Вы находитесь на странице: 1из 30

1

BAB II
TINJAUAN LITERATUR
2.1 Pajak Penghasilan
Pengertian pajak menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak Penghasilan menurut pasal 4 ayat (1) UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang
perubahan keempat atas UU Nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, adalah
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak baik
yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam
bentuk apapun. Ketentuan mengenai biaya dalam perpajakan diatur dalam pasal 6 dan
pasal 9 UU PPh yaitu yang mengatur biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto dan yang tidak boleh dikurangkan.
Menurut kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan penghasilan
(income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk
pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Dari definisi
diatas dapat disimpulkan kerangka dasar tersebut meliputi pendapatan maupun
keuntungan yang timbul didalam pelaksanaan aktivitas perusahaan. Pendapan maupun
keuntungan biasa didapat melalui penjualan penghasilan jasa, royalti dan sewa.
Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban
yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada
penanam modal. Defenisi beban dalam kerangka dasar Standar Akuntansi Keuangan
mencakup baik kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas
perusahaan yang biasa meliputi beban pokok penjualan, gaji dan penyusutan. Beban
tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas, persediaan
aktiva tetap.

PT WIKA REALTY

2.1.1

Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal


Terdapat perbedaan dalam konsep pengakuan penghasilan dan beban antara
Laporan Keuangan Komersil dan Laporan Keuangan Fiskal, perbedaan ini
disebabkan perbedaan dasar pengakuan dimana Laporan Keuangan Komersial
menggunakan PSAK sebagai dasar pengakuan sedangkan Laporan Keuangan Fiskal
menggunakan peraturan pajak yang berlaku. Perbedaan tersebut timbul karena
adanya perbedaan kepentingan antara akuntansi komersial yang mendasar laba pada
konsep matching cost against revenue dengan konsep dasar fiskal yang tujuan
utamanya adalah penerimaan Negara.
Perbedaan antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu perbedaan tetap (permanent differences) dan
perbedaan sementara (temporary differences).
2.1.1.1 Perbedaan Tetap
Perbedaan tetap atau permanen terjadi karena administrasi
pajak menghitung laba fiskal berbeda dengan laba pembukuan
(menurut standar akuntansi) tanpa koreksi dikemudian hari. Perbedaan
tetap ini dapat timbul bila pengakuan biaya dan penghasilan yang
secara komersial merupakan biaya dan penghasilan, tetapi untuk tujuan
perpajakan secara tetap bukan merupakan biaya yang dapat
dikurangkan dan bukan merupakan obyek pajak penghasilan. Contoh
perbedaan permanen yaitu penghasilan yang telah dikenakan PPh final,
biaya sumbangan, biaya yang bersifat natura/kenikmatan. Dalam
kaitannya dengan akuntansi, perbedaan tetap hanya berkaitan dengan
perhitungan total pajak penghasilan yang harus dibayar untuk suatu
periode

normal

tertentu

(satu

tahun

buku),

sehingga

tidak

menimbulkan masalah dalam alokasi pajak penghasilan untuk periode


berikutnya.
2.1.1.2 Pengukuran Setelah Pengakuan Awal
PSAK 13(revisi 2011) dan IAS 40 (2005) mengatur bahwa suatu
entitas dapat:
a. Memilih apakah model nilai wajar atau model biaya untuk seluruh
properti

investasi

yang

menjadi

agunan

kewajiban

yang

menghasilkan imbalan yang terkait langsung dengan nilai wajar


dari, atau imbalan dari, aset tertentu termasuk properti investasi.

PT WIKA REALTY

b. Memilih apakah model nilai wajar atau model biaya untuk seluruh
properti investasi lain, tanpa memperhatikan pilihan sebagai mana
dimaksud diatas.
Nilai wajar properti investasi merupakan harga yang mana properti
dapat dipertukarkan antara pihak-pihak yang memiliki pengetahuan
memadai dan berkeinginan dalam suatu transaksi yang wajar. Nilai
wajar tidak mencakup estimasi kenaikan atau penurunan harga karena
kondisi khusus yang diberikan oleh pihak terkait dengan penjualan.
Berikut merupakan penjelasan nilai wajar secara spesifik:
a. Dilakukan Setelah Pengukuran Awal
Setelah pengakuan awal, entitas yang memilih menggunakan
model nilai wajar mengukur seluruh properti investasi berdasarkan
nilai wajar, kecuali dalam kasus
diestimasikan.
b. Apabila hal atas properti investasi

nilai wajar tak dapat


yang dimiliki oleh lessee

melalui sewa operasi diklasifikasi sebagai properti investasi model


nilai wajar harus diterapkan.
c. Keuntungan/kerugian dari pengukuran nilai wajar masuk ke
Laporan Laba-Rugi.
d. Nilai wajar diukur pada saat tanggal neraca, atau harus
mencerminkan kondisi pasar pada tanggal neraca.
Nilai wajar properti investasi mencerminkan, antara lain, penghasilan
rental dari sewa yang sedang berjalan dan asumsi-asumsi yang layak
dan rasional yang mencerminkan keyakinan pihak-pihak yang
berkeinginan bertransaksi dan memiliki pengetahuan memadai
mengenai asumsi tentang penghasilan rental dari sewa di masa depan
dengan mengingat kondisi sekarang. Dengan dasar pemikiran yang
sama, nilai wajar juga mencerminkan kas keluar (termasuk
pembayaran rental dan arus kas keluar lainnya) yang dapat
diperkirakan sehubungan dengan properti tersebut. Sebagian arus kas
keluar tersebut dicerminkan dalam kewajiban, sementara arus kas
keluar lainnya tidak diakui dalam laporan keuangan sampai dengan
tanggal tersebut.
Pedoman nilai wajar terbaik mengacu pada harga kini dalam pasar
aktif untuk properti serupa dalam lokasi dan kondisi yang sama dan
PT WIKA REALTY

