Вы находитесь на странице: 1из 47

ASUHAN KEPERAWATAN

SISTEM

PENCERNAAN

GASTROENTERITIS
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pencernaan

Disusun oleh:
Herman Gozali, AMK
NIM: 14.01.A.289

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAPIKA MAKASSAR

2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT karena atas pertolonganNya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan Keperawatan Sistem
Pencernaan ini dengan tepat waktu. Kami menyadari bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat
bermanfaat bagi yang membacanya dan khususnya bagi penulis.

Makassar, Februari 2015

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap

manusia

memerlukan

makanan

untuk

pertumbuhan

dan

perkembangannya. Makanan tersebut akan diolah dan diubah menjadi energi


melalui proses pencernaan. Proses pencernaan pada manusia dibedakan
menjadi

dua,

yaitu

pencernaan

mekanik

dan

pencernaan

kimiawi.

Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut. Pada proses ini memerlukan


bantuan lidah dan gigi. Sedangkan pada pencernaan kimiawi terjadi di
rongga mulut, lambung, dan usu. Proses ini memerlukan bantuan zat kimiawi
yang disebut enzim. Semua makhluk hidup memerlukan makanan untuk
mempertahankan hidupnya.
Fungsi utama makanan bagi tubuh adalah untuk pertumbuhan dan
menjaga tubuh agar tetap sehat. Makanan yang masuk ke dalam tubuh kita
akan diolah melalui proses pencernaan. Proses pencernaan adalah proses
penghancuran makanan menjadi zat-zat makanan yang dapat diserap tubuh.
Alat yang berfungsi untuk menghancurkan makanan ini disebut alat
pencernaan. Agar makanan yang dicerna dapat diserap oleh tubuh dengan
baik, maka alat pencernaan haruslah dalam keadaan sehat. Melalui alat
pencernaan itulah zat-zat makanan diolah terlebih dahulu, baru kemudian
diserap oleh tubuh.
Dan didalam tubuh juga terdapat kelenjar pencernaan, serta dalam
proses pencernaan makanan tidaklah semulus yang kita bayangkan , dalam
mencerna makanan saluran pencernaan makanan ekerja sangat ekstrim
dalam mencerna makanan. Dengan hal itu terkadang pula kita merasakan
akibat dari sistem pencernaan makanan yang kurang baik, yaitu terdapat
gangguan pada sistem pencernaan, akibatnya muncullah berbagai macam

penyakit dengan segala penyebab .untuk itu disini kita juga akan membahas
itu serta hubngan pencernaan makanan dengan pencernaannya yang akan
mengakibatkan

kegemukan

atau

hal-hal

yang

dapat

mengakibatkan

seseorang menjadi gemuk atau kurus.


B. RUMUSAN MASALAH
Dalam proses penyusunan karya tulis yang berjudul Asuhan Keperawatan:
Sistem Pencernaan ini, kami mengangkat beberapa pokok

yang akan

dibahas, yaitu antara lain sebagai berikut:


1. Apa pengertian pencernaan makanan?
2. Bgaimana perjalanan suatu makanan melalui sistem pencernaan?
3. Apa pengertian enzim-enzim pencernaan beserta perananannya?
4. Apa saja gangguan pada sistem pencernaan?
Apa Bagaimana anatomi fisiologi sistem percenaan?
1.2.2 Bagaimana landasan teoritis penyakit gastroenteritis?
1.2.3 Bagaimana landasan teoritis asuhan keperawatan pada klien
gastroenteritis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi dari sistem
pencernaan.
1.3.2 Untuk mengetahui dan mengerti tentang landasan teoritis penyakit
gastroenteritis.
1.3.3 Untuk mengetahui dan mengerti tentang landasan teoritis askep pada
klien gastroenteritis.

5.
C. TUJUAN
Dengan rumusan masalah diatas, kami mempunyai tujuan, yaitu antara
lain sebagai berikut:

1.
2.
3.
4.
5.

Mengerti tentang pencernaan makanan.


Mengerti gambar saluran pencernaan beserta kelenjarnya.
Mengetahui perjalanan suatu makanan melalui sistem pencernaan .
Mengerti pengertian enzim-enzim pencernaan beserta perananannya.
Mengerti gangguan pada sistem pencernaan.

1.3.6. Mengerti hubungan antara makanan dengan pencernaan makanannya


sehingga menyebakan gemuk/kurus
1.3.7. Mengerti Apa sajakah yang dapat dilakukan untuk mencegah seseorang
yang gemuk/kurus.

