Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
About
Galeri Diriku
Profil Diriku
lathifahirbah
MENGEVALUASI PENJAJAHAN PEMERINTAH
HINDIA BELANDA
September 9, 2014 Filed under Uncategorized
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tokoh Daendels dan Pandangan Pandangan
Terhadap raja-raja di Jawa, ia bertindak keras, tetapi kurang strategis sehingga mereka
menyimpan dendam kepadanya. Di mata Daendels, semua raja pribumi harus mengakui raja
Belanda sebagai junjungannya dan minta perlindungan kepadanya. Bertolak dari konsep ini,
Daendels mengubah jabatan pejabat Belanda di kraton Solo dan kraton Yogya dari residen
menjadi minister. Minister tidak lagi bertindak sebagai pejabat Belanda melainkan sebagai wakil
raja Belanda dan juga wakilnya di kraton Jawa. Oleh karena itu Daendels membuat peraturan
tentang perlakuan raja-raja Jawa kepada para Minister di kratonnya. Para bupati diperintahkan
menyediakan tenaga kerja dengan konsekuensi para pekerja ini dibebaskan dari kewajiban kerja
bagi para bupati tetapi mencurahkan tenaganya untuk membangun jalan. Sementara itu para
bupati harus menyediakan kebutuhan pangan bagi mereka. Semua proyek ini akan diawasi oleh
para prefect yang merupakan kepala daerah pengganti residen VOC. Dari hasil kesepakatan itu,
proyek pembangunan jalan diteruskan dari Karangsambung ke Cirebon. Pada bulan Agustus
1808 jalan telah sampai di Pekalongan.
Sekembali Daendels di Eropa, Daendels kembali bertugas di tentara Perancis. Dia juga ikut
tentara Napoleon berperang keRusia. Setelah Napoleon dikalahkan
di Waterloo dan Belanda merdeka kembali, Daendels menawarkan dirinya kepada RajaWillem I,
tetapi Raja Belanda ini tidak terlalu suka terhadap mantan Patriot dan tokoh revolusioner ini.
Tetapi biar bagaimanapun juga, pada tahun 1815 ia ditawari pekerjaan menjadi GubernurJenderal di Ghana. Ia meninggal dunia di sana akibat malaria pada tanggal 8 Mei 1818
B. Pandangan Terhadap Daendels
Daendels adalah kaum patriot dan liberal yangbsangat dipengaruhi oleh ajaran Revolusi
Perancis. Daendels ingin menanamkan jiwa kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan di
lingkungan masyarakat Hindia. Ia ingin memberantas praktik praktik feodalisme agar
masyarakat lebih produktif untuk kepentingan negeri induk. Juga mencegah penyalahgunaan
kekuasaan dan membatasi hak hak bupati atas tanah dan tenaga rakyat.
Membuat Grote Postweg (Jalan Raya Pos) dari Anyer (Banten) sampai Panarukan (Jawa
Timur); jalan ini didirikan agar di setiap kota/kabupaten yang dilaluinya terdapat kantorkantor pos; dengan adanya pos-pos ini maka penyampaian berita akan lebih cepat
sehingga berita apa pun akan lebih cepat diterima.
Menambah jumlah pasukan dari 4.000 orang menjadi 18000 orang, yang sebagian besar
orang-orang Indonesia (dari Maluku, Jawa).
Selain itu, Daendels juga mengubah sistem pemerintahan tradisional dengan sistem
pemerintahan Eropa. Pulau Jawa di bagi menjadi sembilan prefektur (keresidenan), yang
dikepalai oleh seorang residen yang membawahkan beberapa bupati (kabupaten). Para bupati ini
diberi gaji tetap dan tidak diperkenanan meminta upeti kepada rakyat.
Dampaknya
kewibawaan para bupati dihadapan rakyatnya menjadi merosot, karena bupati adalah
pegawai pemerintah yang harus tunduk kepada keinginan pemerintah.
Rakyat Indonesia mengalami penderitaan yang sangat hebat. Selain dituntut untuk
membayar pajak-pajak pemerintah, mereka juga diharuskan terlibat dalam kerja paksa
(rodi) pelaksanaan pembangunan Jalan Raya Pos.
