Вы находитесь на странице: 1из 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes mellitus
2.1.1 Definisi
Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan
keadaan hiperglikemia kronik akibat dari gangguan sekresi insulin dan kerja
insulin atau dari keduanya (Ozougwu et al, 2013). Gangguan yang terjadi pada
diabetes mellitus menyebabkan adanya gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein. Keadaan hiperglikemia padadiabetes mellitus ditandai
dengan timbulnya gejala klasik seperti diuresis osmotik (poliuri) , dehidrasi yang
menyebabkan peningkatan pemasukan cairan (polidipsi), penurunan berat
badan dan kadang disertai polifagi, penurunan penglihatan (ADA, 2013).
Diagnosa diabetes mellitus ditegakkan dengan menggunakan kriteria antara
lain HbA1c 65%, atau gula darah puasa (GDP) 126 mg/ dL ( 7,0 mmol/L),
atau gula darah 2 jam paska puasa (2-h PG) 200mg/ dL ( 11,1 mmol/L) atau
pada pasien yang memiliki gejala klasik serta gula darah acak 200mg/ dL
(11,1 mmol/L) (Diabetes Care, 2015).
2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus antara lain (ADA, 2013):
No.
1.

Klasifikasi
Diabetes mellitus tipe 1

Etiologi
Destruksi sel pankreas, penurunan
sekresi insulin

2.

Diabetes mellitus tipe 2

- Autoimun
- Idiopatik
Resistensi Insulin disertai penurunan

3.
4.

Gestasional diabetes mellitus


Diabetes mellitus tipe lainnya

sekresi insulin
Akibat dampak kehamilan
- Gangguan genetik yang
-

mengatur fungsi sel-


Gangguan genetik yang

mengatur kerja insulin


Penyakit pada Eksokrin

pankreas
Gangguan Endokrin
Obat

Infeksi
Imun-mediated diabetes

2.1.3 Patofisiologi
2.1.3.1 Patofisiologi Diabetes mellitus tipe 1 (DMT-1)
DMT-1 merupakan penyakit autoimun kronik yang menimbulkankeadaan
kekurangan insulin absolut. Kekurangan insulindiakibatkan karena adanya
kerusakan pada sel beta pankreas yang diperantarai proses infeksi virus,
pemberian senyawa toksin, induksi diabetogenik (aloksan), atau karena
genetik (Silbernagl dan Lang, 2006).
DMT-1 memiliki tiga mekanisme yang berperan dalam destruksi sel islet:
kerentanan genetik, autoimunitas, dan gangguan lingkungan. Kerentanan
genetik berkaitan dengan alel spesifik Major Histocompatibility Complex kelas
II (MHC II) dan lokus genetik lain yang menyebabkan seseorang rentan
terhadap sel beta islet. DMT-1 juga berkaitan dengan tipe histokompatibilitas
(human leukocyte antigen [HLA]) spesifik. Tipe dari gen histokompatibilitas
yang berkaitan dengan DMT-1 adalah DW3 dan DW4 yang memberi kode
kepada protein-protein yang berperan penting dalam interaksi monositlimfosit. Peranan penting interaksi monosit- limfosit yaitu

menyebabkan

kerusakan sel- sel pulau langerhan yang diperantarai oleh limfosit T.


DMT-1 sebagai penyakit autoimun ditandai dengan

adanya

Infiltrasi

peradangan penuh limfosit terutama terdiri atas limfosit T CD8+, T CD4+, dan
makrofag dalam jumlah bervariasi. Sel beta islet mengalami kerusakan secara
selektif, sementara sel tipe lain tidak terkena. Limfosit T CD8+ sitotoksik
tampaknya merusak sel islet melalui pengularan granula sitotoksik atau
dengan memicu apoptosis yang diperantarai Fas . Peningkatan antibodi
terhadap sel-sel pulau Langerhans yang ditujukan terhadap komponen
antigenik tertentu dari sel beta.
DMT-1 menentukan proses autoimun pada individu yang peka secara
genetik dapat berupa infeksi virus coxsackie B4 atau gondongan atau virus
lain. Obat-obat tertentu yang diketahui dapat memicu penyakit autoimun pada
pasien-pasien DMT-1. Manifestasi klinis DMT-1 terjadi jika lebih dari 90% selsel beta menjadi rusak (Al Homsi dan Lukic, 1992).
2.1.3.2 Patofisiologi Diabetes mellitus tipe II (DMT-2)

DMT-2 merupakan penyakit metabolik yang diperantarai oleh dua


mekanisme yaitu penurunan sekresi insulin akibat disfungsi sel pankreas
dan aktivitas kerja insulin akibat resistensi insulin ( Holt, 2004).
Diabetes mellitus tipe 2 memiliki gangguan yang terletak pada
pengaturan homeostasis glukosa yang diketahui berhubungan dengan
gangguan

sekresi

pada

insulin,

resistensi

insulin,

dan

gangguan

penyimpanan glukosa (Defronzo, 1997).Resistensi insulin telah dikaitkan


dengan peningkatan kadar asam lemak bebas dan sitokin proinflamasi
dalam plasma, menyebabkan transpor glukosa ke dalam sel otot menurun,
peningkatan produksi glukosa hepar, dan peningkatan pemecahan lemak
yang mengakibatkan keadaan hiperglikemia (Romesh, 2011).
Produksi glukosa hepar
asam lemak bebas (FFA)