1.4 MANFAAT
Tercapainya pemahaman dan dapat diterapkannya dalam bidang Anatomi
Fisiologi.

Dengan

mempelajari

sistem

pencernaan,

kita

dapat

memahami

keterkaitan yang terjadi pada sistem pencernaan makanan, sehingga dapat


mengetahui sistem pencernaan pada manusia.Selain itu kita juga diharapkan
dapat berusaha menjaga kesehatan pada organ pencernaan serta dapat
mencegah gangguan atau penyakit yang mungkin timbul pada organ itu.
Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) berfungsi sebagai
berikut:

menerima makanan,

memecah makanan menjadi zat-zat gizi

(suatu proses yang disebut pencernaan), menyerap zat-zat gizi ke dalam


aliran darah, membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari
tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga
meliputi

organ-organ

yang

terletak

pankreas, hati dan kandung empedu

diluar

saluran

pencernaan,

yaitu

Pada dasarnya sistem pencernaan

makanan dalam tubuh manusia terjadi di sepanjang dan dibagi menjadi 3

bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut


hingga lambung.Selanjutnya adalah proses penyerapan sari - sari makanan
yang terjadi di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa - sisa
makanan. melalui anus.
D. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian
Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan organ-organ
yang

berkaitan.Saluran

pencernaan

adalah

sebuah

tabung

berlekuk

melintang sepanjang sekitar 7 m, tempat lewat makanan saat makanan


terurai.Jalur

pencernaan

terdiri

dari

mulut,

kerongkongan

(pharynx),

oesophagus, lambung, usus-halus dan usus-besar, rektum, serta anus.Organ


pencernaan yang terkait, mencakup tiga pasang kelenjar ludah, hati,
pankreas, serta empedu.Saluran pencernaan yang terletak di bawah area
diafragma disebut saluran gastrointestinal.
B.Fungsi sistem pencernaan
a. Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut.
b. Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh
gigi. Makanan

kemudian

bercampur

dengan

saliva

sebelum

ditelan

(menelan).
c.

Peristalsis

adalah

gelombang

kontaksi

otot

polos

involunter

yang

menggerakkan makanan tertelan melalui saluran pencernaan.


d. Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul
kecil sehingga absorpsi dapat berlangsung.
e. Absorpsi adalah pergerakan produk akhir pencernan dari lumen saluran
pencernaan ke dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan
oleh sel tubuh.

f. Egesti (defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna,
juga bakteri, dalam bentuk feses dari saluran pencernaan.
C.Gambaran garis besar saluran pencernaan
a. Dinding saluran
Tersusun dari 4 lapisan jaringan dasar dari lumen (rongga sentral) ke arah
luar. Komponen lapisan pada setiap regia bervariasi sesuai fungsi regia.
1) Mukosa
Membran mukosa terdiri dari tiga lapisan :
a) Epitelium yang melapisi berfungsi untuk perlindungan, sekresi dan absorpsi.
Di bagian ujung oral dan anal saluran, lapisannya tersusun dari epitelum
skuamosa bertingkat tidak terkeranisasi untuk perlindungan. Lapisan ini
terdiri dari epitelium kolumnar sampel dengan sel goblet di area tersebut
yang dikhususkan untuk sekresi dan absorpsi.
b) Lamina propria adalah jaringan ikat areolat yang menopang epitelium.
Lamina ini mengandung pembuluh darah, limfatik, nodulus limfe dan
beberapa jenis kelenjar.
c) Muskularis mukosa terdiri dari lapisan sirkular dalam yang tipis dan lapisan
otot polos longitudinal luar.
2) Submukosa
Terdiri dari jaringan ikat areolar yang mengandung pembuluh darah,
pembuluh limfatik, beberapa kelenjar submukosal dan pleksus serabut saraf,
serta

sel-sel

ganglion

yang

disebut

pleksus

Meissner

(Pleksus

submukosal).Submukosa mengikat mukosa ke muskularis eksterna.


3) Muskularis eksterna
Terdiri dari dua lapisan otot, satu lapisan sirkular dalam dan satu lapisan
longitudinal luar.Kontraksi lapisan sirkular mengkonstriksi lumen saluran dan
kontraksi lapisan longitudinal memperpendek dan memperlebar saluran.
Kontraksi ini mengakibatkan gelombang peristalsis yang menggerakkan isi
saluran ke arah depan.
4) Serosa (adventisia).

Lapisan ke empat dan paling luar juga disebut peritoneum viseral. Lapisan ini
terdiri dari membran serosa jaringan ikat renggang yang dilapisi epitelium
skuamosa simpel.
b. Peritoneum, mesenterium dan omentum abdominopelvis adalah membran
serosa terlebar dalam tubuh.
1) Peritoneum parietal melapisi rongga abdominopelvis
2) Peritoneum viseral membungkus organ dan terhubungkan ke peritoneum
parietal oleh berbagai lipatan.
3) Rongga peritoneal adalah ruang potensial antara viseral dan peritoneum
parietal.
4) Mesenterium dan omentum adalah lipatan jaringan peritoneal berlapis
ganda yang merefleks balik dari peritoneum viseral. Lipatan ini berfungsi
untuk mengikat organ-organ abdominal satu sama lain dan melabuhkannya
ke dinding abdominal belakang.Pembuluh darah, limfatik dan saraf terletak
dalam lipatan peritoneal.
c. Kendali saraf pada saluran pencernaan
Susunan saraf otonom menginervasi keseluruhan saluran pencernaan,
kecuali ujung atas dan ujung bawah yang dikendalikan secara volunter.
1) Impuls parasimpatis yang dihantarkan dalam saraf vagus (CN

