Вы находитесь на странице: 1из 9

PENGUKURAN BATHYMETRI DASAR LAUT SELAT BENGKALIS

Hendri Gunawan
Noerdin Basir, ST.,MT
Juli Ardit Pribadi,ST.M.Eng
Mahasiswa Diploma III
Sebagai Pembimbing Satu
Sebagai Pembimbing Dua
Jurusan Teknik Sipil
Jurusan Teknik Sipil
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bengkalis
Politeknik Negeri Bengkalis
Politeknik Negeri Bengkalis
e-mail:
e-mail
e-mail
Hendrirupat1@gmail.com
noerdinbasir@polbeng.ac.id
:juliardita@polbeng.ac.id
ABSTRAK : Kecamatan Bengkalis merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam wilayah yang
sangat strategis, Karena dilalui oleh jalur perkapalan internasional menuju selat melaka. Bengkalis juga
termasuk dalam salah satu program indonesia Malaysia Singapur Growth Triangle (IMS-GT) DAN
Indonesia Malaysia Thailand Triangle (IMT-GT). Untuk itu peneliti ingin mengetahui apakah dasar laut
Selat Bengkalis memenuhi syarat kedalaman untuk jalur lalu lintas kapal yang akan berlayar.
selat bengkalis diantar Pulau Padang dan Pulau Bengkalis pada lintasan Utara hingga Keselatan
mencerminkan suatu palung dengan kedalaman lebih dari 16 m. Lereng sebelah Timur lebih curam dari
pada lereng sebelah Barat. Citra 3-D dan penampang bathhymetri daerah ini menunjukkan adanya terasteras pada lereng sebelah selatan atau daerah pulau padang.Teras-teras tersebut mencerminkan bagian
dangkal pada lintasan utara dan selatan. Alur erosi dan cekungan lereng pada komplek proses
pengendapan (akresi) mencerminkan terjadinya aliran sedimen dari lereng atas menuju palung.
ABSTRACT : Bengkalis subdistrict is one of the subdistrict that included in very strategic area. Because
it is through by the international shipping towards to Melaka strain. Bengkalis also included one of the
program that are Indonesian, malasyia, Growth triangle (IMS-GT) and Indonesian, Malasyia, Thailand
Triangle (IMT-GT). To the researchers want to find out whether the seafloor strait Bengkalis eligible
depth for traffic ship will sail.bengkalis strain between padang island and bengkalis island on the track
north to south show that a through with a depth of more than 16 m. the slopes on the east more steep than
on the west. 3-D image and bathymetri diameter show that there are teras-teras on the south slopes or
padang island. the teras reflect that shallow part on the north and south. The groove erosion and slope
cavity on the complex akresi reflect that the sediment current from the slopes of to the trough.

Keyword : Measurement, Depiction, topography mapping


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pulau Bengkalis merupakan suatu kawasan atau
wilayah dataran dengan ketinggian rata-rata 2
(dua) meter di atas permukaan laut, pada umumnya
struktur tanah dalam bentuk rawa-rawa atau tanah
basah (Basir, 2010). Kabupaten Bengkalis
mempunyai letak yang sangat strategis, Karena
dilalui oleh jalur perkapalan internasional menuju
selat Melaka. Bengkalis juga termasuk dalam salah
satu program Indonesia Malaysia Singapur
Growth Triangle (IMS-GT) dan Indonesia
Malaysia Thailand Growth Triangle (IMT-GT).
Perkembangan
teknologi
yang
semakin
berkembang dan canggih pemetaan tidak hanya
pemetaan darat saja, pemetaan wilayah perairan
pun sudah sangat berkembang. Adapun metode
pemetaan bawah air di sebut juga sebagai metode
pemeruman. Pemeruman adalah proses dan
aktifitas yang di tujukan untuk memperoleh
gambaran bentuk permukaan (topgrafi) dasar
perairan (seabad surface). Proses pengambaran
tersebut (sejak pengukuran,pengolahan hingga
visualisasi) disebut dengan survey bathymetri,
guna malakukan survey kedalaman laut selat

Bengkalis dan selat Pulau Padang guna


penyebrangan kontur beda tinggi dalam aplikasi
pembangunan jembatan selat Bengkalis dengan
Pulau Padang, dengan pemanfaatan teknologi ini
kita mampu memperoleh kedalaman dan beda
tinggi rendah pada area luasan yang teliti.
Dengan memanfaatkan data kontur yang
mengunakan survey dengan data kedalaman laut
mengunakan Echosounder dari kawasan selat
Bengklis, sehingga dari data ini kita dapat
memprediksi beda tinggi dan kedalaman laut selat
Bengkalis.
Dipilihnya lokasi penelitian di selat
Bengkalis yang akan di lewati alur pelayaran kapal
dan perencanaan jembatan maupun pelabuhan,
maka dari itu akan dilakaukan Pemetaan Topografi
Dasar Laut Selat Bengkalis.
Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat di
rumuskan permasalahan yaitu:
Bagaimana menentukan kedalaman laut Bengkalis
dan mengambarkan potongan Daerah bidang datar
tak beraturan dasar laut Bengkalis.Kemudian
Bagaimana kontur dasar Laut pada selat Bengkalis

