Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Dokter Pembimbing :
dr. Luluk Adipratikto, Sp.P, M.Kes
Disusun Oleh :
Yovinus Deny
(11.2015.015)
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS
P a g e 1 | 40
TUBERCULOSIS PARU
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
Pada banyak kasus M. tuberculosis dapat menjadi dorman sebelum berkembang menjadi TB
aktif. M. tuberculosis paling banyak mengenai paru, tetapi dapat menyerang hampir semua
sistem organ, termasuk kelenjar limfe, sistem saraf pusat, hepar, tulang, traktus genitourinary,
dan traktus gastrointestinal.
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Sebagian besar dinding kuman
terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam
(BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup
pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es).
Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dan sifat dormant ini kuman dapat
bangkit kembali dan menjadikan penyakit tuberculosis menjadi aktif lagi.1
Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraselular yakni dalam sitoplasma
makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak
mengandung lipid. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada
bagian apikal paru-paru lebih tinggi dan bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan
tempat predileksi penyakit tuberkulosis.1
Patofisiologi
Tuberkulosis primer
Kuman tuberculosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan paru
sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut sarang primer atau afek primer.
Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang
reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis local). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus
(limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai
kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut :
P a g e 2 | 40
sarang dini, yang umumnya terletak di segmen apikal lobus superior maupun lobus inferior.
Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumoni kecil. Sarang pneumoni ini akan
mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :
1. Diresopsi kembali dan sebuh tanpa meninggalkan cacat
2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan dengan penyerbukan
jaringan fibrosis. Selanjutnya akan terjadi pengapuran dan akan sembuh dalam bentuk
perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi aktif kembali dengan membentuk jaringan
keju dan menimbulkan kavitas bila jaringan keju dibatukkan keluar.2
Gejala Klinis pasien TB
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk
dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas,
badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari
tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.3
Cara penularan TB
1. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak yang
dikeluarkannya. Namun, bukan berarti bahwa pasien TB dengan hasil pemeriksaan BTA
negative tidak mengandung kuman dalam dahaknya. Hal tersebut bias saja terjadi oleh
karena jumlah kuman yang terkandung dalam contoh uji daru 5.000 kuman/cc dahak
sehingga sulit dideteksi melalui pemeriksaan mikroskopis langsung.
2. Pasien TB dengan BTA negative juga masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit
TB. Tingkat penularan pasien TB BTA positif adalah 65 %, pasien TB BTA negative
dengan hasil kultur positif adalah 26 % sedangkan pasien TB dngan hasil kultur negative
dan foto toraks positif adalah 17 %.
3. Infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup udara yang mengandung percik renik
dahak yang infeksius tersebut.
4. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei/ percik renik). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar
3000 percikan dahak.4
P a g e 4 | 40
lokasi atau organ tubuh yang sakit : paru atau ekstra paru,
P a g e 5 | 40
bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis) : BTA positif atau BTA
negatif
status HIV.
TB paru adalah kasus TB yang terjadi pada parenkim (jaringan) paru. Milier TB
dianggap sebagai TB paru karena adanya lesi pada jaringan paru. Pasien yang
menderita TB paru dan sekaligus juga menderita TB ekstra paru, diklasifikasikan
sebagai pasien TB paru.
TB ekstraparu adalah kasus TB yang terjadi pada organ selain paru seperti, pleura,
kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing, kulit, sendi dan tulang, selaput otak dan
tulang. Kasus TB ekstraparu dapat ditegakkan secara klinis atau histologis setelah
diupayakan semaksimal mungkin dengan konfirmasi bakteriologis. Pasien TB ekstra
paru yang menderita TB pada beberapa organ, diklasifikasikan sebagai pasien TB
ekstra paru pada organ yang menunjukkan gambaran TB yang terberat.4
Kasus baru adalah pasien yang belum pernah mendapat OAT sebelumnya atau sudah
pernah menelan OAT namun kurang dari 1 bulan (< dari 28 dosis). Pemeriksaan BTA
bias positif atau negatif.