X),

mengeluarkan efek stimulasi konstan pada tonus otot polos dan bertanggung
jawab untuk peningkatan keseluruhan aktivitas. Efek ini meliputi motilitas
dan sekresi cairan pencernaan.
2) Impuls simpatis yang dibawa medula spinalis dalam saraf splanknik,
menghambat kontraksi otot polos saluran, mengurangi motalitas dan
menghambat sekresi cairan pencernaan.
3) Pleksus Meissner dan Auerbach merupakan sisi sinaps untuk serabut
raganglionik parasimpatis.Pleksus ini juga berfungsi untuk pengaturan
kontraktil lokal dan aktivitas sekretori saluran.
D.Pergerakan saluran Cerna
1.Mulut / Oris

Proses pencernaan dimulai dari mulut. Rongga vestibulum (bukal) terletak di


antara gigi dan bibir dan pipi sebagai batas luarnya. Rongga oral utama
dibatasi gigi dan gusi di bagian depan, palatum lunak dan keras di bagian
atas, lidah di bagian bawah dan orofaring di bagian belakang
Di dalam rongga mulut terdiri dari :
a)

Gigi
Gigi

tersusun

dalam

kantong-kantong

(elveoli)

pada

mandibula

dan

maksila.Setiap lengkung barisan gigi pada rahang membentuk lengkung gigi.


Lengkung bagian atas lebih besar dari bagian bawah sehingga gigi-gigi atas
secara normal akan menutup (overlap) gigi bawah.
Gigi, ada 2 (dua) macam yaitu;
Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan. Lengkap pada
umur 2 tahun jumlahnya 20 buah disebut juga gigi susu, terdiri dari 8 buah
gigi seri (dens insisivus), 4 buah gigi taring (dens kaninus) dan 8 buah gigi
geraham (premolare).
Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32
buah terdiri dari; 8 buah gigi seri (dens insisiws),

4 buah gigi taring (dens

kaninus), 8 buah gigi geraham (molare) dan 12 buah gigi geraham


(premolare).
Fungsi gigi terdiri dari; gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring
gunannya untuk memutuskan makanan yang keras dan liat, dan gigi
geraham gunannya untuk mengunyah makanan yang sudah dipotongpotong.
b) Lidah
Lidah dibagi menjadi 3 (tiga) bagian;
Pangkal lidah (Radiks lingua), pada pangkal lidah yang belakang terdapat
epiglotis yang berfungsi untuk menutup jalan napas pada waktu kita
menelan makanan, supaya makanan jangan masuk ke jalan napas.

Punggung lidah (Dorsum lingua), terdapat puting-puting pengecap atau


ujung saraf pengecap.
Ujung lidah (Apeks lingua)
Fungsi lidah yaitu; mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat
pengcepa dan menelan, serta merasakan makanan.
Otot lidah; otot-otot ekstrinsik lidah berasal dari rahang bawah, (M.
Mandibularis, os Hioid dan prosesus stiloid) menyebar ke dalam lidah
membentuk anyaman bergabung dengan otot instrinsik yang terdapat pada
lidah. M. Genioglossus merupakan otot lidah yang terkuat berasal dari
permukaan tengah bagian dalam yang menyebar sampai ke radiks lingua.
c)

Kelenjar ludah
Disekitar rongga mulut terdapat tiga buah kelenjar ludah yaitu:

Kelenjar parotis: letaknya dibawah depan dari telinga di antara prosesus


mastoid, kiri dan kanan os mandibular, duktusnya duktus stensoni. Duktus
ini keluar dari glandula parotis menuju ke rongga mulut melalui pipi
(muskulus buksinator).
Kelenjar submaksilaris: terletak dibawah rongga mulut bagian belakang,
duktusnya bernama duktus wartoni, bermuara di rongga mulut dekat dengan
frenulum lingua.
Kelenjar sublingualis; letaknya dibawah selaput lendir dasar rongga mulut
bermuara di dasar rongga mulut.Kelenjar ludah disarafi oleh saraf-saraf
tersadar.
2.

Faring
Merupakan

organ

yang

menghubungkan

rongga

mulut

dengan

kerongkongan (osofagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel)


yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan
merupakan pertahanan terhadap infeksi.

Ke atas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung dengan


perantaraan lubang bernama koana. Keadaan tekak berhubungan dengan
rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.
Bagian superior disebut nasofaring, Pada nasofaring bermuara tuba yang
menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga.
Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas ke depan sampai di
akar lidah bagian inferior.
Proses menelan (deglutisi) menggerakkan makanan dari faring menuju
esofagus. Aksi penelanan meliputi tiga fase :

1) Fase volunter
Lidah menekan palatum keras saat rahang menutup dan mengarahkan bolus
ke arah orofaring.

2) Fase faring
Bolus makanan dalam faring merangsang reseptor orofaring yang mengirim
impuls

ke

pusat

menelan

dalam

medula

dan

batang

otak

bagian

bawah.Refleks yang terjadi adalah penutupan semua lubang kecuali


esofagus sehingga makanan bisa masuk.

3) Fase esofagus
Sfingter esofagus bawah, suatu area sempit otot polos pada ujung bawah
esofagus

dalam

kontraksi

tonus

yang

konstan,

berelaksasi

setelah

melakukan gelombang peristaltik dan memungkinkan makanan terdorong ke


dalam lambung.Sfingter kemudian berkontriksi untuk mencegah regurgitasi
(refluks) isi lambung ke dalam esofagus
3.