Ribuan rakyat Indonesia meninggal dalam pembuatan Jalan Raya Pos dikarenakan kerja
yang sangat berat sedangkan mereka tidak dibayar dan diberi makan dengan layak.
3. Penyebab digantikannya Daendels dengan Janssen dan apa yang dilakukan Janssen
pada masa pemerintahannya
Pada bulan Mei 1811 kedudukan Daendels digantikan oleh Willem Janssens. Janssens tidak lama
memerintah di Indonesia, karena pada tanggal 18 September 1811 Janssens menyerah kepada
Inggris di dekat Salatiga, setelah gagal dalam menahan serangan Inggris di Semarang bersama
dengan Legiun Mangkunegara, pecahan Mataram.
Pada saat Jansens memerintah,kedudukan Inggris di Indonesia makinkuat dan makin dekat untuk
menguasaipulau Jawa. Pada tahun 1811 Jansensmenyerah kepada Inggris di daerahTuntang, Sala
tiga (Jawa Tengah). Pada tahun 1811 Belanda, Prancis menyerah kalah kepada Inggris di daerah
Tuntang, daerah sekitar Salatiga Jawa Tengah. Pemerintah kolonial Belanda terpaksa
menandatangani perjanjian yang disebut Kapitulasi Tuntang tahun 1811, yang berisi:
Seluruh kekuatan militer Belanda yang berada wilayah asia tenggara harus diserahkan
kepada Inggris
Pulau Jawa, Madura dan semua pangkalan militer Belanda di luar Jawa menjadi wilayah
kekuasaan Inggris.
Rakyatdiberi kebebasan penuh untuk menentukan jenis tanaman apa yang hendak mereka
tanam.
Peranan Bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan dan mereka dijadikan gagian dari
pemerintahan kolonial Inggris.
Pemerintah kolonial adalah pemilik tanah maka para petani yang menggarap tanah
dianggap sebagai penyewa tanah milik pemerintah. Petani diwajibkan membayar sewa
tanah atau pajak atas pemakaian tanah. Seawa tanah inilah yang dijadikan dasar
kebijaksanaan ekonomi pemerintahan Inggris di bawah Raffles.
Untuk menilai pelaksanaan sistem sewa tanah ini ada tiga aspek penting yang dijalankanya itu:
1. penyelengaraan suatu sistem pemerintahan atas dasar pemerintahan modern (barat).
Kekuasaan raja-raja atau para Bupatidikurangi dan diganti oleh pegawai Eropa
2. Pelaksanaan pemungutan sewa tanah
Sistem ini gagal karena keterangan yang dapat dipercaya untuk penetapan pajak tidak ada.
3. Promosi penanaman tanaman perdagangan untuk ekspor
Hal ini gagal karena petani tidak berpengalaman dalam menjual hasil tanaman mereka di pasar
bebas. Mereka sering ditipu oleh kepala desa.
Mengubah sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh penguasa pribumi menjadi
sistem pemerintahan kolonial yang bercorak Barat)
Sistem juri ditetapkan dalam pengadilan Bidang ekonomi dan keuangan Petani diberikan
kebebasan untuk menanam tanaman ekspor, sedang pemerintah hanya berkewajiban
membuat pasar untuk merangsang petani menanam tanaman ekspor yang paling
menguntungkan. Penghapusan pajak hasil bumi (contingenten) dan system penyerahan
wajib (verplichte leverantie) yang sudah diterapkan sejak zaman VOC. Menetapkan
sistem sewa tanah (landrent) yang berdasarkan anggapan pemerintah kolonial.
Pemungutan pajak secara perorangan.
1. Bidang hokum
Sistem peradilan yang diterapkan Raffles lebih baik daripada yang dilaksanakan oleh
Daendels. Karena Daendels berorientasi pada warna kulit (ras), Raffles lebih berorientasi
pada besar kecilnya kesalahan. Badan-badan penegak hukum pada masa Raffles sebagai
berikut:
Court of Justice, terdapat pada setiap residen
Police of Magistrate
2. Bidang social
Penghapusan kerja rodi (kerja paksa) Penghapusan perbudakan, tetapi dalam praktiknya ia
melanggar undang-undangnya sendiri dengan melakukan kegiatan sejenis perbudakan.