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Mengetahui kedalaman laut selat Bengkalis
Membuat kontur dasar Laut selat Bengkalis.
Menetukan Potongan Daerah Bidang Datar Tak
Beraturan dasar laut Selat Bengkalis
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Memberikan informasi
kedalaman laut
Bengkalis.serta informasi peta kontur pada dasar
laut selat BengkalisMemberi informasi Bidang
Datar tak Berturan dasar laut Selat Bengkalis.
Batasan Masalah
Dalam penulisan tugas akhir ini agar tidak
menyimpang dan dapat lebih mengarah, penulis
membatasi permasalahan yang akan diteliti yakni:
Pengukuran
Bathymetri
dilakukan
diselat
Bengkalis yang terletak di pulau Padang dan pulau
BengkalisPengukuran kedalaman yang dilakukan
hanya mengukur pada titik koordinat titik trek
GPS.Pengukuran
kedalaman
laut
tidak
menentukan benda-benda yang berada didasar laut
seperti (karang.pasir.batu dan sejenis lainnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian koordinat
Koordinat adalah kedudukan suatu titik.
Koordinat ditentukan dengan mengunakan suatu
sistem sumbu, yaitu garis-garis yang saling
berpotongan tegak lurus (Murtianto, 2008). Sistem
kordinat yang resmi di pakai ada dua, yaitu:
Koordinat geografis
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur
barat dan bujur timur) yang tegak lurus terhadap
katulistiwa, dan garis lintang utara dan selatan)
yang sejajar dengan katulistiwa. Koordinat
geografis dinyatakan dalam satuan derjat, menit,
dan detik.
Koordinat grid
Dalam koordinat grid, kedudukan satu titik
dinyatakan dalam ukuran jarak terhadap suatu titik
acuan. Untuk wilayah indonesia, titik acuan nol
terdapat di sebelah barat jakarta (60 derajat LU, 68
derajad BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari
selatan ke utara, sedangkan garis horizontal diberi
momor urut dari barat ke timur.
Pengertian kontur
Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan
titik-titik yang berketinggian sama dari permukaan
laut (Murtianto, 2008). sifat-sifat garis kontur
adalah:
Satu garis kontur mewakili satu ketingian tertentu.
Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi
garis kontur yang lebih tinggi.
Garis kontur tidak berpotongan dan bercabang.
Interval kontur biasanya 1/2000 sekala peta.

Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan


permukaan bumi yang curam atau terjal,
sebaliknya yang renggang menandakan permukaan
bumi yang landai. Rangkaian garis kontur yang
berbentuk huruf V terbalik menandakan lembah
jurang.
Gerakan Air Laut
Menurut Waldopo (2008). Ada tiga hal yang akan
kita bahas sehubungan dengan gerakan air laut ini
yaitu arus laut, gelombang laut dan pasang surut
air laut.
Arus laut
Arus laut atau sea current adalah gerakan massa air
laut dari satu tempat ke tempat lain baik secara
vertikal (gerakan ke atas) maupun secara
horizontal (gerakan ke samping). Menurut letaknya
arus dibedakan menjadi dua yaitu arus atas arus
bawah. Arus atas adalah arus yang bergerak di
permukaan laut. Sedangkan arus bawah adalah
arus yang bergerak dibawah permukaan laut.
Pasang Surut (Ocean Tide). Pasang naik dan
pasang surut merupakan bentuk gerakan air laut
yang terjadi karena pengaruh gaya tarik bulan dan
matahari terhadap bumi (Waldopo, 2008). Hal ini
didasarkan pada hukum Newton yang berbunyi:
Dua benda akan terjadi saling tarik menarik
dengan kekuatan yang berbanding terbalik dengan
pangkat dua jaraknya. Berdasarkan hukum tersebut
berarti makin besar/jauh jaraknya makin kecil daya
tariknya. Karena jarak dari bumi ke matahari lebih
jauh dari pada ke jarak bulan, maka pasang surut
permukaan air laut lebih banyak dipengaruhi oleh
bulan. Ada dua macam pasang surut. (Bambang
Triatmodjo, 1999). Oleh karena itu kehidupan
organismenya tidak sebanyak yang terdapat di
wilayah Neritic.
Bathymetri
Menurut Taufik (2011). Bathymetri merupakan
kegiatan pengumpulan data kedalaman dasar laut
dengan untuk menunjukan kontur kedalaman dasar
laut diukur dari posisi 0.00 m LWS (low water
spring tide). Selain itu peta Bathymetri juga
berfungsi untuk mengetahui kedalaman dasar laut
sehingga dalam perencanaan dermaga, kapal dapat
disediakan kedalaman yang cukup untuk
beroperasi.
Pengukuran
Bathymetri
dapat
dilakukan dengan beberapa metode, antara lain
menggunakan Theodolit, EDM (Electronic Data
Measurement) atau yang lebih teliti menggunakan
GPS (Geographic Positioning System) sebagai alat
ukur jarak jauh. Sedangkan alat ukur kedalaman
menggunakan Echosounder beserta alat bantu
lainnya Waldopo (2008). Sistem Bathymetri
dengan mengunakan singlebeam secara umum
mempunyai
susunan
transceiver
(transducer/receiver) yang terpasang pada lambung
kapal atau sisi bantalan pada kapal. Sistem ini
mengukur kedalaman air secara langsung dari

