Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Nabire. Triton terbuat dari cangkang kerang dalam bahasa papua disebut "Bia".
Triton merupakan alat komunikasi masyarakat papua.
Saya yakin kita semua tahu bahwa Aceh adalah provinsi yang berada paling
barat di Indonesia. Yang pada awalnya dulu sebenarnya sering disebut orang
dengan nama Aceh, kemudian disebut lagi sebagai Daerah Istimewa Aceh, Aceh
dan sekarang ini disebut Provinsi Aceh. Selain kaya akan sumber daya alamnya,
Provinsi Aceh juga memiliki keragaman adat budaya, tari-tarian daerah, lagu-lagu
daerahnya yang khas.
Tambo
Sejenis tambur yang termasuk alat pukul. Tambo ini dibuat dari bahan Bak
Iboh (batang iboh), kulit sapi dan rotan sebagai alat peregang kulit. Tambo ini
dimasa lalu berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menentukan waktu
shalat/sembahyang dan untuk mengumpulkan masyarakat ke Meunasah guna
membicarakan masalah-masalah kampung. Sekarang jarang digunakan (hampir
punah) karena fungsinya telah terdesak olah alat teknologi microphone.
Bagi sebagian kita mungkin nama-nama alat musik tradisional Aceh di
atas agak asing kedengarannya. Jika anda adalah warga negara Indonesia yang
tinggal di Provinsi Aceh saya yakin anda sudah kenal dengan semua alat musik
yang tertulis di atas. Meskipun demikian saya akan menuliskan rincian penjelasan
dari setiap alat musik tersebut.
Serune Kalee
Rapai
Celempong
Geundrang
KARINDING
Karinding adalah alat yang digunakan oleh para karuhun untuk mengusir
hama di sawah. Bukan hanya digunakan untuk kepentingan bersawah, para
karuhun memainkan karinding ini dalam ritual atau upaca adat. Maka sampai
sekarang pun karinding masih digunakan sebagai pengiring pembacaan rajah.
Beberapa sumber menyatakan bahwa karinding telah ada bahkan sebelum adanya
kecapi. Jika kecapi telah berusia sekira lima ratus tahunan maka karinding
diperkirakan telah ada sejak enam abad yang lampau. Dan ternyata karinding pun
bukan hanya ada di Jawa Barat atau priangan saja, melainkan dimiliki berbagai
suku atau daerah di tanah air, bahkan berbagai suku di bangsa lain pun memiliki
alat musik inihanya berbeda namanya saja. Di Bali menamainya genggong, Jawa
Tengah menamainya rinding, karimbi di Kalimantan, dan beberapa tempat di
luar menamainya dengan zuesharp. Dan istilah musik modern biasa menyebut
karinding ini dengan sebutan harpa mulut. Dari sisi produksi suara pun tak jauh
berbeda, hanya cara memainkannya saja yang sedikit berlainan; ada yang di trim
(di getarkan dengan di sentir), di tap ( dipukul), dan ada pula yang di tarik dengan
menggunakan benang. Sedangkan karinding yang di temui di tataran Sunda
dimainkan dengan cara di tap atau dipukul. Material yang digunakan untuk
membuat karinding, ada dua jenis: pelepah kawung dan bambu.
Karinding umumnya berukuran: panjang 10 cm dan lebar 2 cm. Namun
ukuran ini tak berlaku mutlak; tergantung selera dari pengguna dan pembuatnya
karena ukuran ini sedikit banyak akan berpengaruh terhadap bunyi yang
diproduksi.
Karinding terbagi menjadi tiga ruas: ruas pertama menjadi tempat
mengetuk karinding dan menimbulkan getaran di ruas tengah. Di ruas tengah ada
bagian bambu yang dipotong hingga bergetar saat karindingdiketuk dengan jari.
Dan ruas ke tiga (paling kiri) berfungsi sebagai pegangan.