Peniadaan pynbank (disakiti), yaitu hukuman yang sangat kejam dengan melawan harimau.
3. Bidang Ilmu Pengetahuan
Ditulisnya buku berjudul History of Java di London pada tahun 1817 dan dibagi dua jilid
Ditulisnya buku berjudul History of the East Indian Archipelago di Eidenburg pada tahun
1820 dan dibagi tiga jilid
6. Sistem Landrent
Kebijakan politik Raffles di Indonesia dijalankan berdasarkan asas-asas liberal yang menjunjung
tinggi persamaan derajat dan kebebasan manusia. Dijiwai oleh nilai-nilai liberal, Raffles
bermaksut mewujudkan kebebasan dan menegakkan hukum dalam pemerintahannya, yaitu
berupa.
Penyewahan tanah di beberapa daerah dilakukan berdasarkan kontrak dan batas waktu.
Rakyat membayar sewa sesuai dengan aturan yang berlaku,tanpa rasa khawatir adanya
punggutan liar.
Rakyat akan tergerak untuk meningkatkan hasil pertanian karena akan meningkatkan tarif
kehidupannya.
Semakin besar hasil panen semakin besar pula sewa tanah yang diterima oleh
pemerintahan kolonial.
Pegawai pemerintah yang cakap untuk mengendalikan pelaksanaan sistem pajak tanah
terbatas jumlahnya.
Di Belanda sendiri, terjadi perdebatan mengenai kebijakan politik yang tepat untuk Indonesia,
yaitu
Sekitar tahun 1830-an, kebijakan politik pemerintah kolonial mulai bergeser ke arah
konservatif. Penyebabnya adalah
Kebijakan politik liberal banyak mengalami hambatan, karena tidak sesuai dengan sistem
feodal yang berlaku di Indonesia.
Pemerintah sulit berhubungan langsung dan bebas dengan rakyat, pemerintah harus
melalui perantara para penguasa setempat.
Hasil perdagangan dari sektor ekspor belum memuaskan karena kalah bersaing dengan
Inggris.
Terjadi pemisahan Belgia dari Belanda, akibatnya Belanda kehilangan daerah industrinya
sehingga tidak mampu menyaingi Inggris dalam ekspor hasil industri ke Indonesia.
Menyebabkan tekanan fisik maupun mental yang berkepanjangan bagi rakyat Indonesia
Jumlah penduduk di Pulau jawa menurun drastic dikarenakan banyaknya kelaparan dan kematian
karena system tanam paksa ini
Pertanian terutama hasil padi mengalami banyak kegagalan.
~Aturan-Aturan Tanam Paksa~
Penduduk desa yang punya tanah diminta menyediakan seperlima dari tanahnya untuk
ditanami tanaman yang laku di pasaran dunia.
Hasil tanaman itu harus diserahkan kepada pemerintah Belanda. Apabila harganya
melebihi pembayaran pajak maka kelebihannya akan dikembalikan kepada petani.
Waktu untuk menanam tidak boleh melebihi waktu untuk menanam padi.
Tanaman terakhir yang dihapus adalah kopi pada tahun 1917 karena paling banyak
memberikan keuntungan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. VOC yang bermula sebagai kongsi dagang dating mencari keuntungan, kemudian
berkembang menjadi kekuatan monopoli dan intervensi di bidang politik dan
pemerintahan kerajanaan di Nusantara
2. VOC dibubarkan karena adanya problem manajemen, tang, dan korupsi.
3. Pemerintahan komisaris yang mengawali dominasi pemerintahan colonial Belanda
mengambil kebijakan jalan tengah.
4. Pelaksanaan Tanam Paksa oleh Van den Bosch telah menyebabkan penderitaan bagi
rakyat Indonesia.
5. System usaha swasta Belanda telah berhasil mengeruk keuntungan dari bumi Indonesia,
sementara rakyat tetap menderita.
6. Seiring dengan datangnya bangsa Barat juga telah berdampak pada perkembangan agama
Kristen Katolik dan Krissten Protistan di Indonesia.