Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TEOLOGI
A. Pengetian Teologi
Teologi berasal dari kata logos dan theos dan dijadikan Bahasa
Indonesia maka menjadi teologi. Logos berarti percakapan, pengkajian
dan penelitian. Sedangkan theos dalam bahasa Greek berarti Tuhan
dan/atau sesuatu yang berkenaan dengan Tuhan. Jadi, Teologi dalam bahasa
Greek adalah penelitian secara rasional segala sesuatu yang berkenaan dengan
ketuhanan. Teologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mempelajari
pengetahuan tentang hakekat Tuhan serta keberadaan-Nya. .
Oleh sebab itu berbicara tentang teologi maka dengan sendirinya kita
membicarakan tentang Tuhan yang dari dahulu sampai sekarang selalu aktual
untuk dibicarakan. Hal ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan Tuhan
dalam menjawab dan memaknai segala aspek kehidupannya terutama yang
berhubungan dengan moral dan ilmu pengetahuan.
Sedangkan agama berasal dari kata Sanskrit yang terdiri dari dua kata
yaitu; a maknanya sama dengan tidak, sedangkan gam maknanya sama
dengan pergi. Jadi agama yang dimaksud disini adalah sesuatu yang tidak
pergi; tidak pergi dalam arti bersifat tetap, diwarisi secara turun temurun. Bisa
juga agama yang berarti penganut kepercayaan yang memiliki kitab suci. Ada
juga agama berarti tuntutan yang mengandung ajaran-ajaran yang menjadi
tuntutan penganutnya. Jadi agama adalah suatu aturan yang menjadi landasan
hukum agar dapat membawa kepada kepatuhan umatnya sebagai hutang yang
harus dibayar dengan melaksanakan kewajiban kepada tuhannya.
B. Sejarah Teologi
Jan Hendrik Rapar mengungkapkan bahwa teologi merupakan salah satu
cabang filsafat yang mempelajari dan mencari tahu tentang hakekat, makna,
dan eksistensi Tuhannya dalam kehidupan keseharian, oleh sebab itu
pembicaraan tentang Tuhan menjadi tetap aktual setiap waktu.
Adapun periode perkembangan ilmu teologi sebagaimana diungkapkan
Juhaya S. Praja dalam bukunya terbagi menjadi tiga yaitu:
1. Orde pertama
b. Manusia
Kajian Ilmu tentang manusia disebut antropologi, antros yang
berasal dari Bahasa Yunani berarti orang atau manusia sedangkan logos
maknanya ilmu. Jadi antropologi membahas tentang manusia serta halhal yang berkaitan dengannya. Oleh sebab itu kajian tentang hakekat
manusia sejak dahulu hingga sekarang belum berakhir. Ini menunjukkan
bahwa manusia adalah salah satu mahluk ciptaan Tuhan yang misterius.
Louis Leahy mencoba mengungkapkan manusia dalam bukunya
bahwa dilihat dari kajian keilmuan manusia terdiri dari sel-sel, daging,
tulang, saraf, darah, dan lain sebagainya sehingga membentuk fisik.yang
dibarengi dengan roh kemudian tumbuh dewasa sejalan dengan
perkembangnya akal dan budi sehingga ia dapat mengerti bahasa yang
dapat menyaluran apa saja yang ada dalam dirinya seperti perasaan,
pikiran, dan lain sebagainya terhadap lingkungannya. Akan tetapi
semuanya ini belum memberikan jawaban yang sesungguhnya tentang
hakekat inti manusia itu sendiri.
Oleh Aristoteles manusia disebut sebagai hewan yang berpikir atau
mahluk yang berpikir. Adapun kelemahan akal adalah dapat memutar
balikkan fakta antara yang hak dan batil. Sedangkan kebaikannya adalah
manusia dapat mengetahui suatu benar. Nafsu adalah hasrat atau
keinginan untuk mendapatkan sesuatu. Adapun kekurangan nafsu ialah
menghalalkan
segala
cara
untuk
mendapat
sesuatu,
sedangkan
kelebihannya yaitu selalu ingin dan berani untuk berkembang dan maju.
Perasaan atau yang lebih dikenal dengan hati adalah sifat-sifat yang
mendasar diberikan Tuhan pada manusia tentang hakekat dan nilai-nilai
kemanusiaan itu sendiri seperti rasa kasihan, marah, benci, senang, rindu,
suka, takut, berani dan lain sebagainya. Kekurangannya adalah jika sudah
terbiasa berbuat jahat maka sifat-sifatnya juga jahat, sedangkan
kebaikannya adalah menemukan nilai dan etika kemanusia bahkan dapat
mencapai nilai-nilai kebenaran yang hakiki dalam dirinya sendiri.
Ketiga komponen ini (akal, nafsu, dan perasaan) harus selalu
seimbang, senada, dan seirama sebab dalam hubungan sesama manusia
kita akan dapat berkembang menjadi lebih baik dan maju serta dapat
mewujudkan rasa kasih sayang sesama manusia dan lingkungannya.
