Вы находитесь на странице: 1из 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Dalam kenyataan sosial, manusia tidak dapat dikatakan berinteraksi sosial kalau dia tidak

berkomunikasi. Dapat dikatakan pula bahwa interaksi antar-budaya yang efektif sangat
tergantung dari komunikasi antarbudaya. Maka dari itu kita perlu tahu apa yang menjadi unsurunsur dalam terbentuknya proses komunikasi antarbudaya, yang antara lain adalah adanya
komunikator yang berperan sebagai pemrakarsa komunikasi, komunikan sebagai pihak yang
menerima pesan dan pesan/simbol sebagai ungkapan pikiran, ide atau gagasan, perasaan yang
dikirim komunikator kepada komunikan dalam bentuk simbol.
Komunikasi Antar Budaya (intercultural communication) adalah proses pertukaran pikiran
dan makna antara orang-orang yang berbeda budaya. Jadi pada dasarnya komunikasi antar
budaya mengkaji bagaimana budaya berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi, apa makna
pesan verbal dan nonverbal menurut budaya-budaya bersangkutan, apa yang layak
dikomunikasikan, kapan mengkomunikasikannya, dan bagaimana cara mengkomunikasikannya
melalui verbal ataupun nonverbal.
Sebagai bagian dari tuntutan globalisasi yang semakin tidak terkendali seperti saat ini,
mendorong terjadinya sebuah interaksi lintas budaya, lintas kelompok, serta lintas sektoral.
Belum lagi perubahan-perubahan global lainnya yang semakin deras dan menjadi bukti nyata
bahwa semua orang harus mengerti karakter komunikasi antarbudaya secara mendalam.
Sedangkan budaya atau kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
hukum, adat istiadat, dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang dimiliki oleh manusia
sebagai anggota suatu masyarakat.
Komunikasi itu muncul, karena adanya kontak, interaksi dan hubungan antar warga
masyarakat yang berbeda kebudayaannya. Sehingga "kebudayaan adalah komunikasi dan
komunikasi adalah kebudayaan, begitulah kata Edward T. Hall. Jadi sebenarnya tak ada
komunitas tanpa kebudayaan, dengan kata lain tidak ada komunitas, tidak ada masyarakat, dan
tidak ada kebudayaan tanpa komunikasi. Di sinilah pentingnya kita mengetahui komunikasi
antarbudaya itu.

1.2.

Rumusan Masalah

1.2.1. Apa Pengertian Komunikasi antar Budaya ?


1.2.2. Apa saja Prinsip Komunikasi antar Budaya ?
1.2.3. Apa saja yang menjadi sarana dari komunikasi Antar budaya ?
1.2.4. Apa saja fungsi dari Komunikasi Antar Budaya?
1.2.5. Apa saja hambatan dari Komunikasi Antar Budaya?
1.3

Tujuan

1.3.1. Untuk mengetahui pengertian Komunikasi Antar Budaya


1.3.2. Untuk mengetahui prinsip Komunikasi Antar Budaya
1.3.3. Untuk mengetahui sarana dari Komunikasi Antar Budaya
1.3.4. Untuk mengetahui fungsi dari Komunikasi Antar Budaya
1.3.5. Untuk mengetahui hambatan dari Komunikasi Antar Budaya

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Komunikasi Antar Budaya


Pengertian komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku, baik secara langsung (lisan) ataupun tidak langsung (melalui media).
Analisis pengertian komunikasi dan lima unsur komunikasi menurut Harold Lasswell pada
Tahun 1960 menyatakan bahwa Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang
menjelaskan siapa? mengatakan apa? dengan saluran apa? kepada siapa? dengan akibat atau hasil
apa? (who? says what? in which channel? to whom? with what effect?). (Lasswell 1960).
Kesimpulannya, Komunikasi adalah pesan yang disampaikan kepada komunikan
(penerima) dari komunikator (sumber) melalui saluran-saluran tertentu baik secara
langsung/tidak langsung dengan maksud memberikan dampak/effect kepada komunikan sesuai
dengan yang diingikan komunikator.
Adapun Pengertian Budaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Budaya diartikan
sebagai pikiran, akal budi atau adat-istiadat. Secara tata bahasa, pengertian kebudayaan
diturunkan dari kata budaya yang cenderung menunjuk pada pola pikir manusia. Menurut EB.
Taylor, Budaya adalah suatu keseluruhan yang kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan,
seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari
manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi
tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain,
yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat. kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari pengertian tersebut diatas dapat kita definisikan Komunikasi Antar Budaya menurut
beberapa ahli. Menurut Fred. E. Jandt yang mengartikan komunikasi antar budaya sebagai

