Вы находитесь на странице: 1из 16

Pembangunan daerah Kabupaten Banyuwangi ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan

rakyat, yang ditunjukkan oleh membaiknya berbagai indikator pembangunan sumber daya
manusia, antara lain meningkatnya pendapatan per kapita; menurunnya angka kemiskinan dan
tingkat pengangguran sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas disertai dengan
berkembangnya lembaga jaminan sosial; meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat yang
didukung dengan pelaksanaan sistem pendidikan nasional yang mantap; meningkatnya derajat
kesehatan dan status gizi masyarakat; meningkatnya kesetaraan gender; meningkatnya tumbuh
kembang optimal, dan perlindungan anak; menurunnya kesenjangan kesejahteraan antar
individu, antar kelompok masyarakat, dan antar kelompok masyarakat.
Untuk mencapai tujuan diatas, permasalahan yang dihadapi :
Pertama, Terbatasnya anggaran pembangunan daerah.
APBD Kabupaten Banyuwangi dalam beberapa tahun terakhir jumlahnya diatas Rp. 1 trilyun
rupiah. Dalam konteks pembangunan daerah di Kabupaten Banyuwangi, APBD menduduki
posisi yang sangat strategis guna menstimulasi perekonomian di Kabupaten Banyuwangi. APBD
Kabupaten Banyuwangi diharapkan mampu menggerakkan peningkatan produksi dan konsumi
masyarakat, menggairahkan perdagangan keluar dan kedalam daerah, serta mendorong
investasi melalui peningkatan sarana dan prasarana publik.
Dilihat dari jumlahnya, APBD Kabupaten Banyuwangi cukup besar dengan angka melampaui Rp.
1 trilyun. Namun jika dilihat dari kontribusinya amatlah kecil dibandingkan total rupiah yang
beredar dalam perekonomian daerah. Kontribusi APBD Kabupaten Banyuwangi hanya 5 persen
dari Produk Domestik Regional Bruto Banyuwangi yang sebesar Rp. 20 trilyun. Untuk itu harus
diimbangi oleh strategi yang tepat sehingga dapat menstimulasi pertumbuhan ekonomi. APBD
harus diprioritaskan untuk meningkatkan kualitas layanan publik secara lebih efisien dan efektif
serta responsif terhadap kebutuhan dan potensi wilayah Kabupaten Banyuwangi. Harapan besar
tersebut bisa dilaksanakan, jika perencanaan anggaran belanja setiap kegiatan pada APBD
efisien, tepat sasaran, wajar, tidak underfinancing (kurang) atau overfinancing (berlebih).
APBD Kabupaten Banyuwangi masih ditopang dari sebagian besar Dana Perimbangan. Untuk
tantangan yang dihadapi adalah sinkronisasi pembangunan disetiap bidang sehingga kegiatan di
setiap bidang saling terpadu, mendukung dan saling memperkuat. Anggaran yang terbatas harus
dipastikan bahwa setiap Satuan perangkat Daerah melaksanakan pembangunan di setiap
bidang dengan memiliki komitmen yang kuat pada pencapaian sasaran dan visi misi
pembangunan daerah. Untuk mencapai sinergi tersebut melalui proses komunikasi, konsultasi,
dan koordinasi serta pemangku kepentingan terkait di pusat dan provinsi dengan
mengedepankan keberhasilan bersama dalam pencapaian sasaran pembangunan.
Sinergi yang baik antarberbagai pihak tersebut untuk membuka akses jejaring seluruh pihak agar
dapat berperan aktif dalam mewujudkan pembangunan di Kabupaten Banyuwangi.
Kedua, Ketersediaan Infrastruktur yang Terbatas.
Pembangunan infrastruktur mempunyai peran yang sangat strategis untuk percepatan
pertumbuhan ekonomi. Revitalisasi pertanian tidak mungkin berhasil tanpa infrastruktur yang
memadai, mengingat biaya pemasaran makin dominan dalam struktur biaya akhir suatu
komoditas pertanian. Keluarga miskin tidak akan mampu ikut dalam gelombang pertumbuhan
ekonomi jika terisolasi akibat ketiadaan infrastruktur. Walaupun belanja dalam bidang
infrastruktur telah cukup besar, namun masih belum cukup untuk mengatasi kesenjangan

infrastruktur baik di tingkat Kabupaten maupun antarkecamatan. Ketujuh, sumber pertumbuhan


ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan
Ketiga, Adanya kesenjangan antarwilayah dan antarkelompok masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi harus tersebar ke seluruh wilayah, terutama wilayah yang masih memiliki
tingkat kemiskinan yang cukup tinggi. Pertumbuhan di seluruh wilayah perlu memperhatikan
keterkaitan terhadap pelaku dan sumber daya lokal sehingga masyarakat lebih banyak berperan
di dalamnya dan ikut menikmati hasil pertumbuhan, sekaligus nilai tambah yang dinikmati di
daerah-daerah. Untuk mengurangi kesenjangan antarpelaku usaha, pertumbuhan ekonomi yang
tercipta harus dapat memberikan kesempatan kerja seluas-luasnya dan lebih merata ke sektorsektor pembangunan, yang banyak menyediakan lapangan kerja. Pertumbuhan ekonomi melalui
investasi, diharapkan dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Usaha mikro, kecil, dan
menengah, diharapkan juga dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat agar dapat
meningkatkan produktivitas dan daya saing yang lebih baik. Harapan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dapat dicapai jika para pekerja tersebut dilengkapi dengan keahlian,
kompetensi, kemampuan untuk bekerja (employable) dan disiapkan untuk menghadapi
persaingan global dalam pasar kerja. Pendidikan saja tidak cukup, karena banyak para pekerja
masih belum siap untuk memasuki pasar kerja.
Keempat, Keterbatasan kapasitas dan kualitas birokrasi.
Keberhasilan proses pembangunan tergantung pada kualitas birokrasi. Pada saat ini kualitas
birokrasi masih perlu ditingkatkan untuk menghadapi meningkatkan kinerja dan citra pelayanan
publik. Ekonomi biaya tinggi yang terjadi hingga saat ini tidak terlepas dari rendahnya kualitas
birokrasi. Oleh karena itu, keberhasilan reformasi birokrasi merupakan kunci utama yang
membawa dalam meningkatkan daya saing daerah.
Berdasarkan analisa data dan informasi di Kabupaten Banyuwangi, dirumuskan isu-isu strategis
yang sebagai permasalahan-permasalahan utama yang sedang dan akan dihadapi pada lima
tahun mendatang, yaitu 1) Pendidikan dan Kesehatan, 2) Kemiskinan dan pengangguran, 3)
Revitalisasi Sektor Pertanian, Pariwisata dan UMKM, 4) Lingkungan, 5) Perlindungan Sosial, 6)
Infrastruktur, dan 7) Tata Kelola Pemerintahan yang Baik.
1). Pendidikan dan Kesehatan
Pendidikan dan kesehatan adalah dua isu yang paling dominan di dalam memberi sumbangan
terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Apabila kualitas pendidikan dan kesehatan
bagus, maka kualitas SDM juga akan bagus. Oleh karena itu, dua hal ini menjadi bagian penting
dalam MDGs sebagaimana diprogramkan oleh PBB. Sehingga, beberapa negara juga menaruh
perhatian yang serius terhadap dua isu ini.
Kualitas SDM di Kabupaten Banyuwangimasih menjadi permasalahan yang cukup serius. Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Banyuwangi masih berada di bawah rata-rata IPM
Provinsi Jawa Timur. SDM merupakan faktor utama dalam pembangunan. Negara-negara yang
memiliki pertumbuhan dan stabilitas ekonomi, serta tingkat kesejahteraan yang lebih baik
biasanya adalah negara-negara yang memiliki SDM yang berkualitas. Oleh karena itu, kualitas
SDM merupakan salah satu faktor penentu bagi kemampuan suatu negara atau daerah untuk
menjadi negara atau daerah yang memiliki daya saing tinggi. Jepang dan sejumlah negara

