Вы находитесь на странице: 1из 21

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan Bipolar yang sering disebut dengan gangguan manik depresi adalah suatu
gangguan mood yang dikarakterisasikan oleh adanya fluktuasi mood yang ekstrim darieuforia
menjadi depresi berat, dan diperantarai oleh periode mood yang normal (eutimik). Gangguan
bipolar merupakan salah satu masalah kesehatan mental yang penting, yang terjadi hampir
2% - 4% dari populasi. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena seringnya terjadi
kekambuhandan banyaknya dampak yang merugikan yang dapat disebabkan olehnya, dimana
gangguan bipolar mengakibatkan dampak yang berat untuk pasien, keluarga, dan masyarakat.
Pasien - pasien dengan Gangguan Bipolarmempunyai prognosis yang lebih buruk daripada
pasien-pasien dengan gangguan depresi. Sekitar 40% sampai 50% paisen-pasien dengan
Gangguan Bipolardapat mengalami episode manik kedua dalam 2 tahun setelah episode
pertama. Suatu penelitian selama 4 tahun terhadap pasien-pasien dengan Gangguan Bipolar I
menemukan bahwa riwayat pekerjaan premorbid yang buruk, ketergantungan alkohol, gejalagejala psikotik, gejala-gejala depresi, dan jenis kelamin laki - laki adalah faktor - faktor yang
berkonstribusi untuk suatu prognosis yang buruk.
Gangguan bipolaratau Manic-Depressive Illness (MDI)merupakan salah satu gangguan jiwa
tersering yang berat dan persisten. Gangguan bipolar ditandai oleh suatu periode depresi yang
dalam dan lama, serta dapat berubah menjadi suatu periode yang meningkat secara cepat
dan/atau dapat menimbulkan amarah yang dikenal sebagai mania.
Gejala-gejala mania meliputikurangnya tidur, nada suara tinggi, peningkatan libido, perilaku
yang cenderungkacau tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, dan gangguan pikiran berat
yang mungkin/tidak termasuk psikosis.
Di antara kedua periode tersebut, penderita gangguan bipolar memasuki periode yang baik
dan dapat hidup secara produktif.
Gangguan bipolarmerupakan suatu gangguan yang lama dan jangka panjang. Gangguan
bipolarmendasari satu spektrum kutub dari gangguan mood/suasana perasaan meliputi
Bipolar I (BP I), Bipolar II (BP II), Siklotimia(periode manic dan depresif yang
bergantian/naik-turun), dan depresi yang hebat.

Gangguan Bipolarjuga dikenal dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi
otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses
berfikir. Disebut Bipolarkarena penyakit kejiwaan ini didominasi adanya fluktuasi periodik
dua kutub, yakni kondisi manik (bergairah tinggi yang tidak terkendali) dan depresi.
Faktor genetik berkontribusi substansial untuk kemungkinan mengembangkan bipolar
disorderdan faktor lingkungan juga ikut mendukung.
Bipolar disordersering dirawat dengan mood stabilisator obat, dan kadang-kadang obat
psikiatris lainnya. Kejiwaan juga memiliki peran, sering bila ada beberapa pemulihan
stabilitas. Serius dalam kasus di mana ada risiko untuk menyakiti diri atau
involuntarykomitmen lain dapat digunakan kasus ini umumnya melibatkan parah Manic
episodedengan perilaku berbahaya atau depressive episodedengan suicidal ideation. Ada
masalah dengan meluas stigma sosial, stereotip dan prasangkaterhadap individu dengan
diagnosis of bipolar disorder.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 GANGGUAN BIPOLAR


2.1.1 DEFENISI
Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental DisordersText Revisionedisi ke-4 (DSM-IV-TR) adalah gangguan jiwa yang bersifay episodik dan
ditandai oleh gejala gejala manic, depresi, dan campuran. Biasanya rekuren serta dapat
berlangsung seumur hidup. Setiap episode terpisahkan sekurangnya dua bulan tanpa gejalan
penting mania ataupun hipomania. Tetapi pada beberapa individu, gejala depresi dan mania
dapat berganti secara cepat, yang dikenal dengan rapid cycling. Episode mania yang ekstream
dapat menunjukan gejala gejala psikotik seperti waham dan halusinasi.
2.1.2 TANDA DAN GEJALA
Gangguan bipolar dapat terlihat sangat berbeda pada orang yang berbeda. Gejala bervariasi
dalam pola mereka, keparahan, dan frekuensi. Beberapa orang lebih rentan terhadap baik
mania atau depresi, sementara yang lain bergantian sama antara dua jenis episode. Gangguan
suasana hati sering terjadi pada seseorang, sementara yang lain hanya mengalami sedikit
selama seumur hidup.
Ada empat jenis episode suasana hati pada penderita gangguan bipolar, yakni mania,
hipomania, depresi, dan episode campuran. Setiap jenis episode suasana hati gangguan
bipolar memiliki gejala yang unik.
2.1.2.1 Tanda dan gejala mania
Gejala-gejala dari tahap mania gangguan bipolar adalah sebagai berikut:

Gembira berlebihan.

