Вы находитесь на странице: 1из 25

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP MEDIK
1. Defenisi
Sepsis merupakan respon sistemik pejamu terhadap infeksi dimana
patogen atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi aktivasi
proses inflamasi. Berbagai definisi sepsis telah diajukan, namun definisi yang
saat ini digunakan di klinik adalah definisi yang ditetapkan dalam consensus
American College of Chest Physician dan Society of Critical Care Medicine
pada tahun 1992 yang mendefinisikan sepsis, sindroma respon inflamasi
sistemik (systemic inflammatory response syndrome / SIRS), sepsis berat, dan
syok/renjatan septik (Chen et.al,2009)
Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari pertama
sejak dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara menyeluruh atau terlokasi hanya
pada satu organ saja (seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis
bisa didapatkan pada saat sebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah
persalinan (extrauterine sepsis) dan dapat disebabkan karena virus (herpes,
rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau jamur (candida) meskipun
jarang ditemui
Sepsis neonatorum adalah infeksi yang masuk ke dalam tubuh neonatus
secara langsung, yang dapat menimbulkan gejala klinis yang berat (Manuaba,
2009), yang dibuktikan oleh hasil penemuan laboratorium yang menunjukkan
adanya invasi infeksi selama 30 hari pertama kehidupan(McMillan, 2006).Sepsis
neonatorum menampilkan gejala sistemik dan sering terdapat bakteri dalam
darah (bacteremia)(Surasmi, dkk, 2003), dan dapat juga disebabkan oleh patogen
lain seperti virus maupun jamur.

Sepsis terbagi menjadi dua, yaitu:


1. Sepsis awitan dini (SAD) merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera
dalam periode pascanatal (kurang dari 72 jam) dan biasanya diperoleh pada
saat proses kelahiran atau in utero. Infeksi dapat terjadi dari kontak langsung
dengan organisme dari saluran gastrointestinal atau genitourinaria maternal.
2. Sepsis awitan lanjutan (SAL)merupakan infeksi pascanatal (lebih dari 72
jam) yang diperoleh dari lingkungan sekitar atau rumah sakit (infeksi
nosokomial). Proses infeksi pasien semacam ini disebut juga infeksi dengan
transmisi horizontal. Invasi bakterial dapat terjadi melalui tempat seperti
puntung tali pusat, kulit, membran mukosa mata, hidung, faring, dan telinga
dan sistem internal seperti sistem respirasi saraf, perkemihan dan
gastrointestinal.
Tabel di bawah ini mencoba menggambarkan klasifikasi sepsis
berdasarkan awitan dan sumber infeksi.
Klasifikasi sepsis berdasarkan awitan dan sumber infeksi dini

Sumber infeksi

Dini
< 72 jam
Jalan lahir

Lambat
>72 jam
Lingkungan
(nosokomial)

Kriteria diagnosis sepsis pada neonatus


Variabel klinis
-

Suhu tubuh yang tidak stabil


Laju nadi > 180 x/menit atau < 100 x/menit
Laju nafas > 60 x/menit dengan retraksi/desaturasi oksigen
Letargi
Intoleransi glukosa (plasma glukosa > 10 mmol/L)
Intoleransi minum

Variabel hemodinamik
-

Tekanan darah < 2SD menurut usia bayi


Tekanan darah sistolik < 50 mmHg (bayi usia 1 hari)
Tekanan darah sistolik < 65 mmHg (bayi usia < 1 bulan)

Variabel perfusi jaringan


-

Pengisian kembali kapiler/capillary refill > 3 detik


Asam laktat plasma > 3 mmol/L

Variabel inflamasi
- Leukositosis (> 34.000 /ml3)
- Leukopenia (< 5000/ml3)
- Netrofil muda > 10%
- Imatur neotrofil : total neutrofil (I:T ratio) > 0,2
- Trombositopenia < 100.000/ml
- CRP > 10 mg/dl atau > 2 SD atas nilai normal
- Procalcitonin > 8,1 mg/dL atau > 2SD dari nilai normal
- IL -6 atau IL -8 > 70 pg/ml
- 16 S rRNA gene PCR : positif
Sumber: Haque, 2005
2. Etiologi
Sepsis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur. Kebanyakan
sepsis disebabkan oleh bakteri dan yang paling banyak yaitu Escherichia coli,
Lysteria monochytogenes, Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza tipe