interaksi tatap muka diantara orang yang berbeda-beda budaya. Komunikasi antar budaya
merupakan bagian dari komunikasi multikultural. Colliers dan Thomas mengartikan komunikasi
antarbudaya sebagai komunikasi yang terjadi diantara orang yang memiliki perbedaan budaya.
Stephen Dahl sendiri mengartikan komunikasi antar budaya secara spesifik, yaitu komunikasi
yang terjadi didalam masyarakat yang berasal dari dua ataupun lebih kebangsaan yang berbeda,
seperti perbedaan rasial dan latar belakang etnik.
Definisi lain tentang komunikasi antarbudaya dikemukakan oleh Stuward L. Tubbs yang
mendefinisikan komunikasi antar budaya sebagai komunikasi yang terjadi diantara dua anggota
yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda baik secara rasial, etnik maupun sosialekonomi. Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang
memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosio ekonomi, atau gabungan dari
semua perbedaan ini). Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh
sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.
2.2. Hubungan Komunikasi Dan Budaya
Begitu pentingnya komunikasi dalam kehidupan kita sehingga kita tidak dapat berbuat
tanpa komunikasi. Kita bisa saling mengenal, berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
sosial kita karena komunikasi. Bahkan dengan komunikasi, kita dapat mengenal diri kita sendiri
dan dunia. Tanpa komunikasi, sulit rasanya kita bisa melakukan keseimbangan, kesetaraan dan
keharmonisan yang didambakan dalam kehidupan. Menyadari kenyataan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa istilah komunikasi bukanlah sebuah kata, konsep atau definisi atau kumpulan
teori sederhana yang tiba-tiba hadir di depan kita, melainkan fenomena sosial masyarakat, yang
melalui proses, kajian, telaah ilmiah, adaptasi dan dinamisasi keilmuan yang matang yang
berkembang menjadi sebuah disiplin ilmu sosial yang mandiri.
Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan karena budaya tidak hanya menentukan
siapa dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana komunikasi berlangsung, tetapi budaya juga
turut menentukan bagaimana orang menyandi pesan, makna yang lain ia miliki untuk pesan, dan
kondisi-konsidinya untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan. Sebernarnya
seluruh perbendaharaan perilaku kita sangat bergantung pada budaya tempat kita dibesarkan.
Konsekuensinya, beraneka ragam, maka beraneka ragam pula praktek-praktek komunikasi.

Komunikasi adalah salah satu wujud kebudayaan. Sebab, komunikasi hanya bisa
terwujud setelah sebelumnya ada suatu gagasan yang akan dikeluarkan oleh pikiran individu.
Jika komunikasi itu dilakukan dalam suatu komunitas, maka menjadi sebuah kelompok aktivitas
dan pada akhirnya komunikasi yang dilakukan tersebut tak jarang membuahkan suatu bentuk
fisik, misalnya hasil karya seperti sebuah bangunan. Bukanlah bangunan didirikan karena ada
konsep, gagasan kemudian didiskusikan (dengan keluarga, pekerja atau arsitek) dan berdirilah
sebuah rumah. Maka komunikasi nyata menjadi sebuah wujud dari kebudayaan. Dengan kata
lain komunikasi bisa disebut sebagai proses budaya yang ada dalam masyarakat.
Komunikasi akan menemukan bentuknya secara lebih baik manakala meggunakan bahasa
sebagai alat komunikasi menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi.
Bagaimana penggunaan bahasa yang efektif, memakai bahasa apa, siapa yang menjadi sasaran
adalah manisfestasi komunikasi dari proses budaya. Termasuk disini juga ada manisfestasi
komunikasi sebagai proses kesenian, misalnya di televisi ada seni gerak (drama, sinetrron, film)
atau seni suara (menyanyi, dialog).
Hubungan