Mudah tersinggung sehingga mudah marah.


3

Merasa dirinya sangat penting.

Merasa kaya atau memiliki kemampuan lebih dibanding orang lain.

Penuh ide dan semangat baru.

Cepat berpindah dari satu ide ke ide lainnya.

Mendengar suara yang orang lain tak dapat mendengarnya.

Nafsu seksual meningkat.

Menyusun rencana yang tidak masuk akal.

Sangat aktif dan bergerak sangat cepat.

Berbicara sangat cepat sehingga sukar dimengerti apa yang dibicarakan.

Menghambur-hamburkan uang

Membuat keputusan aneh dan tiba-tiba, namun cenderung membahayakan.

Merasa sangat mengenal orang lain.

Mudah melempar kritik terhadap orang lain.

Sukar menahan diri dalam perilaku sehari-hari.

Sulit tidur.

Merasa sangat bersemangat, seakan-akan satu hari tidak cukup 24 jam.

2.1.2.2.Tanda dan gejala hipomania

Hipomania adalah bentuk kurang parah dari mania. Orang-orang dalam keadaan hipomanik
merasa gembira, energik, dan produktif, tetapi mereka mampu meneruskan kehidupan seharihari dan tidak pernah kehilangan kontak dengan realitas. Untuk yang lain, mungkin tampak
seolah-olah orang dengan hipomania hanyalah dalam suasana hati yang luar biasa baik.
Namun, hipomania dapat menghasilkan keputusan yang buruk yang membahayakan
hubungan, karier, dan reputasi. Selain itu, hipomania sering meningkat menjadi mania penuh
dan terkadang dapat diikuti oleh episode depresi berat.
Tahap hipomania mirip dengan mania, perbedaannya adalah penderita yang berada pada
tahap ini merasa lebih tenang seakan-akan telah kembali normal serta tidak mengalami
halusinasi dan delusi. Hipomania sulit untuk didiagnosis karena terlihat seperti kebahagiaan
biasa, tapi membawa risiko yang sama dengan mania. Gejala-gejala dari tahap hipomania
pada gangguan bipolar adalah sebagai berikut:

Bersemangat dan penuh energi dengan munculnya kreativitas.

Bersikap optimis, selalu tampak gembira, lebih aktif, dan cepat marah.

Penurunan kebutuhan untuk tidur.

2.1.2.3 Tanda dan gejala depresi bipolar


Gejala-gejala dari tahap depresi gangguan bipolar adalah sebagai berikut:

Suasana hati yang murung dan perasaan sedih yang berkepanjangan.

Sering menangis atau ingin menangis tanpa alasan yang jelas.

Kehilangan minat untuk melakukan sesuatu.

Tidak mampu merasakan kegembiraan.

Mudah letih, tak bergairah, tak bertenaga.

Sulit konsentrasi.
5

Merasa tak berguna dan putus asa.

Merasa bersalah dan berdosa.

Rendah diri dan kurang percaya diri.

Beranggapan masa depan suram dan pesimistis.

Berpikir untuk bunuh diri.

Hilang nafsu makan atau makan berlebihan.

Penurunan berat badan atau penambahan berat badan.

Sulit tidur, bangun tidur lebih awal, atau tidur berlebihan.

Mual sehingga sulit berbicara karena menahan rasa mual, mulut kering, susah buang
air besar dan terkadang diare.

Kehilangan gairah seksual.

Menghindari komunikasi dengan orang lain.

Hampir semua penderita gangguan bipolar mempunyai pikiran tentang bunuh diri. dan 30%
di antaranya berusaha untuk merealisasikan niat tersebut dengan berbagai cara.
2.1.2.4 Tanda dan gejala episode campuran
Episode ini merupakan gangguan bipolar campuran dari kedua fitur gejala mania atau
hipomania dan depresi. Tanda-tanda umum episode campuran termasuk depresi
dikombinasikan dengan agitasi, iritabilitas, kegelisahan, insomnia, distractibility, dan
layangan pikiran (flight of idea). Kombinasi energi tinggi dan rendah membuat suasana hati
penderita berisiko tinggi untuk bunuh diri.
Dalam konteks gangguan bipolar, episode campuran (mixed state) adalah suatu kondisi di
saat tahap mania dan depresi terjadi bersamaan. Pada saat tertentu, penderita mungkin bisa
merasakan energi yang berlebihan, tidak bisa tidur, muncul ide-ide yang berlalu-lalang di
6