B, Salmonella dan Streptococcus grup B.Streptococcus grup B merupakan


penyebab sepsis pada neonatus yang tersering.
Pada berbagai kasus sepsis neonatorum, organisme memasuki tubuh bayi
melalui ibu selama kehamilan atau proses kelahiran. Beberapa komplikasi
kehamilan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya sepsis pada neonatus,
antara lain:
a. Perdarahan
b. Demam yang terjadi pada ibu
c. Infeksi pada uterus atau plasenta
d. Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)
e. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum
melahirkan)
f. Proses kelahiran yang lama dan sulit.
Streptococcus grup B dapat masuk ke dalam tubuh bayi selama proses
kelahiran. Menurut Centers for Diseases Control and Prevention (CDC)
Amerika, paling tidak terdapat bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari
setiap lima wanita hamil, yang dapat mengkontaminasi bayi selama melahirkan.
Bayi prematur yang menjalani perawatan intensif rentan terhadap sepsis karena
sistem imun mereka yang belum berkembang dan mereka biasanya menjalani
prosedur-prosedur invasif seperti infus jangka panjang, pemasangan sejumlah
kateter, dan bernafas melalui selang yang dihubungkan dengan ventilator.
Organisme yang normalnya hidup di permukaan kulit dapat masuk ke
dalam tubuh kemudian ke dalam aliran darah melalui alat-alat seperti yang telah
disebut di atas. Bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun beresiko mengalami
bakteriemia tersamar, yang

bila tidak segera dirawat, kadang-kadang dapat

megarah ke sepsis. Bakteriemia tersamar artinya bahwa bakteria telah memasuki


aliran darah, tapi tidak ada sumber infeksi yang jelas.Tanda paling umum
terjadinya bakteriemia tersamar adalah demam. Hampir satu per tiga dari semua
bayi pada rentang usia ini mengalami demam tanpa adanya alasan yang jelas -

dan penelitian menunjukkan bahwa 4% dari mereka akhirnya akan mengalami


infeksi bakterial di dalam darah.Streptococcuspneumoniae ( pneumococcus)
menyebabkan sekitar 85% dari semua kasus bakteriemia tersamar pada bayi
berusia 3 bulan sampai 3 tahun.
Penyebab Umum Sepsis pada Orang Sehat
Sumber lokasi
Kulit

Mikroorganisme
Staphylococcus aureus dan gram positif bentuk cocci

Saluran kemih

lainnya
Eschericia coli dan gram negatif bentuk batang lainnya

Saluran pernafasan
Usus dan kantung empedu

Streptococcus pneumonia
Enterococcus faecalis, E.coli dan gram negative bentuk

Organ pelvis

batang lainnya, Bacteroides fragilis


Neissseria gonorrhea,anaerob

Penyebab Umum Sepsis pada Pasien yang Dirawat


Masalah klinis
Pemasanagan kateter

Mikroorganisme
Escherichia coli, Klebsiella spp., Proteus spp., Serratia spp.,

Penggunaan iv kateter

Pseudomonas spp.
Staphylococcus aureus, Staph.epidermidis, Klebsiella spp.,

Setelah operasi:

Pseudomonas spp., Candida albicans


Staph. aureus, E. coli, anaerobes(tergantung lokasinya)

Wound infection

Tergantung lokasi anatominya

Deep infection
Luka bakar

coccus gram-positif, Pseudomonas spp., Candida albicans

Pasien

Semua mikroorganisme diatas

immunocompromised
Sumber: Moss et.al,2012
3. Patofisiologi
Infeksi bukan merupakan keadaan yang statis. Adanya patogen di dalam
darah (bakteremia, viremia) dapat menimbulkan keadaan yang berkelanjutan dari

infeksi ke Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), sepsis, sepsis berat,


syok septik, kegagalan multi organ, dan akhirnya kematian (Depkes, 2007).
Bila ditemukan dua atau lebih keadaan: Laju nafas

