Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Dalam keadaan darurat asupan makanan dapat dikompromikan dalam beberapa cara:
a. Dengan menggatasi ketersediaan pangan lokal dan akses rumah tangga terhadap pangan (kerusakan
fisik, kerusakan infrastruktur), Misalnya saat bencana merapi, ditingkat RT kebutuhan pangan sulit
banyak makanan yang habis terjual (permintaan meningkat).
b. mempengaruhi praktek persiapan makanan dan keamanan pangan karena ketidakamanan dan / atau
kurangnya akses terhadap air, kayu bakar, listrik
c. Dengan merugikan mempengaruhi daya dukung dan memberi makan anak-anak
d. melemahnya atau menghapus strategi coping yang sudah ada sebelumnya (misalnya migrasi, buruh
harian lepas)
e. memerlukan destruktif dan ekstrim pilihan coping misalnya pertengkaran rumah tangga, pencurian,
prostitusi, penjualan aset
The Aim of Food Assistance in Post Emergency
a. Bantuan pangan dalam konteks ini bertujuan untuk melengkapi makanan yang penduduknya dapat
memperoleh bagi diri mereka sendiri.
b. Memperkirakan makanan dan kebutuhan gizi pada fase pasca-darurat (di mana keadaan ini lebih
kompleks), karena memerlukan analisis sejauh mana populasi mampu memenuhi kebutuhan pangan
mereka melalui cara-cara mereka sendiri.
Pada tahap awal keadaan darurat, berkolaborasi dengan pemerintah negara , sehingga untuk strategi
seharusnya:
a. Dikembangkan untuk mendukung dan memperkuat peluang penduduk yang terkena dampak ini.
b. Untuk mengakses makanan melalui cara-cara mereka sendiri dalam jangka menengah dan jangka
panjang.
c. Untuk meningkatkan ketersediaan, akses dan pemanfaatan sumber daya pangan.
d. Untuk mendukung pemulihan kemampuan produksi pangan dan pemulihan status kesehatan.
e. Untuk mendorong kegiatan yang menghasilkan pendapatan.
Livelihood Support Strategies
Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi:
a. rehabilitasi perdagangan lokal dan pasar;
b. distribusi varietas benih yang tepat dan alat-alat pertanian;
c. distribusi peralatan memancing;
d. kegiatan yang menghasilkan pendapatan; dan
e. distribusi barang-barang non-makanan.
Why is it necessary?
a. Bencana dan kerawanan pangan secara langsung saling berhubungan.
b. Banjir, angin topan, tsunami dan bahaya lain menghancurkan pertanian, peternakan dan perikanan
infrastruktur, aset, input dan kapasitas produksi.
c. Hal tersebut mengganggu akses pasar, perdagangan dan suplai makanan, mengurangi pendapatan,
menguras tabungan dan mengikis mata pencaharian.
d. Kekeringan, hama dan penyakit tanaman seperti belalang dan ulat grayak, dan penyakit hewan seperti
demam babi Afrika memiliki dampak ekonomi langsung dengan mengurangi atau menghilangkan
produksi pertanian, dengan negatif mempengaruhi harga dan perdagangan, dan dengan mengurangi
pendapatan usahatani.
e. Krisis ekonomi seperti kenaikan harga pangan mengurangi pendapatan riil, memaksa orang miskin untuk
menjual aset mereka, mengurangi konsumsi makanan dan mengurangi keragaman diet mereka.
f. Bencana membuat perangkap kemiskinan yang meningkatkan prevalensi kerawanan pangan dan
kekurangan gizi
Inisiasi
bantuan
Pengelo
laan
bantua
n
Terminasi
bantuan
Cluster Approach
Model koordinasi dengan mengelompokkan pelaku kemanusiaan berdasarkan gugus kerja di bawah
ketetapan pimpinan kelompok/cluster yang bekerjasama dengan sektor-sektor pemerintah.
Tujuan: agar bantuan respon darurat dapat dilaksanakan secara lebih terkoordinasi antar pelaku baik
dari pemerintah maupun nonpemerintah. Diharapkan dengan adanya Cluster Approach, bantuan
yang diberikan tidak ada yang terlewatkan, menumpuk, atau berlebihan
Diterapkan dalam bencana berskala besar dengan respon multisektor
Dipegang oleh yang berkedudukan tinggi, biasanya presiden atau kepala BNPB
This was proposed to achieve predictability and accountability in international responses to
humanitarian emergencies, by clarifying the division of labour among organisations and better
defining their roles and responsibilities within the different sectors of the response.
There are eleven areas of humanitarian activity: Agriculture; Camp Coordination/Management; Early
Recovery; Education; Emergency Shelter; Emergency Telecommunications; Health; Logistics;
Nutrition; Protection; and Water, Sanitation and Hygiene
Global Nutrition Cluster
Lead agency : Unicef
Main task: to improve predictability, timeliness, and effectiveness of the comprehensive nutrition
response to humanitarian crises.
Main focus area:
a. Coordination/leadership actions;
b. Capacity building;
c. Emergency preparedness, assessment, monitoring and surveillance;
d. Supply (Penyediaan sumber daya)
Fungsi Kepemimpinan
Dalam kondisi bencana, karena banyak orang yang bermain di dalamnya dan kondisi negara yang
kacau, tidak aneh bila komando dipegang oleh militer.
Sistem Komando Tanggap Darurat Bencana adalah suatu sistem penanganan darurat bencana yang
digunakan oleh semua instansi/lembaga dengan mengintegrasikan pemanfaatan sumber daya
manusia, peralatan dan anggaran.
