Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan Bipolar yang sering disebut dengan gangguan manik depresi adalah suatu
gangguan mood yang dikarakterisasikan oleh adanya fluktuasi mood yang ekstrim darieuforia
menjadi depresi berat, dan diperantarai oleh periode mood yang normal (eutimik). Gangguan
bipolar merupakan salah satu masalah kesehatan mental yang penting, yang terjadi hampir
2% - 4% dari populasi. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena seringnya terjadi
kekambuhandan banyaknya dampak yang merugikan yang dapat disebabkan olehnya, dimana
gangguan bipolar mengakibatkan dampak yang berat untuk pasien, keluarga, dan masyarakat.
Pasien - pasien dengan Gangguan Bipolarmempunyai prognosis yang lebih buruk daripada
pasien-pasien dengan gangguan depresi. Sekitar 40% sampai 50% paisen-pasien dengan
Gangguan Bipolardapat mengalami episode manik kedua dalam 2 tahun setelah episode
pertama. Suatu penelitian selama 4 tahun terhadap pasien-pasien dengan Gangguan Bipolar I
menemukan bahwa riwayat pekerjaan premorbid yang buruk, ketergantungan alkohol, gejalagejala psikotik, gejala-gejala depresi, dan jenis kelamin laki - laki adalah faktor - faktor yang
berkonstribusi untuk suatu prognosis yang buruk.
Gangguan bipolaratau Manic-Depressive Illness (MDI)merupakan salah satu gangguan jiwa
tersering yang berat dan persisten. Gangguan bipolar ditandai oleh suatu periode depresi yang
dalam dan lama, serta dapat berubah menjadi suatu periode yang meningkat secara cepat
dan/atau dapat menimbulkan amarah yang dikenal sebagai mania.
Gejala-gejala mania meliputikurangnya tidur, nada suara tinggi, peningkatan libido, perilaku
yang cenderungkacau tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, dan gangguan pikiran berat
yang mungkin/tidak termasuk psikosis.
Di antara kedua periode tersebut, penderita gangguan bipolar memasuki periode yang baik
dan dapat hidup secara produktif.
Gangguan bipolarmerupakan suatu gangguan yang lama dan jangka panjang. Gangguan
bipolarmendasari satu spektrum kutub dari gangguan mood/suasana perasaan meliputi
Bipolar I (BP I), Bipolar II (BP II), Siklotimia(periode manic dan depresif yang
bergantian/naik-turun), dan depresi yang hebat.
Gangguan Bipolarjuga dikenal dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi
otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses
berfikir. Disebut Bipolarkarena penyakit kejiwaan ini didominasi adanya fluktuasi periodik
dua kutub, yakni kondisi manik (bergairah tinggi yang tidak terkendali) dan depresi.
Faktor genetik berkontribusi substansial untuk kemungkinan mengembangkan bipolar
disorderdan faktor lingkungan juga ikut mendukung.
Bipolar disordersering dirawat dengan mood stabilisator obat, dan kadang-kadang obat
psikiatris lainnya. Kejiwaan juga memiliki peran, sering bila ada beberapa pemulihan
stabilitas. Serius dalam kasus di mana ada risiko untuk menyakiti diri atau
involuntarykomitmen lain dapat digunakan kasus ini umumnya melibatkan parah Manic
episodedengan perilaku berbahaya atau depressive episodedengan suicidal ideation. Ada
masalah dengan meluas stigma sosial, stereotip dan prasangkaterhadap individu dengan
diagnosis of bipolar disorder.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Gembira berlebihan.
Menghambur-hamburkan uang
Sulit tidur.
Hipomania adalah bentuk kurang parah dari mania. Orang-orang dalam keadaan hipomanik
merasa gembira, energik, dan produktif, tetapi mereka mampu meneruskan kehidupan seharihari dan tidak pernah kehilangan kontak dengan realitas. Untuk yang lain, mungkin tampak
seolah-olah orang dengan hipomania hanyalah dalam suasana hati yang luar biasa baik.
Namun, hipomania dapat menghasilkan keputusan yang buruk yang membahayakan
hubungan, karier, dan reputasi. Selain itu, hipomania sering meningkat menjadi mania penuh
dan terkadang dapat diikuti oleh episode depresi berat.
