dan
rasio tersebut berkurang seiring waktu. Keluhan dan gejala batu empedu meliputi serangan nyeri

yang spasmodik, bersifat kolik, karena terjadinya obstruksi saluran empedu oleh batu yang
melewatinya. Mual dan muntah seringkali berkaitan dengan serangan kolik biliaris.2,4

2. Batu Saluran empedu (Koledokolitiasis)


Pada batu duktus koledokus, riwayat nyeri atau kolik di epigastrium dan perut kanan atas disertai
tanda sepsis, seperti demam dan menggigil bila terjadi kolangitis. Apabila timbul serangan
kolangitis yang umumnya disertai obstruksi, akan ditemukan gejala klinis yang sesuai dengan
beratnya kolangitis tersebut. Kolangitis akut yang ringan sampai sedang biasanya kolangitis
bakterial non-piogenik yang ditandai dengan trias Charcot yaitu demam dan menggigil, nyeri
didaerah hati, dan ikterus. Apabila terjadi kolangiolitis, biasanya berupa kolangitis piogenik
intrahepatik, akan timbul 5 gejala pentade Reynold, berupa tiga gejala trias Charcot ditambah
syok, dan penurunan kesadaran sampai koma.1

PENATALAKSANAAN
Sebagian besar pasien dengan batu empedu asimptomatik tidak akan mengalami keluhan.
Jumlah, besar, dan komposisi batu tidak berhubungan dengan timbulnya keluhan selama
pemantauan.

Terapi disolusi dengan asam ursodeoksilat untuk melarutkan batu empedu

kolesterol membutuhkan waktu 6-12 bulan dan diperlukan monitoring hingga dicapai disolusi.5
Selain pemberian obat dapat pula dilakukan tindakan operatif berupa:

Open kolisistektomi
Operasi ini merupakan standar untuk penanganan pasien dengan batu empedu
simptomatik.

Indikasi yang paling umum untuk kolisistektomi adalah kolik biliaris

rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut.


Kolesistektomi Laparoskopik
Kelebihan tindakan ini meliputi nyeri pascaoperasi lebih minimal, pemulihan lebih cepat,
hasil kosmetik lebih baik, perawatan di rumah sakit lebih singkat dan biaya lebih murah.6

DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidayat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2005

2. Richard N. Mitchell, Vinay Kumar, Abdul K. Abbas, Nelson Fausto. Dasar Patologis
Penyakit Robbins & Cotran. Jakarta: EGC. 2008
3. Reeves CJ. Penyakit Kandung Empedu dalam: Keperawatan Medika Bedah. Edisi
ke-1. Jakarta: Salemba Medika,2001
4. Brunicardi FC et al. Schwartzs Principles of Surgery. 8 th edition. United States
America: McGraw Hill. 2005
5. Lesmana L. Batu Empedu dalam: Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid I. Edisi 3. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2000
6. Novita L. Batu Empedu. Diunduh dari:
http://www.scribd.com/mobile/doc/13888286?width=400

Вам также может понравиться