Вы находитесь на странице: 1из 16

#13 Peningkatan Daya Dukung Hidup

Pengungsi dan Pelayanan Gizi


Mirza Hapsari, MPH, RD

Dalam keadaan darurat asupan makanan dapat dikompromikan dalam beberapa cara:
a. Dengan menggatasi ketersediaan pangan lokal dan akses rumah tangga terhadap pangan (kerusakan
fisik, kerusakan infrastruktur), Misalnya saat bencana merapi, ditingkat RT kebutuhan pangan sulit
banyak makanan yang habis terjual (permintaan meningkat).
b. mempengaruhi praktek persiapan makanan dan keamanan pangan karena ketidakamanan dan / atau
kurangnya akses terhadap air, kayu bakar, listrik
c. Dengan merugikan mempengaruhi daya dukung dan memberi makan anak-anak
d. melemahnya atau menghapus strategi coping yang sudah ada sebelumnya (misalnya migrasi, buruh
harian lepas)
e. memerlukan destruktif dan ekstrim pilihan coping misalnya pertengkaran rumah tangga, pencurian,
prostitusi, penjualan aset
The Aim of Food Assistance in Post Emergency
a. Bantuan pangan dalam konteks ini bertujuan untuk melengkapi makanan yang penduduknya dapat
memperoleh bagi diri mereka sendiri.
b. Memperkirakan makanan dan kebutuhan gizi pada fase pasca-darurat (di mana keadaan ini lebih
kompleks), karena memerlukan analisis sejauh mana populasi mampu memenuhi kebutuhan pangan
mereka melalui cara-cara mereka sendiri.
Pada tahap awal keadaan darurat, berkolaborasi dengan pemerintah negara , sehingga untuk strategi
seharusnya:
a. Dikembangkan untuk mendukung dan memperkuat peluang penduduk yang terkena dampak ini.
b. Untuk mengakses makanan melalui cara-cara mereka sendiri dalam jangka menengah dan jangka
panjang.
c. Untuk meningkatkan ketersediaan, akses dan pemanfaatan sumber daya pangan.
d. Untuk mendukung pemulihan kemampuan produksi pangan dan pemulihan status kesehatan.
e. Untuk mendorong kegiatan yang menghasilkan pendapatan.
Livelihood Support Strategies
Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi:
a. rehabilitasi perdagangan lokal dan pasar;
b. distribusi varietas benih yang tepat dan alat-alat pertanian;
c. distribusi peralatan memancing;
d. kegiatan yang menghasilkan pendapatan; dan
e. distribusi barang-barang non-makanan.

Why is it necessary?
a. Bencana dan kerawanan pangan secara langsung saling berhubungan.
b. Banjir, angin topan, tsunami dan bahaya lain menghancurkan pertanian, peternakan dan perikanan
infrastruktur, aset, input dan kapasitas produksi.
c. Hal tersebut mengganggu akses pasar, perdagangan dan suplai makanan, mengurangi pendapatan,
menguras tabungan dan mengikis mata pencaharian.
d. Kekeringan, hama dan penyakit tanaman seperti belalang dan ulat grayak, dan penyakit hewan seperti
demam babi Afrika memiliki dampak ekonomi langsung dengan mengurangi atau menghilangkan
produksi pertanian, dengan negatif mempengaruhi harga dan perdagangan, dan dengan mengurangi
pendapatan usahatani.
e. Krisis ekonomi seperti kenaikan harga pangan mengurangi pendapatan riil, memaksa orang miskin untuk
menjual aset mereka, mengurangi konsumsi makanan dan mengurangi keragaman diet mereka.
f. Bencana membuat perangkap kemiskinan yang meningkatkan prevalensi kerawanan pangan dan
kekurangan gizi

EDUCATION IN EMERGENCIES AND


POST-CRISIS TRANSITION
Langkah-langkah dalam membangun partisipasi masyarakat:
a. motivasi masyarakat
b. aksi masyarakat

#14 Fungsi Manajemen Gizi Dalam Bencana (2)


