Вы находитесь на странице: 1из 8

Esterifikasi

Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol membentuk
ester. Esterifikasi dapat dikatalis oleh kehadiran ion H +. asam belerang sering digunakan sebagai
suatu katalisator untuk reaksi ini. Nama ester berasal dari essig-ather jerman, sebuah nama kuno
untuk menyebut etil asam cuka ester (asam cuka etil).
Ester dapat dibuat oleh suatu reaksi keseimbangan antara suatu alkohol dan suatu asam
karbon. Ester dinamai menurut kelompok alkil dari alkohol dan kemudian alkanoat (bagian dari
asam karbon). Sebagai contoh, reaksi antara metanol dan asam butir menghasilkan ester metil
butir C3H7-COO-CH3 seperti halnya air. Yang paling sederhana adalah H-COO-CH 3,metil metanoat.
Karena ester dari asam yang lebih tinggi, alkana menyebut dengan - oat pada akhiran. Secara
umum Ester dari asam berbau harum meliputi benzoat seperti metil benzoat. Reaksi esterifikasi
merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi langsung antara suatu asam karboksilat
dengan suatu alkohol.
Seperti kebanyakan reaksi aldehida dan keton, esterifikasi suatu asam karboksilat
berlangsung melalui serangkaian tahap protonasi dan detonasi. Oksigen karbonil diprotonasi,
alkohol nukleofilik menyerang karbon positif dan eliminasi air akan menghasilkan ester
Esterifikasi mereaksikan minyak lemak dengan alkohol. Katalis-katalis yang cocok adalah
zat berkarakter asam kuat.karena hal ini, asam sulfat, asam sulfonat organik atau resin penukar
kation asam kuat merupakan katalis-katalis yang biasa terpilih dalam praktek industrial. Esterifikasi
biasa dilakukan untuk membuat biodiesel dari minyak berkadar asam lemak bebas tinggi .
Faktor-faktor yang berpengaruh pada reaksi esterifikasi adalah waktu reaksi, pengadukan,
katalisator,dan suhu reaksi. Proses esterifikasi dalam industri dapat dilakukan secara kontinyu
maupun batch. Pemilihan kedua macam proses tersebut tergantung pada kapasitas produksinya.
Untuk kapasitas produksi yang relatif kecil sebaiknya jenis yang digunakan adalah proses batch.
Sedangkan proses esterifikasi kontinyu dipilih untuk kapasitas produksi yang relatif besar.

Transesterifikasi
Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap konversi dari trigliserida
(minyak nabati) menjadi alkyl ester, melalui reaksi dengan alkohol, dan menghasilkan produk
samping

yaitu

gliserol.

Di

antara

alkohol-alkohol

monohidrik

yang

menjadi

kandidat

sumber/pemasok gugus alkil, metanol


adalah yang paling umum digunakan, karena harganya murah dan reaktifitasnya paling tinggi
(sehingga reaksidisebut metanolisis). Jadi, di sebagian besar dunia ini, biodiesel praktis identik
dengan ester metil asam-asam lemak (Fatty Acids Metil Ester (FAME)). Reaksi transesterifikasi
trigliserida menjadi metil ester
Transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya.Tanpa adanya katalis,konversi
yang dihasilkan maksimum namun reaksi berjalan dengan lambat.Katalis yang biasa digunakan
pada reaksi transesterifikasi adalah katalis basa, karena katalis ini dapat mempercepat reaksi.
Produk yang diinginkan dari reaksi transesterifikasi adalah ester metil asam-asam lemak.Terdapat
beberapa cara agar kesetimbangan lebih ke arah produk, yaitu:
a.

Menambahkan metanol berlebih ke dalam reaksi

b.
c.

Memisahkan gliserol
Menurunkan temperatur reaksi (transesterifikasi merupakan reaksi eksoterm).
2.6.1 Hal-hal yang Mempengaruhi Reaksi Transesterifikasi
Pada intinya, tahapan reaksi transesterifikasi pembuatan biodiesel selalu menginginkan
agar didapatkan produk biodiesel dengan jumlah yang maksimum. Beberapa kondisi reaksi yang
mempengaruhi konversi serta perolehan biodiesel melalui transesterifikasi adalah sebagai berikut:

a.