berdasarkan pada sewa dan kontrak lain yang serupa. Entitas harus
memerhatikan adanya perbedaan dalam sifat, lokasi atau kondisi
properti, atau ketentuan yang disepakati dalam sewa dan kontrak lain
yang berhubungan dengan properti. Menurut PSAK 13 (2011), tidak
tersedianya harga kini dalam pasar yang aktif yang sejenis, suatu
entitas harus mempertimbangkan informasi dari berbagai sumber,
termasuk:
Harga kini dalam pasar aktif untuk properti yang memiliki sifat,
kondisi dan lokasi berbeda (atau berdasarkan pada sewa atau
kontrak lain yang berbeda), disesuaikan untuk mencerminkan
perbedaan tersebut;
Harga pasar terakhir properti serupa dalam pasar yang kurang aktif,
dengan penyesuaian untuk mencerminkan adanya perubahan dalam
kondisi ekonomi sejak tanggal transaksi terjadi pada harga tersebut;
Proyeksi arus kas diskontoan berdasarkan estimasi arus kas dimasa
depan yang dapat diandalkan, didukung dengan syarat yang
terdapat dalam sewa dan kontrak lain yang ada dengan bukti
eksternal seperti pasar kini rental untuk properti serupa dalam
lokasi dan kondisi yang sama, dan penggunaan tarif diskonto yang
mencerminkan nilai pasar kini dari ketidakpastian dalam jumlah
atau waktu arus kas.
2.1.2

Transfer Properti Investasi


Transfer ke properti investasi atau sebaliknya dilakukan jika terdapat
perubahan penggunaan yang ditujukan dengan:
a. Dimulainya penggunaan oleh pemilik, ditransfer dari properti investasi
menjadi properti yang digunakan sendiri.
b. Dimulainya pengembangan untuk dijual, ditransfer dari properti investasi
menjadi persediaan.
c. Berakhirnya pemakaian oleh pemilik, ditransfer dari properti yang
digunakan sendiri menjadi properti investasi.
d. Dimulainya sewa operasi ke pihak lain, ditransfer dari persediaan ke
properti investasi.
Untuk properti investasi yang dicatat dengan menggunakan nilai wajar dan
kemudian ditransfer menjadi properti yang digunakan sendiri atau sebagai

PT WIKA REALTY

persediaan, nilai properti untuk akuntansi berikutnya sesuai dengan ketentuan


dalam PSAK 16 adalah nilai wajar pada tanggal perubahan penggunaan.
Jika properti yang digunakan sendiri oleh pemilik berubah menjadi properti
investasi dan akan dicatat dengan menggunakan nilai wajar, entitas harus
menerapkan PSAK 16 sampai dengan saat terakhir perubahan penggunaannya.
Entitas memperlakukan perbedaan antara jumlah tercatat berdasarkan PSAK
16 dan nilai wajar dengan cara yang sama seperti revaluasi menurut PSAK 16.
Untuk transfer dari persediaan ke properti investasi yang akan dicatat pada
nilai wajar, perbedaan yang ada antara nilai wajar properti pada tanggal
tersebut dan jumlah tercatatnya diakui dalam laporan laba rugi. Ketika entitas
menyelesaikan pembangunan atau pengembangan properti investasi yang
dibangun sendiri dan yang akan dicatat pada nilai wajar, perbedaan yang ada
antara nilai wajar properti pada tanggal tersebut dan jumlah tercatatnya diakui
laporan laba rugi.
2.2 Aset Tetap
Menurut standar akuntansi keuangan (2011:16.2) aset tetap adalah aset berwujud
yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang
digunakan dalam operasi perusahaan, dan tidak dimaksud untuk dijual dalam rangka
kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Sedangkan pengertian aset tetap menurut Waluyo (2012:108) merupakan bagian dari
neraca yang dilaporkan oleh manajemen dalam setiap periode atau setiap tahun. Dari
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa suatu aset tetap disebut sebagai aset tetap apabila
memenuhi karakteristik sebagai berikut :
a. Merupakan aset yang mempunyai wujud sehingga dapat dibedakan dari aktiva tak
berwujud seperti hak paten dan merk dagang.
b. Tidak dimaksud untuk dijual kembali dan hanya digunakan dalam operasional
perusahaan saja.
c. Bersifat relatif permanen dengan masa manfaat lebih dari satu tahun.
Pengadaan aset tetap harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan sehingga
investasi yang dilakukan terhadap aset tetap tidak akan sia-sia. Dalam melaksanakan
kegiatan atau aktivitas operasionalnya perusahaan selalu menggunakan sarana-sarana
penunjang bagi terlaksananya operasi perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah

PT WIKA REALTY

ditetapkan yaitu mengoptimalkan laba yang akan dihasilkan. Aset tetap dapat
dikelompokkan dalam berbagai sudut antara lain :
A. Sudut Substansi, aset tetap dapat dibagi :
I. Tangible Fixed Asets atau Aset Tetap Berwujud seperti tanah, mesin, gedung,
dan peralatan.
II. Intangible Fixed Asets atau Aset Tetap Tak Berwujud seperti hak guna usaha
(HGU), hak guna bangunan (HGB), goodwill-patents, copyright, hak cipta,
franchise, dan lain-lain.
B. Sudut Disusutkan atau Tidak, aset tetap dapat dibagi menjadi dua yaitu :
I.
Aset Tetap Tidak Dapat Disusutkan
Aset tetap yang tidak dapat disusutkan adalah aset yang mempunyai umur dan
masa manfaat yang tidak terbatas. Misalnya, tanah untuk bangunan kantor,
atau untuk bangunan pabrik. Harga perolehan atas tanah tersebut tidak perlu
II.

disusutkan karena masa manfaatnya tidak terbatas.


Aset Tetap Dapat Disusutkan
Aset tetap yang dapat disusutkan adalah aset yang umur atau masa manfaatnya
terbatas. Jenis dari aset tetap yang dapat disusutkan terdiri dari dua kelompok,
yaitu :
Aset tetap yang bila masa manfaatnya berakhir dapat diganti dengan aset
yang sejenis. Aset jenis ini harga perolehannya dapat dialokasikan dengan
cara menyusutkan (depresiasi) misalnya : bangunan, kendaraan, mesin,
peralatan kantor, dan lain sebagainya.
Aset tetap yang bila pada masa manfaatnya telah berakhir tidak dapat
digantikan dengan aset yang sejenis, harga perolehannya dapat dialokasikan
dengan cara menyusutkan (deplesi) misalnya : tanah, hutan, dan sumber
daya alam lainnya.

