Вы находитесь на странице: 1из 13

Analisis evaluasi

effectiveness
1.

kebutuhan

belanja

modal,

cost

benefit

analysis

dan cost
analysis

Pengertian dan kegunaan

2.
Penerapan dalam meningkatkan kualitas belanja negara
JAWABAN
Analisis evaluasi kebutuhan belanja modal
Definisi:
Cost benefit analysis adalah pendekatan sistematis untuk memperkirakan kelebihan dan
kekurangan dari 2 atau lebih alternatif belanja modal pemerintah
Cost effectiveness analysis adalah suatu analisis ekonomi yang membandingkan biaya
dengan dampak dari beberapa alternatif belanja modal
Perbedaan dari kedua metode analisis ini adalah, metode cost benefit mengukur biaya dan
manfaat yang diperoleh secara moneter, sedangkan cost effectiveness mengukur biaya
secara moneter namun mengukur manfaat yang didapat tidak secara moneter/uang. Metode
cost benefit akan lebih cocok dilakukan pada kegiatan yang menghasilkan keuntungan secara
komersil. Metode cost effectiveness cocok digunakan pada kegiatan yang tujuannya tidak
untuk semata-mata mencari laba tapi dampak lain yang tidak dapat diukur dengan uang.
Penerapan analisis ini dalam meningkatkan kualitas belanja negara antara lain :
1.
Mengukur manfaat belanja modal yang dilakukan oleh pemerintah, manfaat yang
secara moneter (meningkatkan penerimaan pemerintah) ataupun manfaat yang tidak
dapat diukur secara moneter misalnya peningkatan pelayanan kepada masyarakat,
menurunkan masalah sosial dsb
2.

Membantu pemerintah dalam mengambil keputusan terhadap alternatif pilihan belanja


modal dan menentukan mana belanja modal yang perlu diprioritaskan berdasarkan
manfaat yang diberikan.

Hal yang terkait capital budgeting agar belanja infrastruktur bermanfaat


sebesar2nya
bagi
kemakmuran
rakyat?
Pendekatan yang bisa dilakukan di tahap planning dan budgeting agar
kinerja/outcome
optimal?
JAWABAN:
Agar belanja infrastruktur bermanfaat sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, pemerintah
perlu melakukan :
1.
Analisis dan evaluasi kebutuhan belanja modal
2.

Analisis keuangan dan pemanfaatan aset

3.

Optimalisasi sumber daya ekonomi yang terbatas

4.
Evaluasi atas belanja modal
Pendekatan
yang
bisa
dilakukan
1.

Cost benefit analysis

2.

Cost effectiveness analysis

3.

Discounted cash flow

4.

Internal rate of return (IRR)

pada

tahap

planning

dan

budgetting

Prinsip umum dan persyaratan pemanfaatan aset tetap dalam mengoptimalkan


aset
negara
dan
mendapat
PNBP
JAWABAN :
Prinsip umum dan Persyaratan pemanfaatan aset tetap BMN (PMK Nomor 78/PMK.06/2014):
1.Pemanfaatan BMN dapat dilakukan sepanjang tidak mengganggu pelaksanaan tugas
dan fungsi penyelenggaraan pemerintah negara
2.Memperhatikan kepentingan negara dan kepentingan umum

3.Pemanfaatan dilakukan dengan tidak mengubah status kepemilikan BMN


4.BMN yang menjadi objek pemanfaatan harus ditetapkan status penggunaannya oleh
pengelola barang/pengguna barang
5.Biaya pemeliharaan, pengamanan dan pelaksanaan pemanfaatan dibebankan pada
mitra Pemanfaatan
6.Penerimaan dari pemanfaatan wajib disetorkan ke RKUN
7.BMN yang menjadi objek pemanfaatan dilarang dijaminkan atau digadaikan
Bentuk
pemanfaatan
BMN

1. Sewa;
2. Pinjam pakai
3. KSP(Kerja Sama Pemanfaatan)
4. BGS/BSG
5. KSPI
Pendanaan aset tetap dapat dilakukan dengan utang luar negeri atau penjualan
SBN
1.
2.

Yang mana yg lebih menguntungkan


Dalam pembiayaan anggaran, perlu mengurangi utang luar negeri (negative
net flow). Mengapa harus dilakukan dan apa keuntungan/kerugian kebijakan ini?
JAWABAN
Pembiayaan menggunakan utang luar negeri lebih berisiko dikarenakan adanya risiko nilai
tukar mata uang asing. Penerbitan SBN memiliki keuntungan membantu perkembangan pasar
domestik namun pendanaan mana yang lebih baik disesuaikan dengan karakter proyek yang
didanai.