Mutiara Tirta, MIPH

Fungsi koordinasi dan komunikasi


Pada saat bencana terjadi, akan banyak sekali humanitarian actors, LSM, organisasi pemerintah, atau
lembaga-lembaga internasional yang terjun langsung untuk memberikan bantuan. Dalam mengatur
koordinasinya, pemerintah telah mengaturnya dalam:
UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana serta Peraturan Pemerintah Nomor 21 dan
23 Tahun 2008
Peraturan Kepala BNPB No. 22 Tahun 2010 tentang Pedoman Peran Serta Lembaga Internasional dan
Lembaga Asing Non Pemerintah Pada Saat Tanggap Darurat
Izin pelibatan departemen, lembaga internasional dan lembaga asing non pemerintah dalam
penanganan bencana.
Kontribusi diberikan jika pemerintah menyatakan membutuhkan dan/atau menerima tawaran
bantuan yang sesuai dengan peraturan dan kebutuhan.
Banyaknya bantuan yang masuk tergantung pada statement pemerintah dan level bencana. Oleh
karena itu terkadang setiap bencana yang terjadi jumlah bantuannya berbeda, bisa banyak sekali
atau sedikit. Misalnya bencana merapi, awalnya dinyatakan sebagai bencana daerah dan yang
bertanggungjawab adalah bupati Sleman. Karena levelnya bencana daerah, maka yang bisa
memberikan bantuan adalah pemerintah dan jajaran LSM di dalam kabupaten Sleman. Kemudian
ternyata dampak Merapi meluas hingga kabupaten lain, maka bencana dinyatakan sebagai bencana
provinsi dan yang bertanggung jawab adalah Gubernur DIY. Karena Gubernur memiliki jaringan
yang lebih luas maka yang bisa memberikan bantuan menjadi lebih banyak. Sedangkan untuk
bencana Tsunami, karena negara yang terkena dampaknya banyak sekali maka dinyatakan sebagai
bencana nasional, dimana banyak sekali keran-keran bantuan yang mengalir.
Prinsip bantuan: nonproselitisi (pemberian bantuan tidak untuk menyebarkan agama atau
keyakinan tertentu.)

Tahapan bantuan internasional


1. Inisiasi bantuan
Bencana rapid assessment inisiasi bantuan
diberikan ke tempat yang membutuhkan
pengelolaan bantuan.
2. Pengelolaan bantuan.
3. Terminasi bantuan atau proses phase out, agar
dampak baik dari program bantuan bisa
berkelanjutan dan menciptakan kemandirian.
Bentuk bantuan internasional
1. Pengkajian cepat (Initial Rapid Assessment)
2. Penyelamatan dan evakuasi
3. Pemenuhan bantuan dasar
4. Perlindungan terhadap kelompok rentan (High
risk groups: bumil, busui, balita, lansia, ODHA, dll).
5. Pemulihan dengan segera sarana dan prasarana vital.
Jenis bantuan internasional
1. Bantuan dana dan hibah (fresh money)
2. Bantuan barang
3. Bantuan tenaga teknis/ahli