kapal penyelidikan. Transceiver yang terpasang


pada lambung kapal mengirimkan pulsa akustik
dengan frekuensi tinggi yang terkandung dalam
beam (gelombang suara) secara langsung
menyusuri bawah kolam air. Energi akustik
memantulkan sampai dasar laut dari kapal dan di
terima oleh tranceiver seperti pada gambar 2.3.
transceiver terdiri dari sebuah transmitter yang
mempunyai fungsi sebagai pengontrol panjang
gelombang pulsa yang di pancarkan dan
menyediakan tenaga elektrik untuk frekuensi yang
diberikan.

Gambar
2.1
Proses
singlebeam
echosounder
(sumber
:Kegunaan
echosounder
Parkinson,B.W,1996)
2.2
Teknik Mengukur Kedalaman Laut
cara yang dapat ditempuh untuk
mengukur kedalam teknik Gema duga atau Echo
Sounder atau Echoloading (Waldopo, 2008).
Gema duga atau Echosounder atau Echoloading
penggunaan teknik ini didasarkan pada hukum
fisika tentang perambatan dan pantulan bunyi
dalam air (Waldopo, 2008). Isyarat bunyi yang
dikeluarkan dari sebuah peralatan yang dipasang di
dasar kapal memiliki kecepatan merambat rata-rata
1600 meter per detik sampai membentur dasar laut.
Setelah membentur dasar laut bunyi dipantulkan
dalam bentuk gema dan ditangkap melalui sebuah
peralatan yang juga dipasang di dasar kapal. Jarak
waktu yang diperlukan untuk perambatan dan
pemantulan
dapat
diterjemahkan
sebagai
kedalaman laut. Cara ini dianggap lebih praktis,
cepat dan akurat. Namun kita tidak dapat
memperoleh informasi tentang suhu, jenis batuan
dan tanda-tanda kehidupan di dasar laut. Rumus
untuk mencari kedalaman laut melalui teknik gema
duga adalah sebagai berikut:
d =1/2 x V x t
di mana :
d
= kedalaman laut
(meter)
V =
kecepatan
suara dalam laut (meter per detik)
t
= waktu (detik)

Gambar 2.2 Teknik Gema Duga


Sumber: Perairaan Darat dan Laut (Waldopo,
2008)

GPS (Geographic Positioning System)


GPS adalah singkatan dari Global Positioning
System yang merupakan sistem untuk menentukan
posisi dan navigasi secara global dengan
menggunakan satelit (Bakti, 2010). System yang
pertama kali dikembangkan oleh Departemen
Pertahanan Amerika ini digunaka untuk
kepentingan militer maupun sipil (survei dan
pemetaan). Sistem GPS yang nama aslinya
NAVSTAR GPS (Navigation satelit Timing and
Ranging Global Positioning System). Mempunyai
3 segmen yaitu: satelit, pengontrol, dan
penerima/pengguna. Satelit GPS yang mengorbit
Bumi, dengan orbit dan kedudukan yang tetap
(koordinatnya pasti), seluruhya berjumlah 24 buah
dimana 21 buah aktip bekerja dan 3 buah sisa
adalah cadangan. Pada dasarnya penentuan posisi
dengan GPS adalah penggukuran jarak secara
bersama-sama
kebeberapa satelit (yang
koordinatnya telah diketahui) sekaligus. Untuk
menentukan koordinat suatu titik dibumi,
setidaknya membutuhkan 4 satelit yang dapat di
tengkap sinyalnya dengan baik. Secara posisi atau
koordinat yang diperoleh berrefrensi ke global
datum yaitu World Geodetic System 1984 atau
disingkat WGS 84.

Gambar 2.3 : GPSmap 420


(sumber : www.Google.com)
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian)
Penelitian ini akan dilakukan di Selat Bengkalis,
yang berhadapan langsung Dengan Pulau Padang,
Secara administrative pulau Bengkalis merupakan
tempat Pemerintahan Kabupaten Bengkalis,
Provinsi Riau. Posisi letak Geografisnya sekitar
48 N 196002 173756 48 N 194648 173756 - 48
N 196002 172420 48 N 194648 172420 sistem
WGS 84.
.................. (2.1)

Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian


(Sumber : Google Earth)
3.1
Alat
Dalam melakukan penelitian diperlukan
alat-alat yang digunakan untuk kelancaran dalam
penyususnan tugas akhir. Adapun alat-alat yang di

gunakan yaitu Alat-alat survey Echoondir,


Meteran,Gps.
Jenis Data dan Sumber Data
Adapun data yang di gunakan merupakan data
primer dan sekunder yakni sebagai berikut:
Tahapan penelitian
Di dalam tahapan penelitian dalam penyelesaian
masalah guna mencapai sasaran dan tujuan dalam
penelitian ini secara garis besar dibagi beberapa
tahap yakni. Berikut ini gambaran metode
penelitian.
Penentuan Loksi jalur survei
Untuk
mendapatkan
potongan
persegmen
pengukuran kedalaman dan koordinat ditentukan
dengan jalur (trek) dari garis pantai pulau
Bengkalis ke pulau Padang.