Tahap hipomania mirip dengan mania, perbedaannya adalah penderita yang berada pada
tahap ini merasa lebih tenang seakan-akan telah kembali normal serta tidak mengalami
halusinasi dan delusi. Hipomania sulit untuk didiagnosis karena terlihat seperti kebahagiaan
biasa, tapi membawa risiko yang sama dengan mania. Gejala-gejala dari tahap hipomania
pada gangguan bipolar adalah sebagai berikut:
Bersikap optimis, selalu tampak gembira, lebih aktif, dan cepat marah.
Sulit konsentrasi.
5
Mual sehingga sulit berbicara karena menahan rasa mual, mulut kering, susah buang
air besar dan terkadang diare.
Hampir semua penderita gangguan bipolar mempunyai pikiran tentang bunuh diri. dan 30%
di antaranya berusaha untuk merealisasikan niat tersebut dengan berbagai cara.
2.1.2.4 Tanda dan gejala episode campuran
Episode ini merupakan gangguan bipolar campuran dari kedua fitur gejala mania atau
hipomania dan depresi. Tanda-tanda umum episode campuran termasuk depresi
dikombinasikan dengan agitasi, iritabilitas, kegelisahan, insomnia, distractibility, dan
layangan pikiran (flight of idea). Kombinasi energi tinggi dan rendah membuat suasana hati
penderita berisiko tinggi untuk bunuh diri.
Dalam konteks gangguan bipolar, episode campuran (mixed state) adalah suatu kondisi di
saat tahap mania dan depresi terjadi bersamaan. Pada saat tertentu, penderita mungkin bisa
merasakan energi yang berlebihan, tidak bisa tidur, muncul ide-ide yang berlalu-lalang di
6
kepala, agresif, dan panik (mania). Akan tetapi, beberapa jam kemudian, keadaan itu berubah
menjadi sebaliknya. Penderita merasa kelelahan, putus asa, dan berpikiran negatif terhadap
lingkungan sekitarnya. Hal itu terjadi bergantian dan berulang-ulang dalam waktu yang relatif
cepat. Alkohol, narkoba, dan obat-obat antipedresan sering dikonsumsi oleh penderita saat
berada pada epiode ini. Episode campuran bisa menjadi episode yang paling membahayakan
penderita gangguan bipolar. Pada episode ini, penderita paling banyak memiliki keinginan
untuk bunuh diri karena kelelahan, putus asa, delusi, dan halusinasi. Gejala-gejala yang
diperlihatkan jika penderita akan melakukan bunuh diri antara lain sebagai berikut:
Selalu berbicara tentang kematian dan keinginan untuk mati kepada orang-orang di
sekitarnya.
Terkadang lupa akan hutang atau tagihan seperti tagihan listrik dan telepon.
Penderita yang mengalami gejala-gejala tersebut atau siapa saja yang mengetahuinya
sebaiknya segera menelepon dokter atau ahli jiwa, jangan meninggalkan penderita sendirian
dan jauhkan benda-benda atau peralatan yang berisiko dapat membahayakan penderita atau
orang-orang di sekelilingnya.
2.2.3Klasifikasi Bipolar
Berdasarkan DSM-IV-TR klasifikasi gangguan bipolar adalah sebagai berikut:
a. Gangguan bipolar I Ditandai oleh satu atau lebih episode manik atau campuran yang
biasanya disertai oleh episode-episode depresi mayor
b. Gangguan bipolar II
Gambaran utama ditandai oleh terjadinya satu atau lebih episodedepresi mayor yang disertai
oleh paling sedikit satu episode hipomanik.
c. Gangguan siklotimikDitandai paling sedikit dua tahun dari sejumlah periode waktu gejala
hipomanik yang tidak memenuhi kriteria episode manik dan sejumlah periode gejala depresif
yang tidak memenuhi kriteria depresif mayor
d. Gangguan bipolar yang tidak terinciGangguan ini mencakup gambaran bipolar yang tidak
memenuhi kriteria di atas.
Salah satu faktor utama penyebab seseorang mengidap gangguan bipolar adalah
terganggunya keseimbangan cairan kimia utama di dalam otak. Sebagai organ yang berfungsi
menghantarkan rangsang, otak membutuhkan neurotransmitter (saraf pembawa pesan atau
isyarat dari otak ke bagian tubuh lainnya) dalam menjalankan tugasnya. Norepinephrin,
dopamin, dan serotonin adalah beberapa jenis neurotransmitter yang penting dalam
penghantaran impuls syaraf. Pada penderita gangguan bipolar, cairan-cairan kimia tersebut
berada dalam keadaan yang tidak seimbang.
