Вы находитесь на странице: 1из 7

Essay

Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

Disusun oleh:
Akbar Nugroho Sitanggang
1406568532

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS INDONESIA
2016

Hipertensi di Indonesia
Oleh: Akbar Nugroho Sitanggang, 1406568532
Hipertensi merupakan suatu kondisi peningkatan tekanan darah arteri secara sistemik
yang berkelanjutan, dengan nilai tekanan darah sistolik biasanya lebih dari sama dengan 140
mmHg atau nilai tekanan darah diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg. Hipertensi juga
dapat didefinisikan dalam beberapa istilah, yaitu: essential hypertension, idiopatik (tidak
dapat diketahui secara pasti penyebabnya) atau disebut hipertensi primer; resistant
hypertension, akibat dari penggunaan 3 jenis obat antihipertensi, termasuk diuretik;
secondary hypertension, penyebabnya diketahui dan dapat diobati; masked hypertension,
peningkatan tekanan darah pada saat kondisi di rumah ataupun ketika dirawat namun normal
ketika pada kondisi beraktivitas (di kantor, sekolah dsb); white coat hypertension; merupakan
kondisi yang berkebalikan dari masked hypertension.
European Society of Hypertension/European Society of Cardiology (ESH/ESC)
mengklasifikasikan level tekanan darah manusia ketika sedang beraktivitas (di kantor,
sekolah dsb) sebagai berikut:

Optimal

: sistolik < 120 dan diastolik < 80 mmHg

Normal

: sistolik 120-129 dan/atau diastolik 80-84 mmHg

High normal

: sistolik 130-139 dan/atau diastolik 85-89 mmHg

Grade 1 hypertension

: sistolik 140-159 dan/atau diastolik 90-99 mmHg

Grade 2 hypertension

: sistolik 160-179 dan/atau diastolik 100-109 mmHg

Grade 3 hypertension

: sistolik 180 dan/atau diastolik 110 mmHg

Isolated systolic hypertension : sistolik 140 dan diastolik < 90 mmHg


Sedangkan Seventh report of Joint National Committee (JNC 7) mengklasifikasikan

pengukuran tekanan darah pada orang dewasa untuk menghindari kerusakan organ yang
parah3:

Normal apabila sistolik < 120 dan diastolik < 80 mmHg; melakukan pengecekan
berkala dalam kurun waktu 2 tahun

Prehypertension apabila sistolik 120-139 atau diastolik 80-89 mmHg; melakukan


pengecekan berkala dalam kurun waktu 1 tahun

Stage 1 hypertension apabila sistolik 140-159 atau diastolik 90-99 mm Hg;


melakukan konfirmasi dalam kurun waktu 2 bulan

Stage 2 hypertension apabila sistolik 160 atau diastolik 100 mm Hg;


melakukan evaluasi dalam kurun waktu 1 bulan atau 1 minggu apabila nilai
tekanan darah > 180/110 mmHg

