Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
dan mendiskusikan berbagai tulisan ilmiah mengenai manajemen pelayanan kesehatan, yang
membantu manajer pelayanan kesehatan, peneliti, dan praktisi agar lebih efektif. Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan dalam menerima artikel akan menyaring untuk keaslian,
relevansi penelitian dan praktisi manajemen pelayanan kesehatan. Setelah penyaringan awal
artikel akan dikirimkan kepada mitra bestari untuk meninjau ulang isi artikel. Editor akan
memutuskan penerimaan artikel dengan mempertimbangkan rekomendasinya dari mitra
bestari yang telah ditunjuk. Editor berhak untuk mengubah artikel apabila dipandang perlu,
misal dengan memperpendek isi artikel atau menghilangkan bagan dan tabel. Dekripsi lebih
lanjut mengenai jenis-jenis artikel yang dimuat oleh JMPK diuraikan di bawah ini.
1. ARTIKEL PENELITIAN
Artikel dapat memuat hasil penelitian atau systematic review mengenai manajemen
pelayanan kesehatan.
Artikel tidak lebih dari 5000 kata (tidak termasuk abstrak, tabel, gambar dan
referensi).
Artikel disertai abstrak bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dengan bentuk
terstruktur (introduction, methods, results, conclusionatau latar belakang, metode, hasil,
kesimpulan), dan disertai kata kunci (keywords). Keywords disarankan merujuk ke Medical
Subject Heading (MeSH).
Menyertakan surat pernyataan bahwa artikel yang dikirim belum pernah dan tidak
sedang dalam proses untuk publikasi di jurnal lain.
Menyertakan surat pernyataan bahwa artikel yang dikirim tidak mengandung unsur
plagiarisme
Judul artikel tidak melebihi 14 kata, ditulis dalam dua bahasa disertai ringkasan judul
untuk kepala halaman (header).
Nama pengarang tidak disertai gelar dan mencantumkan nomor telefon/HP, alamat
instansi yang jelas, serta e-mail untuk korespondensi.
Nama yang dicantumkan sebagai pengarang harus memenuhi kriteria penulis (dapat
dilihat di www.icmje.org).
Tabel dan ilustrasi harus diberi judul dan keterangan yang tidak membutuhkan
penjelasan. Judul tabel diletakkan di atas tabel. Judul gambar diletakkan di bawah gambar.
Jumlah tabel dan gambar tidak melebihi lima buah.
ISSN: 14106515
Oleh :
Ayunda Raisha Ismand
120820120524
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Ujian Guna memperoleh Gelar Magister Manajemen
Program Studi Magister Manajemen
Konsentrasi Manajemen Rumah Sakit ini
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing pada tanggal
Seperti tertera di bawah ini :
Bandunng, ......................... 2014
Pembimbing I
Pembimbing II
TOI menurut adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati
dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat
tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari (Depkes RI, 2005).
4. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)
BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa
kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya
dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali (Depkes
RI, 2005).
5. NDR (Net Death Rate)
NDR adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000
penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di
rumah sakit (Depkes RI, 2005).
6. GDR (Gross Death Rate)
GDR adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar
(Depkes RI, 2005).
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
SJSN adalah suatu tatacara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh
badan penyelenggara jaminan sosial. SJSN pada dasarnya merupakan program
negara yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan
sosial bagi seluruh rakyat indonesia (UU No. 40 Tahun 2004).
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
JKN adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang
telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah. Jaminan
kesehatan diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh
manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan. Manfaat Jaminan Kesehatan terdiri atas 2 jenis yaitu manfaat
medis berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi
dan ambulans. Dampak kebijakan ini diimplementasikan di rumah sakit dengan
adanya clinical pathway, pembayaran dengan INA-CBGs dan Health Technology
Assesment (HTA). Clinical pathway adalah alur yang menunjukkan secara detail
tahap-tahap penting dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa clinical pathway adalah sebuah alur
yang menggambarkan proses mulai saat penerimaan pasien hingga pemulangan
pasien. INA-CBG merupakan suatu sistem Klasifikasi pengelompokkan beberapa
jenis penyakit dan prosedur/tindakan dalam satu pelayanan di suatu rumah sakit
dengan pembiayaan yang dikaitkan dengan mutu dan efektivitas pelayanan
terhadap pasien. HTA merupakan salah satu metode pengkajian standar baku
pembiayaan yang bertujuan untuk memanfaatkan dana yang terkumpul
semaksimal mungkin dengan memperhitungkan harga standar baku untuk
pengobatan maupun layanan kesehatan(Fachmi, 2013 ; Usman, 2013).