Gambar 3.2 Track Lokasi Penelitian


(Sumber : Map Source)
Pelaksanaan Survei Pasut.
Adapun data survei penelitian pasang surut pada
penelitian di ambil dari 2 (dua) data, yaitu data
primer(survei lapangan) di daerah selat bengkalis
yang berada di antara pulau Padang dan pulau
Bengkalis, dan data sekunder(Bakosurtanal).
Data Bakosurtanal.
Data Survei Lapangan.
Pasang Surut BAKOSURTANAL (Pasut)
Di area Selat Bengkalis dan Pulau Padang
berdasarkan pola gerakan muka air laut
diketegorikan pasang surut harian ganda, dimana
dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua
kali air surut dengan ketinggian hampir sama,
dengan periode pasang surut hasil pengamatan
merupakan acuan dalam menentukan kedalaman
laut dan elevasi beda tinggi dasar laut yang tak
beraturan, dengan periode berkala dalam
pengamatan per 10 menit selama tahun 2015 dan
tahun
2016
(BAKOSURTANAL).
Dalam
pengamatan pasang surut diambil satu lokasi di
Pelabuhan Marina
Sumber : (Sistem Koordinasi Bakosurtanal,1969)
Survei Pasut Lapangan
Dari hasil pengamatan didapat bahwa pasang surut
elevasi HWL (High Water Level) sebesar 295 cm,
elevasi LWL (Low Water Level) sebesar 15 cm,
elevasi MSL (MeanSea Level) atau muka air ratarata sebesar 118,2 cm, dan beda anatara pasang
tertinggi dan pasang surut terendah 268 cm. Data
hasil dari pengukuran pasut dapat dilihat pada
lampiran.
metodelogi

PengukuranPengukuran untuk mendapatkan data


bathymetri Selat Bengkalis dilakukan dengan cara
bolak balik dari titik koordinat pertama
pengukuran
yaitu
titik
koordinat
48N
188922,158623 menuju Pulau Padang pada titik
koordinat 48N 189712,156579,
Kemudian
bergerak kearah horizontal untuk mendapatkan
titik koordinat ke tiga berjarak 337m. Pengukuran
selanjutnya ke titik-titik koordinat yang lain
dengan panjang horizontal pengukuran 15.337km
terus di lakukan pengukuran bolak balik,
Perjalanan mini boot antara titik kordiant yang satu
kekoordinat yang lain nya kecepatan berkisar 9
knot ataupun dengan waktu rata-rata 2 menit.
Pengukuran kedalaman pertitik koordinat di catat
secara manual perolehan data yang terbaca secara
otomatis dari alat echosondir, data kedalaman
yang diplotkan hanya pada saat pengambilan titik
koordinat.
Pengambilan Data Di Lapangan
Alat Echosounder yang di gunakan bekerja dengan
prinsip pengiriman energi gelombang suara dari
permukaan laut ke dasar laut melalui transducer
secara vertikal. Kemudian gelombang suara akan
dipantulkan dari dasar laut dan diterima oleh
transducer. Gelombang suara yang diterima akan
ditransformasikan menjadi energi listrik ke
receiver.
Antena penangkap singnal disambungkan dengan
receiver, sehingga dapat diketahui posisi kapal.
Antena ini berfungsi hanya untuk menangkap
singnal, di letakkan di tempat terbuka atau di atas
kapal.

Gambar 3.3 : GPS Echosounder


(Sumber : survei lapangan)
Transducer digunakan untuk membaca kedalaman
laut secara vertikal, yang disambungkan dengan
receiver. Perinsip kerja transduser ini pengiriman
energi gelombang suara dari permukaan laut dan
kemudian dari dasar laut memantul diterima
kembali oleh transduser.
Receiver ini digunakan untuk menyimpan data
hasil pembacaan transducer dan dapat digunakan
sebagai kontrol arah kapal yang di lengkapi
dengan sistem koordinat.

bulan Oktober sampai Desember dengan jarak


waktu pengambilan data per 10 menit baik itu pada
saat pasang naik dan pasang surut. Pengukuran ini
di lakukan di areal pengukuran kedalaman yaitu di
pelabuhan Marina yang berjarak 10 kilometer dari
titik koordinat 48N 188922 158623.
Gambar 3.4 : Transducer
(Sumber : survei lapangan)
GPS digunakan untuk menentukan atau
mengetahui arah track dimana jalur yang akan
dilakukan pengukuran kedalaman laut serta
mengetahui koordinat setiap perubahan kedalaman
laut..