kepala, agresif, dan panik (mania). Akan tetapi, beberapa jam kemudian, keadaan itu berubah
menjadi sebaliknya. Penderita merasa kelelahan, putus asa, dan berpikiran negatif terhadap
lingkungan sekitarnya. Hal itu terjadi bergantian dan berulang-ulang dalam waktu yang relatif
cepat. Alkohol, narkoba, dan obat-obat antipedresan sering dikonsumsi oleh penderita saat
berada pada epiode ini. Episode campuran bisa menjadi episode yang paling membahayakan
penderita gangguan bipolar. Pada episode ini, penderita paling banyak memiliki keinginan
untuk bunuh diri karena kelelahan, putus asa, delusi, dan halusinasi. Gejala-gejala yang
diperlihatkan jika penderita akan melakukan bunuh diri antara lain sebagai berikut:

Selalu berbicara tentang kematian dan keinginan untuk mati kepada orang-orang di
sekitarnya.

Memiliki pandangan pribadi tentang kematian.

Mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan dan alkohol.

Terkadang lupa akan hutang atau tagihan seperti tagihan listrik dan telepon.

Penderita yang mengalami gejala-gejala tersebut atau siapa saja yang mengetahuinya
sebaiknya segera menelepon dokter atau ahli jiwa, jangan meninggalkan penderita sendirian
dan jauhkan benda-benda atau peralatan yang berisiko dapat membahayakan penderita atau
orang-orang di sekelilingnya.
2.2.3Klasifikasi Bipolar
Berdasarkan DSM-IV-TR klasifikasi gangguan bipolar adalah sebagai berikut:
a. Gangguan bipolar I Ditandai oleh satu atau lebih episode manik atau campuran yang
biasanya disertai oleh episode-episode depresi mayor
b. Gangguan bipolar II
Gambaran utama ditandai oleh terjadinya satu atau lebih episodedepresi mayor yang disertai
oleh paling sedikit satu episode hipomanik.
c. Gangguan siklotimikDitandai paling sedikit dua tahun dari sejumlah periode waktu gejala
hipomanik yang tidak memenuhi kriteria episode manik dan sejumlah periode gejala depresif
yang tidak memenuhi kriteria depresif mayor

d. Gangguan bipolar yang tidak terinciGangguan ini mencakup gambaran bipolar yang tidak
memenuhi kriteria di atas.

2.2.4 Faktor penyebab


a. Genetika
Genetika bawaan adalah faktor umum penyebab gangguan bipolar. Seseorang yang lahir dari
orang tua yang salah satunya merupakan pengidap gangguan bipolar memiliki risiko
mengidap penyakit yang sama sebesar 15 % hingga 30%. Bila kedua orangtuanya mengidap
gangguan bipolar, maka berpeluang mengidap gangguan bipolar sebesar 50% - 75%. Kembar
identik dari seorang pengidap gangguan bipolar memiliki risiko tertinggi kemungkinan
berkembangnya penyakit ini daripada yang bukan kembar identik. Penelitian mengenai
pengaruh faktor genetis pada gangguan bipolar pernah dilakukan dengan melibatkan keluarga
dan anak kembar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10% - 15% keluarga dari
pasien yang mengalami gangguan bipolar pernah mengalami satu episode gangguan suasana
hati.
b. Fisiologis

Sistem neurokimia dan gangguan suasana hati

Salah satu faktor utama penyebab seseorang mengidap gangguan bipolar adalah
terganggunya keseimbangan cairan kimia utama di dalam otak. Sebagai organ yang berfungsi
menghantarkan rangsang, otak membutuhkan neurotransmitter (saraf pembawa pesan atau
isyarat dari otak ke bagian tubuh lainnya) dalam menjalankan tugasnya. Norepinephrin,
dopamin, dan serotonin adalah beberapa jenis neurotransmitter yang penting dalam
penghantaran impuls syaraf. Pada penderita gangguan bipolar, cairan-cairan kimia tersebut
berada dalam keadaan yang tidak seimbang.
Sebagai contoh, ketika seorang pengidap gangguan bipolar dengan kadar dopamin yang
tinggi dalam otaknya akan merasa sangat bersemangat, agresif dan percaya diri. Keadaan
inilah yang disebut fase mania. Sebaliknya dengan fase depresi yang terjadi ketika kadar
cairan kimia utama otak itu menurun di bawah normal, sehingga penderita merasa tidak
bersemangat, pesimis dan bahkan keinginan untuk bunuh diri yang besar.
8

Seseorang yang menderita gangguan bipolar menandakan adanya gangguan pada sistem
motivasional yang disebut dengan behavioral activation system (BAS). BAS memfasilitasi
kemampuan

manusia

untuk

memperoleh

penghargaan

(pencapaian

tujuan)

dari

lingkungannya. Hal ini dikaitkan dengan positive emotional states, karakteristik kepribadian
seperti ekstrovert (bersifat terbuka), peningkatan energi dan berkurangnya kebutuhan untuk
tidur. Secara biologis, BAS diyakini terkait dengan jalur saraf dalam otak yang melibatkan
dopamin dan perilaku untuk memperoleh penghargaan. Peristiwa kehidupan yang melibatkan
penghargan atau keinginan untuk mencapai tujuan diprediksi meningkatkan episode mania
tetapi tidak ada kaitannya dengan episode depresi. Sedangkan peristiwa positif lainnya tidak
terkait dengan perubahan pada episode mania.