lainnya merupakan negara yang tidak memiliki sumber daya alam yang memadai, namun
negara-negara tersebut memiliki SDM yang berkualitas sehingga mereka mampu menjadi
negara yang maju. Kualitas SDM yang bagus menjadikan negara maju mampu menjadi negara
yang lebih kompetitif (competitive state) apabila dibandingkan dengan negara-negara lain.
Negara-negara kompetitif yang terdapat di Asia diantaranya adalah Jepang dan Singapura.
Dalam upaya meningkatkan kualitas SDM maka masalah-masalah yang berkaitan dengan
pendidikan dan kesehatanharus diatasi. Salah satu contoh di Kabupaten Banyuwangi adalah
angka buta huruf yang masih lebih tinggi daripada angka buta huruf Provinsi Jawa Timur. Untuk
meningkatkan pembangunan di sektor pendidikan, Kabupaten Banyuwangi dihadapkan pada
tantangan untuk mengurangi angka buta huruf dan meningkatkan angka partisipasi kasar.
Karena dengan berkurangnya angka buta huruf dan meningkatnya angka partisipasi kasar, maka
akan semakin tinggi pendidikan yang terserap pada anak-anak di usia belajar. Selain
itu,Kabupaten Banyuwangi juga dihadapkan pada tantangan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di semua tingkatan. Melalui pendidikan yang berkualitas, maka akan tercipta siswasiswa yang berkualitas dan mempunyai skill yang diharapkan dapat menciptakan lapangan
pekerjaan. Peningkatan kualitas pendidikan dengan perbaikan sarana prasarana dan pelayanan
pendidikan secara menyeluruh baik untuk pendidikan formal, maupun pendidikan informal dan
non formal.
Kedepan pembangunan pendidikan diarahkan pada paradigma yang memperlakukan anak
sebagai subyek dan penghargaan terhadap anak sebagai manusia yang utuh, yang memiliki hak
untuk mengaktualisasikan dirinya secara maksimal dalam aspek kecerdasan intelektual, spiritual,
dan sosial. Pendidikan harus dapat membantu anak untuk menemukan bakatnya serta
menolongnya agar mampu memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya sehingga dapat
bertumbuh dengan wajar dan mampu mengintegrasikan berbagai pengetahuan yang ia miliki.
Inilah hakekat pendidikan yang berkarakter, bermoral dan berakhlak.
Untuk itu, guru bukan hanya memberikan pengajaran yang dibutuhkan melainkan juga
memberikan teladan hidup dan mengembangkan kreatifitas peserta didik. Paradigma ini
merupakan fondasi dari pendidikan kreatif yang mengidamkan peserta didik sebagai subyek
pembelajar sepanjang hayat yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, inovatif dan
berkewirausahaan.
Selain pendidikan, kesehatan merupakan salah satu isu penting. Umur Harapan Hidup (UHH) di
Kabupaten Banyuwangi masih di bawah rata-rata Provinsi Jawa Timur. Keadaan ini diperparah
oleh rendahnya pola pangan harapan yaitu pola kecukupan asupan pangan dan gizi termasuk
akses terhadap air bersih. Di samping, angka kematian bayi dan ibu-ibu yang melahirkan masih
cukup tinggi. Keadaan demikian menjadi tantangan di dalam meningkatkan kualitas kesehatan di
Kabupaten Banyuwangi.
2). Kemiskinan dan Pengangguran
Kemiskinan dan pengangguran merupakan isu yang sangat berkaitan langsung dengan
kesejahteraan rakyat. Keduanya berkaitan dengan minimnya atau bahkan ketiadaan pendapatan
untuk menopang hidup sehari-hari. Kedua isu tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang
lain. Pengangguran merupakan salah satu penyulut bagi lahirnya dan merebaknya angka