Apabila

pengadaan

barang

modal

berupa

infrastruktur

yang

menghasilkan

penerimaan dan penerimaan tersebut dapat digunakan membayar kembali pinjaman maka
lebih baik menggunakan utang luar negeri, hal sejalan dengan kebijakan negatif net flow yang
dilakukan oleh pemerintah dalam rangka menurunkan porsi utang luar negeri secara berkala.
Apabila pendanaan akan digunakan sebagai pengadaan alat pertahanan untuk kemetnerian
pertahanan dan PolRI serta untuk pemberdayaan indsutri dalam negeri, maka lebih cocok
menggunakan

pendanaan

berupa

penerbitan

SBN

Kebijakan negative net flow yaitu penarikan pinjaman luar negeri bruto lebih dari kecil
pembayaran cicilan pokok utang luar negeri.
Kebijakan ini dilakukan untuk mengendalikan serta menurunkan outstanding pinjaman luar
negeri secara bertahap. Keuntungan kebijakan ini adalah adanya penurunan pada outstanding
utang luar negeri pemerintah secara berkala sehingga dapat mengurangi cicilan pokok utang
dan bunganya. Kekurangan dari kebijakan ini adalah munculnya beban utang dari penarikan
utang baru, karena pada dasarnya penarikan utang luar negeri bukanlah kegiatan yang gratis.
Pemanfaatan

BMN,

salah

satu

metodenya

Infrastruktur(KSPI). Saat adanya defisit


mengembangkan

Kerjasama

Pemerintah

Kerja

Sama

Penyediaan

infrastruktur pemerintah berusaha


Swasta(KPS)

untuk

pengadaan

infrastruktur
1.

Apa manfaat yg diperoleh pemerintah dr KSP, terkait struktur modal


pemerintah

2.

Mengapa implementasi KSP mengalami


lapangan
JAWABAN
Pertimbangan melakukan KSPI
1.Dalam rangka penyediaan infrastruktur

berbagai

kendala/hambatan

di

2.Tidak tersedia cukup dana dalam APBN untuk penyediaan infrastruktur


3.Termasuk dalam proyek penyediaan infrastruktur prioritas
Manfaat
dari

KSPI

1.Alternatif sumber pembiayaan belanja modal pemerintah


2.Penyediaan infrastruktur lebih cepat
3.Mengurangi beban APBN
4.Pemerintah dapat menyediakan lebih banyak infrastruktur penting
5.Meningkatkan akuntabilitas pemerintah
6.Memacu adanya transfer teknologi dari swasta kepada pemerintah
Mengapa ada kendala dan hambatan
1. Modal awal yang dibutuhkan investor terlalu besar dan risiko sangat tinggi sedangkan
proyek infrastruktur memiliki tingkat pengembalian modal yang lambat
2. Proyek yang ditawarkan oleh pemerintah ke swasta kurang feasible, kurangnya daya
tarik seperti adanya insentif bagi pihak swasta yang mau mengambil proyek
3. Sulitnya proses perizinan dan pengadaan lahan oleh pihak swasta meskipun ini
termasuk dalam proyek pemerintah
4. Birokrasi pemerintah yang kurang berkomitmen mendukung KSPI
5. Kurangnya SDM dengan keahlian memadai di tingkat Penanggung Jawan Proyek
Kerjasama(PJPK). Perlu SDM yang memiliki keahlian khusus di bidang penyusunan
transaksi, analisis keuangan dan ahli hukum keomersial. SDM ini sangat diperlukan
untuk membuat tawaran proyek yang dapat menarik minat investor
6. Kompleksitas peraturan mengenai KSPI dan adanya tumpang tindih peraturan.
Dalam pelaksanaan anggaran ada risiko fiskal yang dapat menimbulkan tekanan
fiskal pada APBN
1. Sumber risiko fiskal dan perbedaan risiko fiskal pada pelaksanaan APBN P
2014 dan R APBNP 2015
2. Mitigasi yang dapat dilakukan berkenaan risiko fiskal
JAWABAN
Sumber Risiko Fiskal
1. Risiko Asumsi dasar ekonomi makro
2. Risiko Utang Pemerintah Pusat
1.

Risiko Tingkat Bunga

2.

Risiko Nilai Tukar

3.

Risiko Pembiayaan Kembali


3. Kewajiban Penjaminan Pemerintah Pusat
4. Risiko Fiskal Lainnya

1.

Mandatory spending

2.

Bencana alam

3.
Transaksi Internasional
Perbedaan Risiko 2014 dan 2015 yaitu :
1. Perbedaan asumsi dasar ekonomi makro,

1. pada tahun 2015 nilai USD semakin menguat dibanding dengan tahun
2014, hal ini dapat berdampak pada APBN
2. Tingkat inflasi yang meningkat dari tahun ke tahun
3. Pertumbuhan ekonomi
4. Harga minyak mentah dunia yang turun di tahun 2015
5. Lifting minya dan gas
2. Risiko nilai tukar yang meningkat di tahun 2015, dikarenakan adanya USD yang
menguat yang telah disebut sebelumnya dan utang luar negeri indonesia didominasi
oleh utang dengan mata uang USD.
3. Perubahan mandatory spending, karena adanya perubahan pada subsidi BBM
Mitigasi Risiko Fiskal(dari Nota Keuangan 2015)
1. Mitigasi Risiko Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro
Untuk antisipasi penambahan defisit akibat deviasi dari asumsi dasar ekonomi
makro, pemerintah mengalokasikan dana cadangan yang berfungsi sebagai
bantalan/cushion untuk mengurangi besaran defisit APBN.
2. Mitigasi Risiko Utang Pemerintah Pusat
1. Diversifikasi instrumen utang dan basis investor
2. Pendalama pasar SBN Domestik
3. Pengadaan pinjaman siaga sebagai sumber pendanaan utang saat kondisi
pasar keuangan memburuk
4. Pemanfaatan fleksibilitas pembiayaan utang tunai
3. Mitigasi Risiko Kewajiban Penjaminan Pemerintah
1. Mengalokasikan dana kewajiban penjaminan pemerintah
2. Membentuk dana cadangan penjaminan pemerintah
3. Terkait dengan jaminan infrastruktur, pemerintah melakukan mitigasi dengan
penerbitan benchmark pinjaman serta melakukan evaluasi kelayakan proyek
dan perjanjian kerjasama
4. Terkait dengan kegiatan jaminan sosial, pemerintah melakukan evaluasi
kesesuaian besaran iuran untuk memitigasi apabila iuran terkumpul tidak
cukup menutupi biaya kesehatan
4. Mitigasi Risiko Lain
1. Mitigasi risiko mandatory spending
1. Moratorium pembentukan lembaga baru
2. Konsep anggaran berbasis kinerja
3. Penghematan subsidi energi
4. Prioritas pada pos pembiayaan dan investasi pemerintah
2. Mitigasi Risiko Bencana Alam
1.