2.3 Depresiasi Berdasarkan Akuntansi


Menurut PSAK no. 17 depresiasi atau depresiasi adalah alokasi jumlah suatu aset
yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Depresiasi untuk periode
akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Aset
yang dapat disusutkan seringkali merupakan bagian signifikan aset perusahaan. Oleh
karena itu depresiasi dapat berpengaruh secara signifikan dalam menentukan dan
menyajikan posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Aset yang dapat disusutkan
menurut PSAK 17 adalah aset yang :
a. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi.
b. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas.
PT WIKA REALTY

c. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok
barang dan jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi.
Akuntansi pada umumnya menganut harga perolehan sebagai dasar pencatatan
namun dalam beberapa hal dimungkinkan untuk dipakai nilai dasar yang lain seperti
harga pasar, harga taksiran, dan lain-lain. Menurut PSAK no. 16.05 jumlah yang dapat
disusutkan adalah biaya perolehan suatu aset, atau jumlah lain yang didistribusikan untuk
biaya perolehan dalam laporan keuangan, dikurangi nilai sisa. Depresiasi aset dimulai
saat aset tersebut siap untuk digunakan, yaitu pada saat aset tersebut berada pada lokasi
dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan
maksud manajemen.
Menurut Suandy (2011:36), depresiasi aset tetap dapat dilakukan dengan berbagai
macam metode antara lain adalah :
A. Berdasarkan Waktu
i.
Metode Garis Lurus
Metode ini menganggap aset tetap akan memberikan kontribusi yang merata di
sepanjang masa penggunaannya, sehingga aset tetap akan mengalami tingkat
penurunan fungsi yang sama dari periode ke periode hingga aset ditarik dari
penggunaannya dalam operasional perusahaan. Perhitungan depresiasinya
adalah sebagai berikut :
Depresiasi : Harga Perolehan Nilai Residu
Umur Ekonomis

ii.

(2.1)

Metode Pembebanan Menurun


Metode ini mempertimbangkan bahwa dengan bertambahnya usia aset tetap,
maka prestasi yang dihasilkan juga menurun. Metode ini dibagi atas 2 yaitu :
a. Metode Jumlah Angka Tahun
Metode jumlah angka tahun menghasilkan pembebanan biaya depresiasi
menurun dengan memakai angka pecahan yang diperoleh dari angka tahun
kegunaan umur aset. Penyebut dari pecahan dihitung dengan dijumlahkan
akumulasi angka tahun umur kegunaan aset, sedangkan pembilangnya
merupakan angka bobot pada tahun pemakaian, metode ini menghasilkan
beban depresiasi yang menurun berdasarkan pecahan yang menurun dari
dasar depresiasi. Contoh perhitungannya adalah sebagai berikut :
Masa manfaat 5 tahun, maka dasar depresiasinya adalah 1 + 2 + 3

+ 4 + 5 = 15
Tarif depresiasi tahun 1 = 5/15; Tarif depresiasi tahun 2 = 4/15, dst
PT WIKA REALTY

Beban depresiasi tahun 1 = 5/15 x (harga perolehan nilai residu)


b. Metode Saldo Menurun Ganda
Metode ini menggunakan persentase yang tetap dari nilai buku aset tetap.
Dalam metode ini besarnya biaya depresiasi semakin lama menjadi lebih
kecil dari tahun ke tahun, dengan dasar pemikiran bahwa kapasitas aset
tetap dalam memberikan jasanya dari tahun ke tahun semakin menurun.
Perhitungan biaya depresiasinya adalah sebagai berikut :
Biaya Depresiasi = Tarif Depresiasi x Dasar Perhitungan Depresiasi
Dasar Perhitungan Depresiasi = Harga Sisa Buku Awal Periode

(2.2)

Misalnya : Perusahaan membeli kendaraan dengan harga Rp. 50.000.000,dengan umur ekonomis 5 tahun, depresiasinya adalah sebagi berikut :
Depresiasi saldo menurun = 100% / 5 = 20%
Depresiasi saldo menurun = 20% x 2 = 40%

Tahun
I
II
III
IV
V

Depresiasi
40% x 50.000.000 = 20.000.000
40% x 30.000.000 = 12.000.000
40% x 18.000.000 = 7.200.000
40% x 10.800.000 = 4.320.000
40% x 6.480.000 = 2.590.000

Akumulasi
20.000.000
32.000.000
39.200.000
43.520.000
46.110.000

Nilai Buku
30.000.000
18.000.000
10.800.000
6.480.000
3.890.000

B. Berdasarkan Penggunaan
i.
Metode Jam Jasa
Metode jam jasa (Service hours method) didasarkan pada anggapan bahwa
aktiva (terutama mesin-mesin) akan lebih cepat rusak bila digunakan
sepenuhnya (full time) dibanding dengan penggunaan yang tidak sepenuhnya
(part time). Dalam cara ini beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan jam
jasa. Beban depresiasi periodik besarnya akan sangat tergantung pada jam jasa
ii.

yang terpakai. Adapun cara perhitungannya :


Metode Jumlah Unit Produksi
Metode ini merupakan estimasi, yaitu estimasi total unit output yang akan
dihasilkan. Nilai perolehan aset setelah dikurangi dengan nilai residu dibagi
dengan total unit output yang akan dihasilkan dan merupakan tarif depresiasi
per unit output. Tarif ini dikalikan dengan unit produksi yang diukur untuk
satu periode dan menghasilkan beban depresiasi untuk periode tersebut.
Adapun cara perhitungannya :