Pengaruh air dan asam lemak bebas


Minyak nabati yang akan ditransesterifikasi harus memiliki angka asam yang lebih kecil dari 1.
Banyak peneliti yang menyarankan agar kandungan asam lemak bebas lebih kecil dari 0.5%
(<0.5%). Selain itu, semua bahan yang akan digunakan harus bebas dari air. Karena air akan
bereaksi dengan katalis,sehingga jumlah katalis menjadi berkurang. Katalis harus terhindar dari
kontak dengan udara agar tidak mengalami reaksi dengan uap air dan karbon dioksida.

b.

Pengaruh perbandingan molar alkohol dengan bahan mentah


Secara stoikiometri, jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk reaksi adalah 3 moluntuk setiap 1
mol trigliserida untuk memperoleh 3 mol alkil ester dan 1 mol gliserol. Perbandingan alkohol
dengan minyak nabati 4,8:1 dapat menghasilkankonversi 98% (Bradshaw and Meuly, 1944).
Secara umum ditunjukkan bahwa semakin banyak jumlah alkohol yang digunakan, maka konversi
yang diperoleh juga akan semakin bertambah. Pada rasio molar 6:1, setelah 1 jam konversi yang
dihasilkan adalah 98-99%, sedangkan pada 3:1 adalah 74-89%.Nilai perbandingan yang terbaik
adalah 6:1 karena dapat memberikan konversiyang maksimum.

c.

Pengaruh jenis alkohol


Pada rasio 6:1,metanol akan memberikan perolehan ester yang tertinggi dibandingkan
dengaan menggunakan etanol atau butanol.

d.

Pengaruh jenis katalis


Alkali katalis (katalis basa) akan mempercepat reaksi transesterifikasi bila dibandingkan
dengan katalis asam.Katalis basa yang paling populer untuk reaksi transesterifikasi adalah natrium
hidroksida(NaOH),

kalium

hidroksida(KOH),

natrium

metoksida

(NaOCH 3),dan

kalium

metoksida(KOCH3).
Katalis sejati bagi reaksi sebenarnya adalah ion metilat (metoksida). Reaksi transesterifikasi
akan menghasilkan konversi yang maksimum dengan jumlah katalis 0,5-1,5%-b minyak nabati.
Jumlah katalis yang efektif untuk reaksi adalah 0,5%-b minyak nabati untuk natrium metoksida dan
1%-b minyak nabati untuk natrium hidroksida.

Pada percobaan kedua ini tentang pembuatan ester yang berasal dari asam karboksilat
(asam asetat) dan alkohol. Dalam percobaan ini, asam asetat direaksikan dengan alkohol
menghasilkan larutan bening homogen. Kemudian ditambahkan H 2SO4 ke dalam larutan tersebut.
Penambahan asam sulfat ini berfungsi sebagai katalis asam dan juga berfungsi sebagai sumber
proton untuk terjadinya protonasi terhadap atom oksigen pada gugus karbonil.
Dalam mereaksikannya proses pembutan ester dalam reaksi esterifikasi berlangsung lambat
dan dapat balik (reversible). Ester suatu senyawa organik yang terbentuk melalui penggantian
satu

(atau

lebih)