Esofagus
Merupakan

saluran

yang

menghubungkan

tekak

dengan

lambung,

panjangnya 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak dibawah
lambung.Lapisan dinding dari dalam ke luar, lapisan selaput lendir (mukosa),
lapisan submukosa, lapisan otot melingkar sirkuler dan lapisan otot
memanjang longitudinal.

Bagan posisi esofagus pada manusia, dilihat dari belakang


Esofagus terletak di belakang trakea dan di depan tulang punggung
setelah melalui toraks menembus diafragma masuk ke dalam abdomen
menyambung dengan lambung.
Esofagus dibagi mejadi tiga bagian;
Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
Bagaian inferior (terutama terdiri dari otot halus)
. Esofagus terutama berfungsi menghantarkan bahan yang dimakan dari
faring ke lambung.
4.

Gaster / Lambung
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak
terutama di daerah epigaster, lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri
berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak dibawah
diapragma didepan pankreas dan limpa, menempel disebelah kiri fundus
uteri.

a)

Bagian lambung terdiri dari;

Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak sebelah kiri osteum
kardium dan biasanya penuh berisi gas.
Korpus venrtikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian
bawah kurvatura minor.
Antrum pilorus, bagian lambung membentuk tabung mempunyai otot yang
tebal membentuk sfingter pilorus.
Kurvantura minor, terdapat sebelah kanan lambung terbentang dari ostium
kardiak sampai ke pilorus.
Kurvantura mayor, lebih panjang dari kurvantura minorterbentang dari sisi
kiri osteum kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju ke kanan sampai ke

pilorus inferior.Ligamentum gastro lienalis terbentang dari bagian atas


kurvantura mayor sampai ke limpa.
Osteum kardiakum, meruapakan tempat dimana esofagus bagian abdomen
masuk ke lambung.Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.
b)
1)

Fungsi lambung terdiri dari;


Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh
peristaltik lambung dan getah lambung

2) Getah cerna lambung yang dihasilkan:


Pepsin fungsinya; memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan
pepton).
Asam garam (HCl) fungsinya; mengasamkan makanan, sebagai anti septik
dan desinfektan, dan membuat suasana asam pada pepsinogen sehingga
menjadi pepsin.
Renin fungsinya; sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk
kasein dari kasinogen (kasinogen dan protein susu).
Lapisan lambung; jumlahnya sedikit memecah lemak yang merangsang
sekresi getah lambung.
Pengaturan sekresi lambung dapat dibagi menjadi beberapa fase menurut
Price, Syvia, A, et al, 1995, yaitu :

1) Fase sefalik, yang dimulai bahkan sebelum makanan masuk


kelambung, yaitu sebagai akibat melihat, mencium memikirkan atau
mengecap makanan. Sinyal neurogenik yang menyebabkan fase sefalik
berasal dari korteks serebri.

2) Fase gastric, dimulai saat makanan mencapai antrum pylorus.


Distensi pada antrum menyebabkan terjadinya rangsangan mekanis dari
reseptor-reseptor pada dinding lambung. Impuls-impuls ini merangsang
pelepasan hormone gastrin dan secara lanmgsung juga merangsang
kelenjar-kelenjar lambung. Pelepasan gastrin juga dirangsang oleh Ph alkali,

garam empedu di antrum dan terrutama oleh protein makanan dan


alcohol. Gastrin adalah stimulasi utama sekresi asam hidroklorida.

3) Fase intestinal, dimulai oleh gerakan kimus dari lambung ke


duodenum. Adanya protein yang telah dicerna sebagian dalam duodenum
tampaknya merangsang gastrin usus, suatu hormone yang menyebabkan
lambung terus menerus mensekresikan cairan langsung.

5.

Pankreas

Sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah


panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari duodenum samapai ke
limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gr. Terbentang pada vertebralumbalis I
dan II di belakang lambung. Potongan depan perut, menunjukkan pankreas
dan duodenum
a)

Bagian dari pankreas

Kepala pankreas, terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di dalam


lelukan duodenum yang melingkarnya.
Badan pankreas, merupakan bagian utama dari organ ini letaknya di
belakang lambung dan di depan vertebra umbalis pertama.
Ekor pankreas, bagian runcing di sebelah kiri yang sebenamnya
menyentuh limpa.
b) Fungsi pankreas
Fungsi eksokrin, yang membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan
elektrolit.
Fungsi endokrin, sekelompok kecil sel epitelium yang berbentuk pulaupulau kecil atau pulau langerhans, yang bersama-sama membentuk organ
endokrin yang mensekresikan insulin.
Fungsi sekresi eksternal, yaitu cairan pankreas yang dialirkan ke
duodenum yang berguna untuk proses pencernaan makanan di intestinum.

