Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Kota Bogor merupakan kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Luas
daerah kota ini mencapai 118.500 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 5.836.818 jiwa
(2011). Bogor ini dijuluki dengan julukan kota hujan. Namun seiring berjalannya waktu dan
mobilitas transportasi yang ada di Bogor, kini Bogor dijuluki dengan kota seribu angkot.
Betapa tidak, data menunjukan bahwa jumlah angkot di Bogor terdapat sekitar 3.412 unit
(2014). Tentunya ini merupakan sebuah dualisme dari dua mata pisau. Di sisi lain ini bisa
menjadi sebuah ketidakberuntungan untuk kota Bogor sendiri, karena ini menyebabkan
kemacetan yang luar biasa. Namun disisi lain, ini bisa menjadi sebuah keuntungan spesial
untuk kota Bogor untuk rebranding demi menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
pada tahun 2015. Untuk masalah kemacetan sendiri, tidak lain dikarenakan oleh masalah
sosial yang berdampak kepada kurang respect-nya para stakeholder angkot ke pemerintah.
Permasalahannya adalah pemerintah Bogor kurang melakukan management sektor strategis
yang satu ini.
Apa penyebab kemacetan? Selain jumlah angkot yang sudah mencapai 3.412 unit,
kapasitas jalan tidak memadai, juga perilaku tidak disiplin dalam berkendara. Banyak supir
angkot yang kerap kali "ngetem" di tepi jalan utama, dan tata kota yang buruk. Tata kota yang
buruk bisa dilihat dari terjadinya konversi fungsi kawasan dari sebelumnya hunian menjadi
pusat komersial. Setelah Jl Padjadjaran yang kemudian "terpaksa" dijadikan sebagai pusat
bisnis, gejala konversi besar-besaran kini merambah Jl Ahmad Yani, Jl Taman Kencana, Jl
Taman Malabar, Jl Lodaya, dan sekitarnya.
Wakil Sekretaris Jenderal Urbanisme dan Liveable City Ikatan Ahli Perencanaan
Elkana Catur mengatakan, masalah kemacetan, pedagang kaki lima (PKL), dan pasar tumpah,
di Kota Bogor ini merupakan tantangan pemerintah kota untuk lebih menata kawasan secara
komprehensif. Ia melanjutkan mengatur aliran kota bisa dengan cara memastikan agar pasar
tidak tumpah. Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor harus mampu juga untuk mengatur PKL.
Pasalnya, pasar tumpah, dan PKL inilah yang menyebabkan supir angkot berhenti dan
mencari penumpang sembarangan.
Sopir angkot, menurut Catur, selalu berusaha mencari celah saat melihat adanya
keramaian seperti pasar tumpah tersebut. Setelah pasar sudah teratur, tambah Catur, baru
pemerintah secara fungsional mengatur angkot. Artinya, pemkot harus membuat peraturan
untuk angkot di mana boleh berhenti untuk mencari pnumpang. Kalau pemda bisa mengatur
aliran, otomatis kota bergerak dengan sendirinya. Selain mengatur pasar, Catur
menambahkan, Bogor juga dihadapkan pada kebutuhan jalan layang. Meski begitu,
membangun jalan layang di kota ini perlu pertimbangan khusus mengingat kondisi topografi,
dan geografinya yang cukup menantang.
Catur menjelaskan, kemacetan di Bogor bisa diatasi dengan menciptakan sarana
transportasi yang terintegrasi. Dari segi akses kereta, Bogor memiliki dua stasiun yaitu
Stasiun Bogor dan Cilebut. Pemkot tambah dia, harus memastikan aliran kereta antar-stasiun
berjalan dengan lancar. Stasiun kereta, harus bisa disatukan dalam satu fungsi kawasan yang
utuh. Satu fungsi kawasan yang utuh adalah saat orang-orang beralih dari menggunakan
kereta atau commuter ke kendaraan pribadi atau umum.Jika aliran tidak diperhatikan, maka
sudah pasti para supir angkot memanfaatkan kesempatan berhenti sembarangan di dekat pintu
masuk dan keluar stasiun.
Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto mengklaim, sudah merampungkan
sistem transportasi Bogor Bus Inteligent Transports System yang disebutnya
BoBITS untuk menggantikan angkot yang melayani transportasi publik
warganya. Kota Bogor membutuhkan paling tidak 300 bus untuk
menggantikan angkot, kata dia di Bandung, Kamis, 17 September 2015.
Bima mengatakan, ada tiga hal yang harus dijawab sistem transportasi
kota. Pertama mengatasi kebocoran pendapatan dari tarif angkutan karena
sistem pembayarannya masih cashless. Kedua sistem ini memungkinkan
untuk menganalisa semua data yang masuk jadi kita tahu koridor mana
penumpangnya berapa dan tujuannya untuk mendisain armada, jumlah,
serta rutenya. Ketiga untuk memudahkan pelanggan, kita tahu bis sampai
mana karena sudah dipasang GPS semua, kata dia.