Gambar 3.5 GPSmap 62s


(Sumber : survei lapangan)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Alur pelayaran ini berada di wilayah Selat
Bengkalis yang terletak diantara Pulau Padang dan
Pulau Bengkalis, tepat nya di Kecamatan
Bengkalis
dan
Kecamatan
Tasik
Putri
Puyu(kabupaten kepulauan meranti), Kabupaten
Bengkalis,
Provinsi
Riau.
Posisi
letak
Geografisnya sekitar 48 N 188922 158623 ini
berada di Desa Temeran 500 m dari pelabuhan
Temeran sebagai titik pertama, untuk titik kedua
48 N 189712 156570 berada di penghujung Desa
Tanjung Padang yang berhadapan langsung
dengan pulau Sumatera , kedua titik di atas sudah
ditentukan sebagai titik pertama dengan jarak
kedua titik 2,2 km, sedangkan untuk kedua titik
terakhir letak georafisnya berada pada 48 N
201526 155371 berada di Desa Ketam Putih , dan
48 N 200553 154374 posisi berada di Desa Putri
Puyu yang bersebelahan dengan Pelabuhan
Sukajadi dengan jarak kedua titik 1.4 km .
Pengukuran Bathymetri yang dilakukan pada
setiap titik koordinat yang diukur untuk
mengetahui kedalaman sangat bervariasi karena
pada koordinat yang di ukur untuk mengetahui
kedalaman menagacu pada siklus air yang setiap
pengukuran kedalaman menagacu kepada siklus
air yang setiap jam berubah keadaan
pergerakannya.
Pengukuran kedalaman yang berjarak lebih kurang
10 meter dari hutan bakau mengarah ke tengah laut
titik korrdianat yang di ambil secara acak karena
pada saat pengukuran daerah ini air surut.
Koordinat ini di ambil dari titik awal dan titik
akhir survey pada letak yang telah ditetapkan.
Penentuan Tinggi Rendah Air
Pengukuran tinggi rendah air ialah pengukuran
yang di lakukan selama siklus waktu di mulai

Gambar 4.1 Grafik pasang surut Bakosurtanal


Sumber: Data Survey dan Analisa
Dari hasil pengamatan didapat bahwa pasang surut
elevasi HWL (High Wter Level) Sebesar 295 cm,
elevasi LWL (Low Water Level ) sebesar 19 cm,
elevasi MSL (Mean Sea Level ) atau muka air rata
sebesar 155cm, Dan antara paasang tertinggi dan
pasang terendah 276 cm.
Data yang di dapat di lapangan melalui gps dan
echosondir di input ke mapsource kemudian data
di olah dan di transfer ke microsof excell,selanjut
nya data di upgrad ke surfer8 dan autodesk civil3d.
Kedalaman muka air ke transducer
Ada pun hasil pengukuran kedalaman pertitik
koordinat dengan menggunakan receiver gema
suara dari transducer yang di pantulkan dari dasar
laut, kedalaman yang input dari transducer ke
receiver kedalaman yang terukur belum mencapai
ke dasar muka air. Untuk mendapatkan
pengukuran kedalaman laut yang sebenarnya pada
Selat Bengkalis dan Pulau Padang perlu adanya
penambahan draf antara transducer ke muka air.

Gambar 4.2 Kedalaman transducer ke muka air


Sumber: Foto Dokumentasi Lapangan
Data selanjutnya dapat dilihat pada lampiran

Ketelitian Pengukuran Bathymetri


Ketelitian dari semua pekerjaan penentuan posisi
maupun pekerjaan pemeruman selama survey
Bathymetri laut Selat Bengkalis dan Pulau Padang
dihitung dengan menggunakan metode statistik
tertentu pada tinggkat kepercayaan Berdasarkan
SNI 7646-2010 survey Hidrografi ketelitian posisi
tetap pada survey dengan menggunakan
Echosounder dan horizontal tingkat kepercayaan
95%.
Dengan itu nilai ketelitian pengukuran
(P) mengalami penambahan setiap 5m+5%,
Ketelitian pada pengukuran bathymetri di dasar
laut Selat Bengkalis ditentukan melaui dari hasil
pengukuran
pembacaan
transducer
yang
mentransfer pembacaan ke receiver. Batas
toleransi kesalahan antara kedalaman titik fix
perum pada lajur utama dan lajur silang dihitung
dengan persamaan sebagai berikut :
Akurasi kedalaman :
a = 0.5 m
b = 0.013
1.
a dan b adalah variable yang digunakan
untuk menghitung ketelitian kedalaman.
2.
alat pemeruman dikalibrasi sebelum di
gunakan.
Dimana :
a
: Kesalahan
independen
(jumlah kesalahan yang bersifat tetap).
b
: Faktor kesalahan kedalaman
dependen (jumlah kesalahan
yang bersifat tidak tetap).
d
: Kedalaman terukur.
(bxd):
Kesalahan kedalaman yang
dependen (jumlah semua
kesalahan kedalaman yang
dependen).
Batas toleransi kesalahan antara
kedalaman titik fik perum pada lajur utama dan
lajur silang dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:

Keteitian pengukuran dalam survei selat Bengkalis


untuk menetukan kesalahan dependen dan
independen di setiap titik koordinat dalam
menentukan kedalaman dari muka air hingga ke
dasar laut yang terukur dalam pengukuran.
Menghubungkan Kedalaman dan Pasut
Pengukuran Bathymetri yang di lakukan di selat
Bengkalis dan pulau Padang di mulai dari
pengukuran pasang surut (Pasut) dan pengukuran
kedalaman laut. Pengukuran pasang surut dan
pengukuran kedalaman perlu di sinkronkan agar
mendapatkan kedalaman laut yang sebenarnya.
Waktu pengambilan data dari kedua pengukuran
yang di lakukan sangat jauh berbeda, Karena
pengambilan data antara pasang surut dan
pengambilan data kedalaman sudah terjadi
beberapa siklus putaran pasang naik dan pasang
turun.
Adapun siklus waktu pengukuran pasang
surut(Pasut) akhir pengukuran pada tanggal 12
Maret 2016 jam 2 siang, Sedangkan pengukuran
kedalaman di mulai pada tanggal 24 Maret 2016
jam 12,56 siang. Berikut ini merupakan Data
Sinkronisasi (menghubung) Pasang surut dan
kedalaman Selat Bengkalis dan Selat Pulau
Padang.
Menghubungkan Kedalaman Surut
Kedalaman yang terukur pada saat air pasang surut
merupakan kedalaman yang di dapat di bawah
permukaan MSL (Muka Air Rata-Rata). Untuk
menghubungkan kedalaman dan pasut dari muka
air di tambah kedalaman, Dengan persamaan
sebagai berikut :
d
= kedalaman saat pengukuran
(cm)
MSL
=Muka air rata-rata (cm)
t
=Turun naik air permenit (cm)
A = d+MSL-t
Tabel 4.7 Menghubungkan Kedalaman Dan Pasut

Tabel 4.6 Ketelitan Pengukuran

Sumber: Data Survey Dan Analisa


Data selanjutnya dapat dilihat pada lampiran

Sumber: Data Survey Dan Analisa

a.

Menghubungkan Kedalaman Pasang

Kedalaman yang terukur pada saat air


pasang merupakan kedalaman yang di dapat di
atas permukaan MSL (Muka Air Rata-Rata).
Untuk menghubungkan kedalaman dan pasut
adapun kedalaman yang terukur di kurangi muka
air rata-rata, Dengan persamaan sebagai berikut :
d
= kedalaman saat pengukuran
(cm)
MSL
=Muka air rata-rata (cm)
t
=Turun naik air permenit (cm)
A = d-MSL+t
Tabel Menghubungkan Kedalaman Dan Pasut

Sumber: Data Survey Dan Analisa


Pengolahan Data
Tahapan pengolahan data dimulai dari data
GPSmap 60 dan data mentah kedalaman yang di
peroleh dari echosondir yang didapat dari hasil
survey pengukuran kedalaman dasar laut pada
Selat Bengkalis dan Pulau Padang.
Dari data Tabel yang diperoleh dari hasil
pengukuran dan penambahan draf di olah menjadi
kontur dengan menggunakan program surfer 8 dan
program Aoutodest Civil 3D Teknik Sipil, Program
ini mampu menampilkan kontur tiga dimensi dan
dua dimensi dengan interval kontur 0,5 meter.
Kontur kedalaman (surfer 8)
Beberapa langkah dalam proses pembuatan kontur
sebelum menggunakan program surfer 8 yaitu
dilakukan transfer dari GPS ke program Map
Source dengan bantuan kabel data, untuk diketahui
posisi titik koordinat, selanjutnya data dimasukkan
ke program microsoft excel untuk mendapatkan
elevasi atau kedalaman. selanjutnya data
dimasukkan ke program surfer 8 untuk pengolahan
kontur dengan cara grid data dxf2XYZ menjadi
data surfer 8, gambar kontur dapat ditampilkan
surfer 8. Berikut ini hasil akhir pengolaham data
kontur progam surfer 8 Data kedalaman di dapat
berdasarkan survey dengan GPS dan echosondir.

Gambar:4.3 Kontur 2 Dimensi


sumber : pengolahan program Surfer 8

Gambar :4.4 Kontur 3 Dimensi


sumber : pengolahan program Surfer 8
Kontur kedalaman aoutodest 3D
Dari Tabel 4.5 di atas data kedalaman tersebut
dapat diolah menjadi kontur menggunakan
program Aoutodest 3D Teknik Sipil, program ini
mampu menampilkan kontur tiga dimensi maupun
dua dimensi. Data kontur tersebut dimanfaatkan
untuk mengetahui kondisi kedalaman dan bidang
datar tak beraturan Selat Bengkalis dan Pulau
Padang, untuk pengolahan kontur dengan cara
Insert , From file, Surfaces, Create surfaces.
Berikut ini merupakan gambar kontur pada area
Selat Bengkalis dan Pulau Padang. Aoutodest 3D
yang di hasilkan kontur dasar laut selat bengkalis
atau garis dari kedalaman pertitik koordinat yang

Gambar :4.5 Kontur 2 Dimensi


(sumber : pengolahan program Aoutodest 3D
Teknik Sipil
Bidang Tak Beraturan
Bidang tak beraturan Selat Bengkalis
dan Pulau Padang dari hasil surve Bathymetri
pada dasar laut perbedaan ketingian antara satu
bidang dengan bidang yang lainnya tidak terlalu
jauh ukuran perbedaannya, Karena kedalaman
yang terukur dari dasar muka air laut berkisar
hingga 13,15 meter kedalamannya.