SIRS

>60x/m dengan/tanpa retraksi dan desaturasi


oksigen(O2) Suhu tubuh tidak stabil (<36C atau
>37.5C) Waktu pengisian kapiler > 3 detik Hitung
leukosit <4000x109/L atau >34000x109/L CRP
>10mg/dl IL-6 atau IL-8 >70pg/ml 16 S rRNA
gene PCR : Positif
Terdapat satu atau lebih kriteria SIRS disertai

Sepsis

dengan gejala klinis infeksi


Sepsis disertai hipotensi dan disfungsi organ

Sepsis Berat

tunggal
Sepsis berat disertai hipotensi dan kebutuhan

Syok Septik

resusitasi cairan dan obat-obat inotropik


Terdapat disfungsi multi organ meskipun telah

Sindrom Disfungsi

mendapatkan pengobatan optimal


Disfungsi multi organ yang berkelanjutan

Multiorgan
Kematian

Sumber: Haque KN.Pediatr Crit Care Med 2005; 6(3): S45-9


Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik.
Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium,
perubahan ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria,
dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat,
complment cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya
adalah penurunan

perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang

mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian


(Bobak, 2005).

Bayi baru lahir mendapat infeksi melalui beberapa jalan, dapat terjadi
infeksi

transplasental

seperti

pada

infeksi

konginetal

virus

rubella,

protozoaToxoplasma,atau basilus Listeria monocytogenesis.Yang lebih umum,


infeksi didapatkan melalui jalur vertikel, dari ibu selam proses persalinan
(infeksi Streptokokus group B atau infeksi kuman gram negatif) atau secara
horizontal dari lingkungan atau perawatan setelah persalinan (infeksi
Stafilokokus koagulase positif atau negatif).
Faktor- faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum
berasal dari tiga kelompok, yaitu :
1. Faktor Maternal
a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui
sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin
nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi
kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu
(kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun).
c. Kurangnya perawatan prenatal.
d. Ketuban pecah dini (KPD) dan Prosedur selama persalinan.
2. Faktor Neonatatal
a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan
faktor resiko utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi
kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor
imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir
trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus
menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit
juga melemahkan pertahanan kulit.
b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik,
khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan

IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah
tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen
terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon
terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan
penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan
fibronektin,

menyebabkan

sebagian

besar

penurunan

aktivitas

opsonisasi.
3. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat
kali lebih besar dari pada bayi perempuan.
4. Faktor Lingkungan
a. Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering
memerlukan

prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di

rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter
nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada
kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang
terkontaminasi.
b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan
resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik
spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas,
sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.
c. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran
mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling
sering akibat kontak tangan.
d. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colliditemukan
dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya
didominasi oleh E.colli.
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui
beberapa cara, yaitu:

1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu
setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk dalam tubuh bayi melalui
sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat
menembus plasenta antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki,
hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara
lain malaria, sipilis, dan toksoplasma.
2. Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi
karena yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion.
Akibatnya, terjadi amniotis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui
umbilikus masuk dalam tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan
amnion yang sudah terinfeksi akan terinhalasi oleh bayi dan masuk dan
masuk

ke

traktus

digestivus

dan

traktus

respiratorius,

kemudian

menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain cara tersebut di atas


infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entrelain saat
bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman. Beberapa kuman
yang melalui jalan lahir ini adalah Herpes genetalis, Candida albican,dan
N.gonorrea.
3. Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran
umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim
(misal melalui alat- alat : penghisap lendir, selang endotrakhea, infus, selang
nasogastrik,botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut
menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi
juga dapat terjadi melalui luka umbilicus (Surasmi, dkk, 2003)
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah sebagai berikut:
1. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema
2. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali

3. Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung,


merintih, sianosis
4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi,
bradikardi
5. Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum,
pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol
6. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan.
Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu,
tidak kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik.
Gejala-gejala lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice,
muntah, diare, dan perut kembung

Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:
1. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah
dari pusar
2. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma,
kejang,opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan
pada ubun-ubun
3. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan
pada lengan atau tungkai yang terkena
4. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri
tekan dan sendi yang terkena teraba hangat
5. Infeksi pada selaput perut ( peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut
dan diare berdarah.

5. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang/ diagnostik yang harus dilakukan pada
kasus sepsis neonatorum menurut Wijayarini (2005) adalah:
1. Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah air
kemih, jika diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal.
2. Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis
secara menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis

dan kultur urin.


Leukositosis (>34.000109/L)
Leukopenia (< 4.000x 109/L)
Netrofil muda 10%
Perbandingan
netrofil

immature(stab)

dibanding

total

(stb+segmen)atau I/T ratio >0,2


Trombositopenia (< 100.000 x 109/L)
CRP >10mg /dl atau 2 SD dari normal
Factor-faktor pada masalah hematology:

Peningkatan kerentaan kapiler


Peningkatan kecenderungan perdarahan(kadar protrombin plasma
rendah)

Perlambatan perkembangansel-sel darah merah


Peningkatan hemolisis
Kehilangan darah akibat uji laboratorium yang sering dilakukan

6. Komplikasi
a. Kelainan bawaan jantung, paru, dan organ organ yang lainnya
b. Sepsis berat: sepsis disertai dengan hipotensi dan disfungsi organ tunggal
c. Syok sepsis: sepsis berat disertai hipotensi
d. Sindrom disfungsi multiorgan (MODS)
e. Perdarahan
f. Demam yang terjadi pada ibu
g. Infeksi pada uterus atau plasenta
h. Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)
i. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum
melahirkan)
j. Proses kelahiran yang lama dan sulit

7. Pengobatan
1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200
mg/kg BB/24 jam i.v (dibagi 2 dosis untuk neonatus umur <> 7 hari
dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2
mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan
Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus
diencerkan dan waktu pemberian sampai 1 jam pelan-pelan).
2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah
lengkap, urine, lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan
serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi), pungsi lumbal dengan
analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram),
foto polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).
3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin,
gula darah, analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lainlain.

4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan


infeksi, pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah
negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.
5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium
menyokong infeksi, CRP tetap abnormal, maka diberikan Cefepim
100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau Meropenem dengan dosis
30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg
BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus).
6. Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya.
Lama pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis
pemberian antibiotika minimal 21 hari.Pengobatan suportif
meliputi: Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik,terapi
syok, koreksi metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi,
transfusi darah, plasma, trombosit, terapi kejang, transfusi tukar.
Pengobatan Tambahan
1. Pemberian

immunoglobulin

secara

intravena

(intravenous

Immunoglobulin IVIG)
Pemberian immunoglobulin dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan
antibodi tubuh serta memperbaiki fagositosis dan kemotaksis sel darah putih.
Manfaat pemberian IVIG sebagai tatalaksana tambahan pada penderita sepsis
neonatal masih kontroversi. Penurunan mortalitas ditemukan secara
bermakna pada suatu penelitian tetapi pada penelitian lain IVIG tidak
memperlihatkan perbedaan.
2. Pemberian Fresh frozen plasma (FFP)
Perubahan hematologik dan gangguan koagulasi ditemukan pula pada
perjalanan penyakit sepsis neonatal. Pemberian FFP diharapkan dapat
mengatasi gangguan koagulasi yang diderita pasien. Salah satu gangguan

koagulasi yang mungkin ditemukan antara lain pembekuan intravaskular


menyeluruh (Disseminated Intravascular Coagulation DIC). Di samping
faktor koagulasi, FFP juga mengandung antibodi, komplemen, dan protein
lain seperti C reactive protein dan fibrinectin. Walaupun FFP mengandung
antibodi