Sebagai contoh, ketika seorang pengidap gangguan bipolar dengan kadar dopamin yang
tinggi dalam otaknya akan merasa sangat bersemangat, agresif dan percaya diri. Keadaan
inilah yang disebut fase mania. Sebaliknya dengan fase depresi yang terjadi ketika kadar
cairan kimia utama otak itu menurun di bawah normal, sehingga penderita merasa tidak
bersemangat, pesimis dan bahkan keinginan untuk bunuh diri yang besar.
8
Seseorang yang menderita gangguan bipolar menandakan adanya gangguan pada sistem
motivasional yang disebut dengan behavioral activation system (BAS). BAS memfasilitasi
kemampuan
manusia
untuk
memperoleh
penghargaan
(pencapaian
tujuan)
dari
lingkungannya. Hal ini dikaitkan dengan positive emotional states, karakteristik kepribadian
seperti ekstrovert (bersifat terbuka), peningkatan energi dan berkurangnya kebutuhan untuk
tidur. Secara biologis, BAS diyakini terkait dengan jalur saraf dalam otak yang melibatkan
dopamin dan perilaku untuk memperoleh penghargaan. Peristiwa kehidupan yang melibatkan
penghargan atau keinginan untuk mencapai tujuan diprediksi meningkatkan episode mania
tetapi tidak ada kaitannya dengan episode depresi. Sedangkan peristiwa positif lainnya tidak
terkait dengan perubahan pada episode mania.
Sistem neuroendokrin
Area limbik di otak berhubungan dengan emosi dan mempengaruhi hipotalamus yang
berfungsi mengontrol kelenjar endokrin dan tingkat hormon yang dihasilkan. Hormon yang
dihasilkan hipotalamus juga mempengaruhi kelenjar pituaritas. Kelenjar ini terkait dengan
gangguan depresi seperti gangguan tidur dan rangsangan selera. Berbagai temuan mendukung
hal tersebut, bahwa orang yang depresi memiliki tingkat dari cortisol (hormon adrenocortical)
yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh produksi yang berlebih dari pelepasan hormon rotropin
oleh hipotalamus. Produksi yang berlebih dari cortisol pada orang yang depresi juga
menyebabkan semakin banyaknya kelenjar adrenal. Banyaknya cortisol tersebut juga
berhubungan dengan kerusakan pada hipoccampus dan penelitian juga telah membuktikan
bahwa pada orang depresi menunjukkan hipoccampal yang tidak normal. Penelitian
mengenai Cushings Syndrome juga dikaitkan dengan tingginya tingkat cortisol pada
gangguan depresi.
Lingkungan
Gangguan bipolar tidak memiliki penyebab tunggal. Tampaknya orang-orang tertentu secara
genetis cenderung untuk mengidap gangguan bipolar, namun tidak semua orang dengan
kerentanan mewarisi penyakit berkembang yang menunjukkan bahwa gen bukanlah satusatunya penyebab. Beberapa studi pencitraan otak menunjukkan perubahan fisik pada otak
penderita gangguan bipolar. Dalam penelitian lain disebutkan, gangguan ini juga disebabkan
oleh poin ketidakseimbangan neurotransmitter, fungsi tiroid yang abnormal, gangguan ritme
sirkadian dan tingkat tinggi hormon stres kortisol. Faktor eksternal lingkungan dan psikologis
9
juga diyakini terlibat dalam pengembangan gangguan bipolar. Faktor-faktor eksternal yang
disebut pemicu dapat memulai episode baru mania atau depresi dan membuat gejala yang ada
memburuk, namun banyak episode gangguan bipolar terjadi tanpa pemicu yang jelas.
Penderita penyakit ini cenderung mengalami faktor pemicu munculnya penyakit yang
melibatkan hubungan antarperseorangan atau peristiwa-peristiwa pencapaian tujuan
(penghargaan) dalam hidup. Contoh dari hubungan perseorangan antara lain jatuh cinta, putus
cinta, dan kematian sahabat. Sedangkan peristiwa pencapaian tujuan antara lain kegagalan
untuk lulus sekolah dan dipecat dari pekerjaan. Selain itu, seorang penderita gangguan
bipolar yang gejalanya mulai muncul saat masa ramaja kemungkinan besar mempunyai
riwayat masa kecil yang kurang menyenangkan seperti mengalami banyak kegelisahan atau
depresi. Selain penyebab di atas, alkohol, obat-obatan dan penyakit lain yang diderita juga
dapat memicu munculnya gangguan bipolar.