Bahkan dapat menemukan hakekat kebenaran yang mutlak dengan seizin
Tuhannya.
Akan tetapi jika ketiga komponen ini berjalan tidak seimbang,
maka akibat yang ditimbulkan juga besar sesama manusia terjadi konflik
kepentingan bisa berbentuk fisik atau psikis (perang, kerusuhan,
perkelahian, penipuan, dan lain sebagainya).
c. Alam
Ilmu tentang alam dikenal dengan istilah kosmologi yang
membahas tentang hekekat alam semesta serta menyikap tentang
eksistensinya yang tersembunyi disebalik bentuk fisiknya. Sesuatu yang
berkaitan dengan eksistensi alam, asalnya, tujuannya dan bagaimana ia
terjadi serta berevolusi.
Kehadiran alam semesta didunia ini memberikan inspirasi bagi
manusia itu sendiri tentang hakekat kebenaran Tuhannya. Oleh sebab itu
Ibnu Sina menyatakan tentang teori penciptaan alam ini dengan skema
teori Filsafat Emanasi, dinama akal manusia memperoleh derajat
perolehan (mustafid) dapat mengadakan hubungan dengan akal
kesepuluh yaitu jibril, komunikasi tersebut terjadi karena akal sudah
terlatih dan kuat daya tangkapnya sehingga dapat menangkap hal-hal
yang bersifat abstrak murni, jadi komunikasi antara manusia dengan
Tuhan terjadi dalam tingkat akal dalam derajat materil. melalui kekuatan
inilah Nabi dapat berkomunikasi dengan dan hanya akal ini dimiliki para
nabi.
Seorang ilmuan non muslim saja bernama Albert Ensim
menyatakan bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini adalah
bergerak menurut sistemnya. Hanya saja yang menjadi pertanyaan
besar adalah siapa yang menggerakan sistem itu. Oleh karena ia seorang
atheis maka tidak mampu menyebutkannya Tuhan, akan tetapi pada
hakekatnya ia menyadari adanya kebenaran Tuhan. Sebenarnya, sistem
yang dimaksudkan di atas adalah sesuatu yang terdapat di luar hukum
alam yang tidak dapat dijelaskan oleh akal manusia. Ahli tafsir
kesadaran
konsep
tentang
keberadaan
Tuhan
yang
dengan
hati-hati
pada
masyarakat
yang
kontemporer
agar
Kraemer.
Barth
berpendapat
bahwa
agama
adalah
ketidakpercayaan. Agama-agama merupakan upaya manusia yang siasia untuk mengenal Allah. Allah hanya bisa dikenal kalau Allah sendiri
yang memperkenalkan DiriNya. Allah sudah memperkenalkan diriNya
didalam dan melalui Yesus Kristus. Injil adalah anugerah Allah di
dalam Yesus Kristus, sedangkan agama-agama adalah upaya manusia
yang sia-sia. Sebab itu, tidak ada hubungan antara Injil dengan agamaagama. Tidak ada hubungan antara anugerah Allah di dalam Yesus
Kristus dengan upaya sia-sia manusia. Ini juga berlaku bagi agama
Kristen. Tetapi agama Kristen dibenarkan karena Injil anugerah yang
dipegangnya.
Logos ilahi yang abadi, yang menjadi prinsip dari rasionalitas yang
terpadu merembesi kenyataan dasar alam semesta secara keseluruhan.
Yesus Kristus itulah Logos ilahi yang abadi. Teori Logos Spermatikos
menyatakan adanya kehadiran Kristus dalam dunia yang mengungkap
kebenaran dalam filsafat dan dalam agama-agama.
Pandangan inklusivisme lainnya, kita peroleh dari Konsili Vatikan
II (1962-1965) dalam dokumen Nostra Aetate (Dewasa`Kita), yaitu
Deklarasi tentang sikap gereja (Katolik) terhadap agama-agama bukan
Kristen. Deklarasi tersebut menyatakan bahwa dalam agama-agama
lain, ada usaha menanggapi kegelisahan hati manusia dengan pelbagai
cara sambil menganjurkan jalan, yakni ajaran (kultus), peraturan (etis),
dan ibadat suci (ritus); gereja Katolik tidak menolak apapun yang benar
dan suci dalam agama-agama, danmemandang dengan penghargaan
yang jujur bahwa tidak jarang itu memantulkan cahaya kebenaran, yang
menerangi semua masnusia. Terhadap Hindu, Konsili Vatikan II
memahami bahwa di dalam Hinduisme, manusia meneliti misteri ilahi
lalu mengungkapkannya dengan perbendaharaan mitos yang luar biasa
kaya dan dengan usaha-usaha filsafatnya yang tajam, dan mencari
pembebasan melalui bentuk-bentuk meditasi yang mendalam, atau pula
dengan berpaling kepada Allah dengan cita kasih dan pengharapan.