Mekanisme
terjadinya
difungsi
Transpor glukosa
dan sensitifitas
reseptor
insulin

sel pankreas dan


resistensi
insulin
Sitokin
proinflamasi

sebagai berikut :
a. Disfungsi sel -pankreas
Disfungsisel adalah factor utama pada perkembangan DMT-2. Disfungsi
sel berkembang pada awal proses patologis dan tidak selalu mengikuti
tahap resistensi insulin( Fida, 2010). Mekanisme disfungsi sel -pankreas
diketahui berkaitan dengan salah satunya pengendapan amiloid di islet.
Hiperinsulinemia yang disebabkan oleh resistensi insulin pada fase awal
DMT-2

menyebabkan

peningkatan

produksi

amilin,

yang

kemudian

mengendap sebagai amiloid di islet. Amilin yang mengelilingi sel beta


mungkin menggangu sinyal glukosa. Amiloid bersifat toksik bagi sel beta
sehingga dapat menyebabkan kerusakansel beta yang ditemukanpadakasus
DMT-2 tahaplanjut (Clare dan Kumar, 2007).
b. Resistensi insulin
Resistensi insulin adalah suatu keadaan terjadinya gangguan respons
metabolik terhadap sensitivitas kerja insulin, akibatnya untuk kadar glukosa
plasma tertentu harus dibutuhkan peningkatan kadar insulin (bisa normal)
untuk mempertahankan keadaan normoglikemi (Wilcox, 2005). Sensitivitas
insulin adalah kemampuan insulin menurunkan konsentrasi glukosa darah

dengan cara menstimulasi penggunaan glukosa di jaringan otot dan lemak,


dan menekan produksi glukosa oleh hati.
Resistensi insulin dipengaruhi faktor genetik dan lingkungan juga
dikaitkan dengan kegemukan, terutama gemuk di perut, resistensi ini juga
ternyata dapat terjadi pada orang yang tidak gemuk. Faktor lain seperti
kurangnya aktifitas fisik, makanan mengandung lemak, juga dinyatakan
berkaitan. Dikatakan bahwa pembesaran depot lemak viseral yang aktif
secara lipolitik akan meningkatkan keluaran asam lemak bebas portal dan
menurunkan pengikatan dan ekstraksi insulin di hati, sehingga menyebabkan
terjadinya hiperinsulinemi sistemik. Peningkatan asam lemak bebas portal
akan

meningkatkan

produksi

glukosa

di

hati

melalui

peningkatan

glukoneogenesis, menyebabkan terjadinya hiperglikemi.


Mekanisme asam lemak berakibat terhadap terjadinya resistensi insulin
pada otot rangka. Peningkatan konsentrasi asam lemak mengakibatkan
peningkatan asetil KoA intramitochondrial dan rasio NADH/NAD+, dengan
inaktifasi berikutnya dari piruvat dehidrogenase. Hal ini menyebabkan
konsentrasi

sitrat

meningkat

yang

menyebabkan

penghambatan

fosfofruktokinase. Setelah kenaikan konsentrasi glukosa-6-fosfat intraseluler


akan menghambat aktivitas heksokinase II, yang akan mengakibatkan
peningkatan konsentrasi glukosa intraseluler dan penurunan pengambilan
glukosa otot. Peningkatan pengiriman asam lemak ke otot atau penurunan
metabolisme intraseluler asam lemak menyebabkan peningkatan metabolit
asam lemak intraseluler seperti diasil gliserol, lemak asil KoA, dan ceramides.
Metabolit ini mengaktifkan kaskade serin atau treonin kinase (mungkin
diprakarsai oleh protein kinase Cq) menyebabkan fosforilasi serin atau treonin
pada substrat reseptor insulin (IRS-1 dan IRS-2), yang akan mengurangi
kemampuan substrat reseptor insulin untuk mengaktifkan PI3-kinase.
Akibatnya transportasi glukosa ( GLUT-4 ) dan aktifitas signaling reseptor
insulin berkurang (Garvey, 1998; Shulman, 2000; Pessin, 2000).