Fungsi sekresi internal, yaitu sekresi yang dihasilkan oleh pulau-pulau


lanngerhans

sendiri

yang

langsung

dialirkan

ke

dalam

peredaraan

darah.Sekresinya disebut hormon insulin dan hormon glukagon, hormon


tersebut dibawa ke jaringan untuk membantu metabolisme karbohidrat.
c)

Hasil sekresi

Hormon insulin, hormon insulin ini langsung dialirkan ke dalam darah


tanpa melewati duktus.Sel-sel kelenjar yang menghasilkan insulin ini
termasuk sel-sel kelenjar endokrin.
Getah pankreas, sel-sel yang memproduksi getah pankreas ini termasuk
kelenjar eksokrin, getah pankreas ini dikirim ke dalam duodenum melalui
duktus pankreatikus, duktus ini bermuara pada papila vateri yang terletak
pada dinding duodenum.
Pankreas menerima darah dari arteri pankreatika dan mengalirkan darahnya
ke vena kava inteferior melalui vena pankreatika.
Jaringan pankreas terdiri dari atas lobulus dari sel sekretori yang tersusun
mengitati saluran-saluran kecil dari lobulus yang terletak di dalam ekor
pankreas dan berjalan melalui badan pankreas dari kiri ke kanan.
Saluran kecil ini menerima saluran dari lobulus lain dan kemudian bersatu
untuk membentuk saluran utama yaitu duktus wirsungi.
d) Struktur pankreas
Merupakan kumpulan kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran,
saluran dari masing-masing kelenjar bersatu menjadi duktus yang jari-jarinya
3 mm, duktus ini disebut duktus pankreatikus.
Pankreas mempunyai 2 macam sel kelenjar, dimana sel itu dikumpulkan dan
menyerupai pulau-pulau yang disebut pulau langerhans.Pulau-pulau ini

membuat insulin yang langsung masuk ke pembuluh darah dan kelenjar


bagian tubuh.
Di dalam pankreas terdapat kelenjar-kelenjar yang membuat ludah perut
atau

getah

perut

yang

mengalir

ke

dalam

pembuluh-pembuluh

kelenjar.Pembuluh ini bersatu ke dalam saluran wirsungi kemudian masuk ke


dalam duodenum pada tempat papilla/arteri kelenjar perut menghasilkan 1
liter ludah perut dalam satu hari.
6.

Kantung Empedu
Sebuah kantong berbentuk terang dan merupakan membran berotot,
letaknya dalam sebuah lobus di sebelah permukaan bawah hati sampai
pinggir depannya, panjangnya 812 cm berisi 60 cm
Kantung empedu (berwarna hijau) dalam sistem pencernaan manusia

a)

Fungsi kantung empedu

Sebagai persediaan getah empedu, membuat getah empedu menjadi kental.


Getah empedu adalah cairan yang dihasilkan oleh sel-sel hati jumlah setiap
hari dari setiap orang dikeluarkan 500-1000 cc sekresi yang digunakan untuk
mencerna lemak. 80% dari getah empedu pigmen (warna) insulin dan zat
lainnya.
b) Bagian dari kantung empedu
Fundus vesikafelea, merupakan bagian kantung empedu yang paling akhir
setelah korpus vesikafelea.
Korpus vesikafelea, bagian dari kantung empedu yang didalamnya berisi
getah empedu.
Leher kantung kemih.Merupakan leher dari kantung empedu yaitu saluran
yang pertama masuknya getah empedu ke badan kantung empedu lalu
menjadi pekat berkumpul dalam kantung empedu.

Duktus sistikus.Panjangnya 3 cm berjalan dari leher kantung empedu


dan bersambung dengan duktus hepatikus membentuk saluran empedu ke
duodenum.
Duktus hepatikus, saluran yang keluar dari leher.
Duktus koledokus saluran yang membawa empedu ke duodenum.
7.

Hati
Merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak dalam rongga perut
sebelah kanan, tepatnya dibawah difragma.
Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat sekresi. Hal ini
dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa
senyawa yang bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan asam urat
dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan
senyawa racun oleh hati disebut proses detoksifikasi.

8.

Usus Halus / Intestinum Minor


Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar.Usus halus terdiri dari tiga bagian
yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejenum), usus
penyerapan (illeum).Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran
yaitu dari pankreas dan kantung empedu.

a)

Bagian-bagian usus halus;

Usus dua belas jari (duodenum) adalah bagian pertama usus halus yang
panjangnya 25 cm, berbentuk sepatu kuda, dan kepalanya mengelilingi
kepala pankreas.Saluran empedu dan saluran pankreas masuk ke dalam
duodenum pada satu lubang yang disebut ampulla hepatopankreatika,
ampulla vateri, 10 cm dari pilorus.
Usus kosong (jejenum), menempati dua perlima sebelah atas pada usus
halus yang selebihnya.

Usus penyerapan (illeum), menempati tiga perlima akhir.


9.

Usus Besar / Intestinum Mayor


Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum.

a)

Fungsi usus besar;

Menyerap air dari makanan


Tempat tinggal bakteri koli
Tempat feses
b) Bagian-bagian usus besar atau kolon;
Kolon asendens.Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah
kanan membujur ke atas dari ileum ke bawah hati.Di bawah hati melengkung
ke kiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatika.
Kolon transversum.Panjangnya 38 cm, membujur dari kolon asendens
sampai ke kolon desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan
terdapat fleksura hepatika dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis.
Kolon desendens. Panjangnya 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian
kiri membujur dari atas ke bawah dari fleksura lienalis sampai ke depan
ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.
Kolon sigmoid.Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring,
dalam rongga pelvis sebelah kiri bentuknya menyerupai huruf S, ujung
bawahnya berhubungan dengan rektum.
Rektum. Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum
mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os
koksigis.
10.