Terhadap Budhisme, ada diajarkan jalan, yang dengannya manusia
dapat mencapai tahap pembebasan sempurna atau atau dapat menggapai
pencerahan tertinggi dengan usaha-usaha sendiri atau dengan bantuan
dari atas. Terhadap Islam, yang menyembah Allah yang Mahaesa, Yang
hidup dan ada, Yang Mahapengasih dan Maha kuasa, Pencipta, Yang
berbicara kepada manusia. Terhadap Yahudi, gereja Katolik mendorong
persaudaraan dengan umat Yahudi, dan menentang antisemitisme, sikap
anti Yahudi oleh fasisme Hitler masa perang Dunia II yang menewaskan
enam juta orang Yahudi.
Penganjur Inklusivisme, Karl Rahner, menggabungkan suatu
teologi yang bersifat kristosentris dengan pengalaman keagamaan nonKristen. Kristus tetap pusat dan kriteria dari anugerah dan penyelamatan
agama.Penganjur
pluralisme,
E.Hocking,
menekankan
lainnya salah, sehingga memandang paham orang lain itu keliru, sesat, kafir,
murtad dan seterusnya. Demikian pula paham yang dituduh keliru, sesat, dan
kafir itu pun menuduh bahwa lawannya sebagai yang sesat dan kafir. Dalam
keadaan demikian, maka terjadilah proses saling meng-kafirkan, salah
menyalahkan dan seterusnya. Dengan demikian, antara satu aliran dan aliran
lainnya tidak terbuka dialog atau saling menghargai. Yang ada hanyalah
keterpurukan (eksklusifisme), sehingga yang terjadi adalah pemisahan dan
terkotak-kotak.
Pendekatan teologi dalam memahami agama cenderung bersikap
tertutup, tidak ada dialog, parsial, saling menyalahkan, saling mengkafirkan,
yang pada akhirnya terjadi perkotakan-perkotakan umat, tidak ada kerjasama
dan tidak terlihat adanya kepedulian sosial. Dengan pendekatan demikian,
agama cenderung hanya merupakan keyakinan dan pembentuk sikap keras dan
tampak asosial. Melalui pendekatan teologi ini agama menjadi buta terhadap
masalah-masalah sosial dan cenderung menjadi lambang atau identitas yang
tidak memiliki makna. Dari uraian ini bukan berarti kita tidak memerlukan
pendekatan teologi dalam memahami agama, karena tanpa adanya pendekatan
teologi, keagamaan seseorang akan mudah cair dan tidak jelas identitas dan
pelembagaannya. Proses pelembagaan perilaku keagamaan melalui mazhabmazhab sebagaimana halnya yang terdapat dalam teologi jelas diperlukan.
Antara lain berfungsi untuk mengawetkan ajaran agama dan juga berfungsi
sebagai pembentukan karakter pemeluknya dalam rangka membangun
masyarakat ideal menurut pesan dasar agama.
Pendekatan teologis dalam memahami agama menggunakan cara
berfikir deduktif, yaitu cara berfikir yang berawal dari keyakinan yang diyakini
benar dan mutlak adanya, karena ajaran yang berasal dari Tuhan, sudah pasti
benar, sehingga tidak perlu dipertanyakan lebih dahulu melainkan dimulai dari
keyakinan yang selanjutnya diperkuat dengan dalil-dalil dan argumentasi.
Namun pendekatan teologis ini menunjukkan adanya kekurangan antara lain
berfiat eksklusif, dogmatis, tidak mau mengakui kebenaran agama lain, dan
sebagainya. Kekurangan ini dapat diatasi dengan cara melengkapinya dengan
pendekatan sosiologis.
menguasai
keterampilan,
keahlian
dan
sebagainya.
berusaha
membahas
masalah-masalah
ketuhanan
secara
mengenai
masalah
keadilan
dan
pengetahuan
Tuhan
berdasarkan akal budi semata. Istilah ini mula pertama kali diajukan oleh
Leibniz (1646- 1716) dalam karyanya yang berjudul Essaise de theodicee
(1710). Teodise menjelaskan masalah ketuhanan mendasarkan analisanya
kepada kenyataan adanya kejahatan, penderitaan dan keserba-kurangsempurnaan kejadian ini. Lebih mudahnya teodise ingin mencari
pemecahan adanya pertentangan antara keyakinan bahwa Tuhan sebagai
yang tak terhingga baiknya dan kenyataan adanya kejahatan di dunia.
Kemudian dengan melihat adanya kekurang sempurnaan atau keburukan
dalam ciptaan ini dibuktikanlah adanya Tuhan. Pada abad ke-19 teodise
akhirnya menyamakan diri dengan telaah filsafati tentang Tuhan (filsafat
ketuhanan), namun di masa kini penggunaan nama teodise semakin
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir. Filsafat Ilmu (Mengurai Antologi, Epistimologi dan Aksiologi
Pengetahuan). Cetakan kedua. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. 2006.
hlm. 205
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
2010.
http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/23653/8dd18438bd6375a4b79de3bf
3bf6e681