kemiskinan. Oleh karena itu, pengangguran merupakan rintangan terbesar bagi upaya untuk
mengatasi masalah kemiskinan. Sebaliknya, kemiskinan juga menjadi salah satu pendorong
lahirnya pengangguran. Kemiskinan merupakan penghalang seseorang untuk memperoleh
pendidikan yang berkualitas. Kurangnya pendidikan yang berkualitas merupakan sumber penting
bagi pengangguran. Mengingat seseorang tidak memiliki kualitas SDM yang memadai, dia tidak
bisa berkompetisi ketika harus bersaing di pasar kerja.
Masalah kemiskinan dan pengangguran di Kabupaten Banyuwangi, masih cukup mendominasi.
Angka kemiskinan di Kabupaten Banyuwangi memang mengalami penurunan di beberapa tahun
terakhir. Tetapi, jumlah penduduk dalam kategori sangat miskin dan miskin masih cukup besar.
Pada Tahun 2005, penduduk miskin di Kabupaten Banyuwangi mencapai 157.347 KK.
Rinciannya adalah, penduduk hampir miskin mencapai 64.649 KK, penduduk miskin 65.451 KK
dan penduduk sangat miskin 27.247 KK. Kondisi ini mengalami perubahan pada tahun 2008,
penduduk miskin mencapai 129.324 KK, yang terdiri penduduk hampir miskin mencapai 56.714
KK, penduduk miskin 48.163 KK dan penduduk sangat miskin 24.447 KK. Selain itu, tingkat
pengangguran di Kabupaten Banyuwangi juga tergolong tinggi. Pada Tahun 2009, penduduk
dengan kategori menganggur mencapai 53.274 orang. Apabila dilihat dari jumlah angka
pengangguran terbuka terdapat penurunan prosentase. Pada Tahun 2003, pengangguran
terbuka di Banyuwangi adalah 6,84%. Pada waktu yang sama rata-rata pengangguran terbuka di
Jawa Timur adalah 4,82%. Namun, pada Tahun 2009, angka pengangguran terbuka di
Banyuwangi mengalami penurunan menjadi 4,1%. Sedangkan di Jawa Timur naik menjadi
5,1%.
Dalam situasi semacam itu, di antara tantangan besar bagi Kabupaten Banyuwangi di dalam
meningkatkan kemakmuran rakyat adalah menekan angka kemiskinan dan pengangguran
secara terus menerus.
3). Revitalisasi Sektor Pertanian, Pariwisata, dan UMKM
Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar bagi PDRB di Kabupaten Banyuwangi.
Dalam lima tahun terakhir ini, rata-rata sumbangan sektor pertanian kepada PDRB menjadi 50%.
Di samping sebagai penyumbang terbesar pada PDRB, sektor pertanian merupakan
penyumbang terbesar dalam hal penyerapan angkatan kerja. Hal ini terjadi karena sektor industri
olahan, tidak cukup berkembang. Sementara itu, sektor jasa yang berkembang lebih cepat
namun tidak banyak menyerap angkatan kerja.
Meskipun demikian, sektor pertanian di Kabupaten Banyuwangi menghadapi tantangantantangan yang tidak ringan. Secara perlahan, terdapat penurunan sumbangan sektor pertanian
kepada PDRB. Hal ini tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi petani
yang diantaranya adalahmenurunnya kualitas kesuburan tanah, banyaknya hama dan penyakit
tanaman, dan perubahan iklim yang tidak menentu. Masalah yang dihadapi nelayan adalah
penurunan hasil tangkapan ikan. Di pihak lain, para petani dan nelayan tidak mampu
mendayagunakan hasil-hasil produksi supaya memiliki nilai tambah. Sebagian besar, produk
yang dihasilkan masih dijual berupa bahan mentah. Produk-produk pertanian itu belum
dimanfaatkan secara lebih baik menjadi produk-produk olahan, baik setengah jadi maupun
produk jadi.

Tantangan terbesar bagi Kabupaten Banyuwangi adalah melakukan revitalisasi sektor pertanian.
Melalui revitalisasi ini, produksi sektor pertanian akan meningkat, sehingga sumbangannya pada
PDRB juga akan meningkat. Selain itu, revitalisasi juga berkaitan dengan upaya mengkaitkan
(linkage) produk-produk pertanian dengan produk-produk industri olahan. Hal ini akan
meningkatkan pendapatan para petani dan nelayan. Pada akhirnya, kesejahteraan para petani
dan nelayan juga akan mengalami peningkatan.
Sektor jasa yang memiliki potensi dalam peningkatan sumbangan terhadap PDRB adalah sektor
pariwisata yang terkait dengan industri pariwisata, seperti perhotelan, restoran, dan industri
kerajinan. Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi wisata alam yang cukup besar. Potensi ini
bisa berkembang apabila dikaitkan dengan posisi Banyuwangi yang strategis sebagai pintu
masuk ke Bali melalui perjalanan darat. Apabila potensi wisata itu bisa dikembangkan secara
baik, maka industri lainnya juga akan berkembang dengan baik.
Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan salah satu
upaya strategis dalam meningkatkan taraf hidup sebagian besar masyarakat khususnya
menengah kebawah. Pemberdayaan koperasi dan UMKM dipilah menjadi pengembangan usaha
kecil dan menengah (UKM), pemberdayaan usaha mikro, dan penguatan kelembagaan koperasi.
Pemberdayaan mengemban misi membentuk koperasi dan UMKM yang berdaya saing.
UMKM telah membuktikan ketahanannya terhadap krisis. Resesi ekonomi pada 2008-2009 di
berbagai belahan dunia berimbas pula ke Indonesia. Terdapat pengaruh bagi kondisi
perekonomian Banyuwangi meskipun tidak signifikan. Hal ini disebabkan kondisi perekonomian
di Kabupaten Banyuwangi lebih banyak ditopang oleh sektor riel. Krisis ekonomi yang terjadi
tidak memberikan pengaruh langsung bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan
koperasi.
Upaya pengembangan UMKM kedepan diarahkan untuk menjadikan para pelaku ekonomi
(UMKM) lebih kuat dengan memiliki kemampuan usaha yang berbasis Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) dan berdaya saing. Adapun untuk mewujudkan misi pemerataan
pembangunan dan berkeadilan, upaya pemberdayaan diarahkan kepada usaha skala mikro dan
kecil, yaitu untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang berpendapatan rendah,
khususnya, para pelaku ekonomi di kelompok usaha ini. Sementara itu, dalam penguatan
kelembagaan perkoperasian, upaya pengembangan diarahkan agar dapat meningkatkan posisi
tawar dan efisiensi kolektif anggotanya, terutama untuk usaha mikro dan kecil yang berkoperasi.
Peningkatan kompetensi melalui perkuatan kewirausahaan dan produktivitas. Adapun untuk
mewujudkan pemerataan pembangunan yang berkeadilan, akan ditempuh kebijakan
meningkatkan kapasitas usaha dan keterampilan pengelola usaha serta sekaligus mendorong
adanya kepastian, perlindungan, dan pembinaan usaha.
4). Lingkungan
Suatu pembangunan akan bermakna lebih baik apabilaberkelanjutan (sustainability). Di antara
faktor penting bagi keberlanjutan pembangunan berkaitan dengan lingkungan.Masalah
lingkungan di Kabupaten Banyuwangi menjadi isu yang sangat penting karena kegiatan ekonomi
masyarakat sebagian besar berkaitan dengan pemanfaatan sumber-sumber alam. Sektor yang