Inisiasi
bantuan
Pengelo
laan
bantua
n
Terminasi
bantuan

Cluster Approach
Model koordinasi dengan mengelompokkan pelaku kemanusiaan berdasarkan gugus kerja di bawah
ketetapan pimpinan kelompok/cluster yang bekerjasama dengan sektor-sektor pemerintah.
Tujuan: agar bantuan respon darurat dapat dilaksanakan secara lebih terkoordinasi antar pelaku baik
dari pemerintah maupun nonpemerintah. Diharapkan dengan adanya Cluster Approach, bantuan
yang diberikan tidak ada yang terlewatkan, menumpuk, atau berlebihan
Diterapkan dalam bencana berskala besar dengan respon multisektor
Dipegang oleh yang berkedudukan tinggi, biasanya presiden atau kepala BNPB
This was proposed to achieve predictability and accountability in international responses to
humanitarian emergencies, by clarifying the division of labour among organisations and better
defining their roles and responsibilities within the different sectors of the response.
There are eleven areas of humanitarian activity: Agriculture; Camp Coordination/Management; Early
Recovery; Education; Emergency Shelter; Emergency Telecommunications; Health; Logistics;
Nutrition; Protection; and Water, Sanitation and Hygiene
Global Nutrition Cluster
Lead agency : Unicef
Main task: to improve predictability, timeliness, and effectiveness of the comprehensive nutrition
response to humanitarian crises.
Main focus area:
a. Coordination/leadership actions;
b. Capacity building;
c. Emergency preparedness, assessment, monitoring and surveillance;
d. Supply (Penyediaan sumber daya)
Fungsi Kepemimpinan
Dalam kondisi bencana, karena banyak orang yang bermain di dalamnya dan kondisi negara yang
kacau, tidak aneh bila komando dipegang oleh militer.

Sistem Komando Tanggap Darurat Bencana adalah suatu sistem penanganan darurat bencana yang
digunakan oleh semua instansi/lembaga dengan mengintegrasikan pemanfaatan sumber daya
manusia, peralatan dan anggaran.
Dipimpin oleh seorang Komandan Tanggap Darurat Bencana dan dibantu oleh Staf Komando dan Staf
Umum
Menganut satu komando dengan mata rantai dan garis komando yang jelas untuk
mengkoordinasikan seluruh instansi terkait dalam hal pengerahan sumber daya
Struktur Organisasi Komando Tanggap Darurat Bencana Tk. Kabupaten/Kota

Urgensi fungsi komunikasi:


1. Sebagai dasar penyediaan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat
2. Menyediakan kerangka monitoring dan evaluasi
3. Meningkatkan efisiensi, efektivitas serta keberlangsungan program kesehatan
4. Meningkatkan dukungan dari seluruh stakeholder; terkait dengan penyediaan kebutuhan pangan,
dapat meningkatkan akses pangan pada masyarakat sasaran
Monitoring, evaluasi, pelaporan, dan rencana tindak lanjut
Monitoring is an ongoing collection and review of information on project implementation, coverage
and use.

Evaluation is a step to measure project effects or an activity assessing the effectiveness of the
project in attaining its intermediate and overall objectives.
Evaluasi Initial evaluation (evaluasi perencanaan), Mid-term evaluation (melihat apabila ada
defect yang berjalan), Terminal evaluation (berlangsung di akhir, untuk perencanaan berikutnya).
Data collection for monitoring and evaluation should be an integral part of all nutrition programs.
Monitoring and evaluation should be planned in initial phase and be designed as regular as well as
systematic actions.
Evaluation is a learning process involving continuous collection of information to monitor the
progress in achieving set goals and to suggest adaptations to the program, or closure.
Monitoring and evaluation involve analysis of:
1. Process indicators : melihat seberapa baik program berjalan, to see how well the program is
functioning and adapt program emphasis and design over time
2. Impact indicators : melihat kebermanfaatan program, to evaluate the effect the program is
having/ had on the population, and to summarize the efficacy of program
Sample of actions:
1. Monitoring and evaluation the functioning of a feeding center (process)
Monthly attendance/activities report
Proportions of the total number of children leaving the program during the reporting month for any
reason
Proporsi anak yang menerima treatment dan membaik status gizinya
Coverage of treatment for malnourished children, e.g. target: > 50% in rural populations and > 75%
in urban / camp populations
Mean length of stay on discharge (monthly or per 3 month), e.g. target: < 30 days for TFP and < 60
days for SFP
Food and ration quality through observation
2. Monitoring the effectiveness (impact) of the feeding program (run every 3-6 months)
Mortality rate among children under five in the community
Prevalence of severe malnutrition among children under five in the population

Menutup therapeutic feeding program


Kriteria: there is a local health structure that can cope with and treat existing and new cases of SAM.
Other criteria :
1. Supply makanan sudah baik dan mencukupi
2. Angka kematian rendah
3. Tidak ada wabah penyakit
4. The population is stable, and no population influx is expected.