Sistem neuroendokrin

Area limbik di otak berhubungan dengan emosi dan mempengaruhi hipotalamus yang
berfungsi mengontrol kelenjar endokrin dan tingkat hormon yang dihasilkan. Hormon yang
dihasilkan hipotalamus juga mempengaruhi kelenjar pituaritas. Kelenjar ini terkait dengan
gangguan depresi seperti gangguan tidur dan rangsangan selera. Berbagai temuan mendukung
hal tersebut, bahwa orang yang depresi memiliki tingkat dari cortisol (hormon adrenocortical)
yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh produksi yang berlebih dari pelepasan hormon rotropin
oleh hipotalamus. Produksi yang berlebih dari cortisol pada orang yang depresi juga
menyebabkan semakin banyaknya kelenjar adrenal. Banyaknya cortisol tersebut juga
berhubungan dengan kerusakan pada hipoccampus dan penelitian juga telah membuktikan
bahwa pada orang depresi menunjukkan hipoccampal yang tidak normal. Penelitian
mengenai Cushings Syndrome juga dikaitkan dengan tingginya tingkat cortisol pada
gangguan depresi.

Lingkungan

Gangguan bipolar tidak memiliki penyebab tunggal. Tampaknya orang-orang tertentu secara
genetis cenderung untuk mengidap gangguan bipolar, namun tidak semua orang dengan
kerentanan mewarisi penyakit berkembang yang menunjukkan bahwa gen bukanlah satusatunya penyebab. Beberapa studi pencitraan otak menunjukkan perubahan fisik pada otak
penderita gangguan bipolar. Dalam penelitian lain disebutkan, gangguan ini juga disebabkan
oleh poin ketidakseimbangan neurotransmitter, fungsi tiroid yang abnormal, gangguan ritme
sirkadian dan tingkat tinggi hormon stres kortisol. Faktor eksternal lingkungan dan psikologis
9

juga diyakini terlibat dalam pengembangan gangguan bipolar. Faktor-faktor eksternal yang
disebut pemicu dapat memulai episode baru mania atau depresi dan membuat gejala yang ada
memburuk, namun banyak episode gangguan bipolar terjadi tanpa pemicu yang jelas.
Penderita penyakit ini cenderung mengalami faktor pemicu munculnya penyakit yang
melibatkan hubungan antarperseorangan atau peristiwa-peristiwa pencapaian tujuan
(penghargaan) dalam hidup. Contoh dari hubungan perseorangan antara lain jatuh cinta, putus
cinta, dan kematian sahabat. Sedangkan peristiwa pencapaian tujuan antara lain kegagalan
untuk lulus sekolah dan dipecat dari pekerjaan. Selain itu, seorang penderita gangguan
bipolar yang gejalanya mulai muncul saat masa ramaja kemungkinan besar mempunyai
riwayat masa kecil yang kurang menyenangkan seperti mengalami banyak kegelisahan atau
depresi. Selain penyebab di atas, alkohol, obat-obatan dan penyakit lain yang diderita juga
dapat memicu munculnya gangguan bipolar.
Di sisi lain, keadaan lingkungan di sekitarnya yang baik dapat mendukung penderita
gangguan ini sehingga bisa menjalani kehidupan dengan normal. Berikut ini adalah faktor
lingkungan yang dapat memicu terjadinya gangguan bipolar:

Stres merupakan peristiwa kehidupan yang dapat memicu gangguan bipolar pada
seseorang dengan kerentanan genetik. Peristiwa ini cenderung melibatkan perubahan
drastis atau tiba-tiba-baik atau buruk seperti akan menikah, akan pergi ke perguruan
tinggi, kehilangan orang yang dicintai, atau dipecat dalam pekerjaan.

Penyalahgunaan zat tidak menyebabkan gangguan bipolar, itu dapat membawa pada
sebuah episode dan memperburuk perjalanan penyakit. Obat-obatan seperti kokain,
ekstasi dan amphetamine dapat memicu mania, sedangkan alkohol dan obat penenang
dapat memicu depresi.

Obat-obat tertentu, terutama obat-obatan antidepresan, bisa memicu mania. Obat lain
yang dapat menyebabkan mania termasuk obat flu, penekan nafsu makan, kafein,
kortikosteroid dan obat tiroid.