berkaitan dengan pertanian, seperti perkebunan, pertambangan, dan perikanan, masih sangat
tergantung pada masalah lingkungan. Apabila kualitas lingkungan mengalami penurunan,
kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam juga akan mengalami penurunan.
Faktor lingkungan juga terkait dengan kepentingan ekologi, seperti ketersediaan air, kelestarian
keanekaragaman hayati dan mempengaruhi perubahan cuaca. Apabila daya dukung lingkungan
mengalami penurunan, seperti menurunnya sumber mata air untuk kepentingan air bersih dan
irigasi, maka keseimbangan ekosistem dan kualitas udara juga mengalami penurunan.Tantangan
besar bagi Kabupaten Banyuwangi adalah menjaga kelestarian lingkungan. Dengan demikian,
pemanfaatan sumber daya alam tidak hanya untuk kepentingan sesaat dan jangka pendek,
melainkan untuk kelangsungan alam itu sendiri dan kelangsungan pemanfaatannya oleh
gerenasi berikutnya.
Di samping itu, pemanasan global dan perubahan iklim tengah terjadi, dan diperkirakan akan
terus terjadi pada masa mendatang. Banyaknya kejadian bencana seperti banjir, longsor, erosi,
badai tropis, dan kekeringan merupakan dampak nyata perubahan iklim dan pemanasan global.
Agenda adaptasi terhadap dampak perubahan iklim diperlukan untuk menciptakan sistem
pembangunan yang berdaya tahan (reliance) terhadap goncangan variabilitas iklim saat ini
(anomali iklim), dan antisipasi dampak perubahan iklim di masa depan. Fokus adaptasi ini perlu
ditujukan pada area-area yang rentan terhadap perubahan iklim seperti sumber daya air,
pertanian, perikanan, pesisir dan laut, infrastruktur dan permukiman, kesehatan, dan kehutanan.
5) Perlindungan Sosial
Perlindungan sosial menyangkut intervensi dalam melindungi seluruh masyarakat termasuk
kelompok miskin dan rentan dalam menghadapi risiko dan ketidakpastian. Risiko dan
ketidakpastian, misalnya dalam bentuk krisis ekonomi dan bencana alam berpotensi mendorong
masyarakat terutama kelompok miskin dan rentan dalam kondisi yang lebih buruk. Pemerintah
daerah, dalam hal ini, wajib melakukan intervensi yang layak untuk menghadapi risiko dan
ketidakpastian tersebut.
Perlindungan dan kesejahteraan sosial juga berkaitan dengan ketelantaran, baik anak maupun
lanjut usia, kecacatan, ketunasosialan, dan bencana alam, serta bencana sosial --sesuai amanat
Pasal 28H ayat (1), (2), dan (3) Perubahan Kedua dan Pasal 34 ayat (1) dan (2) Perubahan
Keempat UUD 1945.
Tantangan ke depan semakin berat. Seiring meningkatnya tensi kompetisi, meningkatnya jumlah
penduduk, serta pembangunan ekonomi dan pengembangan infrastruktur. Kompleksitas dan
kuantitas penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) khususnya fakir miskin, jika tidak
dilakukan secara tepat akan berakibat pada kesenjangan sosial yang makin meluas, dan
berdampak pada melemahnya ketahanan sosial masyarakat, serta dapat mendorong terjadinya
konflik sosial, terutama bagi kelompok masyarakat yang tinggal di daerah terpencil.
6) Pembangunan Infrastruktur
Pembangunan infrastruktur merupakan penunjang keberhasilan seluruh sektor yang meliputi
fokus prioritas wajib (pendidikan dan kesehatan), fokus prioritas unggulan (pertanian, pariwisata,

dan UMKM). Selanjutnya pembangunan infrastruktur memiliki daya dukung dan daya gerak
terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan dan mengutamakan kepentingan
masyarakat umum di seluruh pelosok wilayah dengan mendorong partisipasi masyarakat.
Salah satu faktor dalam pertumbuhan ekonomi adalah modal infrastruktur, khususnya
infrastuktur fisik. Adanya infrastruktur fisik akan memungkinkan proses produksi dan distribusi
yang lebih efisien dan efektif.Kondisi infrastruktur fisik di Kabupaten Banyuwangi tergolong masih
belum memadai di beberapa kegiatan masyarakat, khususnya kegiatan ekonomi. Tingkat
kerusakan jalan di Kabupaten Banyuwangi mencapai 40%. Kondisi demikian jelas tidak kondusif
bagi upaya peningkatan kegiatan ekonomi dan akses kegiatan masyarakat lainnya.
Dengan adanya dana yang memadai, keadaan tersebut bukan tantangan yang cukup
serius.Anggaran untuk kepentingan pembangunan di Kabupaten Banyuwangi masih relatif
terbatas. oleh karena itu, dibutuhkan langkah-langkah strategis untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Di antaranya adalah pengutamaan pembangunan infrastruktur yang menjadi poros bagi
desa satu dengan desa lainnya, atau antara desa dengan kota, dan infrastruktur-infratruktur lain
yang memiliki keterkaitan langsung dengan kegiatan ekonomi masyarakat, seperti pembangunan
dan perbaikan DAM dan saluran irigasi.
Oleh karena itu, tantangan bidang infrastruktur untuk mendukung fokus prioritas tersebut
meliputi: 1). Pengelolaan tata ruang secara terpadu; 2). Perbaikan Jalan dan irigasi: menuju
fokus prioritas wajib dan unggulan, 3). Perhubungan: Pembangunan jaringan prasarana dan
penyediaan sarana transportasi antarmoda yang terintegrasi sesuai dengan Sistem Transportasi
Lokal dan Masterplan Transportasi.
7). Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Governance)
Berbagai perencanaan dan program pembangunan akan terlaksana secara baik apabila terdapat
tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Pinsip tata kelola pemerintahan dengan
baik seperti adanya transparansi, keterbukaan, responsifitas, akuntabilitas, keadilan, efektifitas,
efisiensi dan partisipasi.
Adanya tata kelola pemerintahan yang baik akan memudahkan proses pembuatan dan
pelaksanaan kebijakan publik. Sementara itu, adanya birokrasi yang memadai akan
memungkinkan terlaksananya program-program pembangunan dan pelayanan publik yang lebih
baik.
Upaya mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, merupakan tantangan yang menjadi
salah satu tugas pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Perwujudannya berarti adanya tatanan
yang akan menunjang upaya untuk mewujudkan Banyuwangi lebih baik di masa mendatang.