Di sisi lain, keadaan lingkungan di sekitarnya yang baik dapat mendukung penderita
gangguan ini sehingga bisa menjalani kehidupan dengan normal. Berikut ini adalah faktor
lingkungan yang dapat memicu terjadinya gangguan bipolar:
Stres merupakan peristiwa kehidupan yang dapat memicu gangguan bipolar pada
seseorang dengan kerentanan genetik. Peristiwa ini cenderung melibatkan perubahan
drastis atau tiba-tiba-baik atau buruk seperti akan menikah, akan pergi ke perguruan
tinggi, kehilangan orang yang dicintai, atau dipecat dalam pekerjaan.
Penyalahgunaan zat tidak menyebabkan gangguan bipolar, itu dapat membawa pada
sebuah episode dan memperburuk perjalanan penyakit. Obat-obatan seperti kokain,
ekstasi dan amphetamine dapat memicu mania, sedangkan alkohol dan obat penenang
dapat memicu depresi.
Obat-obat tertentu, terutama obat-obatan antidepresan, bisa memicu mania. Obat lain
yang dapat menyebabkan mania termasuk obat flu, penekan nafsu makan, kafein,
kortikosteroid dan obat tiroid.
Perubahan musiman merupakan episode mania dan depresi sering mengikuti pola
musiman. Episode mania lebih sering terjadi selama musim panas, dan episode
10
depresif lebih sering terjadi selama musim dingin, musim gugur, serta musim semi
(untuk negara dengan 4 musim).
Kurang tidur atau melewatkan beberapa jam istirahat dapat memicu episode mania.
DEFENISI
Gangguan ini ditandai dengan episode depresi dan episode hipomanik selama
perjalanan ganguan tetapi episode gejala lir-manik tidak benar benar memenuhi
kriteria seluru sidrom manik.
Gangguan DSM-4-TR gangguan bipolar II :
EPIDEMIOLOGI
11
2.2.5
-
diagnosa banding
gangguan depresi mayor
gangguan skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya yang terkait
gangguan panik atau gangguan kecemasan
gangguan kepribadian
gangguan bipolar laiinya.
2.2.6. PENATALAKSANAAN
o kenyaman pasien haris terjamin
o Evaluasi diagnostik lengkap
o Rencana terapi yang ditunjukan tidak hanya pada gejala saat itu tetapi juga
kesejahteraan pasien dimasa yang akan datang.
-
2.2.7
KOMPLIKASI
Gangguan emosi atau gangguan neurologik Pasien dengan bipolar, terutama tipe II atau
siklotimik, memiliki episode depresi berat yang sering. Gangguan anxietas, seperti panik,
juga sering timbul pada pasien ini.Pasien dengan bipolar, terutama tipe II, juga sering
menderita fobia.
Suicide
Risiko untuk suicide sangat tinggi pada pasien dengan bipolar dan yang
tidak menerima tindakan medis. 10-15% pasien dengan Bipolar I melakukan percobaan
bunuh diri,dengan risiko tertinggi saat episode depresi atau campuran. Beberapa studi
memperlihatkanrisiko suicide pada pasien dengan bipolar II lebih tinggi dibanding bipolar I
atau depresi berat.Pasien yang menderita gangguan anxietas juga memiliki resiko tinggi
untuk suicide.
Masalah memori dan berpikir
Studi menunjukkan bahwa pasien dengan bipolar bisa memiliki masalah yang bervariasi pada
ingatan jangka pendek dan panjang, kecepatan memproses informasi, danfleksibilitas mental.
Masalah seperti ini bahkan dapat muncul diantara episode. Masalah inicenderung lebih parah
ketika seseorang memiliki episode manik lebih sering.
13
Perilaku seperti di atas sering diikuti dengan rasa bersalah dan penurunan harga diri,
yangdiderita saat fase depresi.
Penyalahgunaan zat
Merokok merupakan salah satu hal tersering yang digunakan pada pasien
bipolar,dibandingkan mereka yang memiliki gejala psikotik. Beberapa dokter berspekulasi,
dalamskizofren, nikotin digunakan sebagai self-medication karena efek spesifik pada otak.
Sampai 60% pasien dengan gangguan bipolar menyalahgunakan zat lain (palingsering
merupakan
alcohol,
diikuti
marijuana
atau
kokain)
pada
suatu
titik
dalam
perjalanan penyakitnya.
