Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP MEDIK
1. Defenisi
Sepsis merupakan respon sistemik pejamu terhadap infeksi dimana
patogen atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi aktivasi
proses inflamasi. Berbagai definisi sepsis telah diajukan, namun definisi yang
saat ini digunakan di klinik adalah definisi yang ditetapkan dalam consensus
American College of Chest Physician dan Society of Critical Care Medicine
pada tahun 1992 yang mendefinisikan sepsis, sindroma respon inflamasi
sistemik (systemic inflammatory response syndrome / SIRS), sepsis berat, dan
syok/renjatan septik (Chen et.al,2009)
Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari pertama
sejak dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara menyeluruh atau terlokasi hanya
pada satu organ saja (seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis
bisa didapatkan pada saat sebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah
persalinan (extrauterine sepsis) dan dapat disebabkan karena virus (herpes,
rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau jamur (candida) meskipun
jarang ditemui
Sepsis neonatorum adalah infeksi yang masuk ke dalam tubuh neonatus
secara langsung, yang dapat menimbulkan gejala klinis yang berat (Manuaba,
2009), yang dibuktikan oleh hasil penemuan laboratorium yang menunjukkan
adanya invasi infeksi selama 30 hari pertama kehidupan(McMillan, 2006).Sepsis
neonatorum menampilkan gejala sistemik dan sering terdapat bakteri dalam
darah (bacteremia)(Surasmi, dkk, 2003), dan dapat juga disebabkan oleh patogen
lain seperti virus maupun jamur.
Sumber infeksi
Dini
< 72 jam
Jalan lahir
Lambat
>72 jam
Lingkungan
(nosokomial)
Variabel hemodinamik
-
Variabel inflamasi
- Leukositosis (> 34.000 /ml3)
- Leukopenia (< 5000/ml3)
- Netrofil muda > 10%
- Imatur neotrofil : total neutrofil (I:T ratio) > 0,2
- Trombositopenia < 100.000/ml
- CRP > 10 mg/dl atau > 2 SD atas nilai normal
- Procalcitonin > 8,1 mg/dL atau > 2SD dari nilai normal
- IL -6 atau IL -8 > 70 pg/ml
- 16 S rRNA gene PCR : positif
Sumber: Haque, 2005
2. Etiologi
Sepsis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur. Kebanyakan
sepsis disebabkan oleh bakteri dan yang paling banyak yaitu Escherichia coli,
Lysteria monochytogenes, Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza tipe
Mikroorganisme
Staphylococcus aureus dan gram positif bentuk cocci
Saluran kemih
lainnya
Eschericia coli dan gram negatif bentuk batang lainnya
Saluran pernafasan
Usus dan kantung empedu
Streptococcus pneumonia
Enterococcus faecalis, E.coli dan gram negative bentuk
Organ pelvis
Mikroorganisme
Escherichia coli, Klebsiella spp., Proteus spp., Serratia spp.,
Penggunaan iv kateter
Pseudomonas spp.
Staphylococcus aureus, Staph.epidermidis, Klebsiella spp.,
Setelah operasi:
Wound infection
Deep infection
Luka bakar
Pasien
immunocompromised
Sumber: Moss et.al,2012
3. Patofisiologi
Infeksi bukan merupakan keadaan yang statis. Adanya patogen di dalam
darah (bakteremia, viremia) dapat menimbulkan keadaan yang berkelanjutan dari
SIRS
Sepsis
Sepsis Berat
tunggal
Sepsis berat disertai hipotensi dan kebutuhan
Syok Septik
Sindrom Disfungsi
Multiorgan
Kematian
Bayi baru lahir mendapat infeksi melalui beberapa jalan, dapat terjadi
infeksi
transplasental
seperti
pada
infeksi
konginetal
virus
rubella,
IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah
tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen
terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon
terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan
penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan
fibronektin,
menyebabkan
sebagian
besar
penurunan
aktivitas
opsonisasi.
3. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat
kali lebih besar dari pada bayi perempuan.