Usus Buntu
Usus buntu dalam bahasa latin disebut appendiks vermiformis. Pada

awalnya organ ini dianggap sebagai organ tambahan yang tidak memiliki
fungsi, tetati saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ

imunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu


kekebalan tubuh) dimana memiliki/berisi kelenjar limfoid.
11.

Umbai Cacing
Umbai cacing adalah organ tambahan pada usus buntu.Umbai cacing

terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, umbai
cacing berukuran 10 cm tetapi bisa bervariasi 2 sampai 20 cm.walaupun
lokasi apendiks selalu tetap, lokasi umbai cacing bisa berbeda-beda bisa di
retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
12.

Rektum
Rektum dalam bahasa latin regere (meluruskan , mengatur). Organ ini

berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Mengembangnya


dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu
sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika
defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar,
dimana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi
untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
13.

Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan

rektum dengan dunia luar (udara luar).Terletak di dasar pelvis bagian


posterior dari peritoneum. Dindingnya diperkuat oleh 3 otot sfingter yaitu:
Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak.
Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.
Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja sesuai kehendak.
E.PENGKAJIAN SISTEM PENCERNAAN
A. Riwayat Kesehatan

Perawat mulai dengan mengambil riwayat lengkap, memfokuskan pada


gejala-gejala umum disfungsi gastrointestinal.Gejala-gejala dimana
pengkajian difokuskan mencakup nyeri, kembung, bising usus, mual dan
muntah, hematemesis, perubahan kebiasaan defekasi serta karakteristik
feses.
Nyeri sering merupakan gejala utama dari penyakit gastrointestinal.Kaji
lokasi, durasi, pola, frekwensi, distribusi penyebaran dan waktu nyeri
Indigesti.Indigesti dapat diakibatkan oleh gangguan control saraf lambung
dan bagian lain GI.Makanan berlemak cenderung menimbulkan
ketidaknyamanan karena lemak berada di lambung lebih lama
Sendawa dan flatulensi. Akumulasi gas di saluran GI dapat menimbulkan
sendawa (pengeluaran gas melalui mulut bila gas mencapai lambung) dan
flatulensi (pengeluaran gas dari rektum). Keluhan yang sering dirasakan :
kembung, distensi atau merasa penuh.
Mual dan muntah.Muntah biasanya didahului oleh rasa mual yang dapat
dicetuskankan oleh bau, aktifitas, atau makanan yang masuk.Muntah dapat
berupa partikel yang tidak dapat dicerna atau darah (hematemesis).
Diare dan konstipasi.Diare secara umum terjadi bila isi saluran pencernaan
bergerak terlalu cepat dan terdapat ketidakadekwatan waktu untuk
absorbsi.Konstipasi adalah reternsi atau perlambatan pengeluaran feses dari
rectum.Absorpsi berlebihan air dari bahan fekal menghasilkan feses yang
yang keras, kering dan volume yang lebih kecil dari normal. Dikatakan
konstipasi jika pada saat BAB sering mengejan, frekwensi dua kali setiap
minggu
Riwayat lain yang perlu dikaji adalah riwayat kesehatan terdahulu, kesehatan
keluarga dan riwayat psikososial.

B. Pemeriksaan Fisik
Temuan fisik kemudian dikaji untuk memastikan data subyektif yang didapat

dari pasien.Abdomen diinspeksi, diauskultasi, di palpasi dan diperkusi.Pasien


ditempatkan pada posisi supine.Kontur dan simetrisitas dari abdomen dilihat
dengan identifikasi penonjolan lokal, distensi atau gelombang
peristaltik.Auskultasi dilakukan sebelum palpasi dan perkusi untuk mencegah
terjadi perubahan motilitasi usus.Karakter, lokasi dan frekwensi usus dicatat,
timpani atau pekak dicatat selama perkusi. Palpasi digunakan untuk
mengidentifikasi massa abdomen atau area nyeri tekan.
Adanya temuan abnormal harus dicatat berdasarkan kwadran atau regioregio untuk menggamban abdomen. (Kwadran kanan atas, kanan bawah, kiri
atas dan kwadran kiri bawah)

Pemeriksaan fisik pada mulut dan faring


Inspeksi warna bibir, kesimetrisan, luka/ulkus
Kemampuan membuka dan menutup mulut
Isspeksi lidah, bagian dalam mulut, warna dan kondisi membrane mukosa
Keadaan gigi geligi dan gusi, dikaji apakah ada carries, inflamasi atau tandatanda Perdarahan

Pemeriksaan fisik pada abdomen


Inspeksi
Perubahan warna di abdomen
Distribusi rambut
Adanya ras, lesi, striae, petechie, scar atau ikterik
Kesimetrisan

Auskultasi
Bising usus bunyi klik lembut yang terdengar setiap 5-10 detik di setiap
kwdran abdomen, bising usus normal terdengar 5-12 kali/menit
Bising usus tidak ada (-) : dijumpai setelah tindakan pembedahan, peritonitis,
ileus paralitik
Bising usus meningkat disebabkan hipermotilitas usus pada diare atau gastro

enteritis, obstruksiusus
Bising abdomen (bruit) merupakan bunyi dari pembuluh darah (artery
narrowing)

