Вы находитесь на странице: 1из 1

Pendahuluan

Ketika seorang dokter berhadapan dengan suatu penyakit yang diderita pasien, akan
timbul keputusan klinis untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi pasien.
Berbagai pendekatan yang diambil dalam pengambilan keputusan klinis tersebut
sangat dipengaruhi oleh cara pandang atau paradigma yang dipakai oleh dokter
tersebut. Paradigma lama yang telah dipakai bertahun-tahun dalam penanganan
penderita adalah menggunakan intuisi, pengalaman klinis yang tidak sistematis,
ataupun pendekatan patofisiologi yang berasal dari penelitian hewan percobaan.
Paradigma yang baru, yang mulai diperkenalkan sejak awal tahun 90-an adalah
evidence-based medicine1. Paradigma ini lebih menekankan pendekatan dalam
pengambilan keputusan klinis berdasarkan bukti-bukti dan informasi yang berasal dari
penelitian klinis yang sistematis.
Pembahasan
Keputusan klinis yang dibuat berdasarkan evidence-based medicine harus melalui
pelacakan kepustakaan, baik lewat CD room, internet, maupun publikasi ilmiah risetriset yang ada di jurnal-jurnal keilmuan terkait. Bukti-bukti yang diperoleh meliputi
bukti faktor risiko suatu penyakit, bukti akurasi suatu tes diagnostik pengganti, bukti
faktor prediktor suatu penyakit, serta bukti-bukti tentang efikasi dan keamanan suatu
obat. Bukti-bukti yang didapatkan lewat hasil suatu penelitian dengan level evidence I
atau dari suatu randomized controlled trial digunakan untuk dasar pengambilan
keputusan klinis dalam penanganan suatu penyakit. Tahapan-tahapan yang harus
dilakukan dalam praktik evidence-based medicine adalah sebagai berikut2: (1)
formulasikan pertanyaan-pertanyaan klinis yang dapat dijawab; (2) lacak bukti
eksternal yang terbaik; (3) lakukan analisis kritis bukti tersebut untuk menentukan
validitas dan pentingnya bukti tersebut; (4) gunakan bukti tersebut dalam praktik
klinis; dan (5) evaluasi diri sebagai pemakai evidence-based medicine. Contoh yang
hendak ditunjukkan adalah untuk kasus stroke akut. Sesuai dengan tahapan praktik
pendekatan evidence-based medicine, maka pertama kali yang harus diajukan adalah
pertanyaan tentang masalah manajemen stroke akut. Dalam pelayanan akut di rumah
sakit, apakah ada cara-cara untuk mengorganisir pelayanan pasien-pasien dengan
serangan stroke akut yang akan memperbaiki kualitas perawatan (quality of care),
efisiensi, dan outcome dari pelayanan tersebut2.
Dalam praktik pelaksanaan evidence-based medicine, ada beberapa ketentuan yang
harus diikuti. Davidoft et al. (1995) cit. Lamsudin (1999)2 memberi beberapa
petunjuk sebagai berikut: (1) keputusan-keputusan klinis harus berdasarkan bukti
ilmiah yang terbaik, yang berasal dari kesimpulan epidemiologis dan biostatistik; (2)
masalah klinis harus menentukan jenis bukti yang dicari; (3) kesimpulan-kesimpulan
yang berasal dari identifikasi dan analisis kritis, bukti harus dapat merubah
manajemen atau keputusan pelayanan kesehatan; serta (4) penampilan klinis harus
secara terus-menerus dievaluasi.
Sumber : http://nursingbrainriza.blogspot.com/2007/08/topik-pendekatan-evidencebased.html ABDUL GOFIR DAN RUSDI LAMSUDIN. Bagian Ilmu Penyakit Saraf,
Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada/RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta

Вам также может понравиться