Hipotesis
Pendekatan TQM terdiri dari empat belas poin penting yaitu kerjasama,
pelatihan, keterlibatan karyawan, empowerment, penghargaan, pengakuan,
komunikasi, budaya, peran kepemimpinan, tujuan dan rencana yang berkualitas,
pengukuran kunci kinerja, penggunaan statistik, fokus pada konsumen dan
bencmarking.
Keempat belas pendekatan TQM ini dibagi menjadi enam komponen besar
yaitu continuous improvement, human resource management, leadership,
customer orientation, supplier involvement, performance measure.
Kinerja RSBSA
Tabel 1 Kinerja RSBSA Pada Pelaksanaan Awal SJSN
standa Keterang
Ratar
an
Tahun 2014
Rata
kinerja
Jan
Feb Mar Apr
Mei
BOR
Buruk
(%)
49
46
47
50
50
48
60-85
ALOS
Buruk
(Hari)
3
3
3
3
4
3
6-9
TOI
Buruk
(Hari)
3
5
4
4
4
4
1-3
BTO
Baik
(X)
4
3
4
4
4
4
3-5
NDR
Baik
()
4
8
8
6
2
14
25
GDR
Baik
()
4
3
6
5
5
10
45
Belum terdapat peningkatan kinerja yang signifikan di RSBSA pada awal
pelaksanaan SJSN. BOR 48% dibandingkan rata-rata tahun 2013 belum ada
peningkatan meskipun meningkat sebanyak 9% apabila dibandingkan dengan
rata-rata BOR selama 8 tahun. ALOS sebanyak 3 hari masih dibawah standar
kinerja turun sebanyak 25% dibandingkan tahun 2013. Sementara untuk TOI
sebanyak 4 hari masih lebih tinggi dibandingkan standar kinerja. Indikator yang
sudah sesuai dengan standar kinerja adalah BTO sebesar 4x, NDR 14 dan GDR
10.
BOR
Kinerja BOR di RSBSA selama 8 tahun yang buruk akan berdampak pada
pendapatan jasa perawatan yang rendah yang akan mempengaruhi sisa hasil
usaha rumah sakit dengan kata lain rumah sakit akan mengalami kerugian hal
ini sesuai dengan hasi penelitian Sumarto et al, 2002 yang menganalisis efek
BOR terhadap pendapatan rumah sakit. Dengan munculnya sistem baru SJSN,
pendapatan jasa medis sesuai dengan klaim pasien jika tidak ada pasien maka
tidak akan ada penggantian klaim, sehingga diperlukan peningkatan jumlah
pasien dengan cara pemasaran secara khusus untuk RSBSA, perlunya
perbaikan sarana dan prasarana meliputi gedung perawatan, alat-alat medis,
dan
peningkatan efisiensi dan pengawasan serta keputusan akhir untuk
menciutkan rumah sakit atau strategi retretchment dengan mengurangi jumlah
tempat tidur pada ruangan-ruangan dengan BOR yang rendah.
ALOS
Rendahnya angka ALOS di RSBSA yaitu 3 hari mengindikasikan banyaknya
pasien yang menolak dirawat, dirujuk disebabkan oleh fasilitas dan sarana
prasarana yang belum lengkap sehingga pasien perlu di rujuk ke rumah sakit
dengan fasilitas yang lebih baik atau pulang paksa setelah dilakukan perawatan
di RSBSA serta kemauan dari pasien untuk dirawat di rumah. Selain itu yang
menyebabkan angka ALOS tidak pernah mencapai angka yang efisisen di RSBSA
adalah belum diberlakukannya clinical pathway, karena efisiensi lamanya
perawatan dapat diraih dengan penggunaan clinical pathway of care atau alur
perawatan yang telah masuk ke dalam sistem rumah sakit sehingga lamanya
perawatan dapat sesuai dengan diagnosis penyakit (NHS, 2013).