Dalam jurnal The Economic Burden of Self-Reported and Undiagnosed


Cardiovascular Diseases and Diabetes on Indonesian Households, Indonesia menanggung 4
beban penyakit tidak menular termasuk hipertensi. Hal tersebut menghabiskan 8% dari
pembiayaan negara untuk kesehatan, dana apabila masalah tersebut dibiarkan tanpa dilakukan
intervensi, maka diproyeksikan pada tahun 2020 prevalensi penyakit- penyakit tersebut akan
terus meningkat dan negara harus mengeluarkan sekitar 12% dari anggaran pembiayaannya
untuk pelayanan kesehatan.
Penelitian lain mengungkapkan bahwa di Indonesia, indeks massa tubuh (IMT)
berkontribusi sekitar 9.12% terhadap kejadian hipertensi, temuan lain mengungkapkan bahwa
obesitas meningkatkan resiko hipertensi sebesar 60- 70% terutama pada masyarakat dengan
status sosioekonomik menengah keatas. Terlihat adanya korelasi yang positif antara
masyarakat yang obesitas dengan kejadian hipertensi di Indonesia. Jurnal lain menyebutkan
bahwa prevalensi hipertensi pada masyarakat miskin dan sangat miskin cukup besar, yakni
68.5%. Ditemukan pula hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian hipertensi,
yaitu semakin bertambahnya umur semakin meningkat resiko orang untuk mendapatkan
hipertensi. Faktor pendidikan juga berpengaruh terhadap kejadian hipertensi, orang yang
berpendidikan SD/SMP memiliki resiko 1.2 kali lebih besar untuk mendapatkan hipertensi
dibandingkan dengan yang berpendidikan perguruan tinggi. Kebiasaan makan seperti
konsumsi makanan asin, minuman berkafein dan bumbu penyedap (MSG) juga memiliki
hubungan yang cukup bermakna dengan kejadian hipertensi. Ditemukan korelasi positif
antara konsumsi makanan asin dan bumbu penyedap (MSG) terhadap kejadian hipertensi.
Sementara itu minuman berkafein menjadi faktor proteksi terhadap kejadian hipertensi,
karena konsumsi minuman berkafein cenderung menurunkan resiko seseorang untuk
mendapatkan hipertensi. Selain itu perilaku merokok juga turut berkontribusi terhadap status
hipertensi, terjadi peningkatan tekanan darah sebesar 22.4 mmHg dari total kelompok umur
laki- laki yang merokok.
Adapun beberapa masalah kesehatan lain yang timbul akibat dari kondisi hipertensi
dan pengobatan yang dilakukan, yaitu kolesterolemia. Konsumsi obat antihipertensi
menyebabkan peningkatan serum kolesterol total yang bersifat aterogenik terhadap

lipoprotein. Selain itu kondisi hipertensi juga meningkatkan resiko terjadinya stroke terutama
pada penderita lanjut usia. Lebih dari itu, perhatian utama dari seluruh pasien hipertensi di
Asia termasuk Indonesia adalah kemungkinan untuk terkena stroke. Hal ini ada hubungannya
dengan etnis, karena apabila dibandingkan dengan bangsa kauskasia, bangsa asia masih
memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena stroke. Hal demikian menunjukkan bahwa
kondisi hipertensi dapat memicu penyakit- penyakit kardiovaskuler lain apabila
penanganannya tidak tepat.
Pengetahuan masyarakat tentang faktor yang mempengaruhi hipertensi serta dampak
yang ditimbulkan cenderung masih rendah, walaupun beberapa sudah mengerti dan sadar.
Ketika pasien hipertensi didiagnosis, respons yang mereka tunjukkan bervariasi, mulai dari
pasrah dan menerima, marah, kaget, tidak percaya hingga depresi. Walau bagaimanapun ratarata dari sebagian besar pasien memiliki keinginan untuk sembuh. Dalam sebuah studi di
beberapa negara di Asia termasuk Indonesia lebih dari setengah responden penderita
hipertensi tidak memiliki alat ukur tekanan darah di rumahnya, alasan mereka beragam mulai
dari harganya yang tidak terjangkau hingga anggapan bahwa memonitor tekanan darah
mereka sendiri tidak ada gunanya. Persepsi antara dokter dengan pasien pun masih cenderung
berbeda dalam penanganan kasus hipertensi. Ketika dokter lebih menyarankan untuk
memperbaiki gaya hidup dan pola makan, pasien justru mengharapkan dokter bisa
mengembalikan tekanan darahnya seperti semula tanpa adanya usaha dari si pasien. Hal ini
menunjukkan bahwa faktor internal seperti persepsi pasien berpengaruh terhadap penanganan
dari penyakit hipertensi.
Latar belakang Indonesia serta negara- negara lainnya di Asia, dapat menggambarkan
dengan sangat jelas mengapa penyakit hipertensi dan penyakit- penyakit kardiovaskuler
lainnya saling berhubungan. Negara- negara asia memiliki masalah umum yang sama,
diantarnya: minimnya pengetahuan tentang penyakit kardiovaskuler, sistem pelayanan
kesehatan yang kurang terorganisasi, manajemen secara tradisonal dan tidak terpercaya yang
masih sering dilakukan serta berbagai sumber daya yang kurang memadai. Apabila ditinjau
lebih spesifik, Indonesia memiliki 34 provinsi kemudian dibagi menjadi beberapa kecamatan
dan terbagi lagi menjadi kelurahan- kelurahan yang masing- masing memiliki paling tidak
satu pelayanan kesehatan yang dipimpin oleh seorang dokter dan biasanya didampingi oleh 2
hingga 3 orang perawat. Pelayanan kesehatan yang berfokus pada pencegahan dan promosi
tersebut harus mampu melayani populasi yang tinggal di desa- desa dan area tidak terjangkau.
Lalu ada sekitar 1215 rumah sakit di seluruh Indonesia yang diantaranya disubsidi dari