Transfer risiko dengan membuat kebijakan Asuransi bencana alam

2.
panen

Alokasi dana cadangan stabilisasi harga pangan untuk menangani gagal


3. Mitigasi Risiko transaksi internasional

1.
2.

Peningkatan daya saing produk ekspor


Mendorong masuknya Foreign Direct Investment(FDI) dan Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) yang fokus pada industri ekspor

3.

Hilirisasi industri berbasis agro, migas dan tambang mineral

4.

Peningkatan kapasitas SDM dan modal UKM ekspor

5.

Stimulus fiskal terkait pembiayaan ekspor

6.

Kebijakan kondusif bagi penanaman modal seperti tax holiday, tax


allowance dan pembebasan bea masuk impor mesin, barang dan bahan bagi penanaman
modal.

RANGKUMAN MATERI MANAJEMEN KEUANGAN PEMERINTAH

1.

Analisis Kebutuhan Belanja Modal (Aset Tetap) dikenal adanya beberapa metode
analisis
a.
Apa yang dimaksud dengan metode analisis cost benefit analisis dan cost
effectiveness analisis?
Cost Benefit Analysis
pendekatan sistematis untuk memperkirakan kelebihan dan kelemahan dari alternatif
kegiatan transaksi atau persyaratan fungsional untuk bisnis yang optimal. Ini adalah teknik
yang digunakan untuk menentukan opsi yang memberikan pendekatan yang terbaik untuk
adopsi dan praktek dalam hal manfaat dalam tenaga kerja, waktu dan penghematan biaya
lain-lain.
Analisis biaya-manfaat (CBA), kadang-kadang disebut analisis manfaat-biaya (BCA), adalah
proses sistematis untuk menghitung dan membandingkan manfaat dan biaya dari proyek
untuk dua tujuan:

Untuk menentukan apakah itu adalah investasi yang sehat (pembenaran / kelayakan).

Untuk melihat bagaimana membandingkan dengan proyek-proyek alternatif (peringkat /


prioritas tugas). Ini melibatkan membandingkan biaya total diharapkan setiap pilihan
terhadap manfaat yang diharapkan total, untuk melihat apakah manfaatnya lebih besar
daripada biaya, dan seberapa banyak.
BCA/CBA digunakan untuk mengevaluasi penggunaan sumber daya ekonomi yang
langka agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya secara efisien. Pemerintah mempunyai
banyak program/kegiatan yang harus dijalankan, sedangkan sumber dana yang
tersedia (resources) relatif terbatas. Melalui penerapan berbagai model ini diharapkan
Pemerintah bisa menjamin penggunaan sumber dana yang ada bisa dilakukan secara tepat
dan efisien.
Cost Effectiveness Analysis
Analisis cost effectiveness (analisis efektivitas biaya) pada prinsipnya adalah
membandingkan output yang dihasilkan dari berbagai kombinasi input, sehingga bisa
diperkirakan kombinasi biaya terendah yang menghasilkan output yang diharapkan. Atau bisa
pula mengidentifikasi output yang terbaik dari suatu biaya yang besarannya sudah
ditentukan. Kesemuanya mengacu pada prinsip efektifitas.
Analisis cost effectiveness adalah suatu bentuk analisis ekonomi yang membandingkan
biaya dengan hasil (efek) dari dua atau lebih tindakan. Analisis cost effectiveness berbeda
dari analisis cost-benefit (biaya-manfaat) yang memberikan nilai moneter untuk ukuran dari
efek. Analisis cost effectiveness sering digunakan dalam bidang pelayanan kesehatan dan
pendidikan, dimana tidak memungkinkan untuk menggunakan nilai uang untuk mengukur
efek kesehatan dan pendidikan.
b.
Bagaimana penerapan kedua metode tersebut dalam rangka meningkatkan
kualitas belanja?
Menurut PMK Nomor 226/PMK.06/2011 tentang Perencanaan Kebutuhan BMN dijelaskan
bahwa perencanaan kebutuhan BMN adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan BMN
untuk menghubungakan pengadaan barang yang lalu dengan keadaan yang sedang berjalan
sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan datang.