Perkusi
Menentukan ukuran dan lokasi organ abdomen
Menentukan akumulasi berlebihan dari cairan dan udara dalam abdomen
Dilakukan disemua kwadran
Bunyi perkusi normal : Timpani pada 4 kwadran , timpani diatas hepar dan
limpa

Palpasi
Karakter dinding abdomen, ukuran, kondisi dan konsistensi organ, lokasi
nyeri
Palpasi ringan : tekan ujung-ujung jari sedalam 1-2 cm, palpasi dalam
dilakukan penekanan sedalam 4 cm
Lakukan palpasi secara sistematis pada ke empat kwadran
kwadran-kwadran abdomen
Kwadran kanan atas :
Sebagian besar hati
Kandung empedu
Duodenum
Bagian kepala pancreas
Fleksur hepatikus colon
Sebagian kolon asenden dan tranversum
>Kwadran kiri atas :
Lobus kiri hati
Lambung

Lien
Badan dan ekor pancreas
Pleksur splenikus colon
Sebagian kolon tranversum dan asenden
>Kwadran kanan bawah :
Sekum
Apendiks
Ureter kanan
Ovarium kanan dan tuba fallopi
Korda spermatikus kanan
>Kwadran kiri bawah :
Sebagian kolon desenden
Kolon sigmoid
Ureter kiri
Ovarium kiri dan tuba fallopi
Korda spermatikus kiri

H. Pemeriksaan Diagnostik Untuk Saluran Pencernaan


Definisi
Pemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari:
Endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur
dalam dan untuk memperoleh jaringan dari dalam tubuh)
Rontgen
Ultrasonografi (USG)
Perunut radioaktif
Pemeriksaan kimiawi.

Pemeriksaandan kadang mengobati penyakit pada sistem pencernaan.


Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan terlebih
dahulu; ada juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya
melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan lainnya tidak memerlukan
persiapan khusus.
Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah
riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Tetapi gejala dari kelainan pencernaan
seringkali bersifat samar sehingga dokter mengalami kesulitan dalam
menentukan kelainan secara pasti.
Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa mempengaruhi
sistem pencernaan dan menimbulkan gejala-gejalanya.

. Pemeriksaan Kerongkongan
1. Pemeriksaan barium.
Penderita menelan barium dan perjalanannya melewati kerongkongan
dipantau melalui fluoroskopi (teknik rontgen berkesinambungan yang
memungkinkan barium diamati atau difilmkan).
Dengan fluoroskopi, dokter bisa melihat kontraksi dan kelainan anatomi
kerongkongan (misalnya penyumbatan atau ulkus).Gambaran ini seringkali
direkam pada sebuah film atau kaset video.
Selain cairan barium, bisa juga digunakan makanan yang dilapisi oleh
barium, sehingga bisa ditentukan lokasi penyumbatan atau bagian
kerongkongan yang tidak berkontraksi secara normal.
Cairan barium yang ditelan bersamaan dengan makanan yang dilapisi oleh
barium bisa menunjukkan kelainan seperti:
- selaput kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan tersumbat oleh
jaringan fibrosa)

- divertikulum Zenker (kantong kerongkongan)


- erosi dan ulkus kerongkongan
- varises kerongkongan
- tumor.
2. Manometri.
Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat
pengukur tekanan dimasukkan ke dalam kerongkongan.
Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter bisa menentukan
apakah kontraksi kerongkongan dapat mendorong makanan secara normal
atau tidak.
3. Pengukuran pH kerongkongan.
Mengukur keasaman kerongkongan bisa dilakukan pada saat manometri.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks asam
atau tidak.
4. Uji Bernstein (Tes Perfusi Asam Kerongkongan).
Pada pemeriksaan ini sejumlah kecil asam dimasukkan ke dalam
kerongkongan melalui sebuah selang nasogastrik.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah nyeri dada disebabkan
karena iritasi kerongkongan oleh asam dan merupakan cara yang baik untuk
menentukan adanya peradangan kerongkongan (esofagitis).
2. Intubasi
Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui
hidung atau mulut ke dalam lambung atau usus halus.
Prosedur ini bisa digunakan untuk keperluan diagnostik maupun pengobatan.
Intubasi bisa menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak menimbulkan
nyeri.
Ukuran selang yang digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan

dilakukannya prosedur ini (apakah untuk diagnosik atau pengobatan).


1. Intubasi Nasogastrik.
Pada intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui hidung menuju
ke lambung.
Prosedur ini digunakan untuk mendapatkan contoh cairan lambung, untuk
menentukan apakah lambung mengandung darah atau untuk menganalisa
keasaman, enzim dan karakteristik lainnya.
Pada korban keracunan, contoh cairan lambung ini dianalisa untuk
mengetahui racunnya.Kadang selang terpasang agak lama sehingga lebih
banyak contoh cairan yang bisa didapat.
Intubasi nasogastrik juga bisa digunakan untuk memperbaiki keadaan
tertentu:
- Untuk menghentikan perdarahan dimasukkan air dingin
- Untuk memompa atau menetralkan racun diberikan karbon aktif
- Pemberian makanan cair pada penderita yang mengalami kesulitan
menelan.
Kadang intubasi nasogastrik digunakan secara berkesinambungan untuk
mengeluarkan isi lambung. Ujung selang biasanya dihubungkan dengan alat
penghisap, yang akan mengisap gas dan cairan dari lambung.
Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi jika sistem pencernaan
tersumbat atau tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
2. Intubasi Nasoenterik.
Pada intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui hidung lebih
panjang, karena harus melewati lambung untuk menuju ke usus halus.
Prosedur ini bisa digunakan untuk:
- mendapatkan contoh isi usus
- mengeluarkan cairan
- memberikan makanan.