yang

tidak

terpisahkan

antara

komunikasi

dan

budaya

sebagai

berikut:Kebudayaan merupakan suatu kode atau kumpulan peraturan yang dipelajari dan dimiliki
bersama. Sedangkan untuk mempelajari dan memilikinya bersama diperlukan komunikasi, dan
komunikasi memerlukan kode-kode dan lambang-lambang yang harus dipelajari dan dimiliki
bersama. Untuk lebih mengerti hubungan komunikasi dengan kebudayaan bisa ditinjau dari
sudut pandang perkembangan masyarakat, perkembangan kebudayaan, dan peranan komunikasi
dalam proses perkembangan tersebut. Perkembangan mencerminkan hubungan terus menerus
dan berlangsung dan di mana simbol dan lambang berlangsung dalam proses resiprokal (timbalbalik) antara orang-orang didalamnya. Kebudayaan sebagai faktor yang menentukan dalam
berlangsungnya proses komunikasi dan interaksi yang terjadi di dalamnya.
2.3. Prinsip Prinsip Komunikasi Antar Budaya
Adapun prinsip-prinsip dalam Komunikasi Antar Budaya adalah sebagai berikut :
1. Relativitas Bahasa
Gagasan umum bahwa bahasa mempengaruhi pemikiran dan perilaku paling
banyak disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan
disepanjang tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa mempengaruhi proses
kognitif kita. Dan karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam hal

karakteristik semantik dan strukturnya, tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa
orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka
memandang dan berpikir tentang dunia.
2. Bahasa sebagai cermin budaya
Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan
komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar
perbedaan antara budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit
komunikasi dilakukan. Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya, lebih banyak
kesalahankomunikasi, lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah
paham, makin banyak salah persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing).
3. Mengurangi Ketidakpastian
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidak-pastian dam
ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi ketidakpastian ini sehingga kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan
perilaku orang lain. Karena letidak-pasrtian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan
lebih banyak waktu dan upaya untuk mengurangi ketidak-pastian dan untuk berkomunikasi
secara lebih bermakna.
4. Kesadaran diri dan perbedaan antar budaya
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para
partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif. Positifnya,
kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan
hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita
terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri.
5. Interaksi awal dan perbedaan antar budaya
Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur
berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun selalu
terdapat kemungkinan salah persepsi dansalah menilai orang lain, kemungkinan ini
khususnya besar dalam situasi komunikasi antarbudaya.
6. Memaksimalkan hasil interaksi
Dalam komunikasi antarbudaya terdapat tindakan-tindakan yang berusaha
memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi mengisyaratkan implikasi yang penting
bagi komunikasi antarbudaya. Pertama, orang akan berintraksi dengan orang lain yang
mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Kedua, bila mendapatkan hasil yang
positif, maka pelaku komunikasi terus melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi. Bila

memperoleh hasil negatif, maka pelaku mulai menarik diri dan mengurangi komunikasi.
Ketiga, pelaku membuat prediksi tentang perilaku mana yang akan menghasilkan hasil
positif. Pelaku akan mencoba memprediksi hasil dari, misalnya, pilihan topik, posisi yang
diambil, perilaku nonverbal yang ditunjukkan, dan sebagainya. Pelaku komunikasi
kemudian melakukan apa yang menurutnya akan memberikan hasil positif dan berusaha
tidak melakkan apa yang menurutnya akan memberikan hasil negatif.
2.4. Fungsi fungsi komunikasi antar budaya
A. Fungsi Pribadi
Fungsi pribadi adalah fungsi fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui prilaku
komunikasi yang besumber dari seorang individu yang meliputi :
Menyatakan Identitas Sosial
Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku komunikasi
individu yang digunakan untuk menyatakan identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan
melalui tindakan berbahasa baik secara verbal dan nonverbal. Dari perilaku berbahasa
itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal usul suku
bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan seseorang.