P a g e 6 | 40
o Kasus setelah gagal (Failure) pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap
positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan.
Kasus pindahan (Transfer In) pasien yang dipindahkan keregister lain untuk
melanjutkan pengobatannya.
Kasus lain adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas, seperti
-
Kasus TB dengan HIV positif adalah hasil tes HIV positif sebelumnya atau pada
saat diagnosis.
Kasus TB dengan HIV negatif adalah hasil tes HIV negatif sebelumnya atau pada
saat diagnosis.
Kasus TB dengan status HIV tidak diketahui adalah pasien TB tanpa ada bukti
pendukung hasil tes HIV saat diagnosis TB ditetapkan.4
Diagnosis tuberkulosis
1. Diagnosis TB paru
Dalam upaya pengendalian TB secara Nasional, maka diagnosis TB paru pada orang
dewasa harus ditegakkan terlebih dahulu dengan pemeriksaan bakteriologis, pemeriksaan
bakteriologis yang dimaksud adalah pemeriksaan mikroskopis langsung, biakan dan tes cepat.
Pada sarana terbatas penegakan diagnosis secara klinis dilakukan setelah pemberian
terapi antibiotika spectrum luas (Non OAT dan Non kuinolon) yang tidak
memberikan perbaikan klinis.
Skema I. Alur diagnosis dan tindak lanjut TB paru pada pasien dewasa
Gejala dan keluhan tergantung pada organ yang terkena, misalnya kaku kuduk
pada meningitis TB, nyeri pada dada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar
limfe superfisialis pada limfadenitis TB serta deformitas tulang belakang (gibbus)
pada spodilitis TB dan lain-lainnya.
P a g e 9 | 40
Prinsip pengobatan
Obat Anti Tuberkulosis ( OAT ) adalah komponen terpenting dalam pengobatan TB.
Pengobatan TB adalah merupakan salah satu upaya paling efesien untuk mencegah penyebaran
lebih lanjut dari kuman TB. Pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip :
Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung minimal 4
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resisten obat di Indonesia terdiri dari OAT
lini
ke-2
yaitu
Kanamisin,
Kapreomisin,
Levofloksasin,
Etionamide,
Sikloserin,
Moksifloksasin dan PAS, serta OAT lini-1 yaitu Pirazinamid dan etambutol.
Disediakan dalam bentuk paket obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDR ini
teridiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat
badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.4
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:
1. Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat dan
mengurangi efek samping
P a g e 11 | 40
2. Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya resistensi obat
ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi sederhana dan
meningkatkan kepatuhan pasien
Paduan OAT lini pertama dan peruntukannya:
Kategori-1 (2HRZE/4H3R3)
Obat ini diberikan untuk pasien baru:
Pasien baru TB paru BTA positif dan
Pasien TB paru BTA negatif dengan rontgen positif
Pasien TB ektstra paru.
Tabel 2. Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 4
Berat Badan
Tahap lanjutan
RHZE (150/75/400/275)
30-37 kg
2 tablet 4 KDT
RH (150/150)
2 tablet 2KDT
38-54 kg
55-70 kg
3 tablet 4KDT
4 tablet 4KDT
3 tablet 2KDT
4 tablet 2KDT
71 kg
5 tablet 4KDT
5 tablet 2KDT
Paket kombipak, adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid
dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk
digunakan dalam pengobatan pasien yang terbukti mengalami efek samping pada pengobatan
dengan OAT KDT sebelumnya.
P a g e 12 | 40
Pasien kambuh
Definisi
Pasien TB paru dengan konfirmasi bakteriologis pada awal pengobatan
dan apusan dahak BTA negatif atau biakan negatif pada akhir
Pengobatan lengkap
Pengobatan gagal
Putus obat
pengobatan.