2.

a.

b.

Rencana Kebutuhan BMN disusun dengan memperhatikan ketersediaan BMN yang ada
pada K/L. Selain itu RKBMN disusun berlandaskan standar barang dan standar kebutuhan
yang didasarkan pada pertimbangan kemampuan keuangan negara dan penyelenggaraan
tugas dan fungsi K/L termasuk dalam rangka menjalankan pelayanan umum dengan
memperhatikan ketersediaan BMN pada K/L.
Pengelola Barang dapat menolak RKBMN baik sebagian maupun seluruhnya dalam hal
tersedianya BMN yang tidak digunakan untuk menunjang tusi, tersedia BMN idle pada
pengelola barang, berdasarkan standar barang dan standar kebutuhan BMN yang dikuasai
pengguna masih mencukupi kebutuhan pengguna barang.
RKBMN yang telah disetujui pengelola barang digunakan oleh DJA sebagai dasar
penelaahan atas RKAKL yang diajukan oleh K/L. Adapun DJA dapat melakukan penyesuaian
berupa pengurangan atas alokasi dana terhadap kegiatan pengelolaan BMN yang didasarkan
pada pertimbangan keterbatasan ketersediaan anggaran, sinkronisasi dengan perencanaan
anggaran, maupun kebijakan pemerintah.
Dalam RAPBN 2015 ada penambahan alokasi belanja modal yang cukup
signifikan jumlahnya (100 T) untuk pembangunan infrastruktur, agar tambahan
alokasi belanja tersebut bermanfaat yang sebesar2 kemakmuran rakyat.
Hal-hal apakah terkait dengan capital budgeting yang perlu dilakukan
pemerintah?
Penganggaran belanja modal adalah proses perencanaan pengeluaran modal untuk
memperoleh aset yang aliran kasnya diperkirakan di atas satu tahun. PBM mencakup
keseluruhan proses penganalisaan proyek proyek dan penetapan proyek mana yang akan
dimasukkan ke dalam penganggaran belanja modal.
Pada tahap penganalisaan proyek terdapat hal strategis yang harus dilakukan untuk menilai
apakah suatu program /kegiatan atau proyek layak didanai atau dilaksanakan. Dengan
keterbatasan sumber dana yang dimiliki pemerintah di satu sisi dan banyaknya
program/kegiatan yang harus dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di sisi
lain, maka diperlukan analisis dan evaluasi yang seksama agar dapat dijamin keberhasilan
program/kegiatan yang dipilih sebagai prioritas. Adapun langkah-langkah analisis dan evaluasi
yang baik tersebut sebagai berikut:
A presentation and discussion of the socio economic context and the objective
The clear identification of the project
The study of the feasibility of the project and of alternative options
Financial analysis
Economic analysis
Risk Assesment
Pendekatan apa saja yang bisa dilakukan pada tahap planning and budgeting
sehingga bisa dihasilkan kinerja output/outcome yang optimal?
Cost Benefit Analysis
BCA/CBA digunakan untuk mengevaluasi penggunaan sumber daya ekonomi yang langka
agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya secara efisien. Pemerintah mempunyai banyak
program/kegiatan
yang
harus
dijalankan,
sedangkan
sumber
dana
yang
tersedia (resources) relatif terbatas. Melalui penerapan berbagai model ini diharapkan
Pemerintah bisa menjamin penggunaan sumber dana yang ada bisa dilakukan secara tepat
dan efisien.
Cost Effectiveness Analysis
Analisis cost
effectiveness (analisis
efektivitas
biaya)
pada
prinsipnya
adalah
membandingkan output yang dihasilkan dari berbagai kombinasi input, sehingga bisa
diperkirakan kombinasi biaya terendah yang menghasilkan output yang diharapkan. Atau bisa
pula mengidentifikasi output yang terbaik dari suatu biaya yang besarannya sudah
ditentukan. Kesemuanya mengacu pada prinsip efektifitas
Discounted Cash Flow

DCF merupakan suatu model pemeringkatan proposal proposal investasi yang


menggunakan konsep nilai waktu uang dengan cara menghitung prospek pertumbuhan suatu
instrumen investasi dalam beberapa waktu ke depan. Konsep ini didasarkan pada pemikiran
bahwa apabila perusahaan menginvestasikan sejumlah dana, maka dana tersebut akan
tumbuh sekian persen atau beberapa kali lipat setelah waktu tertentu. Teknik teknik
penilaian proyek yang dapat digolongkan kedalam metode DCF ini adalah NPV, IRR, dan
Profitability Index.
3.

4.
a.

b.