Perubahan musiman merupakan episode mania dan depresi sering mengikuti pola
musiman. Episode mania lebih sering terjadi selama musim panas, dan episode

10

depresif lebih sering terjadi selama musim dingin, musim gugur, serta musim semi
(untuk negara dengan 4 musim).

Kurang tidur atau melewatkan beberapa jam istirahat dapat memicu episode mania.

2.2 F31.81 GANGGUAN BIPOLAR II


2.2.1

DEFENISI

Gangguan ini ditandai dengan episode depresi dan episode hipomanik selama
perjalanan ganguan tetapi episode gejala lir-manik tidak benar benar memenuhi
kriteria seluru sidrom manik.
Gangguan DSM-4-TR gangguan bipolar II :

Adanya (riwayat )satu/lebih episode depresif berat.


Adanya (riwayat) setidaknya satu episode hipomanik.
Sebelumnya ada setidaknya satu episode manik/campuran.
Gejala mood kriteria A dan B setidaknya tidak dimasukkan kedalam gangguan

skizofrenia, gangguan waham/ gangguan psikotik yang tidak tergolongkan.


Gejala sekcara klinis menimbulkan penderita yang bermakna/hendaknya fungsi
sosial, pekerjaan/area fungsi penting lain.
2.2.2

EPIDEMIOLOGI

Gangguan bipolar lebih jarang dibandingkan dengan gangguan depresi berat.


Prevalensi seumur hidup sekitar 1% serupa dengan gambaran skizofrenia.
Prevalensi antara wanita dan laki laki sama. Onsetnya dari masa kanak kanak (56tahun) sampai 50 tahun lebih. Rata rata pada usia 30 tahun.
2.2.3 Kriteria DSM-4-TR gangguan hipomanik
a. Periode terpisaha mood yang secara persistent meningkat, ekspansif,atau iritable,
berlangsung hingga setidaknya 4hari. Yang secara nyata berbeda dari mood
nondepresi yang biasa.
b. Episode mood yang abnormal ini disertai oleh sedikitnya 3 gejala yang bersifat
menetap (4 jika gejala mood irritable) yaitu :

11

Harga diri yang membumbung atau rasa kebesar


an.
Berkurangnya kebutuhan tidur
Lebih banyak berbicara daripada biasanya atau ada tekanan untuk berbicara
Flight of idea / pengalaman subjektif bahwa pikirannya saling berlomba.
Perhatian mudah tealihkan.
Meningkatnya aktivitas yang berorientasi tujuan.
Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan dan berpotensi
tinggi memiliki akibat yang menyakiti.
c. Episode ini disertai perubahan jelas fungsi yang tidak khas pada orang tersebut
ketika tidak bergejala.
d. Gangguan mood dan perubahan fungsi yang diamati orang lain.
e. Episode ini tidak cukup berat untuk menimbulkan bedanya nyata fungsi pekerjaan
dan sosial, atau memerlukan rawat inap, dan tanpa ciri psikotik.
f. Gejala tidak disebabkan pengaruh fisiologis langsung suatu zat (misalnya obat
yang disalahgunakan, medikasi atau terapi laiinya)

2.2.4. Kriteria DSM-4-TR episode depresi mayor


a. Terdapat 5 atau lebih sintom yang ada selama periode 2 minggu dan terlihat
adanya perubahan dari fungsi sebelumnya paling sedikit satu simptom
lainnya, (1) mood depresif, (2) hilangnya minat dan rasa nyaman.
1. Mood depresi hampir sepanjang hari.
2. Hilangnya minat atau kesenangan secara jelas dalam semua atau
hampir semua aktivitas sepanjang hari.
3. Penurunan berat badan yang bermakna ketika tidak sedang melakukan
diet atau penambahan berat badan.
4. Insomia atau hipersomia hampir setiap hari.
5. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari
6. Perasaan tidak berharga atau bersalah yang berlebihan atau tidak sesuai
(yang mungkin bersift waham) hampir setiap hari.
7. Hilangnya kemampuan untuk berfikir atau memusatkan perhatian atau
tidak dapat mengambil keputusan hampir setiap hari.
8. Pikiran tentang kematian berulang (buakn hanya rasa takut tentang
kematian)ide bunuh diri yang berulanng tanpa suatu rencana yang
spesifik.
b. Gejala gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau fungsi
sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
c. Gejala gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat atau suatu
kondisi medis umum.
12

2.2.5
-

diagnosa banding
gangguan depresi mayor
gangguan skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya yang terkait
gangguan panik atau gangguan kecemasan
gangguan kepribadian
gangguan bipolar laiinya.