Pasien TB yang tidak memulai pengobatan atau menghentikan
Tidak dievaluasi
P a g e 16 | 40
HIPERTENSI
P a g e 17 | 40
Definisi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningakatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg penentuan ini berdasarkan rata-rata 2 kali
pengukuran tekanan darah pada posisi duduk, menurut JNC VII. 6
Klasifikasi hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi hipertensi esensial/
primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial/primer adalah hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya disebut sebagai hipertensi esensial. Sedangkan hipertensi sekunder adalah
hipertensi yang terjadi karena ada suatu penyakit yang melatarbelakanginya.
Menurut The Seventh of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang
dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi
derajat 2.
Klasifikasi Tekanan
Darah
Normal
Prehipertensi
Hipertensi derajat 1
Hipertensi derajat 2
< 120
120-139
140-159
160
Dan
Atau
Atau
Atau
TDD (mmHg)
< 80
80-90
90-99
100
hipertensi yang tidak diketahui etiologinya/penyebabnya. 90% dari semua penyakit hipertensi
merupakan penyakit hipertensi esensial.
Hipertensi Sekunder
P a g e 18 | 40
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi sebagai akibat suatu penyakit, kondisi
dan kebiasaan. Karena itu umumnya hipertensi ini sudah diketahui penyebabnya. Terdapat
10% orang menderita apa yang dinamakan hipertensi sekunder. Skitar 5-10% penderita
hipertensi penyebabnya adalah penyakit ginjal (stenoisarteri renalis, pielonefritis,
glomerulonefritis, tumor ginjal), sekitar 1-2% adalah penyakit kelaian hormonal
(hiperaldosteronisme, sindroma cushing) dan sisanya akibat pemakaian obat tertentu (steroid,
pil KB).7
Faktor risiko
Faktor Genetika (Riwayat keluarga)
Hipertensi merupakan suatu kondisi yang bersifat menurun dalam suatu keluarga. Anak
dengan orang tua hipertensi memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk menderita
hipertensi daripada anak dengan orang tua yang tekanan darahnya normal.
Ras
Orang orang yang hidup di masyarakat barat mengalami hipertensi secara merata yang
lebih tinggi dari pada orang berkulit putih. Hal ini kemungkinan disebabkan karena tubuh
mereka mengolah garam secara berbeda.
Usia
Hipertensi lebih umum terjadi berkaitan dengan usia, Khususnya pada masyarakat yang
banyak mengkonsumsi garam. Wanita pre menopause cenderung memiliki tekanan darah yang
lebih tinggi daripada pria pada usia yang sama, meskipun perbedaan diantara jenis kelamin
kurang tampak setelah usia 50 tahun. Penyebabnya, sebelum menopause, wanita relatif
terlindungi dari penyakit jantung oleh hormon estrogen. Kadar estrogen menurun setelah
menopause dan wanita mulai menyamai pria dalam hal penyakit jantung
Jenis kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada wanita.
Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada pria
seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan), depresi dan
rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada wanita lebih berhubungan dengan pekerjaan yang
mempengaruhi faktor psikiskuat
P a g e 19 | 40
Stress psikis
Stress
meningkatkan
aktivitas
saraf
simpatis,
peningkatan
ini
mempengaruhi
meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila stress berkepanjangan dapat berakibat
tekanan darah menjadi tetap tinggi. Secara fisiologis apabila seseorang stress maka kelenjer
pituitary otak akan menstimulus kelenjer endokrin untuk mengahasilkan hormon adrenalin dan
hidrokortison kedalam darah sebagai bagian homeostasis tubuh. Penelitian di AS menemukan
enam penyebab utama kematian karena stress adalah PJK, kanker, paru-paru, kecelakan,
pengerasan hati dan bunuh diri.
Obesitas
Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung untuk memompa darah
agar dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh tersebut. Berat badan yang berlebihan
menyebabkan bertambahnya volume darah dan perluasan sistem sirkulasi. Bila bobot ekstra
dihilangkan, TD dapat turun lebih kurang 0,7/1,5 mmHg setiap kg penurunan berat badan.