Apakah prinsip-prinsip umum dan persyaratan pemanfaatan aaset tetap yang


dimiliki negara (BMN) dalam rangka mengoptimalkan aset negara dan memperoleh
sumber PNBP?
Prinsip-Prinsip Umum dan persyaratan:
Pemanfaatan BMN dapat dilaksanakan sepanjang tidak mengganggu pelaksanaan tusi
penyelenggaraan pemerintah negara
Pemanfaatan BMN dilakukan dengan memperhatikan kepentingan negara dan kepentingan
umum
Pemanfaatan BMN dilakukan dengan tidak mengubah status kepemilikan BMN
BMN yang menjadi objek pemanfaatan harus ditetapkan status penggunaannya oleh
pengelola barang/pengguna barang
Biaya pemeliharaan dan penggunaan BMN serta biaya pelaksanaan yang berkaitan dengan
pemanfaatan BMN dibebankan pada mitra pemanfaatan
Penerimaan negara dari pemanfaatan BMN merupakan penerimaan negara yang wajib
disetorkan seluruhnya ke rekening Kas umum negara
BMN yang menjadi objek pemanfaatan dilarang dijaminkan atau digadaikan
Pendanaan kebutuhan barang modal (AT) pemerintah dapat dilakukan melalui
pinjaman luar negeri atau penjualan surat berharga.
Sumber pendanaan mana yang lebih menguntungkan untuk dipilih antara
penjualan surat berharga dan utang luar negeri?
Untuk menentukan sumber pendanaan mana yang lebih baik, maka disesuaikan
dengan karakter dari proyek yang didanai. Apabila barang modal dimaksud berpotensi
menghasilkan suatu aliran penerimaan dana seperti infrastruktur air bersih atau jalan tol
dimana hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk pembayaran kembali pinjaman,
maka cara yang digunakan untuk mendanai kegiatan tersebut melalui penjualan surat
berharga.
Namun apabila proyek yang didanai tersebut mempunyai manfaat umum dan tidak
dapat menghasilkan aliran dana secara langsung seperti gedung balai kota atau taman-taman
kota, ataupun proyek proyek dalam rangka pengentasan kemiskinan, pengadaan
alutsista/autpolri, maka cara pembiayan yang digunakan lebih baik melalui pinjaman ke luar
negeri.
Dalam pembiayaan anggaran, kita berusaha untuk mengurangi utang luar negeri
(negative net flow). Mengapa hal ini dilakukan dan apa keunggulan/kerugian dari
penerapan kebijakan seperti ini?
Cash Flow Negatif adalah situasi di mana pembayaran (dana yang ke luar) selama
jangka waktu tertentu melebihi arus kas masuk (dana yang masuk) pada periode yang
sama. Hal ini dicontohkan bahwa Pemerintah meminjam dana 1 milyar rupiah, namun di
tahun yang sama kita membayar pinjaman sebesar 2 milyar rupiah. Hal ini secara langsung
menunjukkan bahwa setiap utang yang diterima tidak memiliki manfaat sama sekali pada
proses pembangunan di Indonesia. Hal inilah yang mendasari pemerintah untuk berusaha
mengurangi porsi pembiayaan yang berasal dari pinjaman luar negeri. Perlu disadari atau
tidak bahwa kebijakan utang luar negeri hanya melanjutkan praktik eksploitasi luar negeri
terhadap anggaran Indonesia akibat terjadinya selisih transfer negatif sejak tahun 1984/1985.

Selain itu penggunaan utang luar negeri bukan merupakan solusi untuk mengurangi
beban utang karena makin meningkatnya beban-beban utang dari penarikan utang utang
baru berbiaya mahal yang sangat bias dengan kepentingan kreditor.
Hal lain yang mendasar dari net negative flow adalah Indonesia mengirim hasil
kegiatan ekonomi nasional ke luar yang ditransfer untuk pembayaran utang. Net negative
flow juga menyebabkan struktur ekonomi menjadi rentan karena kebutuhan pembayaran
hutang yang besar sekaligus kebutuhan cadangan ekonomi yang besar.
5.

a.

b.

Dalam pemanfaatan BMN, salah satu metode yang digunakan adalah Kerja Sama
Penyediaan Infrastruktur (KSPI). Dengan terjadinya defisit infrastruktur, pada saat
ini pemerintah berusaha untuk mengembangkan program Kerjasama Pemerintah
Swasta (KPS) untuk pengadaan infrastruktur.
Jelaskan manfaat yang diperoleh pemerintah sehubungan dengan KSP, terkait
dengan struktur modal pemerintah?
Kerjasama Penyediaan Infrastruktur adalah kerjasama antara pemerintah dan badan usaha
untuk kegiatan penyediaan infrastruktur sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Adapun manfaat yang diperoleh pemerintah dari kerja sama tersebut adalah:
Manfaat Utama:
Mengurangi pengeluaran pemerintah ( contoh : menghilangkan biaya set up fee dimuka
sehingga mengurangi beban dana publik yang terbatas)
Meningkatkan efisiensi (contoh : mitra swasta dapat melakukan efisiensi operasional atau
manajemen yang lebih baik dalam menjalankan beberapa jenis pelayanan publik)
Memacu transfer teknologi yang bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan.
Manfaat lainnya:
Untuk memenuhi perkembangan kebutuhan dan praktik pada umumnya dan mendorong
investasi pada bidang infrastruktur.
Pengguna Barang yang bergerak di bidang infrsastruktur dapat lebih dinamis dan agresif
memanfaatkan BMN dalam kaitannya dengan pembangunan infrastruktur.
Pengembangan dan penyediaan infrastruktur serta layanan umum sperti bandara, jalan
nasional dan lainnya yang selama ini terhambat karena belum ada payung hukumnya dapat
terealisasikan.
mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan dalam penyediaan infrastruktur
melalui pengerahan dana swasta dimana pemerintah memiliki anggaran yang terbatas dan
tidak cukup untuk membiayai secara mandiri atas suatu proyek yang akan dijalankan.
meningkatkan kuantitas, kualitas, dan efisiensi pelayanan melalui persaingan sehat.
meningkatkan kualitas pengelolaan dan pemeliharaan dalam penyediaan infrastruktur.
Mendorong digunakannya prinsip pengguna membayar pelayanan yang diterima, atau dalam
hal-hal tertentu mempertimbangkan kemampuan membayar pengguna.
Optimalisasi pengelolaan atas BMN yang idle / tidak digunakan
Pemerintah mendapatkan PNBP dari BMN idle yang dilakukan KSPI dengan pihak swasta