Proyeksi Target Kinerja


Penyusunan target kinerja sebagaimana digambarkan di atas ditetapkan berdasarkan proyeksi
tertentu yang memperhatikan visi misi Bupati dan Wakil Bupati terpilih. Proyeksi ini berupa titik
target yang ingin dicapai dari kondisi titik nol awal kepemimpinan. Batasan titik target ini bisa

berupa angka rata-rata nasional, angka rata-rata provinsi, atau sekedar meningkatkan posisi
Kabupaten Banyuwangi di antara daerah lainnya.
Bagian ini akan mencoba memperjelas argumentasi penentuan indikator kinerja yang menjadi
target masing-masing bidang atau urusan sesuai aspek dan fokusnya. Indikator kinerja dan
upaya-upaya untuk mencapainya juga mempertimbangkan tingkat kendali (degree of
controllability) pemerintahan Kabupaten Banyuwangi atas apa yang ditargetkan dari kinerja
tersebut. Penentuan program diupayakan merata ditiap fokus untuk menjaga kepaduan dan daya
ungkit strategi terhadap target indikator kinerja RPJMD keseluruhan.
Namun demikian, tidak selalu tiap fokus terdapat program prioritas, tergantung strategi untuk
mencapai sasaran. Untuk mempermudah pembahasan terbagi kedalam tiga kelompok aspek,
yaitu Kesejahteraan Masyarakat, Pelayanan Umum, dan Daya Saing Daerah.Masing-masing
aspek memiliki ulasan menyangkut fokus-fokus bidang urusan yang mempengaruhinya.
Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Indikator kinerja RPJMD pada aspek kesejahteraan masyarakat ini sebagian besar merupakan
indikator proxy dimana angka-angkanya tidak merupakan akibat langsung dari program
pemerintah kabupaten.Indikator tersebut dipengaruhi pula faktor di luar sentuhan pemerintah
daerah.Beberapa program pemerintah yang dapat tercapai, biasanya adalah program yang
bersifat lintas sektoral atau gabungan SKPD.Sentuhan langsung pemerintah lebih banyak
sebagai pemicu untuk lebih meningkatkan pencapaiannya.SKPD yang diberi tanggung jawab
pun lebih sebagai fungsi koordinasi.
Di antara fokus yang menjadi bagian aspek kesejahteraan masyarakat terdapat fokus
kesejahteraan dan pemerataan ekonomi yang kinerjanya diukur dengan indikator makro
ekonomi. Indikator makro ekonomi sesungguhnya merupakan akumulasi hasil kinerja programprogram pemerintah kabupaten pada aspek lain serta upaya di luar yang dilakukan pemerintah
kabupaten. Tetapi dengan komitmen yang tinggi, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi bertekad
meningkatkan capaian indikator-indikator tersebut dengan dukungan masyarakat. Pada akhir
periode RPJM tahun 2015 pemerintah Kabupaten Banyuwangi berupaya melampaui capaian
rata-rata Jawa Timur pada 2009 untuk beberapa indikator.
Fokus kesejahteraan sosial menggunakan indikator proxy dalam upaya akses masyarakat
terhadap kesehatan, pendidikan, kepemilikan lahan dan pekerjaan.Untuk fokus ini, RPJM
menargetkan peningkatan/perbaikan yang optimal sampai akhir periode dengan mencapai angka
penyelesaian masalah sampai tersisa 0% (nol persen) atau perluasan akses sampai 100%.
Sementara untuk fokus seni budaya dan olah raga indikator RPJMD lebih mendorong upaya
peningkatan fasilitasi dan pelembagaan yang menunjang di masyarakat. Adapun target indikator

lebih menekankan perbaikan dan peningkatan dari tahun ke tahun sampai akhir periode.
Indikator tersebut secara tidak langsung ingin memperlihatkan komitmen pelestarian seni budaya
masyarakat Banyuwangi dan prestasi keolahragaan.
Aspek Pelayanan Umum
Indikator kinerja RPJMD pada aspek pelayanan umum (layanan publik) merupakan indikator
yang paling dominan karena menyangkut dua puluh enam urusan wajib dan delapan urusan
pilihan.Untuk aspek layanan ini, penentuan indikator kinerja lebih banyak ditentukan oleh
kekuatan anggaran dan etos kerja aparat birokrasi.Oleh karena itu, kepala daerah dan wakil
kepala daerah berkomitmen mengoptimalkan belanja untuk layanan umum dan mempertinggi
kinerja birokrasi agar target pelayanan umum bisa terpenuhi.Upaya peningkatan kapasitas
birokrasi dan kualitas layanan publik menjadi hal utama.Persoalannya hanya pada pembagian
yang proporsional antar berbagai urusan yang ada sesuai urutan prioritas.
Diantara urusan wajib dan urusan pilihan, keduanya mengandung urusan prioritas di kabupaten
Banyuwangi.Karena pada hakekatnya urusan pilihan adalah urusan yang disesuaikan dengan
karakter dan kondisi daerah.Karenanya pendidikan dan kesehatan yang merupakan urusan wajib
serta pertanian (dalam arti luas termasuk perikanan, peternakan, perkebunan) menjadi prioritas
pelayanan umum yang perlu ditingkatkan di Kabupaten Banyuwangi.
Mengingat sebagian besar indikator yang berpengaruh langsung dengan program pemerintah,
maka kepemimpinan Banyuwangi dengan RPJMD 2010-2015 sebagian besar menargetkan
tuntas 2015.Untuk angka yang sifat prosentasenya naik, beberapa menargetkan peningkatan
setiap tahun hingga tuntas 100% (seratus persen) pada 2015.Untuk indikator yang sifatnya
menyelesaikan masalah, ditandai dengan penurunan prosentase masalah tersebut secara
bertahap hingga tahun 2015 mencapai angka 0% (nol persen).Untuk beberapa indikator kinerja,
memang ada target yang tidak bisa tuntas. Hal ini dikarenakan beberapa perhitungan rasional
yang sebagian tetap dipengaruhi faktor lain. Sebagai contoh perubahan perilaku atau merubah
kebiasaan yang tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat.
Fokus utama aspek pelayanan umum memang masih memprioritaskan pendidikan, kesehatan,
dan pertanian (dalam arti luas menyangkut pula perikanan, peternakan, perkebunan).Dalam
beberapa fokus ini indikator kinerja RPJM memang diupayakan terjadi peningkatan dari tahun ke
tahun secara optimal. Meskipun demikian beberapa factor lain tetap ditargetkan mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini karena faktor yang tidak prioritas juga mendukung
pelayanan faktor yang prioritas.
Indikator kinerja pada pendidikan dan kesehatannya memang lebih terperinci dan meliputi
banyak hal. Meskipun demikian RPJMD menetapkan target yang optimal sampai akhir periode
2015. Karena pendidikan dan kesehatan merupakan prioritas utama kepemimpinan pada