Other indicators:
75% of children who exit from an SFP should have recovered.
Coverage of targeted SFP should be >50% in rural areas and >70% in urban areas and >90% in camp
situations.
Menutup supplementary feeding program
1. Targeted SFP dapat dihentikan apabila:
Ransum umum distribusinya sudah baik dan menutupi kebutuhan gizi
Prevalensi malnutrisi akut dibawah 10% dan tanpa faktor-faktor pemberat
Control measures for infectious diseases are effective.
Deterioration in nutritional situations is not anticipated; i.e. seasonal deterioration.
2. Blanket SFP
Maximum time limit is three months
The situation is expected to be improved (e.g. adequate general rations established, epidemics are
under control, and safe and sufficient water is present).
Criteria of closing:
a. GFD is adequate and is meeting planned minimum nutritional requirements
b. Prevalence of acute malnutrition is below 15% without aggravating factors or prevalence of
acute malnutrition is below 10% with aggravating factors
c. Disease control measures are effective
Instrument of M&E in Feeding Center
a. Individual record card
b. Ration card
c. Referral slips (kartu rujukan)
d. Tally sheet
e. Monthly statistical report
Instrument of M&E for Commodity Distribution
a. Actual number of beneficiaries by sex and age group
b. Breakdown of stock movement including:
Commodity type
Opening stocks

Receipts
Distributed quantities
Food returns
Food losses
Closing balances
Loss reasons.

Contoh Monitoring & Evaluasi

Exit strategy from feeding program

Self-reliance dan exit strategy


Sebelum dilakukan Exit Strategy, perlu dilakukan Post Disaster Need Assessment agar ketika bantuan
ditarik kondisinya tidak kembali ke initial state atau bahkan menjadi lebih parah.
Post Disaster Need Assessment (PDNA)
Rangkaian kegiatan pengkajian dan penilaian akibat analisis dampak dan perkiraan kebutuhan yang
menjadi dasar bagi penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi.
Rencana Aksi Hyogo
Konsesus bersama antara negara-negara penandatangan deklarasi untuk aksi pengurangan risiko
bencana dalam pembangunan. Merupakan dasar ratifikasi sistem dan mekanisme penyelenggaraan
penanggulangan bencana di Indonesia.
Rehabilitasi
Perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang
memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya
secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat.
Rekonstruksi
Upaya pembangunan kembali semua prasarana dan sarana kelembagaan pada wilayah pascabencana,
baik pada tingkat pemerintah maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan
bangkitnya peran serta masyarakat. (Further reading: Handout IKM tentang SIX BUILDING BLOCKS)
Ruang lingkup rehabilitasi dan rekonstruksi
Perbaikan lingkungan daerah bencana
Perbaikan prasarana dan sarana umum
Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat
Pemulihan sosial psikologis
Pelayanan kesehatan
Rekonsiliasi dan resolusi konflik
Pemulihan sosial ekonomi budaya
Pemulihan keamanan dan ketertiban
Pemulihan fungsi pemerintahan
Pemulihan fungsi pelayanan publik.
Fungsi ahli gizi dalam rehabilitasi dan rekonstruksi terkait sistem pangan, bagaimana supaya pasar tetap
berjalan dan supply chain logistic tidak terhenti.
Pemulihan sosial psikologis
Bantuan konseling dan konsultasi
Pendampingan
Pelatihan
Kegiatan psikososial

Pelayanan Kesehatan
Perawatan lanjut korban bencana yang sakit dan mengalami luka
Penyediaan obat-obatan
Penyediaan peralatan kesehatan
Alokasi tenaga medis dan paramedis
Memfungsikan kembali sistem pelayanan kesehatan termasuk sistem rujukan.
Strategi kegiatan rehabilitasi:
Melibatkan dan memberdayakan masyarakat (apabila secara psikologis dan fisik mampu)
Memperhatikan karakter bencana, daerah dan budaya
Mendasarkan pada kondisi aktual di lapangan (tingkat kerugian/ kerusakan serta kendala medan).
Menjadikan kegiatan rehabilitasi sebagai gerakan dalam masyarakat dalam kelompok swadaya.
Menyalurkan bantuan pada saat, bentuk, dan besaran yang tepat sehingga dapat memicu gerakan
rehabilitasi
Alur Post Disaster Need Assessment