Gambar : Mekanisme Resistensi Insulin


2.1.4 Komplikasi
Diabetes mellitus yang tidak terkontrol dapat menimbulkan komplikasi
metabolik akut maupun komplikasi vaskuler kronik, baik mikrovakuler maupun
makrovaskuler ( Powers, 2008). Komplikasi mikroangiopati antara lain neuropati
(kerusakan saraf), retinopati (kerusakan mata) dan nefropati (kerusakan ginjal).
a. Komplikasi metabolik akut
Komplikasi metabolik diabetes merupakan perubahan akut akibat
tingginya kadar glukosa plasma. Pada DMT-1 komplikasi yang sering
ditumbulkan berupa diabetik ketoasidosis (DKA). Pada pasien DMT-2 dengan
usia tua komplikasi yang ditimbulkan berupa hiperglikemia, hiperosmolar,
komanon ketotik (HHNK). Komplikasi metabolik lain yang ditimbulkan yaitu
hipoglikemia yang disebabkan karena pemberian insulin yang berlebihan (Price
dan Wilson, 2006).
b. Komplikasi vaskuler kronik
Makrovaskuler
Komplikasi

makrovakuler

merupakan

komplikasi

yang

berhubungan dengan pembuluh darah besar seperti penyakit jantung


koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler) (Avicenna,

2009). Penyakit pembuluh darah koroner mempunyai resiko tinggi


terjadinya kelainan aterosklerosis (Waspadji, 2006).
Mikrovaskuler
Komplikasi mikrovaskuler mengenai pembuluh darah kecil seperti
kelainan pada mata (retinopati), kelainan pada ginjal(nefropati) dan
kelainan pada saraf (neuropati).Komplikasi pada ginjal biasanya ditandai
adanya mikroalbuminuria, dan kemudian berkembang menjadi proteinuiria
yang menyebabkan penurunan fungsi laju filtrasi glomerular dan berakibat
dengan keadaan gagal ginjal (Waspadji, 2006). Retinopati diabetik
merupakan kelainan akibat diabetes mellitusyang mempunya gejala klinis
seperti i perdarahan retina, kemudian juga ablasio retina dan lebih lanjut
lagi dapat menyebabkan kebutaan. Diagnosa dini retinopati dapat diketahui
melalui pemeriksaan retina secara rutin (Waspadji, 2006). Neuropati saraf
sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada
gastrointestinal, kardiovaskuler (Suddarth dan Brunner, 2002). Komlikasi
mikrovaskuler

lain

yang

dapat

ditimbulkan

diabet

mellitus

yaitu

Ulkus/gangren (Avicenna, 2009).


2.1.5 Penatalaksaan
Prinsip penatalaksaan pada DMT-2 yang paling utama adalah mengontrol
kadar gula darah. Hal itu dilakukan untuk mengurangi dan mencegah gejala
yang

timbul

akibat

hiperglikemia

serta

mencegah

komplikasi

kronik.

Penatalaksanaan yang digunakan antara lain dengan cara memperbaiki


Farmakologi yang saat ini sering digunakan adalah oral anti diabetik (OAD) dan
non farmakologi seperti mengatur gaya hidup dan pola makan, memberikan
edukasi.

a. Non Farmakologi
Pengaturan pola makan
Pengaturan pola makan ditujukan untuk menghindari glucosa toxicity
yang diperhatikan yaitu jumlah kalori, dan kualitas berimbang dalam hal
proporsi yang disesuaikan dengan kebutuhan masing- masing individu.

Sasaran yang ingin dicapai dalam pengaturan pola makan yaitu yaitu
tercapainya berat badan yang ideal
berpengaruh dalam

karena penurunan berat badan

memperbaiki toleransi tubuh terhadap glukosa

(Heymsfield, 2000).
Latihan jasmani
Latihan Jasmani atau kegiatan olah raga merupakan upaya dalam rangka
mengendalikan diabetes. Tujuan utama dilakukan olahraga yaitu untuk
mencapai berat badan ideal namun pelaksanaanya harus teratur. Kedua
dengan olah raga dapat mengkitkan sensitivitas jaringan terhadap insulin
melalui stimulai terhadap GLUT-4 pada otot dan lemak (Manaf, 2008).
b. Farmakologi
Biguanide
Golongan biguanide yang paling sering digunakan adalah metformin.
Metformin

merupakan OAD yang paling sering digunakan dalam

mengkontrol kadar gula darah. Metformin menurunkan glukosa darah


melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat seluler, distal
reseptor insulin, dan menurunkan produksi glukosa hati. Metformin
merupakan pilihan utama untuk penderita diabetes gemuk, disertai
dislipidemia, dan disertai resistensi insulin. Kontraindikasi metformin tidak
boleh diberikan kepada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dengan
kreatinin serum > 1,5 mg/ dL, gangguan fungsi hati. Efek samping
metformin pada gastrointestinal berupa mual (Ndraha, 2014).
Sulfonilurea
Golongan sulfonilurea yang digunakan contohnya antara lain
tolbutamid,

glibencamide,

glimepiride,

gliclazide,

gliquidone,

chlorpropamide. Cara kerja obat golongan ini dengan meningkatkan


sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Sulfonilurea merupakan pilihan
utama untuk pasien berat badan normal atau kurang. Sulfonilurea jangka
panjang tidak dianjurkan pada orang tua, gangguan faal hati dan ginjal
serta malnutrisi. Efek samping yang sering ditimbulkan yaitu hipoglikemia.
Meglitinida
Golongan meglinide yang digunakan biasanya repaglinide, dan
nataglinide. Obat golongan ini menurunkan kadar gula darah dengan
mestimulasi sekresi insulin melalui ikatan dengan reseptor SUR1di sel
pankreas yang beperan dalam mengeblok aktivitas kanal potasium yang
berperan dalam pelepasan insulin ke ekstraseluler .
Thiazolidinediones

Menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein


pengangkut glukosa sehingga meningkatkan ambilan glukosa perifer.
Tiazolidindion dikontraindikasikan pada gagal jantung karena meningkatkan
retensi cairan.
Alfa glucosida inhibitor
Golongan obat ini di Indonesia yang dipakai adalah acarbose. Cara
kerja obat ini menghambat absorbsi glukosa secara kompetitif. Acarbose
dapat digunakan monoterapi tetapi tidak jarang digunakan secara
kombinasi dengan obat lain. Acarbose tidak menyebakan kenaikan berat
badan dan efek samping hipoglikemia. Efek samping yang ditimbulkan
yaitu berkaitan dengan fungsi pencernaan seperti mual, diare, dan flutuasi.
DPP-4 inhibitor
Golongan obat ini termasuk OAD yang baru dan lebih efektif dalam
menurunkan kadar gula darah. Di Indonesia yang digunakan adalah
sitagliptin dan vildagliptin. Cara kerja obat ini menekan enzim DPP-4 yang
fungsinya sebagai penghancur Glucagon Like Peptide-1 (GLP-1) setelah
waktu paruhnya (1-2 menit) habis. GLP-1 merupakan salah satu peptida
yang memiliki peranan dalam metabolisme glukosa yaitu memperbaiki dan
meningkatkan sekresi insulin terutama fase 1 dan juga menekan sekresi
glukagon

Sehingga

dengan

penghambatan

enzim

DPP-4

akan

meningkatkan aktivitas GLP-1 dan meningkan insulin terhadap glukagon


dalam DMT-2 (Ahren, 2005) .
2.2 Inflamasi Kronis pada Hiperglikemia
2.2.1 Hiperglikemia menyebabkan inflamasi
Hiperglikemia

kronik

merupakan

keadaan

yang

mengakibatkan

peningkatan fluk glukosa dan siklus Tricarboxylic Acid (TCA). Peningkatan


tersebut akan menambah rantai transporelektron pada mitokondria sehingga
akan terjadi peningkatan radikal bebas yang tidak diimbangi dengan anti
oksidan pada mitokondria yaitu SOD (Erejuwa, 2012).
Hiperglikemia diketahui dapat menyebakan kenaikan dari senyawa
oksigen reaktif (ROS) melalui 2 jalur yaitu secara enzimatik dan non enzimatik.
Proses secara enzimatik melalui reaksi oksidasi dan fosforilasi serta reaksi
ADPH-oxydase. Sedangkan untuk proses non enzimtik melalui reaksi glycation
dan pembentukan glucooxidant(Oberholzer et al, 2000).Peningkatan ROS yang

diakibatkan keadaan hiperglikemia akan menstimulasi aktivasi dari faktor


transkripsi Nuclear Factor- (NF- ) yang berperan dalam pengeluaran
meditor inflamasi seperti TNF- dan IL-1 yang dapat memicu terjadinya stress
oksidatif (Pessin, 2000).
2.2.2 Mediator inflamasi
2.2.2.1 Sitokin
2.2.3 TNF
2.2.3.1 Definisi
TNF- merupakan sitokin proinflamasi yang bersifat pleiotropic yang
dikeluarkan oleh monosit, makrofag, dan sel T (Jevnikar et al, 1991).TNF-
berperan penting sebagai indikator dalam berbagai penyakit pada ginjal (AlRasheed et al, 2006). TNF- ginjal diproduksi oleh sel intrinsik ginjal yaitu sel
mesengial, sel endotel glomerular, sel dendritik, dan sel tubular ginjal (Dong X
et al, 2007).
2.2.3.2 Peranan dan fungsi
TNF- dikethui berperan dalam proses inflamasi pada suatu penyakit
kronis. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa TNF- diketahui terlibat dalam
sistim imun dan inflamasi akibat dari respon zat toksik yang dapat merusak
jaringan. Selain itu aktivasi dari TNF- dapat merangsang reaksi fase akut dari
inflamasi, efek terhadap endotelial, efek fibroblast dan efek terhadap leukosit
(Qi C dan Pekala, 2000).
2.2.3.5 TNF- pada ginjal
TNF- pada ginjal diproduksi di sel intrinsik injal yaitu sel mesengial, sel
glomerular ginjal, sel dendritik, sel tubulus ginjal. TNF- yang dihasilkan pada
ginjal diketahui berperan sebagai aktivasi second mesenger system, faktor
transkripsi, sintesis sitokin lain, menstimulasi growth factor, reseptor, sel
molekul adhesi dan menjadi enzim untuk mengeluarkan meditor inflamasi,
berperan sebagai fase akut protein dan MHC protein (Ortiz, 1995).
TNF- bersifat sitoktoksik terhadap sel ginjal karena dapat
menyebabkan kerusakan pada ginjal (Bertani et al, 1989).Pada sebuah
penelitian menyebutkan TNF- berperan menginduksi kematian sel dan
apotosis (Laster et al, 1998). Adanya peningkatan serum TNF- pada ginjal