Beberapa factor resiko untuk alkoholisme dan penyalahgunaan zat pada pasiendengan
bipolar
-
Orang dengan gangguan mental memiliki insiden lebih tinggi pada banyak
kondisimedis, termasuk penyakit jantung, asma dan masalah paru lainnya, kelainan
gastrointestinal,infeksi kulit, diabetes, hipertensi, migraine, sakit kepala, hipotiroid, dan
kanker. Pasiendengan bipolar lebih jarang mendapatkan penanganan medis dibanding orang
dengangangguan mental. Penyalahgunaan zat, termasuk merokok, alcohol, dan penyalahgunaan obat, juga
berkontribusi untuk masalah penyakit ini, termasuk mengurangi akses kepada penanganan
medis. Pengobatan untuk bipolar bisa meningkatkan resiko untuk masalahmedis.
Diabetes
didiagnosa hamper 3x lebih sering pada orang dengan bipolar dibanding pada
populasi umum. Banyak pasien dengan biporal mengalami overweight, dengan 25%nya berkriteria obesitas. Mengalami overweight merupakan factor resiko besar untuk
diabetes.Obat yang digunakan untuk menangani bipolar bisa juga menyebabkan kenaikan berat badandan
diabetes. Factor genetic dalam diabetes dan bipolar dapat menyebabkan gangguan yang jarang seperti
wolfram syndrome dan masalah lainnya yang terkait metabolisme karbohidrat.
Hipertensi
Pasien dengan bipolar dapat beresiko tinggi untuk hipertensi dibanding pasien tanpa
bipolar. Tingginya prevalensi dari hipertensi diantara pasien dengan bipolar jugamemperbesar
resiko untuk penyakit dan kematian akibat kondisi yang berkaitan dengan jantung.
Migraine
Migraine merupakan masalah umum pada pasien dengan gangguanmental, tapi lebih sering
terjadi pada gangguan bipolar II. Pasien dengan bipolar II menderitadari migraine lebih
sering dibanding pasien bipolar I, diperkirakan bahwa berbagai factor biologis dapat terlibat
dengan berbagai bentuk bipolar.
Hipotiroid
Hipotiroid merupakan efek samping yang sering terjadi pada lithium, penanganan
standar untuk bipolar. Namun, bukti juga menyatakan bahwa pasien, terutamawanita,
memiliki resiko lebih besar untuk memiliki kadar tiroid rendah terlepas dari obat apayang
digunakan. Hipotiroidism dapat menjadi factor resiko untuk bipolar pada beberapa pasien.
Beban ekonomi.
Beban ekonomi pada bipolar sangat signifikan. Diperkirakan bahwagangguan tersebut
menimbulkan kerugian pada sector industry di US sebesar 14,1 miliar dollar per tahun akibat
hilangnya produktivitas, sebagian besar akibat rendahnya fungsi kerja.Berdasarkan studi pada
tahun 2006 yang disponsori US National Institute of Mental Health, bipolar 2x lebih besar
menimbulkan hilangnya produktivitas sebagai Major DepressiveDisorder (MDD). Walau
15
nyatanya MDD lebih sering terjadi. Setiap pekerja dengan bipolar kehilangan 66 hari kerja setahun
dibandingkan 27 hari kerja setahun orang dengan MDD.Penelitian memperlihatkan episode
depresi pada bipolar lebih merusak produktivitasdibanding episode manik.
2.2.8 PENATALAKSANAAN
Gangguan bipolar membutuhkan pengobatan jangka panjang. Oleh karena itu meski
penderitanya sudah merasa sembuh, dokter biasanya tidak akan menghentikan pengobatan
begitu saja hingga dirasa cukup.
Tujuan pengobatan jangka panjang bipolar adalah untuk menurunkan frekuensi
terjadinya episode-episode mania dan depresi agar penderita dapat hidup secara normal dan
membaur dengan orang-orang di sekitarnya. Selain langkah pencegahan kambuhnya salah
satu fase bipolar, terdapat juga obat-obatan untuk menangani gejala-gejala ketika sedang
kambuh.
Penderita bipolar akan dianjurkan untuk memperbaiki pola hidup, misalnya dengan cara
berolahraga secara teratur, tidur yang cukup, dan mengadopsi pola makan yang lebih sehat.
Rencana pengobatan biasanya mencakup pemberian obat-obatan yang dikombinasikan
dengan penanganan lain yang diperlukan, misalnya terapi psikologis.