Cara memainkan karinding cukup sederhana, yaitu dengan menempelkan
ruas tengah karinding di depan mulut yang agak terbuka, lalu memukul atau
menyentir ujung ruas paling kanan karinding dengan satu jari hingga jarum
karinding pun bergetar secara intens. Dari getar atau vibra jarum itulah
dihasilkan suara yang nanti diresonansi oleh mulut. Suara yang dikeluarkan akan
tergantung dari rongga mulut, nafas, dan lidah. Secara konvensionalmenurut
penuturan Abah Olotnada atau pirigan dalam memainkan karinding ada empat
jenis, yaitu: tonggeret, gogondangan, rereogan, dan iring-iringan.
ANGKLUNG
BONANG adalah alat musik sunda yang terbuat dari bahan logam
perunggu yang dimainkan dengan cara dipukul menggunakan alat bantu pemukul.
Bentuk alat musik Bonang seperti bentuk Goong, namun ukuran lebih kecil.
yang menjadi sumber bunyi bonang adalah bahanyang terbuat dri logam perunggu
atau besi. Bonang yang baik terbuat dari logam perunggu.
Untuk memainkan Bonang, dipergunakan alat pemukul yang terbuat dari
bahan kayu yang dibulatkan dan dibungkus oleh kain yang dililit benang-benang.
Kedua alat pukul dipegang tangan sebelah kiri dan sebelah kanan. Alat pukul ditabuh-kan pada bagian tengah penclon Bonang, untuk mendapatkan bunyi yang
cepat.
JENGLONG
JENGLONG adalah alat musik yang dibuat dari perunggu, kuningan atau
besi yang berdiameter antara 30 sampai dengan 40 cm. Dalam suatu ancak atau
kakanco terdiri atas 6 buah kromong. Penclon pada alat musik Jenglong berjumlah
6 buah yang terdiri dari nada 5 (la) hingga 5 (la) di bawahnya (1 oktaf), dengan
wilayah nada yang lebih rendah dari Bonang. Penclon-penclon ini digantung
dengan tali pada penyangga yang berbentuk tiang gantungan. Jenglong bertugas
sebagai balunganing gending (bass; penyangga lagu) yakni sebagai penegas
melodi Bonang.
SARON
SARON adalah alat musik jenis pukul ber-bilah, terdiri 7 atau 14 bilah
yang terbuat dari bahan logam perunggu yang dimainkan dengan cara dipukul,
mempergunakan alat bantu pemukul. Saron merupakan jenis alat musik yang
tergabung dalam perangkat gamelan. Saron adalah alat musik yang bersuara
nyaring atau keras.
SULING
SULING adalah alat musik jenis tiup yang terbuat dari bahan bambu
berlubang (4,5 dan 6), yang dimainkan dengan cara ditiup. Suling dipergunakan
untuk membawakan melodi lagu, baik untuk mengiringi vokal (Tembang dan
Kawih) maupun untuk dimainkan sendiri.
KENDANG
KENDANG adalah waditra jenis alat tepuk terbuat dari kulit, yang
dimainkan dengan cara ditepuk. Fungsinya sebagai pengatur irama lagu. Kendang
merupakan waditra yang tergabung dalam perangkat gamelan.
Kendang biasa disebut Gendang, asal kata dari Ke dan Ndang (artinya
Cepat) dalam bahasa Jawa. Pernyataan ini sesuai dengan fungsi waditra Kendang
yaitu untuk mempercepat dan memperlambat irama. (kecuali dalam Gamelan
Degung).
Berdasarkan ukuran bentuk terdapat 3 jenis waditra Kendang Sunda,
antara lain:
1. Kendang Gede atau besar, dipergunakan dalam Kendang Penca sebagai iringan
Pencak Silat.
2. Kendang Gending atau sedang, Kendang yang biasa dipergunakan dalam
Wayangan, Kacapian dan lain-lain.
3. Kulanter adalah Kendang yang berukuran kecil. Kendang ini berperan untuk
menambah variasi tabuhan Kendang sedang, sebab pemakaiannya tidak
terlepas dari Kendang sedang.
Agukng adalah alat musik tradisional yang kita kenal sebagai Gong. Alat
musik yang dimainkan dengan cara dipukul ini merupakan salah satu alat musik
yang kerap dipakai dan dianggap sakral. Agukng / Gong dapat ditemui hampir di
seluruh kelompok Dayak dan dipercaya diturunkan langsung oleh para dewa dari
kayangan untuk dimainkan dalam upacara. Instrumen ini dipercaya dapat
mengusir roh jahat dan mendatangkan roh para leluhur atau makhluk gaib lainnya.