menandakan adanya gangguan pada ginjal yaitu bisa dikatakan sebagai


penanda adanya nefropati pada penderita diabetes (Moriwaki Y, 2011).
2.3 Komplikasi Nefropati Diabetes
2.3.1 Anatomi ginjal
Ginjal merupakan organ yang terletak pada dinding posterior abdomen
dibungkus lapisan lemak tebal, diluar rongga peritoneum. Bentuk ginjal seperti
biji kacang merah dengan panjang sekitar 10-13 cm, lebarnya 6cm berwarna
merah dan berat normal kedua ginjal kurang dari 1 % berat seluruh tubuh
kurang lebih 120-150 gram.Ginjal kanan lebih rendah posisinya kurang lebih 1
cm dan lebih tebal daripada yang ginjal kiri ( Price et al, 2005).
2.3.2 Fisiologi ginjal
Ginjal merupakan organ yang berfungsi mengatur keseimbangan cairan
tubuh melalui proses filtrasi, reabsorbsi dan sekresi. Ginjal juga memiliki
peranan vital dalam tubuh yaitu terhadap fungsi regulasi, fungsi endokrin dan
fungsi ekskresi untuk menjaga homeostasis tubuh. Pada fungsi regulasi,
peranan ginjal mengatur keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh melalui
regulasi volume cairan, osmolalitas, elektrolit dan konsentrasi asam basa cairan
tubuh. Fungsi endokrin peranan ginjal yaitu menghasilkan eritropoetin
( berperan dalam pembentukan eritrosit), renin (berperan dalam regulasi
tekanan darah), dan 1,25 dihidroksi vitamin D3(berperan dalam regulasi
metabolisme Ca2+). Dan pada fungsi ekskresi ginjal berperan dalam
pengeluaran sisa metabolik seperti urea, asam urat, kreatinin dan hormon.
( Wilson, 2005 )
Proses filtrasi berlangsung dalam glomerulus, dimana ultrafiltrate plasma
darah dibentuk. Pada tubulus kontortus proksimal terjadi reabsorbsi zat yang
berguna bagi metabolisme tubuh, juga memindahkan hasil metabolisme dari
darah ke lumen tubulus untuk dikeluarkan dalam urin. Kedua ginjal
menghasilkan 125 ml filtrat per menit, 125 ml diabsorbsi dan 1 ml dikeluarkan
ke dalam kaliks sebagai urin. Normalnya urin setiap 24 jam sebanyak 1500.
2.3.3 Histologi ginjal

2.3.4 Diabetik nefropati


Salah satu komplikasi diabetes mellitus tipe 2 yang memiliki jumlah kasus
terbanyak yaitu diabetes nefropati (Ritz, 1999).Penyebab terjdinya komplikasi
pada ginjal diketahui akibat keadaan hiperglikemia yang menetap sehingga
menyebabkan peningkatan ROS yang diperantarai melalui proses non enzimatik
yaitun peningkatan produk glikosilasi disebut Advanced Glicosylation End
Products (AGEs), peningkatan reaksi jalur poliol (polyol pathway), glukotoksisitas
(oto-oksidasi), dan protein kinase-C (PKC) memberikan kontribusi pada
kerusakan ginjal (Arsono, 2005).
2.4 Pulutan
2.4.1 Taksonomi

gambar2: daunUrenalobata

Kerajaan :
Ordo
:
Famili
:
Sub family :
Bangsa
:
Genus
:
Spesies
:
2.4.2 Nama Lokal :
Pungpulutan,

Plantae
Malvales
Malvaceae
Malvoideae
Hibisceae
Urena
U. lobata

pungpulutanawewe,

pungpurutan

(Sunda);

legetan,

pulutanpulutankebo, pulutansapi (jawa); Polot (Madura), Kapuhak, kaporata


(Sumba); Bejak, kakamomoko, kokomomoko (Halmahera); Tabatoko (Ternate).
Di tao hum (China)
2.4.3 Morfologi
Jenis tumbuhan perdu dari suku kapas-kapasan, tumbuh di daerah iklim
tropik termasuk di Indonesia. Tumbuh ditempat yang banyak sinar matahari dan
panjang setinggi 0,9 sampai 2,5 meter. Tumbuhan perdu tegak yang bercabang
banyak ini mempunyai batang dan tangkai kuat dan sukar dipatahkan dan

seluruh tanaman ditumbuhi rambut halus,. Daun tunggal, berbentuk menjari 3,5
atau 7 cm, tumbuh berseling, panjang 3 - 8 cm, lebar 1 - 6 cm, tepi bergigi,
warna daun bagian atas hijau, bagian bawah hijau muda, pangkal daun
membulat, ujung daun runcing. Bunga berwama ungu. Buahnya berbentuk
bulat, penampang 5 mm, berambut seperti sikat, beruang 5, tiap ruangan
berisi 1 biji.
2.4.3 Kandungan Zat Aktif
KomponennutrisiutamadalamakarU.