Mengapa implementasi KSP mengalami berbagai kendala/hambatan atau kurang


lancar dalam pelaksanaan di lapangan?
Adanya benturan pengaturan yang saling bertolak belakang terkait tata cara dan prosedur
kerjasama penyediaan infrastruktur yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun
2010 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur
dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan BMN/D.
Tidak adanya lembaga khusus yang berkonsentrasi untuk mengatur dan mengawasi jalannya
kerja sama pemanfaatan penyediaan infrastruktur yang berfungsi untuk menjembatani
benturan benturan pengaturan tersebut.

Di dalam kerja sama ini, mitra kerjasama perlu menyadari bahwa kerjasama tersebut tidak
hanya semata-mata untuk mencari keuntungan, namun juga untuk kemaslahatan orang
banyak. Atas dasar pertimbangan tersebut maka banyak pihak swasta yang masih belum
tergerak untuk melakukan kerja sama penyediaan infrastruktur.
Selain itu tingkat birokrasi yang gemuk dalam melakukan kerjasama penyediaan infrastruktur
menjadi alasan lain keengganan mitra kerjasama. Di satu sisi mitra kerja sama harus
mengajukan permohonan kepada pengguna barang/pengelola barang yang ada pada
kemenkeu, di sisi lain harus mengajukan izin penggunaan lahan kepada BPN dan Pemerintah
Daerah.
6.
a.

Dalam pelaksanaan anggaran negara senantiasa ditemui adanya risiko fiskal


yang dapat menimbulkan tekanan fiskal terhadap APBN
Jelaskan sumber risiko fiskal yang dihadapi dalam pelaksanaan APBN dan apa
perbedaan risiko fiskal yang dihadapi pada pelaksanaan APBNP 2014 dan RAPBN
2015?
Risiko fiskal didefinisikan sebagai segala sesuatu yang di masa mendatang dapat
menimbulkan tekanan fiskal terhadap APBN
sumber risiko fiskal dapat diidentifikasi ke dalam empat kelompok, yaitu:
risiko asumsi dasar ekonomi makro
Indikator-indikator ekonomi makro yang digunakan sebagai dasar penyusunan APBN adalah
pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3
bulan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, harga minyak mentah Indonesia
(Indonesian Crude Oil Price/ICP), lifting minyak, dan lifting gas.
risiko utang Pemerintah Pusat
Secara umum, risiko utang Pemerintah terbagi dalam 3 (tiga) jenis yaitu risiko tingkat bunga
(interest rate risk), risiko pembiayaan kembali (refinancing risk), dan risiko nilai tukar
(exchange rate risk). Ketiga jenis risiko tersebut digunakan sebagai indikator untuk
menentukan optimal atau tidaknya pengelolaan portofolio utang Pemerintah, khususnya dari
sisi keuangan (finansial).
Risiko kewajiban penjaminan Pemerintah
Kewajiban penjaminan merupakan kewajiban potensial bagi Pemerintah yang timbul akibat
adanya peristiwa masa lalu, dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau tidak
terjadinya suatu peristiwa di masa depan, yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali
Pemerintah. Terealisasinya kewajiban penjaminan merupakan risiko fiskal bagi Pemerintah
karena mengakibatkan terjadinya tambahan beban pengeluaran. Kewajiban penjaminan
bersumber dari pemberian dukungan dan/atau jaminan Pemerintah atas proyek-proyek
infrastruktur, program jaminan sosial nasional, kewajiban Pemerintah untuk menambahkan
modal pada lembaga keuangan tertentu, dan tuntutan hukum kepada Pemerintah oleh pihak
ketiga.
Risiko Fiskal Lainnya
Meliputi pengeluaran negara yang diwajibkan (mandatory spending), bencana alam, dan
transaksi internasional.

Adapun perbedaan antara risiko fiskal yang tertuang di dalam APBNP 2014 dengan RAPBN
2015 bahwa pada APBNP 2014 risiko fiskal yang dituangkan adalah risiko-risiko yang
mengalami perubahan asumsi, dalam hal ini hanya risiko fiskal asumsi dasar ekonomi makro
yang dituangkan dalam APBNP 2014 yang didorong oleh perkembangan terkini ekonomi
makro sampai dengan triwulan 1 2014. Sedangkan risiko fiskal yang tertuang dalam RAPBN
2015 lengkap yakni semua jenis risiko fiskal yang telah dijelaskan sebelumnya ada semua.
b.
Apa mitigasi yang harus dilakukan berkenaan risiko fiskal yang dihadapi oleh
pemerintah pada pelaksanaan RAPBN 2015
Mitigasi risiko asumsi dasar ekonomi makro