Menyatakan Integrasi Sosial


Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antar pribadi,

antar kelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap
unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan makna
yang sama atas pesan yang dibagi antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus
komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antar komunikator dengan
komunikan, maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi.
Menambah Pengetahuan
Seringkali komunikasi antar pribadi maupun antar budaya menambah pengetahuan
bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing.
B. Fungsi Sosial
Pengawasan
Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek komunikasi
antarbudaya di antara komunikator dan komunikan yang berbada kebudayaan
berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi ini
bermanfaat untuk menginformasikan "perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini

lebih banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarlusakan secara rutin
perkembangan peristiwa yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi
dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.

Menjembatani
Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang
dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas
perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesanpesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas
sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula
oleh pelbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi massa.

Sosialisasi Nilai
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan
nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain.
Menghibur
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi antar budaya.
Misalnya menonton tarian hula-hula dan "Hawaian" di taman kota yang terletak di
depan Honolulu Zaw, Honolulu, Hawai. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori
hiburan antar budaya.
2.5. Hambatan Komunikasi Antar Budaya
a) Etnosentrisme
Etnosentrisme didefinisikan sebagai suatu kecenderungan yang menganggap nilainilai dan norma-norma kebudayaan sendiri sebagai suatu yang prima, terbaik, mutlak, dan
dipergunakannya sebagai tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan
kebudayaan lain. Kepercayaan pada subprioritas inheren kelompok atau budayanya sendiri,
etnosentrisme mungkin disertai rasa jijik pada orang-orang lain yang tidak sekelompok,
etnosentrisme cenderung memandang rendah orang-orang lain yang tidak sekelompok dan
dianggap asing, etnosentrisme memandang dan mengukur budaya-budaya asing dengan
budayanya sendiri.
b) Stereotipe
Kesulitan komunikasi akan muncul dari penstereotipan (stereotyping), yakni
menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi

orang-orang berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Dengan kata lain,
penstereotipan adalah proses menempatkan orang-orang ke dalam kategori-kategori yang
mapan, atau penilaian mengenai orang-orang atau objek-objek berdasarkan kategorikategori yang sesuai, ketimbang berdasarkan karakteristik individual mereka. Banyak
definisi stereotype yang dikemukakan oleh para ahli, kalau boleh disimpulkan, stereotip
adalah kategorisasi atas suatu kelompok secara serampangan dengan mengabaikan
perbedaan-perbedaan individual.
Kelompok-kelompok ini mencakup : kelompok ras, kelompok etnik, kaum tua,
berbagai pekerjaan profesi, atau orang dengan penampilan fisik tertentu. Stereotip tidak
memandang individu-individu dalam kelompok tersebut sebagai orang atau individu yang
unik. Contoh stereotip : Laki-laki berpikir logis, Orang berkaca mata minus jenius, Orang
batak kasar, Orang padang pelit, Orang jawa halus-pembawaan. Stereotip tidak berbahaya
sejauh kita simpan di kepala kita, namun akan bahaya bila diaktifkan dalam hubungan
manusia. Stereotip dapat menghambat atau mengganggu komunikasi itu sendiri. Contoh
dalam konteks komunikasi lintas budaya misalnya, kita melakukan persepsi stereotip
terhadap orang padang bahwa orang padang itu pelit. Lewat stereotip itu, kita
memperlakukan semua orang padang sebagai orang yang pelit tanpa memandang pribadi
atau keunikan masing-masing individu. Orang padang yang kita perlakukan sebagai orang
yang pelit mungkin akan tersinggung dan memungkinkan munculnya konflik.

c)