lobata

yang

berperanterhadappengobatanadalahseratdankarbohidrat. Senyawa non nutrisi


yang

didugamemilikiefekfarmakologiantaralain

steroid/terpenoid

(Onoagbe,

2010).Kandunganserattinggidansenyawafitokimiasepertisaponindan

flavonoid,

glycosides, - sitosterol, stimasterol, furocoumarin, imperatorin, mangiferin dan


quercetin. Dan juga mengandung kaempferol, luteolin, hypolatin, dan
gossypetin (Keshab, 2004).
2.4.4KhasiatdanEfekFarmakologi
Secara tradisional daun dan akar U. lobata digunakan sebagai pengobatan
demam, malaria, kolik, sakit gigi, rheumatic dan gonorrhea ( Erdman, 2005).U.
lobata juga digunakan secara tradisional untuk untuk pengobatan DM dan
diketahui sebagai diuretik untuk mengatasi penyakit ginjal (Lans, 2006).U. lobata
digunakan sebagai obat luar untuk pengobatan bisul, luka berdarah dan koreng.
Senyawa fitokimia seperti saponin dan flavonoid quercetin diduga memiliki
kontribusi terhadap efek hipoglikemia (Adeloye, 2007)
Secara Empirik Tradisional GIT diseases (decoctaakar U. lobata) : diare,
disentrydannyerilambungsertamembasmi parasite usus. Respiratory diseases
(Indonesia perasandaun U. lobata) : expectorant, decoctaakaruntuk influenza, .
Inflamasi

(pasta

daun&bunga)

:membantupenyembuhanlukadanabses,

rheumatic, tonsillitis, konjuctivitis. Indonesia Decoctaakaruntuk diuretic pada


nephritis.
Pre klinikekstrak methanol mempunyaiefek anti bakteri.Zataktif : Alkaloid
&kalium.Padaujipraklinik, pemberianekstrakakarU. Lobatamenunjukkanefek anti
diabetes

padatikus

DM

yang

diinduksistreptozotocin

2007).Senyawafitokimiasepertisaponin,
danquecertindidugamemilikikontribusiterhadappeningkatansensitivitas
dan anti oksidan (OmonkhuadanOnoagbe, 2011).

(Dong,
flavonoid
insulin

2.5 Tikus model DMT-2

DAFTAR PUSTAKA
Adeloye, o. Adewale / Jour of Physical and Natural Sciences / Vol 1, Issue 2,
2007
Arsono S. Diabetes Melitus sebagai Faktor Risiko Kejadian Gagal Ginjal
Terminal. Jurnal Epidemiologi. 2005.
Bertani T, Abbate M, Zoja C, Coma D,Perico N, Ghezzi P, Remuzzi G: Tumor
necrosis factor induces glomerular damage in rabbit.Am J Pathol134:
419430, 1989

Choudhury, D et al. 2010. Diabetic Nefropati a Multifaceted Target of New


Therapies.Discovery

Medicine; ISSN:

1539-6509; Discov

Med 10(54):406-415.
Clare-Salzier M.J. dalam Kumar V et al. Buku Ajar Patologi: Pankreas. Vol 2. Ed
7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2007; 711-733
Diabetes Care, 2015. Classification and Diagnosis of Diabetes ; 38 (Suppl.1):
S8S16 | DOI: 10.2337/dc15-S005
DeFronzo RA. Pathogenesis of type 2 diabetes mellitus: metabolic and molecular
implications for identifying diabetes genes. Diabetes 1997;5:177269.
DeFronzo RA. Lecture Lilly. The triumvirate: beta cell, muscle, liver. A collusion
responsible for NIDDM. Diabetes 1988;37:66787.
Erdman JW, Balentine D, Arab L, Beecher G, Dwyer JT, Folts HJ (2007).
Flavonoids and Heart Health: Proceeding of the ILSI North America
Flavonoids Workshop, May 31 June 1, 2005, Washington, DC. J. Nutr.,
137: 718S-737S
Fida B. From pre-diabetes to type 2 diabetes in obese youth, pathophysiological
characteristics along the spectrum of glucose dysregulation. American
Diabetes Association. Diabetes Care 2010 October; 33(10): 22252231.
Published

online

2010

June

30.

doi:

10.2337/dc10-0004PMCID:

PMC2945164
Garvey WT, Maianu L, Zhu JH, Brechtel-Hook G, Wallace P, Baron AD.1998.
Evidence for Defects in the Trafficking and Translocation of GLUT4
Glucose Transporters in Skeletal Muscle as a Cause of Human Insulin
Resistance. The Journal of Clinical Investigation; Volume 101, Number 11,
23772386.
Heydari, Iraj et al. 2010. Chronic complications of diabetes mellitus in newly
diagnosed patients. International Journal of Diabetes Mellitus 2 (2010)
6163.
Holt G. I. , 2004. Diagnosis, epidemiology and pathogenesis of diabetes mellitus
an update for Psychiatrists. Br. J. Psychiatry. 184:s55- s63.
Javier, D.Cet al. 2015. Inflammatory Cytokines in Diabetic Nephropathy. Hindawi
Publishing Corporation Journal of Diabetes Research Volume 2015,
Article ID 948417, 9 pages.