2.2.6. PENATALAKSANAAN
o kenyaman pasien haris terjamin
o Evaluasi diagnostik lengkap
o Rencana terapi yang ditunjukan tidak hanya pada gejala saat itu tetapi juga
kesejahteraan pasien dimasa yang akan datang.
-

Indikasi rawat inap :


a. Kebutuhan prosedur diagnostik
b. Resiko bunuh diri dan membunuh
c. Kemampuan pasien menurun drastis mendapatkan makanan
dan tempat tinggal.

2.2.7

KOMPLIKASI

Gangguan emosi atau gangguan neurologik Pasien dengan bipolar, terutama tipe II atau
siklotimik, memiliki episode depresi berat yang sering. Gangguan anxietas, seperti panik,
juga sering timbul pada pasien ini.Pasien dengan bipolar, terutama tipe II, juga sering
menderita fobia.
Suicide
Risiko untuk suicide sangat tinggi pada pasien dengan bipolar dan yang
tidak menerima tindakan medis. 10-15% pasien dengan Bipolar I melakukan percobaan
bunuh diri,dengan risiko tertinggi saat episode depresi atau campuran. Beberapa studi
memperlihatkanrisiko suicide pada pasien dengan bipolar II lebih tinggi dibanding bipolar I
atau depresi berat.Pasien yang menderita gangguan anxietas juga memiliki resiko tinggi
untuk suicide.
Masalah memori dan berpikir
Studi menunjukkan bahwa pasien dengan bipolar bisa memiliki masalah yang bervariasi pada
ingatan jangka pendek dan panjang, kecepatan memproses informasi, danfleksibilitas mental.
Masalah seperti ini bahkan dapat muncul diantara episode. Masalah inicenderung lebih parah
ketika seseorang memiliki episode manik lebih sering.
13

Efek perilaku dan emosional saat fase manik pada pasien


Dalam persentase kecil dari pasien bipolar mendemonstrasikan kenaikan produktivitas dan kreativitas
saat episode manik. Kelainan cara berpikir dan penilaian yangmerupakan karakterisik dari episode
manik dapat berujung pada perilaku berbahaya seperti:
-

Mengeluarkan uang dengan ceroboh, yang dapat menghancurkan finansial


Mengamuk, paranoid, dan bahkan kekerasan
Perilaku keinginan untuk sex terhadap banyak orang

Perilaku seperti di atas sering diikuti dengan rasa bersalah dan penurunan harga diri,
yangdiderita saat fase depresi.
Penyalahgunaan zat
Merokok merupakan salah satu hal tersering yang digunakan pada pasien
bipolar,dibandingkan mereka yang memiliki gejala psikotik. Beberapa dokter berspekulasi,
dalamskizofren, nikotin digunakan sebagai self-medication karena efek spesifik pada otak.
Sampai 60% pasien dengan gangguan bipolar menyalahgunakan zat lain (palingsering
merupakan

alcohol,

diikuti

marijuana

atau

kokain)

pada

suatu

titik

dalam

perjalanan penyakitnya.
Beberapa factor resiko untuk alkoholisme dan penyalahgunaan zat pada pasiendengan
bipolar
-

Memiliki episode campuran dibandingkan pasien dengan mania murni


Laki-laki dengan bipolar

Efek pada orang yang disayangi


Pasien tidak mengembangkan perilaku negatif dalam sekejap. Mereka memiliki efek langsung
pada orang sekitar mereka. Sangat sulit bahkan bagi keluarga atau pengasuh untuk objektif
dan secara konsisten simpatis dengan individu yang secara periodic dan tidak terdugamembuat
kekacauan disekitar mereka. Banyak pasien dan keluarga mereka merasa sulit untuk menerima episode ini
sebagai bagian dari penyakit dan bukan hal ekstrim, tapi normal, karakteristik. Penyangkalan
sepertiitu sering dibesar-besarkan oleh pasien yang pintar, yang dapat menjustifikasi
kelakuandestruktif mereka, tidak hanya kepada orang lain, namun juga kepada diri mereka
sendiri.
Anggota keluarga juga dapat merasakan dikucilkan secara sosial dengan fakta bahwamemiliki kerabat
dengan gangguan jiwa, dan merasa dipaksa untuk menyembunyikaninformasi ini dari kenalan
mereka.
Asosiasi dengan gangguan fisik
14