Mereduksi berat badan hingga 5-10% dari bobot total tubuh dapat menurunkan resiko
kardiovaskular secara signifikan.
Asupan garam Na
Ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah bertambahdan
menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat. Juga memperkuat efek vasokonstriksi
noradrenalin. Secara statistika, ternyata bahwa pada kelompok penduduk yang mengkonsumsi
terlalu banyak garam terdapat lebih banyak hipertensi daripada orang-orang yang memakan
hanya sedikit garam.
Rokok
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat. Hal ini karena
nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru paru dan disebarkan keseluruh
aliran darah. Hanya dibutuhkan waktu 10 detik bagi nikotin untuk sampai ke otak. Otak bereaksi
terhadap nikotin dengan memberikan sinyal kepada kelenjer adrenal untuk melepaskan
efinephrine (adrenalin). Hormon yang sangat kuat ini menyempitkan pembuluh darah, sehingga
memaksa jantung untuk memompa lebih keras dibawah tekanan yang lebih tinggi.
P a g e 20 | 40
Konsumsi alcohol
Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan semakin
banyak alkohol yang di minum semakin tinggi tekanan darah. Tapi pada orang yang tidak
meminum minuman keras memiliki tekanan darah yang agak lebih tinggi dari pada yang
meminum dengan jumlah yang sedikit.
Faktor faktornya antara lain :
-
Patofisiologi
Hipertensi primer
Beberapa teori patognesis hipertensi primer meliputi :
pembuluh darah
Interaksi kompleks yang melibatkan resistensi insulin dan fungsi endotel
Sebab sebab yang mendasari hipertensi esensial masih belum diketahui. Namun
sebagian besar disebabkan oleh resistensi yang semakin tinggi (kekakuan atau kekurangan
elastisitas) pada arteri arteri yang kecil yang paling jauh dari jantung (arteri periferal atau
arterioles), hal ini seringkali berkaitan dengan faktor-faktor genetik, obesitas, kurang
olahraga, asupan garam berlebih, bertambahnya usia, dll.7
Hipertensi Sekunder
Patofisiologi hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh suatu proses penyakit sistemik yang meningkatkan tahanan
pembuluh darah perifer atau cardiac output, contohnya adalah renal vaskular atau parenchymal
disease, adrenocortical tumor,feokromositoma dan obat-obatan. Bila penyebabnya diketahui dan
P a g e 21 | 40
dapat disembuhkan sebelum terjadi perubahan struktural yang menetap, tekanan darah dapat
kembali normal.
Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala walaupun secara tidak
sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah
tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan, dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada
seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
Sakit kepala
Kelelahan
Mual-muntah
Sesak napas
Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung,
dan ginjal
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
Diagnosis
Anamnesis
a. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
b. Indikasi adanya hipertensi sekunder
- Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal ( ginjal polikistik)
- Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih hematuria, pemakaian obat-obatan
c.
d.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik ditujukan untuk memastikan dan membuktikan diagnosis hipertensi,
memastikan tekanan darah saat ini, mencari tanda-tanda kerusakan target organ simtomatik dan
skrining terhadap kemungkinan hipertensi sekunder. Diagnosis berdasarkan atas setidaknya dua
kali pengukuran tekanan darah saat kunjungan ke klinik pada dua atau tiga kali kunjungan.
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:
1. Target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu berisiko tinggi (diabetes, gagal
ginjal proteinuria) < 130/80 mmHg
2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler
3. Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria.
Apabila dengan perubahan lifestyle tidak tercapai target tekanan darah yang diinginkan
(tekanan darah < 140/90 mmHg pada pasien tanpa riwayat diabetes/ penyakit ginjal kronis dan
tekanan darah <130/80 mmHg pada seseorang dengan diabetes/penyakit ginjal kronis), maka
selanjutnya kita mulai terapi inisial dengan obat anti hipertensi oral. Untuk keperluan
pengobatan, ada pengelompokkan pasien berdasarkan pertimbangan khusus (special
consederations) yaitu kelompok indikasi yang memaksa (compelling indications) dan keadaan
khusus lainnya (special situations).