Jevnikar AM, Brennan DC, Singer GG,Heng JE, Maslinski W, Wuthrich RP, Glimcher LH, Kelley VE: Stimulated kidney tubular epithelial cells express
membrane associated and secreted TNF alpha.KidneyInt40: 203211,
1991
Kumar, Abbas, Fausto, Mitchell. Robbin Basic Pathology: The Endocrin system.
Philadelphia: Sounder Elsevier; 2007 .p. 780-4.
Keshab Gosh A. furcoumarin,Imperatorin isolated from Urena lobata (Malvaceae)
Molbank, 2004; 382.
Laster SM, Wood JG, Gooding LR: Tumor necrosis factor can induce both
apoptotic and necrotic forms of cell lysis. J Immunol 141: 26292634,
1988
Lopez-Parra, Virginia., Beat Mallavia., Jesus Egido., Carmen Gomez-Guerrero.
2012.

Immunoinflammation

in

Diabetic

Nephropathy:

Molecular

Mechanisms and Therapeutic Options, Diabetic Nephropathy, Dr.


JohnChan (Ed.), ISBN: 978-953-51-0543-5, In Tech, Available from :
http://www.intechopen.com/books/diabeticnephropathy/immunoinflammati
on-in

diabetic-nephropathy-molecular-mechanisms-and-therapeutic

options.

Moriwaki Y, Yamamoto T, Shibutani Y, AokiE, Tsutsumi Z, Takahashi S, Okamura


H,Koga M, Fukuchi M, Hada T: Elevated levels of interleukin-18 and tumor
necrosis factor-alpha in serum of patients with type 2 diabetes mellitus:
relationship with diabetic nephropathy.Metabolism52: 605
Navarro-Gonza lez, Juan F., Carmen Mora-Ferna ndez. 2008. The Role of
Inflammatory Cytokines in Diabetic Nephropathy. J Am Soc Nephrol 19:
433442, 2008. ISSN : 1046-6673/1903-433.

Ndraha, Suzanna, 2014. Diabetes mellitus tipe 2 dan tatalaksana terkini.


Medicinus. Vol. 27, No.2.
Oberholzer A, Oberholzor C, Moldawer LL. Cytokine Signaling-regulation of the
immune respons in normal and critical ill states. Crit. Care Med 2000;
228(4):3-10
Omonkhua, Akhere. A,. Lyere O. Onoagbe. 2011. Evaluation of the long-term
effects of Urena lobata rootextracts on blood glucose and hepatic function
ofnormal rabbits. Journal of Toxicology and Environmental Health
Sciences Vol. 3(8) pp. 204-213.
Ortiz A, Bustos C, Alonso J, Alcazar R,Lopez-Armada MJ, Plaza JJ, Gonzalez
E,Egido J: Involvement of tumor necrosis factor-alpha in the pathogenesis
of experimental, and human glomerulonephritis.Adv Nephrol Necker
Hosp24: 5377,1995
Pessin JE, Saltiel AR. 2010. Signaling Pathways in Insulin Action: Molecular
Targets of Insulin Resistance. The Journal of Clinical Investigation;
Volume 106, Number 2.
Pessin JE, Saltiel AR. Signaling pathway in insulin action: molecular targets of
insulin resisten J clin Invest 2000;106(2):132-9.
Powers. AC, 2008. Diabetes mellitus. In: Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL,
Hauser SL, Longo DL, Jameson JL. Harrisons Principles of Internal
Medicine. 17th Edition. United States: The McGraw-Hill Companies.
hal2275-304.
Qi C dan Pekala PH. Tumor necrosis factor induced insulin resistance in
adipocyte. society for experimental. Biology and Medicine 2000; 233:
128-135.
Suci, I.W., P. Soewondo. 2012. Capacity for Management of Type 2 Diabetes
Mellitus (T2DM) inPrimary Health Centers in Indonesia. J Indon Med
Assoc, Volum: 62, Nomor: 11.
Romesh K. Diabetes and metabolism. Departemen of internal medicine; Estern
Virginia Medical School 2011

Shulman GI. 2000. Cellular Mechanisms of Insulin Resistance. The Journal of


Clinical Investigation; Volume 106, Number 2.