pemerintah dengan anggaran kesehatan sebesar 6% dari total APBN. Tidak mengherankan
masih banyak rumah sakit di daerah yang tidak memiliki fasilitas khusus penyakit
kardiovaskuler dan beberapa hanya ditangani oleh lulusan dokter umum yang minim
pengalaman, dengan obat yang digunakan yaitu antiplatelets (biasanya aspirin), statins dan
angiotensin-converting enzyme inhibitors. Sementara praktek pengobatan tradisional terus
berkembang di berbagai tempat.
Terkait dengan tingginya prevalensi hipertensi di Indonesia dan dampak yang
ditimbulkannya, ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Penanganan masalah ini sebaiknya
dilakukan secara multidimensional, baik pencegahan maupun pengobatan secara primer dan
sekunder. Hal terpenting yang harus diingat adalah tujuan dari investasi di sektor kesehatan
adalah bukan untuk menghemat biaya akan tetapi untuk memperbaiki status kesehatan
populasi dengan biaya yang sesuai. Melihat kondisi di Indonesia, saya merekomendasikan
pengendalian terhadap penyakit hipertensi berupa pencegahan melalui intervensi seputar gaya
hidup sehat, seperti mengurangi konsumsi garam, olahraga teratur, tidak merokok dsb. Selain
itu, peran dokter terhadap pasien juga sangat dibutuhkan terkait edukasi seputar gaya hidup
sehat serta penjelasan faktor resiko yang memiliki asosiasi dengan kejadian hipertensi.
Terakhir dan yang sangat penting, dalam penanganan masalah ini pemerintah seharusnya
lebih inisiatif dalam memulai program terkait, karena permasalahan ini disertai oleh
peningkatan usia populasi dan beban penyakit yang tidak terhindarkan sehingga apabila
dibiarkan dapat berdampak pada aspek ekonomi negara dan ketidakstabilan tatanan
masyarakat.

Referensi:
1. Kisjanto, J, Bonneux, L, Prihartono, J, Ranakusuma, T, & Grobbee, D 2005, 'Risk factors for stroke
among urbanised Indonesian women of reproductive age: a hospital-based case-control study',
Cerebrovascular Diseases (Basel, Switzerland), 19, 1, pp. 18-22, MEDLINE with Full Text,
EBSCOhost, viewed 3 April 2016. Available at:
http://web.b.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid= 2eb6164d-b9d1-4397-8c9771d2277044d7%40sessionmgr120&vid=0&hid=107
2. Rahman, A, Wang, J, Kwong, G, Morales, D, Sritara, P, & Sukmawan, R 2015, 'Perception of
hypertension management by patients and doctors in Asia: potential to improve blood pressure
control', Asia Pacific Family Medicine, 14, 1, p. 2, MEDLINE with Full Text, EBSCOhost, viewed 3
April 2016. Available at:
http://web.b.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=35ba0600-b64e-4e58-8c661b0b32407b9f%40sessionmgr113&vid=1&hid=107
3. Kim, JS 2014, 'Stroke in Asia: a global disaster', International Journal Of Stroke: Official Journal Of
The International Stroke Society, 9, 7, pp. 856-857, MEDLINE with Full Text, EBSCOhost, viewed 3
April 2016. Available at:
http://web.b.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=1ba5f8d4-3475-4e9d-8f85426b18842929%40sessionmgr112&vid=1&hid=107
4. Cheung, YB 2014, '"A Body Shape Index" in middle-age and older Indonesian population: scaling
exponents and association with incident hypertension', Plos One, 9, 1, p. e85421, MEDLINE with
Full Text, EBSCOhost, viewed 3 April 2016. Available at:
http://web.b.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=fb37d899-10c2-423f-8b8f6716856d5134%40sessionmgr111&vid=0&hid=107
5. Winata, J, Panda, A, & Azis, R 2015, 'Does albuminuria correlate with silent myocardial ischemia
and delayed heart rate recovery in hypertensive men without diabetes mellitus', High Blood
Pressure & Cardiovascular Prevention: The Official Journal Of The Italian Society Of Hypertension,
22, 2, pp. 143-148, MEDLINE with Full Text, EBSCOhost, viewed 3 April 2016. Available at:
http://web.b.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=6b6b65d4-9656-4bc3-9c057cc57857857a%40sessionmgr120&vid=0&hid=107
6. van der Wal, J, Bodewes, A, Agyemang, C, & Kunst, A 2014, 'Higher self-reported prevalence of
hypertension among Moluccan-Dutch than among the general population of The Netherlands:
results from a cross-sectional survey', BMC Public Health, 14, p. 1273, MEDLINE with Full Text,
EBSCOhost, viewed 3 April 2016. Available at:
http://web.b.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=40b988e8-beec-439f-925f59ba3d3d1502%40sessionmgr110&vid=1&hid=107
7. Finkelstein, E, Chay, J, & Bajpai, S 2014, 'The economic burden of self-reported and undiagnosed
cardiovascular diseases and diabetes on Indonesian households', Plos One, 9, 6, p. e99572,
MEDLINE with Full Text, EBSCOhost, viewed 3 April 2016. Available at:
http://web.b.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=9afeabeb-1334-4551-86a43983a51c1038%40sessionmgr102&vid=0&hid=107
8. Kusuma, Y, Venketasubramanian, N, Kiemas, L, & Misbach, J 2009, 'Burden of stroke in
Indonesia', International Journal Of Stroke: Official Journal Of The International Stroke Society, 4,
5, pp. 379-380, MEDLINE with Full Text, EBSCOhost, viewed 3 April 2016. Available at:

9.

10.

11.

12.

13.

14.

http://web.b.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=1b17be7f-f5a7-4651-9e1c23e4c5c4ad83%40sessionmgr115&vid=0&hid=107
Kamso, S, Rumawas, J, Lukito, W, & Purwantyastuti 2007, 'Determinants of blood pressure
among Indonesian elderly individuals who are of normal and over-weight: a cross sectional study
in an urban population', Asia Pacific Journal Of Clinical Nutrition, 16, 3, pp. 546-553, MEDLINE
with Full Text, EBSCOhost, viewed 3 April 2016. Available at:
http://web.b.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=25e1d18c-504b-4aa2-a6c90ca21dabac5a%40sessionmgr102&vid=0&hid=107
Ng, N, Stenlund, H, Bonita, R, Hakimi, M, Wall, S, & Weinehall, L 2006, 'Preventable risk factors
for noncommunicable diseases in rural Indonesia: prevalence study using WHO STEPS approach',
Bulletin Of The World Health Organization, 84, 4, pp. 305-313 9p, CINAHL Plus with Full Text,
EBSCOhost, viewed 3 April 2016. Available at:
http://web.b.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=197b18ae-fc88-4fee-b992a7618e4bd4c5%40sessionmgr198&vid=0&hid=107
Indrawati, L. and Werdhasari, A. (2009). Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan
Masyarakat Miskin dengan Kejadian Hipertensi di Indonesia. Media Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, [online] 19. Available at:
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/mpk/article/download/771/1713 [Accessed 3
Apr. 2016].
Rahajeng, E. and Sulistyowati, T. (2011). Prevalence of hypertension and its determinants in
Indonesia. Journal of the Indonesian Medical Association, [online] 59(12). Available at:
http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/700/699%20tanggal%2
017%20maret%202013 [Accessed 4 Apr. 2016].
James, P., Oparil, S., Carter, B., Cushman, W., Dennison-Himmelfarb, C., Handler, J., Lackland, D.,
LeFevre, M., MacKenzie, T., Ogedegbe, O., Smith, S., Svetkey, L., Taler, S., Townsend, R., Wright,
J., Narva, A. and Ortiz, E. (2014). 2014 Evidence-Based Guideline for the Management of High
Blood Pressure in Adults. JAMA, 311(5), p.507.
Chobanian, A., Bakris, G. and Black, H. (2003). The seventh report of the Joint National
Committee on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure. The JNC
7 report. ACC Current Journal Review, 12(4), pp.31-32.

Вам также может понравиться