Gagal jantung
P a g e 24 | 40
Populasi minoritas
Obesitas dan sindrom metabolik
Hipertrofi ventrikel kanan
Penyakit arteri perifer
Hipertensi pada usia lanjut
Hipotensi postural
Demensia
Hipertensi pada perempuan
Hipertesi pada anak dan dewasa muda
Hipertensi urgensi dan emergensi
Pada pasien hipertensi tanpa kondisi medis yang memaksa, penatalaksanaan obat anti
hipertensi dibagi berdasarkan derajat tekanan darahnya. Pada hipertensi derajat 1 regimen
pengobatan dilakukan dengan menggunakan diuretik jenis Thiazid untuk sebagian besar kasus,
dan dapatt dipertimbangkan ACEI, ARB, BB, CCB, atau kombinasi. Sedangkan pada hipertensi
derajat 2 digunakan kombinasi 2 jenis obat untuk sebagian besar kasusnya, umumnya diuretic
jenis thiazid dan ACEI atau ARB atau CCB. Sedangkan pada pasien dengan indikasi medis yang
memaksa, obat yang diberikan adalah obat-obatan untuk indikasi medis yang memaksa dan anti
hipertensi lain (diuretika, ACEI, ARB, CCB)sesuai dengan kebutuhan.
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan JNC 7 yaitu:
Diuretika terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosterone Antagonist (Aldo Ant)
Beta Blocker (BB)
Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB)
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-I)
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 Receptor Antagonist atau Blocker (ARB)
Masing-masing obat antihipertensi memiliki efektivitas dan keamanan dalam pengobatan
hipertensi tetapi pemilihan obat antihipertensi juga dipengaruhi beberapa faktor yaitu:
Faktor sosio-ekonomi
Profil faktor risiko kardiovaskuler
Ada tidaknya kerusakan organ target
Ada tidaknya penyakit penyerta
P a g e 25 | 40
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap dan target tekanan
darah tinggi dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk menggunakan
obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan
pemberian sekali sehari. Pilihan memulai terapi dengan 1 jenis obat antihipertensi atau dengan
kombinasi tergantung tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi dimulai
dengan 1 jenis obat dalam dosis rendah dan kemudian tekanan darah belum mencapai target,
maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat tersebut atau berpindah ke
antihipertensi lain dengan dosis rendah. Efek samping umumnya bisa dihindarkan dengan dosis
rendah baik tunggal maupun kombinasi. Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan
biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang semakin
bertambah.6
Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien hipertensi adalah:
CCB dan BB
CCB dan ACEI atau ARB
CCB dan diuretika
AB dan BB
Kadang diperlukan 3 atau 4 kombinasi obat
Diuretika
Angiotensin II
Receptor
Blocker
P a g e 26 | 40
Blocker
Calcium
Channel
Blocker
Blocker
Angiotensin
Converting
Enzyme
Inhibitor
Gambar 2. Kemungkinan Kombinasi obat antihipertensi.8
TDS (mmHg)
TDD (mmHg)
Perbaikan Pola
Hidup
tanpa Indikasi
dengan Indikasi
Memaksa
Memaksa
Obat-obatan untuk
Tekanan Darah
Normal
Prehipertensi
< 120
120-139
dan < 80
atau 80-89
Dianjurkan
Ya
indikasi yang
Hipertensi derajat
1
140-159
atau 9- 99
Ya
Diuretika jenis
memaksa
Obat-obatan untuk
Thiazide untuk
indikasi yang
sebagian besar
memaksa Obat
P a g e 27 | 40
Hipertensi derajat
160
atau 100
Ya
kasus, dapat
antihipertensi lain
dipertimbangkan
(diuretika, ACE-I,
CCB, atau
sesuai kebutuhan
kombinasi
Kombinasi 2 obat
untuk sebagian
besar kasus
umumnya
diuretika jenis
Thiazide dan ACEI atau ARB atau
BB atau CCB
Pasien yang telah mulai mendapakan pengobatan harus dilakukan evaluasi lanjutan dan
pengaturan dosis obat sampai target tekanan darah tercapai. Setelah tekanan darah stabil,
kunjungan berikutnya datang dengan interval 3-6 bulan, frekuensi kunjungan ini ditentukan
dengan adanya tidaknya komorbiditas seperti gagal jantung, diabetes dan kebutuhan akan
pemeriksaan laboratorium.6
Pada beberapa pasien adakalanya terjadi hipertensi yang resisten. Apabila terjadi hal
demikian, perlu dipertimbangkan adanya kedaan sebagai berikut:
f.