periode ini.
Pertanian merupakan penyumbang terbesar PDRB di Banyuwangi karenanya peningkatan di
sektor ini diprioritaskan untuk dioptimalkan.Hal ini dilakukan melalui revitalisasi pertanian.
Sebagaimana dipaparkan di bab sebelumnya arah kebijakan dan sasaran urusan pertanian
begitu komprehensif, namun pada indikator kinerja ini hanya dimunculkan dalam beberapa
target. Dengan demikian upaya pemerintah di bidang pertanian sesungguhnya lebih kompleks,
dalam arti indikator kinerja dengan target yang ada secara langsung mewakili kompleksitas
upaya pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Hal ini tampak pada indikator kinerja layanan urusan
pertanian, ketahanan pangan, kelautan dan perikanan, serta kehutanan.
Pariwisata menjadi indikator kinerja yang dimunculkan dengan target tahunan yang meningkat.
Hal ini dikembangkan melalui pariwisata berbasis kearifan lokal yang meliputi potensi wisata
bahari, wisata budaya, wisata agro, wisata pendidikan.Disamping meningkatkan kunjungan
wisata, juga menunjang perkembangan UKM pendukungnya.Dengan upaya ini kontribusi
pariwisata terhadap PDRB ditargetkan terus meningkat.
Disamping UKM, penguatan Koperasi dan usaha kecil lainnya juga menjadi target tahunan
RPJMD yang terus meningkat. Pelembagaan UKM, Koperasi, LKM (Lembaga Keuangan Mikro)
menjadi indikator kinerja yang menggambarkan upaya pemerintah.
Aspek Daya Saing Daerah
Indikator kinerja RPJMD pada aspek daya saing daerah merupakan indikator yang paling
dinamis. Hal ini dikarenakan indikator ini lebih mencerminkan komparasi langsung dengan
daerah lain. Dalam pengertian ketika Kabupaten Banyuwangi berusaha meningkatkan daya
saing tertentu bersifat relative karena pada saat sama daerah lain melakukannya. Demikian pula
dalam banyak hal ketika terjadi perubahan kondisi di Banyuwangi, pada saat yang sama terjadi
pula perubahan kondisi di daerah lain.
Untuk fokus kemampuan ekonomi daerah, karena banyak terpengaruh aspek lain termasuk
perekonomian regional Jatim dan makro ekonomi Nasional. Maka RPJMD hanya mentargetkan
peningkatan berkala dengan akselerasi moderat untuk tingkat konsumsi masyarakat. Untuk nilai
tukar petani meski peningkatannya bertahap dan moderat, tetapi pemkab Banyuwangi akan
berusaha optimal memperjuangkan bargaining position petani (peternak/nelayan) atas hasil
produksinya.
Beberapa fokus dapat disentuh langsung oleh program pemerintah Kabupaten Banyuwangi,
seperti sebagian fokus iklim investasi dan penyediaan infrastruktur wilayah.Penyediaan
infrastruktur wilayah terus ditingkatkan dengan anggaran yang ada, ditunjang perbaikan tata
ruang yang memperhatikan aspek lingkungan.Demikian pula fokus Iklim investasi dapat

ditunjang kebijakan perbaikan perijinan, serta regulasi pajak dan retribusi daerah yang tidak
membebani masyarakat.
Untuk fokus SDM, indikator kinerja memang lebih banyak diukur dengan pendidikan formal
sehingga target RPJMD terlihat sebagai kenaikan berkala. Akan tetapi dibalik itu pemerintah
kabupaten Banyuwangi melakukan peningkatan kualitas SDM masyarakat dengan berbagai
upaya bersifat pendidikan non formal.Baik berupa pelatihan kelompok petani, nelayan, UKM dan
sebagainya.Meski demikian, pemkab juga memicu masyarakat agar berpendidikan formal tinggi
sehingga prosentasi penduduk berpendidikan S1/S2/S3 makin meningkat dari tahun ke
tahun.Salah satunya stimulus peningkatan pendidikan formal pegawai negeri sipil (PNS), baik
tenaga fungsional maupun struktural.
Visi misi ini merupakan perwujudan dari visi misi pasangan H. Abdullah Azwar AnasYusuf
Widyatmoko yang telah memenangkan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Banyuwangi pada 10
Juli 2010. RPJMD Kabupaten Banyuwangi tahun 2010-2015 merupakan penjabaran atau
operasionalisasi dari visi misi ini.
Visi
Visi merupakan rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan, untuk mewujudkan sasaran yang mungkin dicapai dalam jangka waktu tertentu.
Perumusan visi dapat dilakukan melalui cara pengumpulan informasi mengenai keadaan daerah
yang bersangkutan melalui informasi normatif, informasi visioner, dan informasi teknis. Sesuai
dengan hasil pemilu di Kabupaten Banyuwangi terpilih pasangan H. Abdullah Azwar Anas
Yusuf Widyatmoko yang telah membuat visi Kabupaten Banyuwangi tahun 2010-2015 sebagai
berikut:
TERWUJUDNYA MASYARAKAT BANYUWANGI YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN
BERAKHLAK MULIA MELALUI PENINGKATAN PEREKONOMIAN DAN KUALITAS SUMBER
DAYA MANUSIA.
Penjelasan Visi :
1. Kemandirian Daerah adalah kemampuan nyata pemerintah daerah dan masyarakatnya
dalam mengatur dan mengurus kepentingan daerah/rumah tangganya sendiri menurut
prakarsa dan aspirasi masyarakatnya, termasuk di dalamnya upaya yang sungguhsungguh agar secara bertahapbisa mengurangi ketergantungan terhadap pihak-pihak
lain (luar) tanpa kehilangan adanya kerjasama dengan daerah-daerah lain yang saling
menguntungkan.
2. Kesejahteraan Masyarakat yang Berakhlak Mulia, ditandai oleh semakin meningkatnya
kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat, dan adanya perhatian utama pada
tercukupinya kebutuhan dasar pokok manusia, seperti pangan, papan, sandang,
kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja, yang didukung oleh infrastruktur fisik, sosial
budaya ekonomi yang memadai. Peningkatan kualitas kehidupan ini akan lebih
difokuskan pada upaya pengentasan masyarakat miskin sehingga secara simultan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, serta adanya iklim

berusaha dan berkegiatan ekonomi yang sehat untuk kelompok-kelompok masyarakat


lainnya.
3. Perlu ditekankan di sini bahwa kemajuan-kemajuan yang ingin diraih tidak hanya sekedar
kemajuan di bidang fisik dan ekonomi saja. Kemajuan-kemajuan itu juga berkaitan
dengan dimensi mental spiritual, keagamaan, kebudayaan dan non fisik, agar
kehidupan masyarakat benar-benar sejahtera lahir dan batin serta berakhlak mulia.
4. Peningkatan perekonomian diarahkan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian
rakyat dengan mendorong secara sungguh-sungguh simpul-simpul ekonomi rakyat
utamanya pertanian, industri, perdagangan dan jasa, lembaga keuangan dan koperasi,
serta pariwisata yang didukung oleh infrastruktur fisik dan non-fisik yang memadai.
5. Untuk mempercepat program-program tersebut perlu ditingkatkan pelayanan publik
melalui optimalisasi kinerja instansi Pemerintah Daerah yang efektif, terpadu dan
berkesinambungan