TOI
TOI di RSBSA adalah 4 hari lebih tinggi dibandingkan standar ideal yang
menandakan bahwa rumah sakit belum mampu menarik pasien untuk dirawat di
rumah sakit karena rumah sakit membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
mengisi tempat tidur yang kosong. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
menyatakan bahwa tingginya angka TOI disebabkan terlalu banyak pasien yang
dirawat lama tanpa indikasi atau menggambarkan rendahnya penggunaan jasa
perawatan oleh pasien (Jones, 2013). Lamanya TOI ini dapat menyebabkan
buruknya finansial rumah sakit dan marketing rumah sakir, namun sisi baiknya
adalah semakin panjang TOI maka angka infeksi nosokomial di rumah sakit akan
semakin rendah, karena kepadatan pasien di rumah sakit juga akan menurun
(Kaier et al 2012). Hal-hal yang berhubungan dengan finansial, marketing dan
infeksi nosokomial di RSBSA belum dilakukan penelitian lebih lanjut.
BTO
Dengan angka BTO yang telah sesuai dengan standar DepKes maka dapat
dinyatakan bahwa jumlah tempat tidur yang dimiliki oleh RSBSA telah sesuai
dengan jumlah pasien yang masuk, bahkan masih dapat ditingkatkan
penggunaan tempat tidurnya. BTO rumah sakit dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
jumlah tempat tidur dan jumlah pasien yang pulang atau keluar dari perawatan
rumah sakit (Jones, 2012).
NDR & GDR
Angka NDR dan GDR di RSBSA pada pelaksanaan awal SJSN masih berada
dalam standar. Meskipun adanya peningkatan pada indikator ini, peningkatan
tersebut hanya menandakan adanya peningkatan jumlah pasien yang
menyebabkan probabilitas kematian lebih tinggi. Selama berlangsungnya
proses perawatan di RSBSA tidak pernah ada kasus kematian yang disebabkan
karena kelalaian tenaga medis atau non medis, kasus kematian disebabkan
karena perjalalanan penyakitnya yang meskipun sudah diberikan perawatan
maksimal tetap saja mengalami kematian. Catatan rekam medis untuk
kematian di RSBSA tidak ditemukan adanya kejadian tidak diharapkan. Selain
itu nilai NDR dan GDR berhubungan dengan mutu perawatan, infeksi
nosokomial (terutama NDR), kecepatan pelayanan dan keselamatan pasien
selama dirawat di rumah sakit (Jarman et al 2005 & Wright et al 2006).
Upaya-upaya yang dilakukan rumah sakit menghadapi angka kematian ini
adalah dengan melakukan audit untuk kasus kematian yang dibahas dalam
komite medik. RSBSA menyadari bahwa upaya menurunkan angka kematian
rumah sakit merupakan salah satu kunci penting dalam peningkatan patient
safety. Sehingga hasil audit kasus kematian dapat memperbaiki kualitas
pelayanan RSBSA.
Implementasi TQM
Tabel 2. Implementasi TQM di RSBSA
Persent Keterang
No
Dimensi
Skor
ase
an
85%
Sangat
1 Continuous improvement
4694
baik
Human Resource
82%
Baik
2 management
10155
81%
Baik
3 Leadership
5566
80%
Baik
4 Customer orientation
7670
73%
Baik
5 Supplier involvement
3012
Perfromance
6 measurement
Total
7595
38692
79%
Baik
80,4%
Baik
38692
<---
TQM
1.000
SI
<---
TQM
.175
.981
CO
<---
TQM
.118
.936
IS
<---
TQM
.110
.874
HRM
<---
TQM
.149
1.275
CI
<--TQM
.145
Sumber : Data primer yang diolah
1.151
0,00
5.600 0
0,00
7.942 0
0,00
7.919 0
0,00
8.544 0
0,00
7.939 0
Positif &
Signifikan
Positif &
Signifikan
Positif &
Signifikan
Positif &
Signifikan
Positif &
Signifikan
2.
3.
4.
5.
Swink, Melnyk, Cooper, Hartley. 2011. Managing Operations Accros The Supply
chain. New York : McGraw-Hill: 154-77.
Talib Faisal. 2010. The Relationship Between Total Quality Management and
Quality Performance in Services Industry. International Journal of
Business, Managament and Social Sciences 1 (1): 113-28. 2010
Talib Faisal. 2013. An overview of Total Quality Management : Understanding the
Fundamentals In Service Organization. International Journal of Advanced
Quality Management 1 (1): 1-20. 2013
Undang-undang Republik Indonesia. UU No 40. Sistem Jaminan Sosial Nasional.
2004
Usman Sumantri. 2013. Peran Profesi Dalam Implementasi Jaminan Kesehatan.
www.jamsosindonesia.com