Orang dengan gangguan mental memiliki insiden lebih tinggi pada banyak
kondisimedis, termasuk penyakit jantung, asma dan masalah paru lainnya, kelainan
gastrointestinal,infeksi kulit, diabetes, hipertensi, migraine, sakit kepala, hipotiroid, dan
kanker. Pasiendengan bipolar lebih jarang mendapatkan penanganan medis dibanding orang
dengangangguan mental. Penyalahgunaan zat, termasuk merokok, alcohol, dan penyalahgunaan obat, juga
berkontribusi untuk masalah penyakit ini, termasuk mengurangi akses kepada penanganan
medis. Pengobatan untuk bipolar bisa meningkatkan resiko untuk masalahmedis.
Diabetes
didiagnosa hamper 3x lebih sering pada orang dengan bipolar dibanding pada
populasi umum. Banyak pasien dengan biporal mengalami overweight, dengan 25%nya berkriteria obesitas. Mengalami overweight merupakan factor resiko besar untuk
diabetes.Obat yang digunakan untuk menangani bipolar bisa juga menyebabkan kenaikan berat badandan
diabetes. Factor genetic dalam diabetes dan bipolar dapat menyebabkan gangguan yang jarang seperti
wolfram syndrome dan masalah lainnya yang terkait metabolisme karbohidrat.
Hipertensi
Pasien dengan bipolar dapat beresiko tinggi untuk hipertensi dibanding pasien tanpa
bipolar. Tingginya prevalensi dari hipertensi diantara pasien dengan bipolar jugamemperbesar
resiko untuk penyakit dan kematian akibat kondisi yang berkaitan dengan jantung.
Migraine
Migraine merupakan masalah umum pada pasien dengan gangguanmental, tapi lebih sering
terjadi pada gangguan bipolar II. Pasien dengan bipolar II menderitadari migraine lebih
sering dibanding pasien bipolar I, diperkirakan bahwa berbagai factor biologis dapat terlibat
dengan berbagai bentuk bipolar.
Hipotiroid
Hipotiroid merupakan efek samping yang sering terjadi pada lithium, penanganan
standar untuk bipolar. Namun, bukti juga menyatakan bahwa pasien, terutamawanita,
memiliki resiko lebih besar untuk memiliki kadar tiroid rendah terlepas dari obat apayang
digunakan. Hipotiroidism dapat menjadi factor resiko untuk bipolar pada beberapa pasien.
Beban ekonomi.
Beban ekonomi pada bipolar sangat signifikan. Diperkirakan bahwagangguan tersebut
menimbulkan kerugian pada sector industry di US sebesar 14,1 miliar dollar per tahun akibat
hilangnya produktivitas, sebagian besar akibat rendahnya fungsi kerja.Berdasarkan studi pada
tahun 2006 yang disponsori US National Institute of Mental Health, bipolar 2x lebih besar
menimbulkan hilangnya produktivitas sebagai Major DepressiveDisorder (MDD). Walau
15

nyatanya MDD lebih sering terjadi. Setiap pekerja dengan bipolar kehilangan 66 hari kerja setahun
dibandingkan 27 hari kerja setahun orang dengan MDD.Penelitian memperlihatkan episode
depresi pada bipolar lebih merusak produktivitasdibanding episode manik.
2.2.8 PENATALAKSANAAN
Gangguan bipolar membutuhkan pengobatan jangka panjang. Oleh karena itu meski
penderitanya sudah merasa sembuh, dokter biasanya tidak akan menghentikan pengobatan
begitu saja hingga dirasa cukup.
Tujuan pengobatan jangka panjang bipolar adalah untuk menurunkan frekuensi
terjadinya episode-episode mania dan depresi agar penderita dapat hidup secara normal dan
membaur dengan orang-orang di sekitarnya. Selain langkah pencegahan kambuhnya salah
satu fase bipolar, terdapat juga obat-obatan untuk menangani gejala-gejala ketika sedang
kambuh.
Penderita bipolar akan dianjurkan untuk memperbaiki pola hidup, misalnya dengan cara
berolahraga secara teratur, tidur yang cukup, dan mengadopsi pola makan yang lebih sehat.
Rencana pengobatan biasanya mencakup pemberian obat-obatan yang dikombinasikan
dengan penanganan lain yang diperlukan, misalnya terapi psikologis.
Sebagian besar penderita gangguan bipolar dapat membaik tanpa harus menjalani rawat inap
di rumah sakit. Perujukan ke rumah sakit biasanya dilakukan jika gejala makin parah dan
dikhawatirkan perilaku penderita dapat membahayakan orang lain atau dirinya sendiri, seperti
misalnya bunuh diri.
Obat-obatan
Ada sejumlah obat yang dapat digunakan untuk mengobati gangguan bipolar, tergantung
gejala serta riwayat kesehatan masing-masing penderita, di antaranya:

Antikonvulsan, seperti misalnya lamotrigine dan divalproex.Obat ini sebenarnya biasa


digunakan untuk mengobati epilepsi, namun efeknya telah terbukti efektif dalam
menangani gangguan bipolar. Obat yang berfungsi sebagai penstabil suasana hati
jangka panjang ini juga digunakan untuk mengobati episode mania. Beberapa efek
samping penggunaan antikonvulsan di antaranya adalah:
16

o Mengantuk
o Pusing
o Kenaikan berat badan

Lithium, yakni obat yang mampu mencegah terjadinya gejala mania dan depresi serta
menstabilkan suasana hati. Selama penggunaan obat ini, tes darah untuk memeriksa
kadar lithium di dalam tubuh perlu dilakukan secara rutin. Hal tersebut untuk
memastikan kadar lithium masih dalam kisaran yang aman sehingga mencegah
terjadinya efek samping serius berupa gangguan pada ginjal dan kelenjar tiroid. Efek
samping penggunaan lithium lainnya adalah:
o Gangguan pencernaan
o Mulut terasa kering
o Gelisah
o Muntah
o Diare

Antidepresan seperti fluoxetine. Pada beberapa penderita gangguan bipolar, obat


pereda depresi ini dapat memicu episode mania. Oleh karena itu antidepresan kerap
dipasangkan dokter dengan obat-obatan penstabil suasana hati. Salah satu efek
samping penggunaan antidepresan adalah menurunnya libido atau lemah syahwat.

Antipsikotik, misalnya olanzapine dan ariprazol. Sama seperti obat-obatan


antikonvulsan, antipsikotik diresepkan untuk mengatasi episode mania dan juga
efektif untuk menstabilkan suasana hati. Beberapa efek samping penggunaan
antipsikotik adalah:
o Peningkatan detak jantung
o Penglihatan kabur

17

o Gemetar
o Mengantuk
o Kenaikan berat badan
o Penurunan daya ingat

Terapi psikologis

Terapi psikologis untuk gangguan bipolar dapat menunjang obat-obatan yang telah
diberikan. Melalui metode ini diharapkan kesembuhan pasien bisa tercapai secara lebih
efektif.
Di dalam terapi psikologis, pasien akan dikenalkan dengan masalah kejiwaan yang sedang
mereka alami. Pasien juga akan diajak mengidentifikasi hal-hal yang dapat memicu
terjadinya episode suasana, baik itu dalam bentuk pemikiran maupun perilaku pasien. Setelah
faktor pemicu gejala diketahui, psikiater atau ahli terapi akan membimbing pasien untuk mau
mengubah pemikiran dan perilaku negatif mereka tersebut menjadi positif. Melalui metode
yang dinamakan terapi perilaku kognitif ini, pasien juga akan diajari cara menanggulangi
stres secara efektif, serta diberi nasihat-nasihat seputar pola makan, tidur, dan olahraga yang
baik untuk kesehatan.
Tidak hanya pasien, keterlibatan keluarga dalam terapi psikologis juga bisa sangat membantu.
Tujuannya adalah agar keluarga memahami kondisi yang dialami pasien sehingga bisa
bekerja sama untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi di dalam rumah tangga yang
mungkin saja menjadi penyebab gangguan bipolar, serta mencari jalan keluarnya.

18

BAB 3
Penutup
Kesimpulan
Gangguan bipolar merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai olehgejalagejala manik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat berlangsung
seumur hidup. Angka morbiditas dan mortalitasnya cukup tinggi. Gangguan mood ini
disebabkanoleh banyak faktor, di antaranya faktor genetik, biologik, dan psikososial. Dalam
perjalanan penyakitnya, gangguan bipolar ini berbeda-beda, tergantung pada tipe dan
19

waktunya.Onsetnya biasanya pada usia 20-30 tahun. Wanita dan pria memiliki kesempatan
yang sama.Semakin muda seseorang terkena bipolar, maka makin besar kemungkinannya
untuk mengalami gejala psikotik dan semakin jelas terlihat hubungan genetiknya.
Untuk penatalaksanaan gangguan bipolar, tergantung pada jenis bipolarnya sendiri, apakah
itu fasemanik, fase depresi, fase campuran. Diperlukan teknik wawancara dan pendekatan
yang baik sehingga dapat menegakkan diagnosis bipolar dan membedakan bipolar dari
gangguan jiwamaupun penyakit lainnya. Penegangkan diagnosis penting untuk memberikan
penatalaksaanyang tepat bagi pasien.

DAFTAR PUSTAKA
1. Fakultas Kedokteran Universiats Indonesia. Buku ajar psikiatri. Jakarta:
Badan PenerbitFKUI; 2010.hlm.197-208
2. Konsesus Nasional Terapi Gangguan

Bipolar.

Panduan

tatalaksana

gangguan bipolar. Jakarta:Konsesus Nasional Terapi Gangguan Bipolar;


2010.hlm.2-21

3. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan-sadock sinopsis psikiatri: ilmu
pengetahuan perilaku psikiatri klinis. Jilid satu. Jakarta: Binarupa Aksara;
2010.hlm.791-853.
4. American Psychiatry Assosiasion. Practice guideline for the treatment of patients with
bipolar disorder. 2ndedition. 2002. Diunduh dari apa.org, 20 April 2013
20

21

Вам также может понравиться