Gambar:4.6 Kontur 2 Dimensi


(sumber : pengolahan program Aoutodest 3D )
Profil Bidang Tak Beraturan
Adapun dari hasil pengolahan kontur Aoutodest
Civil 3D Teknik Sipil yang menampilkan areal
antar titik kedalaman Selat Bengkalis dan Pulau
Padang, Selanjutnya kontur tersebut di olah
dengan cara L ( Line ) Quick Profil untuk
menampilkan hasil potongan dan kedalaman
persegmen. Berikut ini merupakan gambar bidang
tak beraturan pada area Selat Bengkalis dan Selat
Pulau Padang.

Pembahasan
Adapun
Pembahasan
dalam
pengukuran
Bathymetri ini membahas hasil dari analisa survei
yang dilakukan di Selat Bengkalis Data yang
dikumpulkan yakni 15 (15 hari) di Kabupaten
Bengkalis, Propinsi Riau. Data yang diambil yakni
Data kedalaman (Pantulan Suara Receiver), Titik
Koordinat (GPS), Data Pasang Surut (Pasut) dan
Data BAKOSURTANAL.
Perbandingan Pasang Surut Bakosurtanal dan
Survei
Data selanjutnya mengetahui perbandingan beda
tinggi pasut yang didapat berdasarkan survey bulan
Oktober sampai Desember Tahun 2015 dan
Januari,
Febuari,
Tahun
2016
dengan

menggunakan data dari BAKOSURTANAL


(Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional
) Indonesia, ditentukan beberapa titik koordinat di
area daerah survey Bathymetri dengan periode
berkala dalam pengamatan per 10 menit.
Dari data perbandingan pasang surut untuk di
pelabuhan Temeran pengukuran Bathymetri dasar
laut Selat Bengkalis dan Pulau Padang gerakan air
laut yang terjadi dalam periode pengamatan pasang
naik dan pasang surut yang terjadi elevasi HWL
(High Water Level) sebesar 291 cm, elevasi LWL
(Low Water Level) sebesar 22 cm, elevasi MSL
(Mean Sea Level) atau muka air rata-rata sebesar
144 cm, dan beda antara pasang tertinggi dan
pasang surut terendah 276 cm.
Sedangkan data dari BAKOSURTANAL (Badan
Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional )
Indonesia, HWL pada bulan Oktober sampai
Desember Tahun 2015 268 cm, dan muka air rata2
118,2 dari data perbandingan ini hasil pengukuran
tidak jauh berbeda dengan data pengukuran hasil
survei lapangan.
Data
PengukuranGPS
digunakan
untuk
menentukan atau mengetahui arah track dimana
jalur yang akan dilakukan pengukuran kedalaman
laut serta mengetahui koordinat setiap perubahan
kedalaman laut, Data GPS dapat membantu kita
mengetahui posisi koordinatdimana kita berada
pada saat pengukuran kedalaman di tengah laut,
Sedangkan untuk menerima sinyal yang
dipancarkan oleh GPS, Kita membutuhkan suatu
alat yang dapat membaca sinyal tersebut. Yang
biasa kita sebut sebagai GPS adalah sebenarnya
merupakan alat penerima. Karena alat ini dapat
memberikan nilaikoordinat dimana posisi kita pada
saat melakukan perjalanan trek bathymetri
Sistem Informasi Geografis (SIG) dan
data GPS di gunakan untuk menentukan jarak selat
Bengkalis yang berada diantara Pulau Padang dan
Pulau Bengkalis. Berdasarkan survey Bathymetri
dapat dihasilkan bahwa perairan di Selat Bengkalis
dan Pulau Padang merupakan perairan yang
dangkal dan landai, dimana kedalaman yang
diukur mengunakan echosondir berdasarkan
pertitik koordinat GPS kedalaman pertengahan laut
berkisar maksimum 17 meter dan minimum 15
meter. Data GPS
Data hasil pengukuran di peroleh dari hasil
pembacaan Transducer yang ditampilkan oleh
Receiver.
Hasil
pengukuran
kedalaman
menggunakan
Echosounder.
Data
hasil
pengukuran ini dilakukan pada tanggal 24 Maret
2016 sampai pada tanggal 25 Maret 2016, Data
kedalaman dan koordinat di ambil secara manual
melalui alat echosounder dan GPS pertitik
pengukuran. Dari data yang telah didapatkan maka
data tersebut diimportkan ke program Mapsource.
Pada tabel 4.3 di bawah.