Untuk mengantisipasi terjadinya tambahan defisit akibat deviasi asumsi dasar ekonomi makro
dengan realisasinya, Pemerintah mengalokasikan dana cadangan perubahan risiko asumsi
dasar ekonomi makro. Dana cadangan ini berfungsi sebagai bantalan (cushion) untuk
mengurangi besaran defisit APBN.
Mitigasi risiko utang Pemerintah Pusat
Pemerintah melakukan upaya mitigasi risiko dalam mencapai tujuan pengelolaan utang yaitu
memenuhi kebutuhan pembiayaan APBN melalui utang dengan biaya minimal pada tingkat
risiko yang terkendali, dan mendukung terbentuknya pasar SBN yang dalam, aktif dan likuid,
serta memastikan tersedianya dana untuk membiayai defisit dan membayar kewajiban pokok
utang secara tepat waktu dan efisien.
Mitigasi risiko kewajiban penjaminan Pemerintah
Dalam mengelola risiko fiskal yang berasal dari kewajiban penjaminan Pemerintah,
Pemerintah telah melakukan beberapa langkah mitigasi yang diantaranya dengan
mengalokasikan anggaran kewajiban penjaminan Pemerintah, membentuk dana cadangan
penjaminan Pemerintah, memantau mitigasi risiko yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait
(seperti PT PLN, PDAM, dan pihak terkait lainnya), mengelola dan memantau risiko residual
yang tidak dapat dimitigasi oleh pihak-pihak dimaksud..
Mitigasi Risiko Fiskal Lainnya
Langkah mitigasi yang dipersiapkan oleh Pemerintah atas risiko pada APBN yang muncul dari
pengeluaran negara yang diwajibkan adalah dengan melakukan moratorium terhadap
pembentukan lembaga baru, konsep anggaran berbasis kinerja, penghematan anggaran
kementerian/lembaga, penghematan subsidi energi, dan prioritas pada pos pembiayaan dan
investasi Pemerintah.
Pemerintah saat ini sedang mengkaji kemungkinan meningkatkan keragaman dalam pilihanpilihan pembiayaan risiko bencana. Pembiayaan risiko bencana yang efisien merupakan
kombinasi yang optimal antara risiko yang diretensi (ditanggung langsung melalui dana
cadangan bencana alam) dan yang ditransfer.
Langkah mitigasi risiko transaksi internasional yang dilakukan Pemerintah antara lain dengan
penerbitan Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2008 tentang Fokus Ekonomi Tahun 2008-2009,
dilanjutkan dengan Inpres Nomor 11 tahun 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru
Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2011.
7.

LKPP merupakan laporan konsolidasian dari laporan keuangan kementerian


negara/lembaga (LKKL) yang disusun oleh setiap K/L dan Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat
yang disusun oleh Menteri Keuangan selaku BUN. Dalam rangka pencapaian LKP dengan
kualitas terbaik diperlukan adanya langkah-langkah perbaikan terus menerus terutama dalam
rangka peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara antara lain:
Menyempurnakan metode pencatatan dan sistem akuntansi dalam rangka pelaporan
keuangan pemerintah
Memperbaiki proses penyusunan LKBUN
Penyempurnaan sistem dan aplikasi administrasi penerimaan negara
Penertiban rekening pada K/L dan penatausahaan BMN yang meliputi inventarisasi, penilaian
kembali, dan sertifikasi
Penertiban pengelompokkan jenis belanja dalam penganggaran
Peningkatan kualitas SDM di bidang akuntansi dan pelaporan keuangan di seluruh K/L dan
Pemda
Selain itu, seluruh K/L dan Pemda harus melaksanakan sistem pengendalian intern
pemerintah (SPIP). Penerapan penyelenggaraan SPIP akan menjadi bukti nyata
penyelenggaraan pemerintahan yang sejalan dengan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan
yang baik dan menjamin akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan negara.

8.

Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya
yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Sedangkan menurut DJA yang
dimaksud dengan belanja modal adalah pengeluaran untuk pembayaran aset tetap da/atau
menambah nilai aset tetap/aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode
akuntansi dan mlebihi batas minimal kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan
pemerintah.
Belanja Modal meliputi belanja modal tanah, peralatan dan mesin, jalan irigasi jaringan,
gedung dan bangunan, lainnya, dan Badan Layanan Umum

9.

Menurut PMK No 78/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan BMN


mendefinisikan pemanfaatan sebagai pendayagunaan BMN yang tidak digunakan untuk
penyelenggaraan tugas dan fungsi K/L dan/atau optimalisasi BMN dengan tidak mengubah
status kepemilikan. Pemanfaatan terdiri dari:
Sewa, adalah pemanfaatan BMN oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dan menerima
imbalan berupa uang tunai.
Pinjam Pakai adalah penyerahan penggunaan barang dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah dalam jangka waktu tertentu tanpa
menerima imbalan dan setelah jangka waktu tertenu tersebut berakhir diserahkan kembali
kepada pengelola barang.
Kerja Sama Pemanfaatan, adalah pendayagunaan oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu
dalam rangka peningkatan PNBP/penerimaan daerah dan sumber pembiayaan lainnya.
Bangun Serah Guna, adalah pemanfaatan BMN berupa tanah oleh pihak lain dengan cara
mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasililitasnya dan setelah selesai
pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka
waktu tertentu yang disepakati.
Bangun Guna Serah, adalah pemanfaatan BMN berupa tanah oleh pihak lain dengan cara
mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh
pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya
diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya setelah
berakhirnya jangka waktu perjanjian.
Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur adalah kerjasama antara pemerintah dengan badan
usaha untuk kegiatan penyediaan infrastruktur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

