Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ANALISIS MASALAH
+ 2 bulan SMRS os mengeluh nyeri dada kiri minimal apabila os batuk. Batuk
disertai dahak kental berwarna putih, darah (+), sesak (-), mengi (-), mual muntah (-),
penurunan nafsu makan (+), penurunan berat badan (+). Os berobat ke spesialis paru
dan dikatakan ada tumor paru dan dirujuk ke RSMH.
+ 2 hari SMRS os mengeluh nyeri dada kiri terutama bila os batuk. Batuk disertai
dahak kental berwarna putih disertai bercak darah. Sesak (-), mengi (-), demam (-),
mual muntah (-).
Batuk merupakan respon fisiologis tubuh untuk mengeluarkan benda asing yang
berada pada saluran napas. Respon ini bertujuan untuk menjaga saluran napas atau
jalan napas agar tetap paten dan terbuka agar oksigen dapat masuk dengan baik
kedalam parenkim paru. Pada pasien ini terjadikan desakan jalan napas terutama
pada daerah percabangan bronkus oleh adanya tumor paru serta adanya gejala lokal
berupa berupa gangguan pergerakan silia serta ulserasi bronkus yang memudahkan
terjadinya peradangan berulang sehingga terjadi rangsangan terhadap reseptor batuk,
kemudian proses berlanjut dengan tersensitisasinya serabut aferen dari cabang
nervus vagus yang mengantar rangsangan ke pusat batuk pada medula oblongata,
dari sini oleh serabut eferen N. Vagus, N trigeminus, N. Frenikus, N Interkostalis,
dan serabut saraf lainnya memberi respon batuk menuju efektor yang terdiri dari
laring, trakea, bronkus, diafragma, dan otot-otot interkostalis. Nyeri dada sesaat
setelah batuk terjadi akibat adanya tekanan yang kuat pada rongga dada selama
proses ekspulsif sehingga terjadi stimulasi pada saraf nosiseptor yang berada di
rongga paru dan akhirnya menimbulkan respon rasa nyeri. Nyeri ini biasanya
bersifat tajam (pleuritik).
Dahak juga merupakan respon fisiologis tubuh yang diproduksi sebagai mekanisme
pembersihan normal (Normal Cleaning Mechanism) oleh Trakeobronkhial tree, akan
tetapi produksi sputum akibat adanya batuk adalah tidak normal (Rohani, 2007).
Pada kasus ini terjadi keadaan abnormal produksi mukus oleh karena gangguan fisik
berupa adanya tumor paru sehinngga mekanisme pengeluaran mucus oleh silia sel
epitel saluran napas tidak berjalan secara normal sehingga terjadi penumpukan
25
26
mucus. Adanya bercak darah pada dahak akibat adanya erosi pada arteri pulmonal
dan terbentuknya pseudoaneurisma yakni pembuluh darah yang sangat rentan pecah
oleh adanya tumor paru.
Nafsu makan dan penurunan berat badan pada penderita tumor dikaitkan dengan
dirilisnya sitokin pro inflamasi berupa polipeptida yang diproduksi oleh limfosit dan
makrofag sebagai respon imun endogen terhadap tumor. Beberapa sitokin yang
berperan antara lain IL-1, IL-2, TNF, dan Interferon gamma. Sitokin dapat
mempengaruhi status nutrisi dan metabolisme pasien kanker dengan meyababkan
penurunan nafsu makan, perubahan metabolisme energi yakni karbohidrat, protein,
dan lemak kearah hipermetabolisme. Sehingga pasien cenderung untuk mengalami
kaheksia dan penurunan berat badan.
Tumor paru dapat timbul oleh seringnya organ paru terpapar zat karsinogenik yang
diduga beresiko untuk meyebabkan abnormalitas genetik seperti asap rokok, polusi
udara, maupun bahan yang dapat menyebabkan gangguan/kelainan struktur paru
lainnya sehingga terjadi ketidakseimbangan antara fungsi onkogen dengan gen
tumor supressor dalam proses tumbuh dan berkembangsnya sel. Dari etiologi diatas
kemudian menyerang cabang sub/segmen bronkus menyebabkan hilangnya silia dan
deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen ini akan meyebabkan metaplasia, hyperplasia, dan displasia. Diperlukan
rangsangan yang lama dan berkesinambungan untuk memicu timbulnya tumor paru.
Agen inisiasi untuk memicu terbentuknya tumor dapat berupa unsur kimia, fisik,
maupun biologis yang mempunyai kemampuan untuk bereaksi langsung dan
mengubah struktur dasar dari komponen genetik (DNA). Adanya inisiator mengubah
gen supressor tumor dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan
(insersi/ins) sebagian susunan pasangan basanya, tampilan gen erbB1 atau
neu/erbB2 pereran dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah.
Peubahan tampilan gen ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru berubah
menjadi sel kanker yang bersifat autonom.