atom hidrogen pada gugus hidroksil dengan

suatu

gugus

organik

(biasa

dilambangkan dengan R'). Persamaan reaksi antara sebuah asam RCOOH dengan sebuah alkohol
ROH (dimana R danRbisa sama atau beda) adalah sebagai berikut:
RCOOH + ROH RCOOR + H2O
Pada tahap ini praktikan menggunakan dua larutan alcohol berbeda, yakni etanol dan butanol.
Pada Etanol reaksi yang terjadi adalah
H2SO4
C2H5OH + CH3COOH
Katalis ---->
CH3COOCH3CH2 + H2O
Reaksi ini menggunkan metode reaksi Fischer karena menggunakan katalis asam sulfat pekat,
reaksi esterifikasi ini pun merupakan reaksi yang tergolong eksoterm, karena menghasilkan panas
yang bersumber dari asam pekat H2SO4 . Pada percobaan ini dipakai suhu optimum dalam
pembuatan ester , yaitu pada suhu 70oC guna untuk menggeser kesetimbangan ke kanan (ke arah
ester).
Reaksi yang terjadi pada etanol ataupun butanol dengan asam asetat adalah menghasilkan
bau menyengat seperti bau balon. Bedanya pada bau Etanol, sedikit masih tercium bau asetat
(menyengat) yang dihasilkan dari asam asetat, hal ini dapat terjadi karena , reaksinya yang
berlangsung lambat dan dapat balik (reversible), maka kemungkinan ester yang terbentuk pun
tidak banyak. Sehingga bau khas ester sering kali tertutupi oleh bau asam asetat. Sedangkan pada
butanol, bau ester lebih terasa. Pada Butanol reaksi yang terjadi adalah
H2SO4
C4H9OH + CH3COOH
Katalis ---->
CH3COOC4H9 + H2O
Dan perbedaan yang tampak dari kedua larutan alcohol ini adalah jika pada etanol, tidak ada
larutan yang terpisah pada campurannya,namun pada butanol terdapat 2 lapisan yang terpisah,
lapisan atas lebih kental dan lapisan bawah seperti air .Berdasarkan literature yang ada lapisn atas
merupakan ester karena beberapa ester cukup tidak larut dalam air dan cenderung membentuk
sebuah lapisan tipis pada permukaan. Sedangkan pada larutan yang seperti air merupakan
campuran Asam dan alkohol yang larut akibat pemberian larutan yang berlebih.

Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus empiris C 2H5OC(O)CH3. Senyawa ini
merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna, memiliki
aroma khas. Senyawa ini di produksi dalam skala besar sebagai pelarut. Etil asetat adalah pelarut
polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis. Seperti
kebanyakan reaksi aldehida dan keton, esterifikasi suatu asam karboksilat berlangsung melalui
serangkaian tahap protonasi dan detonasi. Oksigen karbonil diprotonasi, alkohol nukleofilik
menyerang karbon positif dan eliminasi air akan menghasilkan ester.
Etil asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi fischer dari asam asetat dan ethanol, biasanya
disertai katalis asam seperti asam sulfat.
Etanol
Etanol disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut atau alkohol saja adalah
sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tidak berwarna dan merupakan alkohol
yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari hari. Etanol adalah suatu obat rekreasi
yang paling tua. Etanol banyak digunakan sebagai pelarut sebagai bahan bahan kimia yang di
tunjukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum, perasa, pewarna

makanan, dan obatobatan. Dalam kimia etanol adalah pelarut yang penting sekaligus sebagai
stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam sejarahnya ethanol telah lama di
gunakan sebagai bahan bakar. Sifat fisika dan kimia etanol sebagai berikut. Etil asetat juga
mempunyai Rumus molekul etanol C2H5OH atau rumus empiris C2H6O. Sifat-sifat fisik Etanolantara
lain :
1.

Massa molekul relatif

: 46,07 gr/mol.

2.

Titik beku

: -114,1oC.

3.

Titik didih normal

: 78,32oC.

Etanol termasuk dalam alkohol primer, yang berarti bahwa karbon yang berikatan dengan gugus
Hidroksil paling tidak memiliki 2 Hidrogen atom yang terikat dengannya juga. Reaksi kimia yang
dijalankan oleh ethanol kebanyakan pada fungsi gugus Hidroksil.
Asam Sulfat ( H2SO4 )
Asam Sulfat ( H2SO4 ) merupakan asam mineral ( Anorganik ) yang kuat. Zat ini larut dalam
air pada semua perbandingan, asam sulfat mempunyai kegunaan dan merupakan salah satu
produk utama industri kimia. Walaupun asam sulfat yang mendekati 100% dapat dibuat, ia akan
melepaskan SO3 pada titik didihnya dan menghasilkan asam 98,3%. Asam sulfat 98% lebih stabil
untuk disimpan dan merupakan bentuk asam sulfat yang paling umum. Asam sulfat 98% pada
umumnya disebut sebagai asam sulfat pekat. Berikut adalah sifat-sifat asam sulfat.Sifat sifat
Asam Sulfat ialah :
1.