Dipimpin oleh seorang Komandan Tanggap Darurat Bencana dan dibantu oleh Staf Komando dan Staf
Umum
Menganut satu komando dengan mata rantai dan garis komando yang jelas untuk
mengkoordinasikan seluruh instansi terkait dalam hal pengerahan sumber daya
Struktur Organisasi Komando Tanggap Darurat Bencana Tk. Kabupaten/Kota
Evaluation is a step to measure project effects or an activity assessing the effectiveness of the
project in attaining its intermediate and overall objectives.
Evaluasi Initial evaluation (evaluasi perencanaan), Mid-term evaluation (melihat apabila ada
defect yang berjalan), Terminal evaluation (berlangsung di akhir, untuk perencanaan berikutnya).
Data collection for monitoring and evaluation should be an integral part of all nutrition programs.
Monitoring and evaluation should be planned in initial phase and be designed as regular as well as
systematic actions.
Evaluation is a learning process involving continuous collection of information to monitor the
progress in achieving set goals and to suggest adaptations to the program, or closure.
Monitoring and evaluation involve analysis of:
1. Process indicators : melihat seberapa baik program berjalan, to see how well the program is
functioning and adapt program emphasis and design over time
2. Impact indicators : melihat kebermanfaatan program, to evaluate the effect the program is
having/ had on the population, and to summarize the efficacy of program
Sample of actions:
1. Monitoring and evaluation the functioning of a feeding center (process)
Monthly attendance/activities report
Proportions of the total number of children leaving the program during the reporting month for any
reason
Proporsi anak yang menerima treatment dan membaik status gizinya
Coverage of treatment for malnourished children, e.g. target: > 50% in rural populations and > 75%
in urban / camp populations
Mean length of stay on discharge (monthly or per 3 month), e.g. target: < 30 days for TFP and < 60
days for SFP
Food and ration quality through observation
2. Monitoring the effectiveness (impact) of the feeding program (run every 3-6 months)
Mortality rate among children under five in the community
Prevalence of severe malnutrition among children under five in the population
Other indicators:
75% of children who exit from an SFP should have recovered.
Coverage of targeted SFP should be >50% in rural areas and >70% in urban areas and >90% in camp
situations.
Menutup supplementary feeding program
1. Targeted SFP dapat dihentikan apabila:
Ransum umum distribusinya sudah baik dan menutupi kebutuhan gizi
Prevalensi malnutrisi akut dibawah 10% dan tanpa faktor-faktor pemberat
Control measures for infectious diseases are effective.
Deterioration in nutritional situations is not anticipated; i.e. seasonal deterioration.
2. Blanket SFP
Maximum time limit is three months
The situation is expected to be improved (e.g. adequate general rations established, epidemics are
under control, and safe and sufficient water is present).
Criteria of closing:
a. GFD is adequate and is meeting planned minimum nutritional requirements
b. Prevalence of acute malnutrition is below 15% without aggravating factors or prevalence of
acute malnutrition is below 10% with aggravating factors
c. Disease control measures are effective
Instrument of M&E in Feeding Center
a. Individual record card
b. Ration card
c. Referral slips (kartu rujukan)
d. Tally sheet
e. Monthly statistical report
Instrument of M&E for Commodity Distribution
a. Actual number of beneficiaries by sex and age group
b. Breakdown of stock movement including:
Commodity type
Opening stocks
Receipts
Distributed quantities
Food returns
Food losses
Closing balances
Loss reasons.
Pelayanan Kesehatan
Perawatan lanjut korban bencana yang sakit dan mengalami luka
Penyediaan obat-obatan
Penyediaan peralatan kesehatan
Alokasi tenaga medis dan paramedis
Memfungsikan kembali sistem pelayanan kesehatan termasuk sistem rujukan.
Strategi kegiatan rehabilitasi:
Melibatkan dan memberdayakan masyarakat (apabila secara psikologis dan fisik mampu)
Memperhatikan karakter bencana, daerah dan budaya
Mendasarkan pada kondisi aktual di lapangan (tingkat kerugian/ kerusakan serta kendala medan).
Menjadikan kegiatan rehabilitasi sebagai gerakan dalam masyarakat dalam kelompok swadaya.
Menyalurkan bantuan pada saat, bentuk, dan besaran yang tepat sehingga dapat memicu gerakan
rehabilitasi
Alur Post Disaster Need Assessment
Hand over
project
Termination
Improved
Develop follow
up project with
new phase
Exit situation
Project scaling
up
Deteriorate
Quick
termination and
safety procedure
Handover menyerahkan bantuan untuk dikelola masyarakat disertai dengan pelatihan skills.
Contohnya mesin desalinasi dari Australia untuk bantuan bencana Tsunami Aceh diserahkan pada
masyarakat setempat. Masyarakatnya dilatih terlebih dahulu untuk dapat mengoperasikan mesin
tersebut.
Termination dihentikan begitu saja. Tidak bagus karena dampaknya bisa tidak sustainable.
Develop follow up project with new phase membuat fase lanjutan dari bantuan dengan level
berikutnya
Project scaling up dampak dari program diperluas. Contohnya Feeding Program di suatu
pengungsian memberikan outcome bagus, kemudian diterapkan di pengungsian lainnya.
Quick termination and safety procedure apabila program bantuan yang dijalankan menimbulkan
kerugian maka bantuan harus cepat-cepat ditarik setelah melapor pada kepala kluster, namun tetap
harus ada prosedur yang dilakukan.
Substansi
Perumahan/
Pemukiman
Sosial
(Pendidikan)
Pengurangan
Risiko
Asistensi teknik
pembangunan
rumah
Penyusunan
sosialisasi
rencana
kontingensi
bidang
pendidikan
***
No one is useless in this world who lightens the burdens of another.
Charles Dickens