g.
h.
i.
Adanya obat yang mempengaruhi atau berinteraksi dengan kerja obat anti
hipertensi.
P a g e 28 | 40
Selain hipertensi ada kondisi lain seperti diabetes mellitus atau penyakit ginjal
(laju filtrate glomerulus mencapai <60 ml/men/1,73 m 2 -> konsul penyakit dalam,
sedangkan untuk laju filtrate glomerulus mencapai < 30ml/men/1,73m 3-> konsul
nefrologi).8
BAB II
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Tempat tanggal lahir
Jenis kelamin
Status perkawinan
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
No RM
: Tn. D
: 57 tahun
: wandan kemiri, 22 maret 1958
: Laki-laki
: Menikah
: SMP
: Buruh
: Wandan kemiri, Rt.03 Rw.01 Klambu, Grobogan.
: 074424
P a g e 29 | 40
Di rawat di ruang
Tanggal masuk RS
Tanggal dikasuskan
II.
: Betani B Kohort
: 3 Februari 2016
: 4 Februari 2016
ANAMNESIS
P a g e 30 | 40
III.
PEMERIKSAAN OBJEKTIF
Keadaan Umum
: Tampak lemah
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah
Nadi
Frekuensi Napas
: 28 x / menit
Suhu
: 36,5C
Berat badan
: 48 kg
Tinggi badan
: 168 cm
BMI
: 17.14 (underweight)
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
: pursed lips breathing (-), bibir sianosis (-), papil lidah normal, faring
hiperemis (-), tonsil T1/T1
Leher
Thorax
Inspeksi
Anterior
Posterior
Bentuk thorax normal, pernapasan simetris Vertebra : normal, simetris,
dalam keadaan statis maupun dinamis, tipe tidak ada lesi
pernapasan torako abdominal ictus cordis
tidak terlihat, retraksi sela iga (-), benjolan
Palpasi
(-)
Sela iga tidak melebar, nyeri tekan (-), Fremitus taktil simetris,
P a g e 31 | 40
Auskultasi
dextra
dan
Abdomen
Inspeksi : datar, tidak terdapat lesi
Auskultasi : Bising usus (+) normoperistaltik
Palpasi
: tidak teraba massa, nyeri tekan (-)
undulasi (-)
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
Perkusi : Timpani, Shifting dullness (-), nyeri ketuk CVA (-/-)
Genital : tidak dilakukan
Ekstremitas : sianosis (-), edema (-), akral hangat (+)
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG02
Hasil
16,2
8,10
47,10
365
164
43.0
1.0
135,7
3,95
9,2
Nilai normal
13,2 17,3 g/dL
3,6 - 11,0 10^3/ul
41 - 52 %
150 400 10^3/ul
75 - 110 mg/dL
19 44 mg/dL
0.9 -1.3 mg/dL
135 147 mmol/L
3,5 5,1 mmol/L
8,8 10,3 ml/dL
P a g e 32 | 40
Cor
Pulmo
Kesan
: - Suspek cardiomegaly
P a g e 33 | 40
V.