Nama sintesis

: Asam sulfat

2.

Rumus molekul

: H2SO4

3.

Massa molar

: 98,078 gr/mol

4.

Penampilan

: Bening, tidak berwarna, tidak berbau

5.

Densitas

: 1,84 gr/cm3 , cairan

6.

Titik leleh

: 10oC, 283 K, 50o F

7.

Titik didih

: 290o C, 563oK, 554oF

8.

Kelarutan dalam air

: Bercampur penuh

9.

Viskositas

: 26,7 CP pada 20oC

10. Klasifikasi

: Sangat korosif

11. Titik nyala

: Tak ternyalakan

Asam Asetat
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang
dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris
C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH 3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat
murni ( asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku
16.7C.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format.
Larutan asam asetat yang larut dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya
terdisosiasi sebagian menjadi ion H + dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan
bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti
polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain.
Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga,
asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia

akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur
ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.
Sifat-sifat dari Asam Asetat ialah :

B.

1.

Nama Sistematis

: Asam etanoat, asam asetat

2.

Nama Alternatif

: Asam metanakarboksilat, hidrogen asetat, asam cuka

3.

Rumus Molekul

: CH3COOH

4.

Massa Molar

: 60,05 gr/mol

5.

Titik lebur

: 16,5 C

Pembahasan
Dari data pengamatan yang telah kami dapatkan di laboratorim pada sample 1 ml alcohol
ditambahkan dengan 5 tetes asam sulfat lalu ditambahkan 5 tetes asam asetat larutan tersebut
tetap berwarna putih bening dan berbau menyengat, lalu setelah larutan tadi dipanaskan ada
perubahan pada volumenya, setelah itu kami mengamati apabila tabungnya ditutup dengan
aluminium dan didinginkan lalu diencerkan dengan banyaak air namun tetap saja tidak ada
perubahan warna, dan tidak menguap juga
Ada

beberapa

faktor

yang

mengakibatkan

perubahan

tersebut

kurang

diperhatikan.

Diantaranya yaitu warna larutan yang bening kurang mampu menunjukkan adanya perubahan
yang terjadi. Faktor yang lain seperti volume air yang ditambahkan tidak disesuaikan, ataupun
karena penggunaan pipet tetes yang tidak sesuai dengan aturan.
Seharusnya dari reaksi antara asam cuka bersama alkohol dan asam sulfat pekat yang telah
mengalami pendinginan setelah dipanaskan serta ditambahkan air secukupnya akan memberikan
hasil larutan etil asetat bersama hasil sampingnya yaitu air. Dalam kasus ini, larutan yang
terbentuk (etil asetat) akan menuju permukaan, sedangakan larutan dibawahnya merupakan sisa
asam dari asam karboksilat dan alkohol yang membentuk air.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.

KESIMPULAN
Larutan etil asetat yang merupakan senyawa ester, dapat dibuat dengan cara mereaksikan
senyawa asam karboksilat dengan alkohol dengan katalis asam sulfat pekat. Sesuai teori yang
menyatakan bahwa ester merupakan senyawa yang memiliki ciri khas bau yang masing-masing,
dalam praktikum ini juga menghasilkan bau yang hampir sama. Namun, bau khas tersebut akan
menghilang ketika tabung reaksi menutupi tabung reaksi tersebut.
Dari hasil reaksi antara asam karboksilat dengan alkohol ini akan menghasilkan hasil samping
berupa air bening.