10. Upaya yang harus dilakukan pemerintah agar kinerja belanja modal bagus adalah
mengoptimalkan penyerapan dana, meningkatkan efektivitas dan efisiensi belanja modal
tersebut. Efektivitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi adalah
bagaimana cara hasil yang dicapai dengan membandingkan input dan output.
Menurut Prof. Mardiasmo, pengukuran kinerja belanja publik dilakukan untuk memenuhi 3
maksud, yaitu:
a.
Membantu memperbaiki kinerja pemerintah
b.
Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan
keputusan
c.
Mewujudkan pertanggungjawaban publik
11. Cost of Capital (Biaya Modal) dan Capital Budgeting (penganggaran modal) merupakan dua
konsep yang saling berkaitan. Kita tidak bisa menentukan cost of capital jika tidak
mengetahui capital budgeting dan begitu pula sebaliknya. Dengan demikian jika manajer
keuangan ingin memaksimalkan nilai perusahaan maka cost of capital dan capital budgeting
harus ditentukan secara simultan.
Cost of capital adalah biaya riil yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan untuk memperoleh
dana baik yang berasal dari utang, saham preferen, saham biasa, dan laba ditahan untuk

mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan. Penentuan besarnya biaya modal ini
dimaksudkan untuk mengetahui berapa besarnya biaya riil yang harus dikeluarkan
perusahaan untuk memperoleh dana yang diperlukan.
Biaya modal biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menentukan diterima atau ditolaknya
suatu usulan investasi yaitu dengan membandingkan tingkat keuntungan (RoR) dari usulan
investasi tersebut dengan biaya modalnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi CoC yang terkait dengan risiko dan pajak sebagai
berikut:
Risiko bisnis, risiko yang menunjukkan kemungkinan perusahaan tidak mampu menutup biaya
operasionalnya diasumsikan tetap. Artinya bahwa diterimanya suatu proyek tidak
mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban operasionalnya.
Risiko finansial, risiko bahwa perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban finansialnya
diasumsikan tetap. Artinya bahwa proyek proyek yang diterima dan didanai oleh
perusahaan tidak mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
finansialnya.
12. Menurut PP No.60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP), pengawasan intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi,
pemantauan dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi
organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah
dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk
kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata
kepemerintahan yang baik (good
governance).
Pengawasan intern merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengendalian intern yang
berfungsi melakukan penilaian independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi
pemerintah. Lingkup pengaturan pengawasan intern mencakup kelembagaan, lingkup tugas,
kompetensi SDM, kode etik, standar audit, pelaporan dan telaahan sejawat.
SPIP diselenggarakan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdiri dari
Badan
Pengawasan
Keuangan
dan
Pembangunan
(BPKP),
Inspektorat
Jenderal
Kementerian/Lembaga atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan
intern (Inspektorat Utama/Satuan Pengawas Internal), Inspektorat Provinsi dan Inspektorat
Kabupaten/Kota.
13. Tujuan SPIP adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya :
Efektivitas dan Efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara
Keandalan Laporan Keuangan
Pengamanan aset negara
Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
Manfaat SPIP:
o mendeteksi terjadinya kesalahan (mismanagement) dan fraud dalam pelaksanaan aktivitas
organisasi,
o membantu pengamanan asset terkait terjadinya kecurangan (fraud), pemborosan, dan salah
penggunaan yang tidak sesuai tujuan.
14. Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang dilakukan secara
independen, obyektif dan profesional berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran,
kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan
fungsi instansi pemerintah ( PP No.60/2008 tentang SPIP). Audit ekstern dilakukan oleh BPK
dan audit intern oleh APIP.
15. Kerugian Negara adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan
pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.

Tuntutan
Perbendaharaan
adalah
proses
penentuan
pengembalian
kekurangan
perbendaharaan (Comptabel Tekort) terhadap Pegawai Negeri selaku Bendaharawan (Uang
atau Barang), yang karena kesalahan/kelalaian/kealpaannya, langsung maupun tidak
langsung telah menimbulkan kerugian bagi Negara atas Kepengurusan Perbendaharaan
Negara yang dipercayakan kepadanya.
Tuntutan Ganti Rugi (TGR) adalah suatu proses tuntutan yang dilakukan terhadap pegawai
negeri bukan bendaharawan dengan tujuan untuk mendapatkan penggantian atas suatu
kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari
perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pegawai negeri tersebut dalam rangka
tugas jabatannya dan/atau melalaikan tugas kewajibannya.
Penyelesaian Kerugian Negara:
Setiap kerugian negara/daerah yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau
kelalaian seseorang harus segera diselesaikan sesuai ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.

Вам также может понравиться