PT WIKA REALTY

Selain berdasarkan dengan metodenya, depresiasi aset tetap juga dibagi menjadi
beberapa jenis yaitu antara lain :
a. Depresiasi (Depreciation) adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan
dari suatu aset tetap berwujud sepanjang masa manfaatnya.
b. Amortisasi (Amortization) adalah alokasi sistematik biaya perolehan aset tak
berwujud (misalnya patent, goodwill, trademark, franchise, dll) selama masa
manfaatnya. Menurut PSAK, periode amortisasi tidak boleh melebihi 20 tahun
berdasarkan pertimbangan bahwa dalam 20 tahun sudah banyak perkembangan
yang terjadi sehingga untuk tenggang waktu selebihnya aset tidak berwujud di
prediksi tidak lagi memiliki manfaat keekonomian.
c. Deplesi (Depletion) adalah proses penyusutan biaya perolehan atas sumber daya
alam yang dimiliki perusahaan ke dalam periode akuntansi yang memperoleh
manfaatnya. Biaya yang dikapitalisasi biasanya meliputi biaya penguasaan,
eksplorasi, dan pengembangan.
2.4 Depresiasi Berdasarkan Peraturan Perpajakan
Menurut peraturan perpajakan, sesuai dengan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 36
tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, aset tetap adalah harta berwujud yang dapat
disusutkan dan terletak atau berada di Indonesia, dimiliki dan dipergunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak serta
mempunyai manfaat lebih dari satu tahun. Berdasarkan peraturan tersebut, pengeluaran
untuk memperoleh harta berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun
harus dibebankan sebagai pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan dengan mengalokasikan pengeluaran tersebut selama masa manfaat harta
tersebut melalui depresiasi. Dalam perhitungan dan penerapan tarif depresiasi untuk
keperluan pajak, perlu diperhatikan dasar hukum depresiasi fiskal, karena dapat berbeda
dengan depresiasi untuk akuntansi (komersial).
Metode depresiasi yang diperbolehkan berdasarkan Ketentuan Perundangundangan Perpajakan yaitu adalah :
a. Metode garis lurus (straight line method) yaitu metode yang digunakan untuk
menghitung depresiasi yang dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar
selama masa manfaat yang ditetapkan bagi harta tersebut. Depresiasi atas
pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan atau perubahan
harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna bangunan, hak

PT WIKA REALTY

10

guna usaha, dan hak pakai, yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari
satu tahun dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat
yang ditetapkan bagi harta tersebut. Metode garis lurus dipergunakan untuk aset
tetap berwujud berupa bangunan.
b. Metode saldo menurun (declining balance method) yaitu metode yang digunakan
untuk menghitung depresiasi dalam bagian-bagian yang menurun dengan cara
menerapkan tarif depresiasi atas nilai sisa buku dan nilai sisa buku pada akhir
masa manfaat harus di depresiasi sekaligus. Metode saldo menurun ini tidak dapat
dipergunakan untuk menghitung depresiasi atas bangunan.
Penggunaan metode depresiasi aset tetap berwujud disyaratkan taat asas
(konsisten). Jika wajib pajak menggunakan metode saldo menurun, maka sisa buku pada
akhir masa manfaat harus di depresiasi sekaligus. Dengan memperhatikan pembukuan
wajib pajak, apabila ditemukan adanya alat-alat kecil atau sering disebut small tools yang
sama atau sejenis dapat di depresiasi dalam satu golongan. Depresiasi aset dimulai pada
bulan dilakukannya pengeluaran kecuali untuk harta yang masih dalam proses
pengerjaan, depresiasinya dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta tersebut.
Depresiasi pada tahun pertama dihitung secara pro-rata.
Penentuan kelompok dan tarif depresiasi harta berwujud didasarkan pada Pasal 11
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Tarif depresiasi tersebut
ditentukan sebagai berikut :
Tabel 2.3
Pengelompokkan Harta Berwujud Dan Tarif Depresiasi
Kelompok Harta

Masa Manfaat

Berwujud
I. Bukan Bangunan
Kelompok 1
4 tahun
Kelompok 2
8 tahun
Kelompok 3
16 tahun
Kelompok 4
20 tahun
II. Bangunan
Permanen
20 tahun
Tidak Permanen
10 tahun
Sumber : Pasal 11 UU No. 36 Tahun 2008

Tarif Depresiasi
Garis Lurus

Saldo Menurun

25%
12.5%
6.25%
5%

50%
25%
12.5%
10%

5%
10%

PT WIKA REALTY

11

Untuk lebih memudahkan wajib pajak dan memberikan keseragaman dalam


pengelompokkan harta tetap berwujud, maka keluarlah Peraturan Menteri Keuangan No.
96/KMK.03/2009 Tanggal 15 Mei 2009 yang mengatur tentang jenis-jenis harta yang
termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan depresiasi,
yang berlaku sejak 1 Januari 2009.
2.5 Koreksi Fiskal
Laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal memiliki peraturan
masing-masing dalam menentukan penghasilan dan biaya. Jika laporan keuangan
komersial disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan untuk memberikan informasi
mengenai kinerja perusahaan dalam jangka waktu tertentu, maka laporan keuangan fiskal
disusun berdasarkan peraturan perpajakan yang digunakan untuk menghitung besarnya
pajak yang harus dibayar, sehingga terjadi perbedaan antara laporan keuangan komersial
dengan laporan keuangan fiskal.
Untuk mencocokkan perbedaan yang terdapat dalam laporan keuangan komersial
dan laporan keuangan fiskal perlu dilakukan rekonsiliasi fiskal. Ada dua cara untuk
menyusun laporan keuangan fiskal. Pertama, pendekatan terpisah (separated approach)
dimana wajib pajak membukukan segala transaksi berdasarkan prinsip pajak untuk
menghitung PPh terutang dan berdasarkan prinsip akuntansi untuk keperluan komersial.
Pendekatan kedua, extra-compatible approach dimana wajib pajak membukukan semua
transaksi hanya berdasarkan prinsip akuntansi, kemudian pada akhir tahun wajib pajak
melakukan koreksi terhadap laporan keuangan komersial tersebut agar sesuai dengan
Undang-Undang Pajak Penghasilan yang digunakan untuk menghitung PPh terutang. Jadi
laporan keuangan komersial terkait dengan laporan keuangan fiskal karena laporan
keuangan komersial digunakan oleh wajib pajak sebagai dasar melakukan rekonsiliasi
(koreksi) fiskal untuk menghasilkan laporan keuangan fiskal.
Menurut Muljono & Wicaksono (2009:59) koreksi fiskal yaitu adalah koreksi
perhitungan pajak yang diakibatkan oleh adanya perbedaan pengakuan metode, masa
manfaat, dan umur dalam menghitung laba secara fiskal. Perhitungan secara komersial
adalah perhitungan yang diakui secara standar akuntansi yang lazim. Laba secara fiskal
adalah laba yang diperoleh wajib pajak yang dihitung dengan mempertimbangkan
ketentuan perpajakan. Perbedaan karena adanya koreksi fiskal dapat menimbulkan
koreksi berupa :