protektif

tertentu

namun

pemberian

FFP

dengan

tujuan

meningkatkan kadar proteksi bayi, tidak akan banyak berfaedah. Dalam


suatu studi dilaporkan bahwa FFP pada kenyataannya hanya meningkatkan
IgA dan IgM bayi tanpa meningkatkan kadar IgG. Selanjutnya dikemukakan
denga tersedianya gammaglobulin intravena (Intravena Immunoglobulin
IVIG), pemberian IVIG ini akan jauh lebih aman dalam menghindarkan efek
samping pemberian FFP.
3. Tindakan transfusi tukar
Tindakan ini bertujuan:
a. Mengeluarkan/mengurangi toksin atau produk bakteri serta mediatormediator penyebab sepsis.
b. Memperbaiki perfusi perifer dan pulmonal dengan meningkatkan
kapasitas oksigen dalam darah
c. Memperbaiki sistem imun dengan adanya tambahan neutrofil dan
berbagai antibodi yang mungkin terkandung dalam darah donor.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Keadaan umum
: bayi tampak sakit sedang sampai berat,
kontrol suhu buruk : hipertermi dan hipotermi.
b. Sistem Sirkulasi
Tanda : Kulit tampak pucat, sianosis, atau berbercak. Kulit dingin,
basah. Tekanan darah normal sampai hipotensi, Denyut perifer kuat,
cepat, tachycardia ekstrim (syok), bradikardi atau tidak teratur. Suara
jantung disritmia, ada edema.

c. Sistem Gastrointestinal: Selera makan buruk, muntah, diare atau BAB


berkurang, distensi abdomen, hepatomegali. Penurunan berat badan,
penurunan massa otot, penurunan haluaran.
d. Sistem saraf pusat : Aktivitas menurun-letargi, hiporefleksia, koma,
aktivitas bertambah-iritabilitas, tremor, kejang, fontanela penuh,
peningkatan atau penurunan tonus, gerakan mata abnormal, gelisah,
penurunan tingkat kesadaran.
e. Sistem hemapoetik: Jaundice,

pucat,

petekie,

ekimosis,

splenomegali.
B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan prosedur invasif,
pemajanan lingkungan (nosokomial)
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
3. Risiko tinggi perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan :
Faktor risiko: hipovolemia, reduksi aliran darah pada arteri/vena,
vasokonstriksi

selektif,

oklusi

vaskuler

(kerusakan

intimal/mikroemboli..
4. Kurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume
cairan aktif.
5. Ansietas/ketakutan b/d krisis situasi, transmisi interpersonal dan
keikutsertaan merasakan

Rencana Asuhan Keperawatan


No
Diagnosa Keperawatan
1 Penyebaran
infeksi Pasien
berhubungan

Tujuan

dengan menunjukkan

Intervensi
tidak Mengontrol Infeksi :
tanda-

prosedur invasif, pemajanan tanda infeksi


lingkungan (nosokomial)
Faktor resiko :
Penyakit kronis
Pertahanan tubuh primer

yang tidak adekuat


Pemajanan
terhadap
patogen

lingkungan

untuk

menghindari pemajanan
patogen

dipakai bayi lain


2. Pertahankan teknik isolasi bagi bayi

Bayi dan keluarga


menerapkan praktik
kesehatan yang baik

baik
Bayi

tidak

menunjukkan bukti-

meningkat
Pengetahuan yang tidak
cukup

1. Bersihkan box / incubator setelah

Hasil yang diharapkan:

Rasional

bukti infeksi
RR : 40-60X/menit
Irama napas teratur
Suhu 36.5-37.5 C
Integritas kulit baik
Integritas
mukosa

baik
Leukosit

dalam

berpenyakit menular
3. Batasi pengunjung
4. Instruksikan pada pengunjung untuk
cuci tangan sebelum dan sesudah
berkunjung
5. Gunakan sabun antimikrobia untuk
cuci tangan
6. Cuci tangan di setiap five moments
7. Pakai sarung tangan dan baju sebagai
pelindung
8. Pertahankan

lingkungan

aseptik

selama pemasangan alat


9. Ganti letak IV perifer dan line kontrol
dan dressing sesuai ketentuan
10. Tingkatkan intake nutrisi

sesuai

batas normal

program
11. Kolaborasi

dalam

pemberiaan

antibiotik bila perlu.