4. Faktor Lingkungan
a. Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering
memerlukan
rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter
nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada
kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang
terkontaminasi.
b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan
resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik
spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas,
sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.
c. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran
mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling
sering akibat kontak tangan.
d. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colliditemukan
dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya
didominasi oleh E.colli.
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui
beberapa cara, yaitu:
1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu
setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk dalam tubuh bayi melalui
sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat
menembus plasenta antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki,
hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara
lain malaria, sipilis, dan toksoplasma.
2. Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi
karena yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion.
Akibatnya, terjadi amniotis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui
umbilikus masuk dalam tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan
amnion yang sudah terinfeksi akan terinhalasi oleh bayi dan masuk dan
masuk
ke
traktus
digestivus
dan
traktus
respiratorius,
kemudian
Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:
1. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah
dari pusar
2. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma,
kejang,opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan
pada ubun-ubun
3. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan
pada lengan atau tungkai yang terkena
4. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri
tekan dan sendi yang terkena teraba hangat
5. Infeksi pada selaput perut ( peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut
dan diare berdarah.
5. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang/ diagnostik yang harus dilakukan pada
kasus sepsis neonatorum menurut Wijayarini (2005) adalah:
1. Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah air
kemih, jika diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal.
2. Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis
secara menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis
immature(stab)
dibanding
total
6. Komplikasi
a. Kelainan bawaan jantung, paru, dan organ organ yang lainnya
b. Sepsis berat: sepsis disertai dengan hipotensi dan disfungsi organ tunggal
c. Syok sepsis: sepsis berat disertai hipotensi
d. Sindrom disfungsi multiorgan (MODS)
e. Perdarahan
f. Demam yang terjadi pada ibu
g. Infeksi pada uterus atau plasenta
h. Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)
i. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum
melahirkan)
j. Proses kelahiran yang lama dan sulit
7. Pengobatan
1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200
mg/kg BB/24 jam i.v (dibagi 2 dosis untuk neonatus umur <> 7 hari
dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2
mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan
Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus
diencerkan dan waktu pemberian sampai 1 jam pelan-pelan).
2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah
lengkap, urine, lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan
serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi), pungsi lumbal dengan
analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram),
foto polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).
3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin,
gula darah, analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lainlain.
immunoglobulin
secara
intravena
(intravenous
Immunoglobulin IVIG)
Pemberian immunoglobulin dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan
antibodi tubuh serta memperbaiki fagositosis dan kemotaksis sel darah putih.
Manfaat pemberian IVIG sebagai tatalaksana tambahan pada penderita sepsis
neonatal masih kontroversi. Penurunan mortalitas ditemukan secara
bermakna pada suatu penelitian tetapi pada penelitian lain IVIG tidak
memperlihatkan perbedaan.
2. Pemberian Fresh frozen plasma (FFP)
Perubahan hematologik dan gangguan koagulasi ditemukan pula pada
perjalanan penyakit sepsis neonatal. Pemberian FFP diharapkan dapat
mengatasi gangguan koagulasi yang diderita pasien. Salah satu gangguan
protektif
tertentu
namun
pemberian
FFP
dengan
tujuan
pucat,
petekie,
ekimosis,
splenomegali.
B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan prosedur invasif,
pemajanan lingkungan (nosokomial)
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
3. Risiko tinggi perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan :
Faktor risiko: hipovolemia, reduksi aliran darah pada arteri/vena,
vasokonstriksi
selektif,
oklusi
vaskuler
(kerusakan
intimal/mikroemboli..
4. Kurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume
cairan aktif.