PT WIKA REALTY

12

a. Koreksi Positif
Koreksi positif adalah koreksi fiskal yang mengakibatkan adanya pengurangan
biaya yang telah diakui dalam laporan laba rugi secara komersial menjadi semakin
kecil apabila dilihat secara fiskal, atau yang akan mengakibatkan adanya
penambahan penghasilan kena pajak.
b. Koreksi Negatif
Koreksi negatif adalah koreksi fiskal yang mengakibatkan adanya penambahan
biaya yang telah diakui dalam laporan laba rugi secara komersial sehingga
menjadi semakin besar apabila dilihat secara fiskal, atau yang akan
mengakibatkan adanya pengurangan penghasilan kena pajak.
Berdasarkan dengan ketentuan fiskal Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 jo
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000, koreksi fiskal dibedakan menjadi dua jenis
yaitu :
a. Beda Tetap (Permanent Differences)
Beda tetap terjadi karena adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan beban
menurut akuntansi dengan pajak, yaitu adanya penghasilan dan beban yang diakui
menurut akuntansi komersial namun tidak diakui menurut fiskal, atau sebaliknya.
Sehingga akan mengakibatkan laba rugi menurut akuntansi (Pre Tax Income)
berbeda secara tetap dengan laba kena pajak menurut fiskal (Taxable Income).
b. Beda Waktu (Timing Differences)
Beda waktu terjadi karena adanya perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan
beban tertentu menurut akuntansi dengan ketentuan perpajakan dalam menghitung
laba. Suatu biaya atau penghasilan telah diakui menurut akuntansi komersial tapi
belum diakui menurut fiskal, atau sebaliknya. Biasanya perbedaan ini bersifat
sementara. Perbedaan ini diakibatkan oleh perbedaan metode, dalam hal ini akrual
dan realisasi, depresiasi harta berwujud, amortisasi harta tak berwujud, penilaian
persediaan, dan kompensasi kerugian fiskal. Koreksi atas beda waktu akan
menyebabkan koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal negatif tergantung metode
yang digunakan. Koreksi fiskal positif akan menyebabkan laba kena pajak
bertambah, sedangkan koreksi fiskal negatif akan menyebabkan laba kena pajak
berkurang.

BAB III

PT WIKA REALTY

13

GAMBARAN UMUM
3.1 Depresiasi Di Wika Realty
Pengembangan proyek di Wika Realty berkembang dengan cukup cepat. Sampai
dengan triwulan kedua 2015, Wika Realty telah mempunyai 17 proyek aktif yang tersebar
di beberapa wilayah di Indonesia. Proyek-proyek tersebut terdiri dari proyek landed
house, apartemen, condotel, dan hotel. Atas proyek-proyek tersebut Wika Realty jumlah
aset tetap yang dimiliki oleh Wika Realty sampai dengan 30 Juni 2015 adalah sebesar Rp.
54.795.910.620,-. Selain aset tetap Wika Realty juga mempunyai properti investasi di
beberapa proyek high rise yaitu di Tamansari The Hive, Tamansari Semanggi Apartemen,
Tamansari Skylounge, dan Properti I dengan jumlah properti investasi yang dimiliki
sampai dengan 30 Juni 2015 adalah sebesar Rp. 308.434.096.144,-. Aset tetap dan
properti investasi yang dimiliki Wika Realty tersebut di depresiasi setiap tahunnya.
3.1.1 Depresiasi Aset Tetap Tahun 2014
Aset tetap Wika Realty terdiri dari 4 (empat) jenis yaitu tanah, bangunan,
perlengkapan kantor, dan peralatan. Rincian saldo awal, akumulasi depresiasi, dan
nilai buku aset tetap adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Aset Tetap 31 Desember 2014

Saldo awal aset tetap per 1 Januari 2014 setelah dikurangi akumulasi depresiasi
adalah sebesar Rp. 53.340.431.572,-. Selama tahun 2014 terjadi penambahan nilai
aset tetap sejumlah Rp. 2.229.935.000,- dan penambahan akumulasi depresiasi
sebesar Rp. 1.434.804.993,- sehingga nilai buku aset tetap sampai dengan 31

PT WIKA REALTY

14

Desember 2014 berdasarkan laporan keuangan audited adalah naik sebesar Rp.
1.434.804.993,- atau menjadi Rp. 54.775.236.565,-.
Pada Triwulan 1 dan 2 tahun 2015 sampai dengan 30 Juni 2015, nilai aset tetap dan
akumulasi depresiasi aset tetap mengalami kenaikan dengan rincian sebagai berikut
:
Tabel 3.2
Aset Tetap 30 Juni 2015

Penambahan nilai aset tetap selama triwulan 1 dan 2 2015 sebesar Rp.
349.120.100,- dan penambahan nilai akumulasi depresiasi sampai dengan 30 Juni
2015 adalah sebesar Rp. 20.674.055,- sehingga nilai buku aset tetap per 30 Juni
2015 naik menjadi Rp. 54.795.910.620,-.
3.1.2 Depresiasi Properti Investasi Tahun 2014
Mulai tahun 2014 Wika Realty mulai mempunyai properti investasi. Pengakuan
properti investasi di Wika Realty dilakukan di beberapa proyek yaitu Tamansari
Hive, Tamansari Semanggi Apartemen, Tamansari Skylounge, dan Properti I.
Properti investasi di proyek-proyek tersebut dihitung berdasarkan dengan harga
perolehannya. Berdasarkan laporan keuangan audited Wika Realty tahun 2014
harga perolehan dari masing-masing proyek tersebut yaitu :
a.
b.
c.
d.