4.2 Pembahasan

Senyawa etil asetat yang dibuat dalam percobaan ini adalah ester dari etanol dan asam asetat,
dengan wujud berupa cairan tak berwarna dan memiliki aroma khas (balon). Esterifikasi pada
dasarnya adalah reaksi yang bersifat reversibel (dapat balik) karena ketika asam karboksilat (asam
asetat) dan alkohol (etanol) dipanaskan untuk bereaksi maka akan terjadi reaksi kesetimbangan
antara ester dan air, artinya bahwa ester dan air yang terbentuk dapat kembali menghasilkan
reaktan-reaktannya yaitu asam asetat dan etanol. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil reaksi
yang banyak maka diusahakan agar reaksi cenderung bergeser ke arah produk yaitu dengan cara
reaktan dibuat berlebih yang dalam percobaan ini etanol dibuat berlebih ketika direaksikan
dengan asam asetat.
Pada pembuatan etil asetat hal pertama yang dilakukan adalah memasukkan etanol 29 ml dan
asam asetat sebanyak 14 ml ke dalam labu didih dasar bulat, yang ditambah dengan beberapa
batu didih. Fungsi batu didih adalah untuk menghomogenkan campuran, selain itu juga sebagai
pemerata pemanasan. Kemudian ditambah dengan asam sulfat pekat sebanyak 5 ml sebagai
katalis yang berguna untuk mempercepat reaksi dan menurunkan energi aktivasi yang dilakukan
dalam lemari asam. Labu didih yang berisi larutan tersebut didinginkan dengan air yang terdapat
pada panangas air dan digoyang sempurna. Hal ini dimaksudkan agar labu didih tidak pecah,
karena terjadi reaksi eksoterm. Setelah itu larutan tersebut dipanaskan dengan kondensor refluks
terbalik selama 70 menit dengan rentang suhu 74-76. Maksud dari refluks terbalik ialah larutan
yang menguap dari labu didih akan masuk ke kondensor, dan akan kembali lagi ke labu didih. Pada
saat refluks suhu harus dijaga konstan pada rentang 74-76 oC. Jika suhu terlalu rendah maka reaksi
tidak akan sempurna dan jika suhu terlalu tinggi, maka etanol akan menguap, karena titik didih
etanol adalah 78. Setelah 70 menit, kemudian larutan didinginkan. Kemudian larutan didestilasi
sampai didapat destilat pada suhu 74-76 oC. Proses destilasi ini bertujuan memisahkan etil etanoat
(etil asetat) dengan air,katalis,sisa asam dan sisa etanol atau dengan kata lain untuk mendapatkan
etil asetat murni. Karena produk lain dari reaksi esterifikasi adalah H 2O yang dapat dipisahkan
dengan destilat karena antara air dan etil asetat memiliki perbedaan titik didih (air : 100 0C
sedangkan etil asetat : 770C). Sehingga destilat (memiliki titik didih rendah akan keluar terlebih
dahulu) adalah etil etanoat (etil asetat). Volume etil asetat setelah proses destilasi sebanyak 21
ml.
Setelah itu, larutan etil asetat tersebut dicuci dengan Na 2CO3 20% pada corong pemisah.
Penambahan ini dimaksudkan untuk mengekstraksi asam sisa dalam larutan etil asetat karena
Na2CO3 memiliki kemampuan untuk mengekstrak asam sisa menghasilkan garam natrium yang
larut dalam air. Dari hasil percobaan terlihat bahwa garam natrium yang larut dalam air ini berada
pada lapisan bawah sedangkan senyawa-senyawa organik berada pada lapisan atas. Pembentukan
2 lapisan ini disebabkan oleh adanya perbedaan berat jenis, dimana garam natrium yang larut
dalam air memiliki berat jenis yang lebih besar daripada senyawa organik yang terbentuk ( berat
jenis Na2CO3 : 2,25 gr/cm3, sedangkan berat jenis etil asetat : 0,89 gr/cm 3). Selain itu, kepolaran
juga sangat mempengaruhi terjadinya pemisahan lapisan ini, dimana garam natrium dalam air ini
bersifat polar sedangkan senyawa-senyawa organik yang dihasilkan (etil asetat dan dietil eter)
bersifat non polar. Berdasarkan sifat kelarutannya, senyawa polar tidak akan larut dalam pelarut
non polar dan begitu pula sebaliknya, pelarut polar tidak dapat melarutkan senyawa non polar.
Lapisan bawah yang terbentuk dibuang sehingga hanya menyisahkan lapisan atas (etil asetat).
Kemudian larutan etil asetat ditambahkan 3 sendok CaCl2 anhidrat yang sebelumnya dipanaskan
dalam oven selama 5 menit pada suhu 100 oC supaya dalam CaCl2 tidak ada lagi kandungan air. Hal

ini dimaksudkan agar kadar air yang masih terdapat pada etil asetat tadi dapat diikat oleh CaCl 2
anhidrat, dan terjadi proses pengeringan oleh CaCl 2. Akan terbentuk 2 lapisan kembali dan lapisan
bawah dibuang sehingga hanya menyisahkan lapisan atas yang berupa etil asetat murni.
Volume etil asetat yang diperoleh adalah 17 ml, dimana volume yang diperoleh lebih kecil
dibandingkan volume awal. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

Kemungkinan pada saat proses destilasi, ester masih tersisa pada labu didih yang tercampur
pada asam asam.