Вам также может понравиться

  • Gender
    Gender
    Документ34 страницы
    Gender
    Miranti Sastraningrum
    Оценок пока нет
  • MAKALAH Journal Reading
    MAKALAH Journal Reading
    Документ43 страницы
    MAKALAH Journal Reading
    Miranti Sastraningrum
    Оценок пока нет
  • Tata Laksana Leptospirosis Di Layanan Kesehatan Primer
    Tata Laksana Leptospirosis Di Layanan Kesehatan Primer
    Документ5 страниц
    Tata Laksana Leptospirosis Di Layanan Kesehatan Primer
    Miranti Sastraningrum
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ6 страниц
    Bab I
    Miranti Sastraningrum
    Оценок пока нет
  • IODOIODIMETRI
    IODOIODIMETRI
    Документ13 страниц
    IODOIODIMETRI
    Miranti Sastraningrum
    Оценок пока нет
  • HERPES ZOSTER OFTALMIKA
    HERPES ZOSTER OFTALMIKA
    Документ34 страницы
    HERPES ZOSTER OFTALMIKA
    Miranti Sastraningrum
    Оценок пока нет
  • BAB III Spinal Anastesi
    BAB III Spinal Anastesi
    Документ30 страниц
    BAB III Spinal Anastesi
    anggun
    Оценок пока нет
  • Hi Per Bilirubin Emi A
    Hi Per Bilirubin Emi A
    Документ8 страниц
    Hi Per Bilirubin Emi A
    Miranti Sastraningrum
    Оценок пока нет
  • OBAT EMERGENCY
    OBAT EMERGENCY
    Документ13 страниц
    OBAT EMERGENCY
    Miranti Sastraningrum
    Оценок пока нет
  • Herpez Zoster Oftalmikus
    Herpez Zoster Oftalmikus
    Документ30 страниц
    Herpez Zoster Oftalmikus
    Miranti Sastraningrum
    Оценок пока нет
  • Lapsus
    Lapsus
    Документ30 страниц
    Lapsus
    Miranti Sastraningrum
    Оценок пока нет
  • Narkoba Dalam Perspektif Islam
    Narkoba Dalam Perspektif Islam
    Документ22 страницы
    Narkoba Dalam Perspektif Islam
    Miranti Sastraningrum
    Оценок пока нет
  • BAB III Inhalasi Anastesi
    BAB III Inhalasi Anastesi
    Документ31 страница
    BAB III Inhalasi Anastesi
    Miranti Sastraningrum
    Оценок пока нет
  • Portofolio Deep Vein Thrombosis (DVT) : Disusun Oleh: Pembimbing: Pendamping
    Portofolio Deep Vein Thrombosis (DVT) : Disusun Oleh: Pembimbing: Pendamping
    Документ26 страниц
    Portofolio Deep Vein Thrombosis (DVT) : Disusun Oleh: Pembimbing: Pendamping
    Miranti Sastraningrum
    Оценок пока нет
  • Porto Folio
    Porto Folio
    Документ1 страница
    Porto Folio
    Miranti Sastraningrum
    Оценок пока нет
  • GENDER
    GENDER
    Документ11 страниц
    GENDER
    Miranti Sastraningrum
    Оценок пока нет
  • POSKESTREN
    POSKESTREN
    Документ18 страниц
    POSKESTREN
    Miranti Sastraningrum
    Оценок пока нет
  • Narkoba Dalam Perspektif Islam
    Narkoba Dalam Perspektif Islam
    Документ22 страницы
    Narkoba Dalam Perspektif Islam
    Miranti Sastraningrum
    Оценок пока нет
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Документ5 страниц
    Bab Iv
    Miranti Sastraningrum
    Оценок пока нет
  • Intervensi Poskestren
    Intervensi Poskestren
    Документ3 страницы
    Intervensi Poskestren
    Miranti Sastraningrum
    Оценок пока нет
  • MAKALAH Journal Reading
    MAKALAH Journal Reading
    Документ43 страницы
    MAKALAH Journal Reading
    Miranti Sastraningrum
    Оценок пока нет
  • Jurnal Miranti
    Jurnal Miranti
    Документ8 страниц
    Jurnal Miranti
    Miranti Sastraningrum
    Оценок пока нет
  • Materi Beberan KDRT
    Materi Beberan KDRT
    Документ3 страницы
    Materi Beberan KDRT
    Miranti Sastraningrum
    Оценок пока нет
  • Daftar Karyawan Perusahaan
    Daftar Karyawan Perusahaan
    Документ2 страницы
    Daftar Karyawan Perusahaan
    Miranti Sastraningrum
    Оценок пока нет
  • Slide Modul8 HIVAIDS
    Slide Modul8 HIVAIDS
    Документ6 страниц
    Slide Modul8 HIVAIDS
    Miranti Sastraningrum
    Оценок пока нет
  • Informasi Dasar Ims Hiv Dispora
    Informasi Dasar Ims Hiv Dispora
    Документ45 страниц
    Informasi Dasar Ims Hiv Dispora
    oka
    Оценок пока нет
  • Materi Penyuluhan HIV (14!07!14)
    Materi Penyuluhan HIV (14!07!14)
    Документ34 страницы
    Materi Penyuluhan HIV (14!07!14)
    mustikadr
    Оценок пока нет
  • Prepost Pondok New
    Prepost Pondok New
    Документ3 страницы
    Prepost Pondok New
    Miranti Sastraningrum
    Оценок пока нет
  • Soal Obgyn
    Soal Obgyn
    Документ16 страниц
    Soal Obgyn
    Miranti Sastraningrum
    Оценок пока нет
  • Wawancara
    Wawancara
    Документ1 страница
    Wawancara
    Miranti Sastraningrum
    Оценок пока нет