Tamansari Hive sebesar Rp. 128.629.107.079,Tamansari Semanggi Apartemen sebesar Rp. 19.762.725.656,Tamansari Skylounge sebesar Rp. 80.754.099.313,Properti I sebesar Rp. 3.019.223.026,-

PT WIKA REALTY

15

Nilai total properti investasi per Desember 2014 adalah sebesar Rp.
232.165.155.074,-. Atas pengakuan properti investasi ini menimbulkan adanya
biaya depresiasi setiap tahunnya. Sesuai dengan PSAK, perhitungan biaya
depresiasi properti investasi di Wika Realty dilakukan dengan metode garis lurus
dengan perhitungan sebagai berikut :
Tabel 3.3
Biaya Depresiasi Properti Investasi per Desember 2014

Nilai total biaya depresiasi properti investasi per Desember 2014 adalah sebesar
Rp. 3.608.216.694,- sehingga nilai buku properti investasi Wika Realty per
Desember 2014 adalah sebesar Rp. 228.556.938.380,-. Pada triwulan 1 dan 2 tahun
2015 nilai properti investasi mengalami perubahan yaitu bertambah sejumlah Rp.
81.259.607.113,- pada Properti I sesuai dengan yang dibuku oleh kawasan Properti
I, sehingga nilai total properti investasi per 30 Juni 2015 adalah naik menjadi
sebesar Rp. 313.424.762.187,-. Sementara untuk biaya depresiasi juga terjadi
penambahan yaitu pada kawasan Tamansari Hive dan Properti I masing-masing
sebesar Rp. 159.168.300,- dan Rp. 1.223.281.049,- sehingga total biaya penyusutan
per 30 Juni 2015 menjadi sebesar Rp. 4.990.666.043,- dan nilai buku properti
investasi per 30 Juni 2015 adalah sebesar Rp. 308.434.096.144,-.
3.2 Koreksi Fiskal Di Wika Realty
Biaya penyusutan atas aset tetap dan properti investasi yang dimiliki oleh Wika
Realty dicatat setiap per tiga bulan sesuai dengan laporan keuangan triwulanan. Pada
setiap akhir tahun dilakukan koreksi atas biaya penyusutan aset tetap dan properti
investasi, dikarenakan biaya penyusutannya dicatat di laporan keuangan secara komersial
atau akuntansi dan harus disesuaikan berdasarkan dengan ketentuan perpajakan.
Berdasarkan hal tersebut, pada akhir tahun 2014 Wika Realty sudah melakukan koreksi

PT WIKA REALTY

16

fiskal atas biaya penyusutan aset tetap dan properti investasi selama tahun 2014.
Perhitungan selisih pencatatan antara komersial dan fiskal properti investasi adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.4
Koreksi Fiskal Properti Investasi Per 31 Desember 2014

Terdapat selisih sebesar Rp. 1.588.449.560,- antara nilai buku komersial dan fiskal
properti investasi. Selisih tersebut adalah selisih positif atau koreksi fiskal positif,
dikarenakan nilai buku komersial lebih besar daripada nilai buku fiskal. Sedangkan untuk
perhitungan selisih pencatatan antara komersial dan fiskal aset tetap adalah sebagai
berikut :

Tabel 3.5

PT WIKA REALTY

17

Koreksi Fiskal Aset Tetap Per 31 Desember 2014

Untuk aset tetap terdapat selisih sebesar Rp. 480.531.806,- antara nilai buku
komersial dan fiskal properti investasi. Selisih tersebut adalah selisih negatif atau koreksi
fiskal negatif, dikarenakan nilai buku komersial lebih kecil daripada nilai buku fiskal.
Berdasarkan dua perhitungan diatas, maka koreksi fiskal yang dibuku oleh Wika Realty
yang timbul akibat penyusutan properti investasi dan aset tetap per 31 Desember 2014
adalah sebesar :

BAB IV

PT WIKA REALTY

18

PEMBAHASAN
4.1 Depresiasi Tahun 2015
Pada tahun 2015 terdapat 3 (tiga) tambahan properti investasi yang akan dimiliki
oleh Wika Realty. Properti investasi tersebut adalah :
1. Food & Beverages dan Meeting Room Hotel Best Western La Grande Bandung
2. Food & Beverages dan Meeting Room Hotel Best Western Papilio Surabaya
3. Food & Beverages dan Meeting Room Hotel Best Western Lagoon Manado
Selain properti investasi, pada tahun 2015 Wika Realty juga memiliki aset baru
yang tidak dijual namun dipergunakan sebagai klub olahraga yang terdapat di kawasan
Tamansari Majapahit Semarang. Atas properti investasi dan aset tetap tersebut, Wika
Realty wajib melakukan depresiasi setiap tahunnya. Depresiasi dilakukan secara
akuntansi atau komersial dengan metode garis lurus. Namun di akhir tahun Wika Realty
harus menyesuaikan perhitungan depresiasi sesuai dengan peraturan perpajakan yang
berlaku. Perhitungan depresiasi secara komersial dan fiskal setiap tahunnya adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.1
Depresiasi Properti Investasi Tahun 2015

Tabel 4.2
Depresiasi Aset Tetap Tahun 2015
PT WIKA REALTY

19

4.2 Depresiasi Tahun 2016


Pada tahun 2016 terdapat 1 (satu) tambahan properti investasi yang akan dimiliki
oleh Wika Realty. Properti investasi tersebut yaitu Food & Beverages dan Meeting Room
Hotel Best Western Jivva Bali. Selain properti investasi, pada tahun 2016 Wika Realty
juga memiliki aset baru yang tidak dijual namun dipergunakan sebagai kantor Wika
Realty yaitu pada Tamansari Hive Office. Atas properti investasi dan aset tetap tersebut,
Wika Realty wajib melakukan depresiasi setiap tahunnya. Depresiasi dilakukan secara
akuntansi atau komersial dengan metode garis lurus. Namun di akhir tahun Wika Realty
harus menyesuaikan perhitungan depresiasi sesuai dengan peraturan perpajakan yang
berlaku. Perhitungan depresiasi secara komersial dan fiskal setiap tahunnya adalah
sebagai berikut :