Sebagian besar penderita gangguan bipolar dapat membaik tanpa harus menjalani rawat inap
di rumah sakit. Perujukan ke rumah sakit biasanya dilakukan jika gejala makin parah dan
dikhawatirkan perilaku penderita dapat membahayakan orang lain atau dirinya sendiri, seperti
misalnya bunuh diri.
Obat-obatan
Ada sejumlah obat yang dapat digunakan untuk mengobati gangguan bipolar, tergantung
gejala serta riwayat kesehatan masing-masing penderita, di antaranya:
o Mengantuk
o Pusing
o Kenaikan berat badan
Lithium, yakni obat yang mampu mencegah terjadinya gejala mania dan depresi serta
menstabilkan suasana hati. Selama penggunaan obat ini, tes darah untuk memeriksa
kadar lithium di dalam tubuh perlu dilakukan secara rutin. Hal tersebut untuk
memastikan kadar lithium masih dalam kisaran yang aman sehingga mencegah
terjadinya efek samping serius berupa gangguan pada ginjal dan kelenjar tiroid. Efek
samping penggunaan lithium lainnya adalah:
o Gangguan pencernaan
o Mulut terasa kering
o Gelisah
o Muntah
o Diare
17
o Gemetar
o Mengantuk
o Kenaikan berat badan
o Penurunan daya ingat
Terapi psikologis
Terapi psikologis untuk gangguan bipolar dapat menunjang obat-obatan yang telah
diberikan. Melalui metode ini diharapkan kesembuhan pasien bisa tercapai secara lebih
efektif.
Di dalam terapi psikologis, pasien akan dikenalkan dengan masalah kejiwaan yang sedang
mereka alami. Pasien juga akan diajak mengidentifikasi hal-hal yang dapat memicu
terjadinya episode suasana, baik itu dalam bentuk pemikiran maupun perilaku pasien. Setelah
faktor pemicu gejala diketahui, psikiater atau ahli terapi akan membimbing pasien untuk mau
mengubah pemikiran dan perilaku negatif mereka tersebut menjadi positif. Melalui metode
yang dinamakan terapi perilaku kognitif ini, pasien juga akan diajari cara menanggulangi
stres secara efektif, serta diberi nasihat-nasihat seputar pola makan, tidur, dan olahraga yang
baik untuk kesehatan.
Tidak hanya pasien, keterlibatan keluarga dalam terapi psikologis juga bisa sangat membantu.
Tujuannya adalah agar keluarga memahami kondisi yang dialami pasien sehingga bisa
bekerja sama untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi di dalam rumah tangga yang
mungkin saja menjadi penyebab gangguan bipolar, serta mencari jalan keluarnya.
18
BAB 3
Penutup
Kesimpulan
Gangguan bipolar merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai olehgejalagejala manik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat berlangsung
seumur hidup. Angka morbiditas dan mortalitasnya cukup tinggi. Gangguan mood ini
disebabkanoleh banyak faktor, di antaranya faktor genetik, biologik, dan psikososial. Dalam
perjalanan penyakitnya, gangguan bipolar ini berbeda-beda, tergantung pada tipe dan
19
waktunya.Onsetnya biasanya pada usia 20-30 tahun. Wanita dan pria memiliki kesempatan
yang sama.Semakin muda seseorang terkena bipolar, maka makin besar kemungkinannya
untuk mengalami gejala psikotik dan semakin jelas terlihat hubungan genetiknya.
Untuk penatalaksanaan gangguan bipolar, tergantung pada jenis bipolarnya sendiri, apakah
itu fasemanik, fase depresi, fase campuran. Diperlukan teknik wawancara dan pendekatan
yang baik sehingga dapat menegakkan diagnosis bipolar dan membedakan bipolar dari
gangguan jiwamaupun penyakit lainnya. Penegangkan diagnosis penting untuk memberikan
penatalaksaanyang tepat bagi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fakultas Kedokteran Universiats Indonesia. Buku ajar psikiatri. Jakarta:
Badan PenerbitFKUI; 2010.hlm.197-208
2. Konsesus Nasional Terapi Gangguan
Bipolar.
Panduan
tatalaksana
3. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan-sadock sinopsis psikiatri: ilmu
pengetahuan perilaku psikiatri klinis. Jilid satu. Jakarta: Binarupa Aksara;
2010.hlm.791-853.
4. American Psychiatry Assosiasion. Practice guideline for the treatment of patients with
bipolar disorder. 2ndedition. 2002. Diunduh dari apa.org, 20 April 2013
20
21