Data Kedalaman dan Data titik


koordinat GPS yang diimport ke program
Mapsource, Hasil dari GPS
ke program
Mapsource untuk pengolahan titik kordinat survey,
Dari koordianat yang di hasilkan Mapsource
Untuk mengetahui kedalaman pertitik koordinat
dilakukan pengimputan data ke program microsoft
excel.
Garis Kontur
Kontur yang terbentuk pada Aoutodest 3D dengan
panajng 15.336 km dengan trek pengukuran 18
segmen 19 profil(potongan), Dengan rata-rata
pertrek pengukuran sepanjang 2 km. Berdasarkan
survey batimetri yang telah dilakukan di sekitar
Selat Bengkalis, diperoleh profil batimetri Selat
Bengklis memiliki kedalaman yang cukup variatif.
Bagian Pulau Padang hingga ke pertengahan Laut
1-10 m, sedangkan bagian Bengkalis ke
pertengahan Laut berkisar 1-17 m, dan kedalaman
di daerah bibir pantai yang lebih dominan
kedalaman nya di bagian Pulau Padang >12 m.
Berbeda halnya dengan kedalamn pada bagian
Bengkalis dmasing berkisar 1-4 meter.
Garis Profil Potongan
Dari pengukuran kedalaman laut Bengkalis dan
Pulau Padang di ambil pengukuran dengan jarak
tertentu di bagi menjadi tiga tahapan pengukuran
secara horizontal, Tahap pertama 5km untuk
menentukan potongan dasar laut. Dari hasil
analisa pengukuran sepanajang 6km
Pulau
bengkalis dan Pulau Padang areal dalam yang
dominan terdapat pada potongan 10 kedalaman
rata 12 m hampir tidak ada perbedaan ketinggian
bidang datar karena kedalaman nya hingga ke
daerah tepi pulau padang kedalaman nya tetap
sama. Panjang 5km di dapat 7 potongan , Areal
yang paling dalam yaitu di potongan 6 yaitu ratarata bidang datar dengan kedalaman 12 meter. Dari
empat segmen potongan sepanjang 4 km areal
paling dalam terdapt pada potongan 18 dengan
panjang pengukuran dari 13887km kedalaman
berkisar 13-14 meter . Dari data anlisa surve
bathymetri dasar laut Bengkalis di antara Pulau
Padang dan Pulau Bengkalis kedalaman
maksimum terdapat di bagian belahan utara yang
bersebelahan langsung dengan pantai pulau
bengkalis. Dasar laut bagian selatan dari profil
(potongan) menunjukkan bagian dasar berterasteras dan ketinggian yang semakin menurun.
Dari survei yang yang telah di lakukan wilayah
selat Bengkalis ini termasuk Zona Lithoral, dan
Zona Neritic. karena wilyah ini pada saat pasang
tergenang air, dan pada saat surut kedalamannya
masih dapat di tembus oleh sinaran matahari
kedalamannya kurang lebih 15 sampai 17 meter.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari pembahasan yang telah
dilakukan, Selat Bengkalis yang berada diantar

Pulau Padang dan Pulau Bengkalis. Kondisi dasar


laut berteras-teras. Kedalaman maksimum 1510cm
pada titik koordinat 200942,154798 dan
kedangkalan minimum 70cm pada titik koordinat
192028,156466 dari muka air rata (MSL), Kondisi
terdapat banyak kelandaian di bagian utara yang
bersebelahan langsung dengan pulau bengkalis.
Dari hasil pengukuran pertitik koordinat 310 titik
pengukuran tersebut rata-rata kedalaman selat
bengkalis 950cm. Dari pengukuran pertitik antara
pulau bengkalis dan pulau padang rata-rata jarak 2
km.
Dari analisa pengukuran Pasut selat Bengkalis di
pelabuhan Temeran tinggi muka air pasang
maksimum 295cm, Muka air terendah surut 19cm
dan beda pasut 276CM. Dari perhitungan antara
pasang naik dan pasang turun gerak turun naik air
pada saat pasang dan pada saat surut 1,4cm per 2
Menit.
SARAN
Penelitian
yang
kedepannya
pengukuran.
kedalaman pengukuran pasut di lakukan pada hari
tanggal yang sama dan pada saat pasang purnama
Perlunya pengukuran kecepatan arus saat pasang
dan pada saat surut.Ditekankan pengukuran
kedepanyan di lakukan dengan cara Pengukuran
memanjang pulau.
Daftar pustaka
Basir N, (2010), Model Kerentanan Pantai
Terhadap Kenaikan Muka Air Laut Dengan
Memanfaatkan Teknologi Pengindraan Jauh,
Analisa Model Matematika Perubahan Garis
Pantai, ://www.academia.edu/17466126.
Taufik, (2011), Perencanaan Dan Pelaksanaan
Surve (Studi kasus :Survei DI Perairan
Muara Karang Teluk Jakarta). Laporan
Tugas Akhir Jurusan Teknik Geodesi
(Undip), Semarang.
Waldopo, (2008), Perairan Darat Dan Laut, (Studi
kasus : Pelabuhan Penyeberangan
Kendal) Laporan Tugas Akhir Jurusan
Teknik
Geodesi
Fakultas
Teknik
Universitas Gajah Mada
Murtianto, (2008), Pengetahuan Peta, Geografi
Kartografi, Yogyakarta. Penerbit Beta
Offset.
Bakti, (2010), GPS (Georaphic Positioning
System), Guidelines For the Safe Design
Of Commercial Shipping Channel.
Canada. Penerbit. Pecheset Oceanes
Canada.
Triatmodjo, B. (1999). Teknik Pantai.. Yogyakarta
: Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada

Вам также может понравиться