Tabel 4.3
Depresiasi Properti Investasi Tahun 2016

PT WIKA REALTY

20

Tabel 4.4
Depresiasi Aset Tetap Tahun 2016

4.3 Depresiasi Tahun 2017

PT WIKA REALTY

21

Pada tahun 2017 terdapat 1 (satu) tambahan properti investasi yang akan dimiliki
oleh Wika Realty. Properti investasi tersebut yaitu Food & Beverages dan Meeting Room
Hotel Best Western Payangan Ubud Bali. Sedangkan untuk aset tetap tidak terdapat
tambahan pada tahun 2017. Atas properti investasi dan aset tetap tersebut, Wika Realty
wajib melakukan depresiasi setiap tahunnya. Depresiasi dilakukan secara akuntansi atau
komersial dengan metode garis lurus. Namun di akhir tahun Wika Realty harus
menyesuaikan perhitungan depresiasi sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
Perhitungan depresiasi secara komersial dan fiskal setiap tahunnya adalah sebagai berikut
:
Tabel 4.5
Depresiasi Properti Investasi Tahun 2017

Tabel 4.6

PT WIKA REALTY

22

Depresiasi Aset Tetap Tahun 2017

4.4 Depresiasi Tahun 2018


Pada tahun 2018 terdapat 2 (dua) tambahan properti investasi yang akan dimiliki
oleh Wika Realty. Properti investasi tersebut yaitu :
1. Food & Beverages dan Meeting Room Hotel Best Western Amarta Yogyakarta.
2. Food & Beverages dan Meeting Room Hotel Best Western Gangga Bali.
Sedangkan untuk aset tetap tidak terdapat tambahan pada tahun 2018. Atas properti
investasi dan aset tetap tersebut, Wika Realty wajib melakukan depresiasi setiap
tahunnya. Depresiasi dilakukan secara akuntansi atau komersial dengan metode garis
lurus. Namun di akhir tahun Wika Realty harus menyesuaikan perhitungan depresiasi
sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Perhitungan depresiasi secara
komersial dan fiskal setiap tahunnya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7
Depresiasi Properti Investasi Tahun 2018

PT WIKA REALTY

23

Tabel 4.8
Depresiasi Aset Tetap Tahun 2018

4.5 Depresiasi Tahun 2019

PT WIKA REALTY

24

Pada tahun 2019 tidak terdapat tambahan properti investasi dan aset tetap yang
akan dimiliki oleh Wika Realty. Atas properti investasi dan aset tetap yang telah dimiliki,
Wika Realty wajib melakukan depresiasi setiap tahunnya. Depresiasi dilakukan secara
akuntansi atau komersial dengan metode garis lurus. Namun di akhir tahun Wika Realty
harus menyesuaikan perhitungan depresiasi sesuai dengan peraturan perpajakan yang
berlaku. Perhitungan depresiasi secara komersial dan fiskal setiap tahunnya adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.9
Depresiasi Properti Investasi Tahun 2019

Tabel 4.10
Depresiasi Aset Tetap Tahun 2019

PT WIKA REALTY

25

4.6 Koreksi Fiskal Depresiasi Tahun 2015 s/d 2019


Depresiasi properti investasi dan aset tetap selama 2015 sampai dengan 2019
menimbulkan koreksi fiskal. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan pada perhitungan
depresiasi secara komersial / akuntansi dengan depresiasi secara fiskal / perpajakan.
4.6.1 Koreksi Fiskal Depresiasi Tahun 2015
Berdasarkan perhitungan komersial depresiasi properti investasi tahun 2015, biaya
depresiasi menurut komersial lebih kecil dibanding dengan perhitungan biaya
depresiasi menurut fiskal. Menurut komersial biaya depresiasi properti investasi
pada tahun 2015 adalah sebesar Rp. 8.326.856.137,- sedangkan menurut fiskal
adalah sebesar Rp. 12.226.011.338,-. Atas perbedaan ini mengakibatkan terjadinya
koreksi fiskal negatif sebesar Rp. 3.899.155.201,-. Untuk aset tetap, biaya depresiasi
tahun 2015 menurut komersial adalah sebesar Rp. 141.502.319,- sedangkan menurut
fiskal adalah sebesar Rp. 130.153.329,-. Atas perbedaan ini mengakibatkan
terjadinya koreksi fiskal positif sebesar Rp. 11.348.989,-.
4.6.2 Koreksi Fiskal Depresiasi Tahun 2016

PT WIKA REALTY

26

Berdasarkan perhitungan komersial depresiasi properti investasi tahun 2016, biaya