Misi
Untuk mewujudkan visi di atas, perlu dipandu melalui misi. Hal ini tidak lepas dari pemaknaan
misi yaitu perwujudan dari keinginan menyatukan langkah dan gerak dalam mencapai visi yang
telah ditetapkan. Sedangkan misi untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan sembilan butir
sebagai berikut :
1. Mewujudkan pemerintahan yang efektif, bersih dan demokratis melalui penyelenggaraan
pemerintahan yang profesional, aspiratif, partisipatif dan transparan;
2. Meningkatkan kebersamaan dan kerjasama antara pemerintah, pelaku usaha dan
kelompok-kelompok masyarakat untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan
masyarakat;
3. Membangun kemandirian ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dengan
mengoptimalkan sumberdaya daerah yang berpijak pada pemberdayaan masyarakat,
berkelanjutan dan aspek kelestarian lingkungan;
4. Meningkatkan sumber-sumber pendanaan dan ketepatan alokasi investasi pembangunan
melalui penciptaan iklim yang kondusif untuk pengembangan usaha dan penciptaan
lapangan kerja;
5. Mengoptimalkan ketepatan alokasi dan distribusi sumber-sumber daerah, khususnya
APBD, untuk peningkatan kesejahteraan rakyat;
6. Meningkatkan kecerdasan dan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa;
7. Meningkatkan kualitas pelayanan bidang kesehatan,pendidikan dan sosial dasar lainnya
dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kearifan lokal;

8. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana publik dengan


memperhatikan kelestarian lingkungan;
9. Mendorong terciptanya ketentraman dan ketertiban dalam kehidupan
bermasyarakat,berbangsa dan bernegara melalui pembuatan peraturan daerah,
penegakan peraturan dan pelaksanaan hukum yang berkeadilan.

Dari sembilan misi diatas dapat diintisarikan menjadi beberapa poin penting yang saling
berkaitan satu sama lain dalam upaya mewujudkan visi yang telah ditetapkan. Intisari misidiatas
adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance);
2. Mewujudkan Aksesibilitas dan Kualitas Pelayanan bidang Pendidikan, kesehatan dan
kebutuhan dasar lainnya;
3. Mewujudkan daya saing ekonomi daerah melalui pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
dan berkelanjutan berbasis kearifan lokal;
4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur fisik, ekonomi dan sosial;
5. Meningkatkan kesejahateraan masyarakat melalui optimalisasi sumberdaya daerah
berbasis pemberdayaan masyarakat, pembangunan berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan.

Tujuan dan Sasaran


Tujuan merupakan pernyataan mengenai kinerja yang diinginkan oleh pemerintah daerah yang
berkaitan dengan misi pembangunan. Sedangkan sasaran adalah target atau sesuatu yang
diinginkan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam merumuskan tujuan dan sasaran
RPJMD Kabupaten Banyuwangi tahun 2010-2015 dilakukan melalui penelaahan visi dan misi
secara mendalam sehingga tersusun tujuan yang sinkron dengan visi dan misi tersebut. Sesuai
dengan misi diatas, tujuan dan sasaran pembangunan serta keterakiatannya dapat dilihat dalam
tabel 5.1. adanya keterkaitan antara visi, misi, tujuan dan sasaran menunjukan sinkronisasi
elemen-elemen perencanaan. Hal ini penting dilakukan untuk mengeliminir tumpang tindih antar
elemen perencanaan sehingga dapat fokus dalam mewujudkan tujuan akhir RPJMD.
Tujuan dan sasaran diatas telah sesuai juga dengan isu strategis seperti telah dijelaskan pada
bab sebelumnya yangan mencakup isu: 1) Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good
Governance), 2) Lingkungan, 3) Infrastruktur, 4) Revitalisasi Sektor Pertanian dan Pariwisata, 5)
Kemiskinan dan Pengangguran, 6) Pendidikan dan Kesehatan.
Sebagai contoh misi pertama dengan tujuannya meningkatkan tata kelola pemerintahan yang
baik dan bersih melalui harmonisasi kebijakan yang komprehensif dan berkeadilan, mempunyai
sasaran: 1) Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih; 2) Meningkatnya
kualitas SDM aparatur pemerintah daerah; 3) Meningkatnya etos kerja dan budaya kerja

pegawai; 4) Menguatnya kapasitas kelembagaan melalui regulasi yang komprehensif dan