5. Ansietas/ketakutan b/d krisis situasi, transmisi interpersonal dan
keikutsertaan merasakan
Tujuan
dengan menunjukkan
Intervensi
tidak Mengontrol Infeksi :
tanda-
lingkungan
untuk
menghindari pemajanan
patogen
baik
Bayi
tidak
menunjukkan bukti-
meningkat
Pengetahuan yang tidak
cukup
Rasional
bukti infeksi
RR : 40-60X/menit
Irama napas teratur
Suhu 36.5-37.5 C
Integritas kulit baik
Integritas
mukosa
baik
Leukosit
dalam
berpenyakit menular
3. Batasi pengunjung
4. Instruksikan pada pengunjung untuk
cuci tangan sebelum dan sesudah
berkunjung
5. Gunakan sabun antimikrobia untuk
cuci tangan
6. Cuci tangan di setiap five moments
7. Pakai sarung tangan dan baju sebagai
pelindung
8. Pertahankan
lingkungan
aseptik
sesuai
batas normal
program
11. Kolaborasi
dalam
pemberiaan
terhadap
penyakit menular
4. Pertahankan teknik aseptik pada bayi
beresiko
5. Bila perlu pertahankan teknik isolasi
6. Beri perawatan kulit pada area eritema
7. Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap
Ketidakseimbangan
Mendemonstrasikan suhu
dalam
batas
kemerahan,
panas,
dan
drainase.
8. Dorong masukan nutrisi yang cukup
9. Berikan antibiotik sesuai program
1. Pantau suhu pasien (derajat dan pola);
perhatikan menggigil dan diaforesis
2. Pantau
suhu
lingkungan,
penyakit
dinginan,
Batasan karakteristik :
mengalami komplikasi
Peningkatan
tidak
suhu
3. Berikan
kompres
hangat
hindari
penggunaan alkohol
4. Kolaborasi
Berikan antipiretik
normal
Takikardi
Takipnea
Kulit teraba hangat
tubuh penderita
3. Menurunkan suhu tubuh melalui
proses konduksi. Alkohol dapat
mengeringkan kulit
4. Menghambat pengeluaran
prostaglandin dan meningkatkan
autodestruksi dari sel-sel yang
3.
Risiko
perfusi
tinggi
perubahan Menunjukkan
perfusi
1.
jantung
2.
berhubungan dengan :
sirkulasi
sekunder
system
saraf
Perhatikan
terinfeksi
1. Bila terjadi takikardia mengacu pada
dan
arteri/vena,
selektif,
oklusi
vaskuler haluaran
dispnu berat
4.
Kaji
terhadap
urinarius
perubahan
(kerusakan
individu
yang
intimal/mikroemboli)
warna,
suhu
dan
terjadi
sesuai
5.
kelembaban
Catat haluaran urin setiap
sebagai
respon
terhadap
efek
urin
cairan
dan
vasokonstriksi selektif
6. Mempertahankan perfusi jaringan,
sejumlah
dibutuhkan
besar
cairan
untuk
mungkin
mendukung
volume sirkulasi
7. Perkembangan asidosis respiratorik/
metabolic merefleksikan kehilangan
mekanisme
kompensasi
misalnya
cairan
tidak
aktif.
kebutuhan
Faktor resiko :
Penyimpangan yang
mempengaruhi akses
untuk
absorbsi
cairan
Usia ekstrem bayi
Berat badan ekstrem
Kehilangan
yang
berlebihan
melalui
rute
normal
misalnya diare
Ansietas/ketakutan
krisis
situasi,
interpersonal
b/d Mengakui
dan
transmisi mendiskusikan
rasa
Mengungkapkan
dan takut.
keikutsertaan merasakan.
Dapat
ditandai
Peningkatan
keputusasaan.
ketidak
keakuratan pengetahuan
pastian
hasil, sampai
berkurang
pada
tidak
menyangkal
Ketakutan/ ansietas
tetapi
untuk
dipengaruhi
bagaimana
informasi
resa
takut
karena
tingkat
tindakan prosedur sebelum dilakukan
5. Berikan kesempatan pasien/keluarga
menurunkan ansietas.
untuik mengumgkapkan isi pikiran 3. Penting
untuk
dan perasaan takutnya.
6. Libatkan
pasien/keluarga
menciptakan
perawatan.
7. Berikan petunjuk mengenai sumber-
sebagainya
ketika
pemeriksaan
melibatkan otak.
5. Mengungkap, rasa
takut
tersebut
secara
diri
perasaan
dan
control
meningkatkan
kemandirian.
7. Memberikan jaminan bahwa bantuan
yang diperlukan adalah penting untuk
peningkatan/menyokong mekanisme
koping pasien.
Evaporasi meningkat
Hipertermia
Perubahan status kesehatan
Anak dihospitalisasi