depresiasi menurut komersial lebih kecil dibanding dengan perhitungan biaya
depresiasi menurut fiskal. Menurut komersial biaya depresiasi properti investasi
pada tahun 2016 adalah sebesar Rp. 9.338.945.225,- sedangkan menurut fiskal
adalah sebesar Rp. 13.528.373.345,-. Atas perbedaan ini mengakibatkan terjadinya
koreksi fiskal negatif sebesar Rp. 4.189.428.120,-. Untuk aset tetap, biaya depresiasi
tahun 2016 menurut komersial adalah sebesar Rp. 3.985.995.311,- sedangkan
menurut fiskal adalah sebesar Rp. 3.004.042.353,-. Atas perbedaan ini
mengakibatkan terjadinya koreksi fiskal positif sebesar Rp. 981.952.958,-.
4.6.3 Koreksi Fiskal Depresiasi Tahun 2017
Berdasarkan perhitungan komersial depresiasi properti investasi tahun 2017, biaya
depresiasi menurut komersial lebih kecil dibanding dengan perhitungan biaya
depresiasi menurut fiskal. Menurut komersial biaya depresiasi properti investasi
pada tahun 2017 adalah sebesar Rp. 16.936.472.965,- sedangkan menurut fiskal
adalah sebesar Rp. 24.536.649.164,-. Atas perbedaan ini mengakibatkan terjadinya
koreksi fiskal negatif sebesar Rp. 7.600.176.200,-. Untuk aset tetap, biaya depresiasi
tahun 2017 menurut komersial adalah sebesar Rp. 3.709.157.594,- sedangkan
menurut fiskal adalah sebesar Rp. 2.839.100.437,-. Atas perbedaan ini
mengakibatkan terjadinya koreksi fiskal positif sebesar Rp. 870.057.156,-.
4.6.4 Koreksi Fiskal Depresiasi Tahun 2018
Menurut perhitungan komersial biaya depresiasi properti investasi pada tahun 2018
adalah sebesar Rp. 16.454.809.652,- sedangkan menurut fiskal adalah sebesar Rp.
23.121.459.988,-. Atas perbedaan ini mengakibatkan terjadinya koreksi fiskal
negatif sebesar Rp. 6.666.650.336,- karena perhitungan secara komersial lebih kecil
dibandingkan dengan perhitungan secara fiskal. Untuk aset tetap, biaya depresiasi
tahun 2018 menurut komersial adalah sebesar Rp. 3.208.134.191,- sedangkan
menurut fiskal adalah sebesar Rp. 2.548.269.205,-. Atas perbedaan ini
mengakibatkan terjadinya koreksi fiskal positif sebesar Rp. 659.864.986,- karena
perhitungan secara komersial lebih besar dibandingkan dengan perhitungan secara
fiskal.
4.6.5 Koreksi Fiskal Depresiasi Tahun 2019

PT WIKA REALTY

27

Menurut perhitungan komersial biaya depresiasi properti investasi pada tahun 2019
adalah sebesar Rp. 14.806.265.365,- sedangkan menurut fiskal adalah sebesar Rp.
19.775.934.373,-. Atas perbedaan ini mengakibatkan terjadinya koreksi fiskal
negatif sebesar Rp. 4.969.669.008,- karena perhitungan secara komersial lebih kecil
dibandingkan dengan perhitungan secara fiskal. Untuk aset tetap, biaya depresiasi
tahun 2019 menurut komersial adalah sebesar Rp. 2.561.734.858,- sedangkan
menurut fiskal adalah sebesar Rp. 2.162.102.447,-. Atas perbedaan ini
mengakibatkan terjadinya koreksi fiskal positif sebesar Rp. 399.632.411,- karena
perhitungan secara komersial lebih besar dibandingkan dengan perhitungan secara
fiskal.
Secara keseluruhan selama tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 koreksi fiskal
yang timbul adalah koreksi fiskal negatif, hal ini dimana beban depresiasi yang dihitung
secara komersial / akuntansi lebih kecil dibandingkan dengan beban depresiasi yang
dihitung secara fiskal / perpajakan. Setiap tahunnya koreksi fiskal negatif yang timbul
semakin besar, hal ini dikarenakan jumlah properti investasi yang bertambah setiap tahun
dan nilai awal properti investasi sangat besar. Rinciannya adalah sebagai berikut :

4.7 Perbedaan Laba Rugi

PT WIKA REALTY

28

Dengan timbulnya koreksi fiskal atas perbedaan beban depresiasi properti investasi
dan aset tetap, hal tersebut berakibat pada laporan Laba Rugi Wika Realty. Hal tersebut
dikarenakan terjadi koreksi negatif atas beban depresiasi properti investasi dan aset tetap.
Koreksi negatif mengakibatkan adanya penambahan biaya yang telah diakui dalam
laporan Laba Rugi komersial Wika Realty. Perbandingan Laporan Laba Rugi komersial
dengan fiskal adalah sebagai berikut :

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

PT WIKA REALTY

29

Berdasarkan pembahasan yang diuraikan pada bab sebelumnya, penulis menarik


kesimpulan bahwa :
1. Atas properti investasi dan aset tetap dari tahun 2015 s/d 2019 beban depresiasi menurut
komersial dan fiskal adalah sebagai berikut :

2. Atas perbedaan beban depresiasi komersial dan fiskal dari tahun 2015 s/d 2019
menyebabkan timbulnya koreksi fiskal. Koreksi fiskal yang timbul adalah koreksi negatif.
Hal ini akan mengakibatkan adanya penambahan biaya yang telah diakui dalam laporan
laba rugi komersial / akuntansi Wika Realty. Namun dengan adanya penambahan
pengakuan biaya tersebut dapat berdampak pada pengurangan penghasilan kena pajak
Wika Realty.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka penulis mencoba
untuk memberikan beberapa saran yaitu :
1. Dengan adanya perbedaan pengakuan beban depresiasi, sebaiknya Wika Realty
mengelompokkan aset tetapnya sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
96/PMK.03/2009, agar lebih mudah untuk menghitung beban depresiasinya dan untuk
meminimalisir koreksi fiskal atas beban depresiasi aset tetap dan properti investasi.
2. Dengan koreksi fiskal negatif yang setiap tahunnya semakin besar, sebaiknya Wika Realty
menghitung ulang nilai awal dan masa manfaat dari properti investasi, agar nilai koreksi
fiskal bisa menjadi lebih kecil dan nilai properti investasi tidak overvalue.
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009, Penggolongan Aktiva

Tetap
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
PSAK 13 Revisi 2011, Properti Investasi
Waluyo. 2012. Akuntansi Pajak. Salemba Empat, Jakarta

PT WIKA REALTY

30

Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Salemba Empat, Jakarta


Mardiasmo. 2007. Perpajakan, Edisi Revisi. Penerbit Andi, Yogyakarta
IAS 40. International Accounting Standar, 2012. www.ifrs.org
Suandy, Erly. 2011. Perencanaan Pajak. Salemba Empat, Jakarta
A.C. Mardjani., L. Kalangi., R. Lambey. 2015. Perhitungan Penyusutan Aset
Tetap Menurut SAK Dan Peraturan Perpajakan Pengaruhnya Terhadap Laporan
Keuangan Pada PT. Hutama Karya Manado. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Sam Ratulangi. Manado

PT WIKA REALTY

Вам также может понравиться