Prasangka
Suatu kekeliruan persepsi terhadap orang yang berbeda adalah prasangka, suatu

konsep yang sangat dekat dengan stereotip. Prasangka adalah sikap yang tidak adil
terhadap seseorang atau suatu kelompok. Beberapa pakar cenderung menganggap bahwa
stereotip itu identik dengan prasangka, seperti Donald Edgar dan Joe R. Fagi. Prasangka
dapat menghambat komunikasi. Oleh karena itu, orang-orang yang punya sedikit
prasangka pun terhadap suatu kelompok yang berbeda tetap saja lebih suka berkomunikasi
dengan orang-orang yang mirip dengan mereka karena interaksi demikian lebih
meyenagkan daripada interaksi dengan orang tak dikenal.
Ada beberapa contoh prasangka misalnya. orang Jepang kaku dan pekerja keras,
orang Cina mata duitan, politikus itu penipu, wanita sebagai objek seks, dll. Prasangka
mungkin tidak didukung dengan data yang memadai dan akurat sehingga komunikasi yang
terjalin bisa macet karena berlandaskan persepsi yang keliru, yang pada gilirannya
membuat orang lain juga salah mempersepsi kita. Cara yang terbaik untuk mengurangi
prasangka adalah dengan meningkatkan kontak dengan mereka dan mengenal mereka lebih
baik, meskipun kadang cara ini tidak berhasil dalam semua situasi.
d) Rasialisme
Rasialisme adalah suatu penekanan pada ras atau menitikberatkan pertimbangan
rasial. Kadang istilah ini merujuk pada suatu kepercayaan adanya dan pentingnya kategori
rasial. Dalam ideologi separatis rasial, istilah ini digunakan untuk menekankan perbedaan
sosial dan budaya antar ras. Walaupun istilah ini kadang digunakan sebagai kontras dari
rasisme, istilah ini dapat juga digunakan sebagai sinonim rasisme. Jika istilah rasisme
umumnya merujuk pada sifat individu dan diskriminasi institusional, rasialisme biasanya
merujuk pada suatu gerakan sosial atau politik yang mendukung teori rasisme.
Pendukung rasialisme menyatakan bahwa rasisme melambangkan supremasi rasial
dan karenanya memiliki maksud buruk, sedangkan rasialisme menunjukkan suatu
ketertarikan kuat pada isu-isu ras tanpa konotasi-konotasi tersebut. Para rasialis
menyatakan bahwa fokus mereka adalah pada kebanggaan ras, identitas politik, atau
segregasi rasial. Rasialisme di sini menjadi sangat berbahaya karena selain menghambat
keefektifan komunikasi antar budaya, antar ras yang berbeda, rasialisme dapat menjadi
pemicu pertikaian antar ras, di mana konflik yang terjadi akan sulit sekali untuk

didamaikan dan berlangsung lama. Contoh konflik akibat rasialisme yang pernah terjadi
dan terkenal di Indonesia adalah konflik- rasialisme anti-Tionghoa, di mana di Indonesia
pernah terjadi pembantaian besar-besaran terhadap ras Tionghoa yang terjadi di berbagai
wilayah Indonesia. Butuh perjuangan yang panjang agar ras Tionghoa diterima dan diakuidihargai keberadaannya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan
pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan
tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu
proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan.
Kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat
dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya polapola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya

ditujukan

untuk

membantu

manusia

dalam

melangsungkan

kehidupan

bermasyarakat.Antara komunikasi dan kebudayaan sangatlah erat kaitannya. Tidak akan ada
budaya tanpa adanya komunikasi dan begitu pula sebaliknya.
3.2 Saran
Dalam proses penyusunan makalah ini kami sadari penuh dengan kekurangan, sehingga
kami harap kritik dan saran pembaca sebagai wujud partisipasi dalam proses pengembangan
mutu pendidikan yang sedang penulis tempuh.
Dalam mengkaji komunikasi antarbudaya memiliki banyak manfaat yang dapat kita
dapatkan, terlebih dalam tata cara kita menyikapi sesuatu yang berlaianan dengan budaya kita.
Oleh karena itu, wawasan ini menjadi penting dalam proses interaksi kita dengan sesama
manusia.

Вам также может понравиться