Hand over
project

Termination
Improved
Develop follow
up project with
new phase
Exit situation

Project scaling
up

Deteriorate

Quick
termination and
safety procedure

Handover menyerahkan bantuan untuk dikelola masyarakat disertai dengan pelatihan skills.
Contohnya mesin desalinasi dari Australia untuk bantuan bencana Tsunami Aceh diserahkan pada
masyarakat setempat. Masyarakatnya dilatih terlebih dahulu untuk dapat mengoperasikan mesin
tersebut.
Termination dihentikan begitu saja. Tidak bagus karena dampaknya bisa tidak sustainable.
Develop follow up project with new phase membuat fase lanjutan dari bantuan dengan level
berikutnya
Project scaling up dampak dari program diperluas. Contohnya Feeding Program di suatu
pengungsian memberikan outcome bagus, kemudian diterapkan di pengungsian lainnya.
Quick termination and safety procedure apabila program bantuan yang dijalankan menimbulkan
kerugian maka bantuan harus cepat-cepat ditarik setelah melapor pada kepala kluster, namun tetap
harus ada prosedur yang dilakukan.

Substansi
Perumahan/
Pemukiman

Sosial
(Pendidikan)

Contoh Upaya Pemulihan dan Exit Strategy


Penyediaan
Pemulihan
Pembangunan
Penggantian
Bantuan
Fungsi
Pembangunan
Penyediaan
Pelatihan
Fasilitasi
rumah tinggal lokasi relokasi
keterampilan
pengelolaan air
sederhana
pembangun-an bersih
dan
rumah
sanitasi
Pembangunan
Penyediaan
Penyediaan
Pemulihan
kembali
sekolah
bantuan
fungsi melalui
sekolah/ruang
sementara/
peralatan
penyediaan
kelas
darurat
sekolah
dan guru pengganti
biaya sekolah
untuk
siswa
terdampak

Pengurangan
Risiko
Asistensi teknik
pembangunan
rumah
Penyusunan
sosialisasi
rencana
kontingensi
bidang
pendidikan

Ensuring exit strategy for health sectors


Careful documentation of a strategic plan and targeted activities that follow a logical framework;
Clear training manuals and job descriptions;
Monitoring and evaluation of inputs, outputs, outcomes and eventual impacts;
Development and continual improvement of health information systems;
Training local health workers to take over the roles and responsibilities prior to the exit of the
international NGO.

Contoh exit strategy yang baik di Banda Aceh


Resilience to disaster (Ketahanan terhadap bencana)
Definition: the ability of social units to mitigate hazards, contain the effects of disasters, and carry out
recovery activities in ways that minimize social disruption, while also mitigating the effects of future
disasters
Kemampuan untuk mitigasi bahaya pasca bencana, bagaimana kita bisa menghadapi efek dari
bencana, meminimalkan gangguan sosial yang mungkin timbul, serta mengantisipasi efek bencana
dimasa mendatang. Intinya adalah preparedness atau kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.
Strategic goals:
Introduction of disaster risk reduction into planning for sustaining development at national and local
levels;
Development and strengthening of institutions, mechanisms and capacities to build resilience to
hazards;
Systematic incorporation of risk reduction approaches into the implementation of emergency
preparedness, response and recovery programs.
Activities:
Organizing a local response
Identifies resources
Conducts situational analyses
Hazard analysis
Maps vulnerabilities
Sets out a training plan
Develop prevention and mitigation plan
Develop SOPs for crisis response
Conduct post disaster analysis
Engage community

***
No one is useless in this world who lightens the burdens of another.
Charles Dickens

Вам также может понравиться