Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Korteks vitreus
2.1.2
Nukleus vitreus
gestasi, ruangan antara vesikel lensa dan lapisan dalam dari mangkuk optic akan
di isi dengaan fibril, sel mesankim dan jaringan vascular dari system hyaloids.
Adapun tahap-tahap perkembangan embriologi dari korpus viterus dibagi atas:
-
Tahap pertama
Adalah badan kaca primer, tahap 4,5-13 mm atau 3-6 minggu. Kira kira pada
tahap 4,5 mm, fibril-fibril tumbuh dari lapisan dalam gelembung optic ke dalam
bergabung dengan unsur-unsur yang datang dari gelembung lensa bersama-sama
bebrapa fibril mesoderm yang berhubungan dengan arteri hyaloid membentuk
badan kaca primer. Tahap ini berakhir pada saat kapsul lensa terbentuk dalam
proses terjadinya badan kaca. Badan kaca primer tidak mengalami atrofi dan
akhirnya akan terdapat tepat di belakang kutub posterior lensa sebagai kanal
hyaloids.
Tahap kedua
Adalah badan kaca sekunder, tahap 13-65 mm atau 3-10 minggu. Serabut-
serabut muller retina mulai bersambungan dengan fibril-fibril badan kaca, dengan
demikian badan kaca sekunder terutama berasal dari ectoderm retina. Sistem
hyaloids berkembang menjadi pembuluh-pembuluh darah badan kaca dan juga
pembuluh-pembuluh darah pada permukaan kapsul lensa (tunika vaskulosa lensa).
Tahap ketiga
Adalah badan kaca tersier, tahap 65 mm atau 10 minggu keatas). Dalam bulan
ketiga terbentuklah berkas marginal Drualt yang terdiri atas kondensasi fibrilar
badan kaca yang meluas dari calon epitel siliar mangkuk optic ke ekuator lensa.
Kondensasi-kondensasi ini kemudian membentuk ligament suspensor lensa yang
tumbuh sempurna pada tahap 100 mm atau 4 bulan. System hyaloids pada tahap
ini mengalami atrofi sempurna.
Selama masa kanak-kanak korpus vitreus berkembang secara signifikan.
Panjang dari korpus vitreus pada mata bayi baru lahir adalah sekitar 10,5 mm dan
pada umur 13 tahun panjang dari vitreus meningkat menjadi 16,1mm dan pada
orang dewasa panjang vitreus 16,5 mm.1,5
Arteri siliar panjang tumbuh dari hyaloids pada tahap 16 mm (6 minggu) dan
beranastomosis dengan lingkaran besar iris di sekeliling tepi mangkuk optic pada
tahap 30 mm (7 minggu).
System hyaloids mengalami atrofi sempurna pada bulan kedelapan. Arteri
hyaloids menghasilkan arteri retina sentral beserta cabang-cabangnya ( tahap 100
mm atau 4 bulan). Tunas- tunas mulai tumbuh ke dalam retina dana
mengembangkan sirkulasi retina sampai mencapai ora serata pada tahap 8 bulan.
Cabang-cabang vena retina sentral timbulnya serentak. 1,5
2.3 Fisiologi Vitreus
Fungsi vitreus dapat dibagi dalam 5 grup utama:
a. Membantu fungsi retina dan meningkatkan fungsi dari kavitas korpus vitreus
Pada kondisi yang normal, korpus vitreus yang intak dapat memproteksi retina
dari berbagai gangguan. Suatu korpus vitreus yang intak mengisi bagian dalam
kavitas korpus vitreus dapat menahan atau mencegah meluasnya suatu retinal
detachment. Diduga bahwa korpus vitreus dapat juga menyerap kekuatan
eksternal yang mengenai bola mata dan juga mengurangi kerusakan mekanik
terhadap bola mata, misalnya saat terjadi trauma. Korpus vitreus yang intak juga
dapat membantu lensa selama trauma terhadap kerusakan yang lebih parah.
Namun demikian mekanisme belum sepenuhnya benar, karena ternyata
didapatkan bahwa viterus yang telah digerakkan melalui vitrektomi ternyata
masih berfungsi normal dan tidak terjadi retinal detachment.
b. Sebagai barrier difusi antara segmen anterior dan segmen posterior bola mata
Pemahaman bahwa korpus vitreus adalah berbentuk gel memberikan dugaan
bahwa korpus vitreus adalah barrier untuk pergerakan paling besar antara
substansi-substansi segmen posterior dan anterior dari mata. Substansi uang
berasal dari segmen anterior pada mata akan sangat sukar untuk mencapai
konsentrasi tinggi pada bagian posterior mata ketika korpus vitreusmasih intak
sebab difusi melalui korpus vitreus lambat dan pergerakan alirannya terbatas oleh
strukturnya berbentuk gel. Suatu vitreus yang intak juga mencegah pemberian
obat topical untuk mencapai retina dan nervus optic dengan konseterasi yang
signifikan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Vitreus merupakan gel yang jernih yang menempati dua pertiga isi bola mata.
Vitreus mempunyai sifat bening atau transparan, tidak berwarna dan dengan
konsistensi lunak. 98% vitreus terdiri dari air dan sisanya dari kolagen halus dan
asam hialuronat. Korpus vitreus pada bagian anterior berbatasan dengan lensa,
corpus siliaris dan zonul, bagian posterior berbatasan dengan retina.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan D, Asbury T. 1990. Oftalmologi Umum. Ed 11. Editor: Prof.Dr.
Sidarta Ilyas, Dr. Srinagar M.Ardjo, dkk. Jakarta : Widya Medika
2. James B, Chew C, Bron A. 2005. Lecture Notes Oftalmologi. Ed 9. Jakarta:
Erlangga
3.
4. Ilyas S. 2009. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FK-UI
5. Wijana N. 1990. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Abadi Tegal
6. Vaughan D,Asbury T. 2009. Oftalmologi Umum. Ed 17. Editor: dr. Diana
Susanto. Jakarta: EGC
10