Mencegah Infeksi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
2. Batasi pengunjung
3. Skrining
pengunjung

terhadap

penyakit menular
4. Pertahankan teknik aseptik pada bayi
beresiko
5. Bila perlu pertahankan teknik isolasi
6. Beri perawatan kulit pada area eritema
7. Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap

Ketidakseimbangan

Mendemonstrasikan suhu

thermoregulasi :Hipertermia tubuh

dalam

batas

kemerahan,

panas,

dan

drainase.
8. Dorong masukan nutrisi yang cukup
9. Berikan antibiotik sesuai program
1. Pantau suhu pasien (derajat dan pola);
perhatikan menggigil dan diaforesis
2. Pantau
suhu
lingkungan,

berhubungan dengan proses normal, bebas dari ke-

1. Suhu 38,9 41,1 o C menunjukkan


proses infeksi akut. Pola demam
dapat membantu dalam diagnosis

batasi/tambahkan linen tempat tidur

penyakit

dinginan,

Batasan karakteristik :

mengalami komplikasi

Peningkatan

tidak

suhu

3. Berikan

kompres

hangat

hindari

penggunaan alkohol
4. Kolaborasi
Berikan antipiretik

tubuh diatas kisaran

misalnya demam lanjut berakhir lebih


dari 24 jam menunjukkan pneumonia
peneumokokkal
2. Suhu ruangan berpengaruh terhadap
peningkatan maupun penurunan suhu

normal
Takikardi
Takipnea
Kulit teraba hangat

tubuh penderita
3. Menurunkan suhu tubuh melalui
proses konduksi. Alkohol dapat
mengeringkan kulit
4. Menghambat pengeluaran
prostaglandin dan meningkatkan
autodestruksi dari sel-sel yang

3.

Risiko
perfusi

tinggi

perubahan Menunjukkan

perfusi

1.

jaringan adekuat yang dibuktikan

jantung
2.

berhubungan dengan :

Pantau frekuensi dan irama

sirkulasi

reduksi aliran darah pada kulit hangat dan kering,

sekunder

system

saraf

Perhatikan

dengan tanda-tanda vital

Faktor risiko: hipovolemia, stabil, nadi perifer jelas,

terinfeksi
1. Bila terjadi takikardia mengacu pada

simpatis untuk menekankan respon


3.

kualitas/kekuatan dari denyut perifer


Kaji frekuensi pernapasan,
kedalaman dan kualitas. Perhatikan

untuk menggantikan kerusakan pada


hipovolemia relative
2. Penurunan curah jantung

dan

arteri/vena,
selektif,

vasokonstriksi tingkat kesadaran umum,

oklusi

vaskuler haluaran

dispnu berat
4.
Kaji

vasokonstriksi perifer salah satu


kulit

terhadap

urinarius
perubahan

(kerusakan

individu

yang

intimal/mikroemboli)

dengan bising usus aktif

warna,

suhu

dan

tanda status syok


3. Peningkatan pernapasan

terjadi

sesuai
5.

kelembaban
Catat haluaran urin setiap

sebagai

respon

terhadap

efek

langsung dari endotoksin pada pusat


jam dan berat jenisnya : Auskultasi
pernapasan didalam otak, dan juga
bising usus
Kolaborasi:
1. Berikan cairan parenteral
2. Pantau pemeriksaan laboratorium
misalnya GDA, kadar laktat
3. Berikan tambahan oksigen

perkembangan hipoksia dan demam


4. Penurunan curah jantung dan
vasokonstriksi perifer salah satu
tanda status syok
5. Penurunan
haluaran

urin

mengindikasikan penurunan perfusi


ginjal yang dihubungkan dengan
perpindahan

cairan

dan

vasokonstriksi selektif
6. Mempertahankan perfusi jaringan,
sejumlah
dibutuhkan

besar

cairan

untuk

mungkin

mendukung

volume sirkulasi
7. Perkembangan asidosis respiratorik/
metabolic merefleksikan kehilangan
mekanisme

kompensasi

misalnya

penurunan sekresi ginjal


8. Memaksimalkan masukan oksigen
4

Resiko kekurangan volume Faktor resiko kekurangan

1. Hitung kebutuhan rumahan cairan

cairan berhubungan dengan volume

harian anak berdasarkan berat badan.


2. Pantau hidrasi dengan cermat
3. Hitung atau timbang popok basahan.
4. Berikan
cairan
sesuai
dengan

kehilangan volume cairan terjadi

cairan

tidak

aktif.
kebutuhan
Faktor resiko :

Penyimpangan yang
mempengaruhi akses
untuk

absorbsi

cairan
Usia ekstrem bayi
Berat badan ekstrem
Kehilangan
yang

yang tersedia untuk masukan seluler.