berkeadilan; dan 5) Meningkatnya hubungan yang harmonis antara eksekutif dan legislatif.
Dengan tujuan dan sasaran tersebut isu strategis daerah yang berkaitan adalah tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance).
Selanjutnya, misi kedua yaitu mewujudkanaksesibilitas dan kualitas pelayanan
bidangpendidikan, kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya mempunyai tujuan untuk
meningkatkan pelayanan publik yang berkualitas, merata dan terjangkau bagi seluruh
masyarakat. Sedangkan sasarannya diantaranya adalah meningkatnya angka partisipasi
pendidikan; menurunnya angka kejahatan bersumber dekadensi moral; menurunnya angka buta
aksara; meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan; meningkatnya
kesadaran moral peserta didik; meningkatnya usia harapan hidup; menurunnya angka kematian
bayi. Tujuan dan sasaran tersebut terkait dengan isu strategis daerah yaitu pendidikan dan
kesehatan.
Isu strategis kemiskinan dan pengangguran berkaitan dengan misi ke lima yang mempunyai
tujuan meningkatkan kesejahteraan melalui optimalisasi sumberdaya daerah berbasis
pemberdayaan masyarakat, pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Sedangkan sasarannya adalahmenurunnya tingkat pengangguran; menurunnya angka
kemiskinan; meningkatnya kesejahteraan berbasis pemberdayaan masyarakat, pembangunan
berkelanjutan, berkeadilan dan berwawasan lingkungan; meningkatnya program-program
pembangunan yang berbasis pada pengarusutamaan jender; meningkatnya jaminan dan
perlindungan sosial masyarakat; dan meningkatnya peranan kelompok-kelompok dalam
masyarakat di dalam berbagai kegiatan pembangunan.
Dari berbagai hal diatas, dapat dikatakan bahwa antara visi, misi, tujuan, strategi dan isu isu
strategis daerah mempunyai keterkaitan dan sinkron satu sama lainnya. Sehingga diharapkan
dengan adanya keterkaitan tersebut dapat tersusun RPJMD yang komprehensif terukur dan
terarah.
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah
Sebagaimana terlihat dari visi misi Bupati dan Wakil Bupati, tujuan utama dari pembangunan di
Kabupaten Banyuwangi adalah untuk meningkatkan kemakmuran atau kesejahteraan
masyarakat Banyuwangi. Tidak hanya sejahtera, melainkan juga mandiri dan berakhlak. Semua
itu dilakukan melalui dua pilar pokok yaitu peningkatan perekonomian dan kualitas sumber daya
manusia.
Untuk mencapai kesejahteraan semacam itu, digunakan empat strategi pembangunan secara
umum yaitu strategi pro growth, pro job dan pro poor, pro environtment.
1. Pro growth berarti pembangunan diarahkan untuk mendorong pertumbuhan. Strategi
pertumbuhan tetap digunakan dengan tujuan untuk memperbesar produk domestik.
Namun demikian strategi pertumbuhan dilaksanakan secara bersamaan dengan strategi
pemerataan pembangunan melalui strategi jalur ganda (dual track strategi). Strategi
pertumbuhan dapat dilihat dari meningkatnya PDRB dan pendapatan per kapita
penduduk, namun di sisi lain terjadi ketimpangan antar wilayah dan antar penduduk.

Ketimpangan ini terjadi karena gagalnya asumsi trickle down effect sebagai mekanisme
pemerataan dalam strategi pertumbuhan ekonomi. Strategi pro growth dilaksanakan
dengan tidak mengabaikan aspek keadilan dan pemenuhan hak-hak dasar rakyat baik
dalam bidang soial ekonomi dan politik sehingga dicapai kesejahteraan yang
berkeadilan.
2. Upaya yang dilakukan melalui sejumlah instrumen yaitu peningkatan investasi,
penciptaan iklim usaha yang kondusif, pembangunan infrastruktur, dan pemberdayaan
koperasi dan UMKM.
3. Pro job berarti pembangunan diarahkan untuk mendorong terbukanya peluang kerja bagi
angkatan kerja, khususnya tenaga terdidik (bagi lulusan sekolah setingkat SLTA dan
Perguruan Tinggi) dan tenaga terlatih. Strategi yang dilakukan meliputi tiga langkah : 1)
Perluasan kesempatan kerja berarti mendorong berkembangnya sektor riil di Kabupaten
Banyuwangi terutama sektor pertanian, perdagangan dan jasa, industri berbasis
pertanian dan pariwisata; 2) Peningkatan kompetensi dan produktivitas tenaga kerja yang
dapat dilakukan melalui pendidikan, pelatihan, standarisasi dan sertifikasi; 3) Menjaga
iklim ketenagakerjaan melalui penataan hubungan industrial dan perlindungan tenaga
kerja.
4. Pro poor berarti pembangunan yang memiliki dimensi keberpihakan kepada kelompokkelompok masyarakat yang tidak beruntung atau termarjinalkan. Strategi yang dilakukan
meliputi tiga klaster sesuai dengan tingkat kemiskinannya, yaitu : 1) Mengurangi beban
pengeluaran keluarga miskin, yang diarahkan pada rumah tangga sangat miskin, miskin,
dan hampir miskin; 2) Meningkatkan pendapatan dan taraf hidup kelompok masyarakat
melalui usaha dan bekerja bersama untuk mencapai keberdayaan dan kemandiriannya;
3) Membuka akses permodalan bagi pelaku usaha mikro dan kecil.
5. Pro environtment,diarahkan pada pengelolaan sumber daya alam yang mengikuti prisip
pengelolaan yang lestari terhadap lingkungan, sehingga tidak mengakibatkan terjadinya
pencemaran tanah, air, dan udara yang pada gilirannya mengalami degradasi yang
berakibat pada timbulnya bencana.

Kebijakan Umun
Arah kebijakan umum ini merupakan penjabaran lebih detil dari visi misi pasangan Bupati dan
Wakil Bupati terpilih. Adapun visi dari pasangan Bupati dan Wakil Bupati terpilih adalah:
Terwujudnya Masyarakat Banyuwangi Yang Mandiri, Sejahtera dan Berakhlak Mulia Melalui
Peningkatan Perekonomian dan Kualitas Sumber Daya Manusia.
Arah kebijakan umum ini merupakan instrumen untuk mencapai visi misi tersebut melalui strategi
yang telah ditetapkan yakni pada beberapa hal sebagai berikut:
1. Membangun Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik dan efektif (good Governance)
2. Meningkatkan Kapasitas Birokrasi dan Kualitas Pelayanan Publik

3. Melakukan Revitalisasi Sektor Pertanian


4. Peningkatan Investasi
5. Mengembangkan Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal
6. Pengarusutamaan Jender dan Perlindungan Anak
7. Meningkatkan Daya Saing Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Berbasis
Kelompok dan Kluster
8. Peningkatan Akses dan Kualitas Pendidikan yang bermoral dan berakhlak
9. Peningkatan Akses Pelayanan dan Kualitas Kesehatan
10. Mengembangkan Program Perlindungan dan Jaminan Sosial
11. Pengentasan Kemiskinan dan Pengangguran
12. Pengembangan Infrastruktur dan Tata Ruang
13. Peningkatan Kesadaran Hukum
14. Pemberdayaan Kelompok Masyarakat
15. Pengembangan Jejaring antar Daerah, Pemerintah Provinsi dan Pusat serta KekuatanKekuatan Ekonomi
16. Pengembangan Industri Olahan dan Kreatif Berbasis Pertanian
17. Penyusunan Regulasi Penguatan Ekonomi Kerakyatan Daerah
18. Peningkatan Akses Transportasi dan Informasi
19. Pengendalian Lingkungan, Rehabilitasi Lahan dan Hutan
20. Pelestarian dan Pengembangan Budaya Lokal

Вам также может понравиться