Reaksi esterifikasi merupakan reaksi reversibel dan berjalan lambat.


Sehingga rendemen yang diperoleh dari percobaan ini adalah 68,8%. Sebenarnya hal ini sudah
bagus, hanya saja bila ingin mendapatkan hasil yang lebih maksimum hal tersebut dapat dicapai
yaitu dengan cara ekses reaktan yang besar, pemasangan alat destilasi harus rapat contohnya
kondensor (tidak terdapat celah untuk etil asetat menguap, karena etil asetat mudah menguap),
juga kondisi optimum untuk menghasilkan etil asetat yaitu pada suasana asam (penambahan
H2SO4 sebagai katalis perlu diperbanyak juga, karena dapat mempercepat pembentukan reaksi),
serta suhu operasi harus pada suhu optimum dan dijaga konstan.

Pada percobaan ketiga ini tentang pembuatan ester yang berasal dari asam karboksilat (asam
asetat) dan alkohol. Dalam percobaan ini, asam asetat direaksikan dengan alkohol menghasilkan
larutan bening homogen. Kemudian ditambahkan H2SO4 ke dalam larutan tersebut. Penambahan
asam sulfat ini berfungsi sebagai katalis asam dan juga berfungsi sebagai sumber proton untuk
terjadinya protonasi terhadap atom oksigen pada gugus karbonil.
Pada tahap ini praktikan menggunakan dua larutan alcohol berbeda, yakni isopropyl alcohol, etanol
dan butanol. Pada isopropyl alcohol, reaksi yang terjadi yaitu:
CH3CH(CH3)OH + CH3COOH + Katalis H2SO4 --> CH3COOCH(CH3)2+ H2O
Setelah direaksikan, Larutan berubah menjadi berwarna maroon muda (mendekati pink) dan
tercium bau seperti obat. Pada etanol, reaksi yang terjadi adalah:
C2H5OH + CH3COOH + Katalis H2SO4 --> CH3COOCH3CH2 + H2O
Pada etanol, tercium sedikit bau pisang. pada butanol, tercium bau seperti balon tiup. Adapun
reaksinya:
C4H9OH + CH3COOH + Katalis H2SO4 --> CH3COOC4H9 + H2O
Terbentuknya bau yang khas ini dapat terjadi karena , reaksinya yang berlangsung cepat dan tidak
balik (reversible), sehingga kemungkinan ester yang terbentuk pun banyak.
Semua reaksi diatas menggunkan metode reaksi Fischer karena menggunakan katalis asam sulfat
pekat, reaksi esterifikasi ini pun merupakan reaksi yang tergolong eksoterm, karena menghasilkan
panas yang bersumber dari asam pekat H2SO4 . Pada percobaan ini dipakai suhu optimum dalam
pembuatan ester , yaitu pada suhu 70C guna untuk menggeser kesetimbangan ke kanan (ke arah
ester).
Pada isopropyl, terjadi perubahan warna menjadi maroon muda yang menandakan terbentuknya
ion kompleks.Pada etanol, tidak ada larutan yang terpisah pada campurannya,namun pada butanol
terdapat 2 lapisan yang terpisah, lapisan atas lebih kental dan lapisan bawah seperti air
.Berdasarkan literature yang ada lapisn atas merupakan ester karena beberapa ester cukup tidak
larut dalam air dan cenderung membentuk sebuah lapisan tipis pada permukaan. Sedangkan pada

larutan yang seperti air merupakan campuran Asam dan alkohol yang larut akibat pemberian
larutan yang berlebih.
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtki/article/view/1120/1143

Вам также может понравиться