1. Kehilangan cairan harus segera
diganti diatas jumlah yang hilang.
2. Karena
bayi
sangat
rentan
kehilangan cairan
3. Untuk mengukur haluaran bayi
4. Mempertahankan kondisi hidrasi

berlebihan

melalui

rute

normal

misalnya diare
Ansietas/ketakutan
krisis

situasi,

interpersonal

b/d Mengakui

dan

1. Kaji status mental dan tingkat ansietas

1. Gangguan tingkat kesadaran dapat

transmisi mendiskusikan

rasa

dari pasien/keluarga. Catat adanya

mempengaruhi ekspresi rasa takut

Mengungkapkan

tanda-tanda verbal atau non verbal.


2. Berikan penjelasan hubungan antara

dan takut.

keikutsertaan merasakan.
Dapat

ditandai

Peningkatan
keputusasaan.
ketidak

keakuratan pengetahuan

dengan: tentang situasi. Tampak


tegangan/ rileks dan melaporkan

penuh perhatian dan berikan informasi

pastian

hasil, sampai

berkurang
pada

berfokus pada diri sendiri dapat diatasi.


dan gelisah

tidak

menyangkal

keberadaannya. Derajat ansietas akan


proses penyakit dan gejalanya.
3. Jawab setiap pertanyaan dengan

Ketakutan/ ansietas

tetapi

tentang prognosa penyakit


4. Jelaskan dan persiapkan

untuk

dipengaruhi

bagaimana

informasi

tersebut diterima oleh individu.


2. Meningkatkan
pemahaman,
mengurangi

resa

takut

karena

tingkat
tindakan prosedur sebelum dilakukan
5. Berikan kesempatan pasien/keluarga

ketidaktahuan dan dapat membantu

menurunkan ansietas.
untuik mengumgkapkan isi pikiran 3. Penting
untuk
dan perasaan takutnya.
6. Libatkan
pasien/keluarga

menciptakan

kepercayaan karena diagnosa enfeksi


dalam
otak mungkin menakutkan, ketulusan

perawatan.
7. Berikan petunjuk mengenai sumber-

dan informasi yang akurat dapat

sumber penyokong yang ada, seperti

memberikan keyakinan pada pasien

keluarga, konselor professional dan

dan juga keluarga.


4. Dapat meringankan ansietas terutama

sebagainya
ketika

pemeriksaan

melibatkan otak.
5. Mengungkap, rasa

takut

tersebut
secara

terbuka di mana rasa takut dapat


ditunjukkan.
6. Meningkatkan
terhadap

diri

perasaan
dan

control

meningkatkan

kemandirian.
7. Memberikan jaminan bahwa bantuan
yang diperlukan adalah penting untuk
peningkatan/menyokong mekanisme
koping pasien.

Hambatan penarikan plasenta Kontak


pada bayi
langsung
prematur
selama kelahiran Aliran
pada jalan
darahlahir
dari maternal
ke neonatus
Kontaminasi
dengan bayi lain, personal, objek dalam lingkungan

Transmisi antibody-plasenta terganggu

PATOFISIOLGI/PENYIMPANGAN KDM SEPSIS NEONATORUM


SEPSIS NEONATORUM

Ig A dan Ig M tidak Vasodilatasi pembuluh darah Pelepasan mediator


kimia
dapat ditransfer ke neonatus
Peningkatan permeabilitas pembuluh darah
Penurunan immunitas pada neonatus

Peningkatan volume plasma


Risiko Tinggi Infeksi; Sepsis Ke Syok Sepsis

Septikemia & Viremia

Melepaskan interleukin I dan prostaglandin 2


Proses inflamasi

Perubahan set point pada hipotalamus bagian anterior

Evaporasi meningkat

Peningkatan suhu tubuh

Penurunan volume sirkulasi


Dehidrasi/kehilangan cairan

Perubahan membrane alveolar - kapiler


Penurunan perfusi jaringan

Risiko Kurangnya Volume Cairan


Perubahan Perfusi Jaringan
Ketidakefektifan pola napas

Kecemasan Orang Tua

Hipertermia
Perubahan status kesehatan

Anak dihospitalisasi

Вам также может понравиться