Daftar Abnormalitas
Anamnesis
1. Batuk berdahak sejak 1 bulan SMRS, dahak berwarna putih tidak ada keluar darah.
2. Keringat pada malam hari
3. Nyeri kepala dan tengkuk terasa kaku dan pegal
4. Nafsu makan menurun dan berat badan dirasakan turun banyak terutama 2 minggu ini
Pemeriksaan fisik
1. TD : 160/100 mmHg
2. Auskultasi : suara napas dasar vesikuler, Ronkhi basar (+) dextra dan sinistra
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan apusan BTA sputum pertama 02 februari 2016 = +3
2. Pemeriksaan apusan BTA sputum kedua 03 februari 2016 = +1
3. Foto thorax : kesan : gambaran KP milier
VI.
Assesment
1. TB Paru
Seusai dengan daftar abnormalitas
-
Batuk berdahak sejak 1 bulan SMRS, dahak berwarna putih, tidak keluar darah
Nafsu makan menurun dan berat badan dirasakan turun banyak terutama 2
minggu ini
Infus RL 20 tpm
Jika batuk harus menggunakan masker atau di tutup dengan tangan agar tidak
rujukan
2. Hipertensi Grade II
Sesuai dengan daftar abnormalitas
- Nyeri kepala dan tengkuk terasa kaku dan pegal
- TD 160/100 mmHg
Intial Plan Diagnosis
Intial Plan Therapy :
- Captopril 2x50 mg
P a g e 35 | 40
TTV
Keluhan pasien ( nyeri kepala dan nyeri tengkuk)
kaki 4
Kurangin asupan garam
olahraga
Progress Note
Follow Up
05-02-2016
S
: Sesak berkurang, Batuk (+) berkurang, keringat malam hari (+), panas sewaktu malam
hari, nafsu makan masih menurun,pusing (+), leher terasa tegang BAB 1x (kuning, padat,
banyak), BAK lancer : dysuria (-), warna kemerahan (+), gatal sekitar badan.
Hidung
Leher
Thorax
Cor
Abdomen
Ektremitas
: - Hipertensi Grade II
P a g e 36 | 40
- TB Paru
P
06-02-2016
S
: Sesak menghilang, Batuk (+) berkurang, keringat malam hari (+), panas sewaktu malam
hari, nafsu makan masih menurun,kepala pusing,leher terasa tegang,BAB 1x (kuning,
padat, banyak), BAK lancar : dysuria (-), warna kemerahan (+), gatal sekitar badan.
Hidung
Leher
Thorax
Cor
Abdomen
Ektremitas
: - Hipertensi Grade II
- TB Paru
: Batuk (+) berkurang, keringat malam hari (+), panas sewaktu malam hari, nafsu makan
masih menurun, BAB 1x (kuning, padat, banyak), BAK lancer : dysuria (-), warna
kemerahan (+), gatal sekitar badan.
Hidung
Leher
Thorax
Cor
Abdomen
Ektremitas
: - Hipertensi Grade II
- TB Paru
08-02-2016
S
: Sesak berkurang, Batuk (+) berkurang, keringat malam hari (+), panas sewaktu malam
hari, nafsu makan masih menurun, BAB 1x (kuning, padat, banyak), BAK lancer :
dysuria (-), warna kemerahan (+), gatal sekitar badan.
Mata
Hidung
Leher
Thorax
Cor
Abdomen
Ektremitas
: - Hipertensi Grade II
- TB Paru
P a g e 39 | 40
Daftar pustaka
1. Halim H. Penyakit-penyakit pleura.Dalam: Sodpyp AW, Setiyohadi B, Alwi, Simadibrata
MK, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3. Edisi ke-5. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.2009.h.2330-6
2. Perhimpunan
Dokter
Paru
Indonesia
2006,
diunduh
dari
P a g e 40 | 40