Hal ini karena Agukng suara agukng adalah bunyi yang agung untuk mengiring
kedatangan roh para leluhur atau makhluk gaib yang dapat membantu dalam
melaksana ritual.
Agukng
2. Alat Musik Tradisional Asal Kalimantan Barat - Sapek
Sapek
Sapek (sebutan lain: sampek, sampiq) adalah alat musik dawai pada
masyarakat Dayak di Kalimantan, baik di wilayah negara Indonesia, Malaysia,
maupun Brunei. Dari ratusan kelompok masyarakat (etnis) dan sub-etnis Dayak,
sapek paling banyak terdapat di Dayak Kayaan dan Kenyah. Alatnya tampak
seperti gitar, dengan tubuh yang panjang dan leher yang sangat pendek-mungkin leher alat lute terpendek di dunia.
Sangat beda dengan gitar, fret (batas nada, dalam istilah setempat disebut
lasar) yang jumlahnya belasan itu hanya 2-3 saja, bahkan kadang tidak ada sama
sekali yang terletak pada bagian leher. Hampir seluruh lasar terpasang di bagian
tubuh. Keunikan lainnya, lasar-lasar itu bisa digeser atau dipindah-pindah, karena
pemasangannya tidak tertanam permanen seperti gitar, melainkan ditempelkan
dengan lem yang sangat kental dan tak pernah kering, yang terbuat dari madulebah. Dengan cara pemindahan lasar itulah laras atau "susunan-nada" (modus)
sapek berganti-ganti.
Jika kita cermati struktur alatnya, sapek merupakan jenis lut-siter (lutezither), yakni campuran antara lut (berleher, kawat terbentang melebihi tubuh) dan
siter (bentangan kawat pada tubuh). Bahkan untuk sapek yang seluruh lasar-nya
berada di bagian tubuh, ia adalah siter, dan leher dalam sapek seperti itu hanya
berupa "sambungan" antara tubuh dan kepala (tempat di mana pengencang dawai
menancap).
Hiasan di bagian kepala dan pangkal biasanya berbentuk binatang
mitologis, yang dianggap punya kekuatan untuk menaklukan unsur apa pun yang
akan mengganggu. Jenis binatang yang paling banyak diukirkan adalah burung
engang dan anjing. Hiasan-hiasan yang berbentuk meliuk konon adalah binatang
sejenis lintah, yang licin, yang pandai menelusup ke sana-sini seperti bunyi musik
yang juga lihai menelusup hati, mencari dan membuat jalan pengembaraan batin.
Sapek biasa dimainkan sebagai instrumen menyendiri (melulu musik) atau
juga untuk iringan tari. Sapek adalah salah satu musik Dayak yang spesial.
Walaupun banyak orang yang bisa main, namun para pemain yang khusus
memiliki teknik yang spesial pula, memiliki cara tersendiri baik untuk jari-jari
tangan kiri (yang berpindah-pindah memainkan nada) maupun tangan kanannya
yang memetik. (Endo Suanda, disarikan dari wawancara dengan Dominikus Ayub,
pemain sapek di Pontianak, Kalimantan Barat).
Saluang
Alat musik tiup yang terbuat dari bambu tipis atau talang, masyarakat minang
percaya bahwa talang yang dipergunakan untuk jemuran kain atau talang yang
ditemukan hanyut disungai merupakan bahan yang paling bagus untuk membuat
Saluang. Saluang memiliki panjang kira-kira 40-60 dengan diameter 3-4 cm.
Talempong
Memiliki bentuk yang hampir sama dengan gamelan jawa, berbahan dasar
kuningan namun ada pula yang terbuat dari kayu dan batu namun talempong dari
kuninganlah yang paling sering dipergunakan pada saat ini.
Gandang tabuik
Bentuknya seperti tabung besar yang memiliki dimensi yang sama pada setiap
alasnya atas dan bawah, terbuat dari kayu, rotan, dan bambu dimainkan dengan cara
dipukul dengan menggunakan stick khusus, dimainkan untuk musik pergelaran
khusus masyarakat kota minang.