Sebuah selang yang dihubungkan dengan suatu alat kecil di ujungnya bisa
digunakan untuk biopsi (mengambil contoh jaringan usus halus untuk
diperiksa secara mikroskopik atau untuk analisa aktivitas enzim).
Lambung dan usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua
prosedur diatas tidak menimbulkan nyeri.
3. Endoskopi
Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan
selang/tabung serat optik yang disebut endoskop.
Endoskop yang dimasukkan melalui mulut bisa digunakan untuk memeriksa:
- kerongkongan (esofagoskopi)
- lambung (gastroskopi)
- usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).
Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk
memeriksa:
- rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)
- keseluruhan usus besar (kolonoskopi).
Diameter endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan panjangnya
berkisar dari sekitar 30 cm-150 cm.
Sistem video serat-optik memungkinkan endoskop menjadi fleksibel
menjalankan fungsinya sebagai sumber cahaya dan sistem penglihatan.
Banyak endoskop yang juga dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk
mengangkat contoh jaringan dan sebuah alat elektronik untuk
menghancurkan jaringan yang abnormal.
Dengan endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan,
daerah yang mengalami iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan jaringan
yang abnormal.Biasanya diambil contoh jaringan untuk keperluan

pemeriksaan lainnya.
Endoskop juga bisa digunakan untuk pengobatan. Berbagai alat yang
berbeda bisa dimasukkan melalui sebuah saluran kecil di dalam endoskop:
Elektrokauter bisa digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah dan
menghentikan perdarahan atau untuk mengangkat suatu pertumbuhan yang
kecil
- Sebuah jarum bisa digunakan untuk menyuntikkan obat ke dalam varises
kerongkongan dan menghentikan perdarahannya.
Sebelum endoskop dimasukkan melalui mulut, penderita biasanya
dipuasakan terlebih dahulu selama beberapa jam.Makanan di dalam
lambung bisa menghalangi pandangan dokter dan bisa dimuntahkan selama
pemeriksaan dilakukan.
Sebelum endoskop dimasukkan ke dalam rektum dan kolon, penderita
biasanya menelan obat pencahar dan enema untuk mengosongkan usus
besar.
Komplikasi dari penggunaan endoskopi relatif jarang.
Endoskopi dapat mencederai atau bahkan menembus saluran pencernaan,
tetapi biasanya endoskopi hanya menyebabkan iritasi pada lapisan usus dan
perdarahan ringan.
4. Laparoskopi
Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan
endoskop
Laparoskopi biasanya dilakukan dalam keadaan penderita terbius total.
Setelah kulit dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya di
dekat pusar.Kemudian endoskop dimasukkan melalui sayatan tersebut ke

dalam rongga perut.


Dengan laparoskopi dokter dapat:
- mencari tumor atau kelainan lainnya
- mengamati organ-organ di dalam rongga perut
- memperoleh contoh jaringan
- melakukan pembedahan perbaikan.

5. Rontgen
1. Foto polos perut.
Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak
memerlukan persiapan khusus dari penderita.
Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan:
- suatu penyumbatan
- kelumpuhan saluran pencernaan
- pola udara abnormal di dalam rongga perut
- pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa).
2. Pemeriksaan barium.
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada
foto rontgen dan membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan
lapisan dari kerongkongan, lambung dan usus halus.
Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya ulkus,
erosi, tumor dan varises kerongkongan.
Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk menunjukkan
keberadaan barium.Atau digunakan sebuah fluoroskop untuk mengamati
pergerakan barium di dalam saluran pencernaan. Proses ini juga bisa
direkam.
Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran pencernaan,

dokter dapat menilai:


- fungsi kerongkongan dan lambung
- kontraksi kerongkongan dan lambung
- penyumbatan dalam saluran pencernaan.
Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus besar
bagian bawah.Kemudian dilakukan foto rontgen untuk menunjukkan adanya
polip, tumor atau kelainan struktur lainnya.
Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak
nyaman.
Barium yang diminum atau diberikan sebagai enema pada akhirnya akan
dibuang ke dalam tinja, sehingga tinja tampak putih seperti kapur.
Setelah pemeriksaan, barium harus segera dibuang karena bisa
menyebabkan sembelit yang berarti.Obat pencahar bisa diberikan untuk
mempercepat pembuangan barium.

6. Parasentesis
Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan
mengambil cairannya.
Dalam keadaan normal, rongga perut diluar saluran pencernaan hanya
mengandung sejumlah kecil cairan.Cairan bisa terkumpul dalam keadaankeadaan tertentu, seperti perforasi lambung atau usus, penyakit hati, kanker
atau pecahnya limpa.
Parasentesis digunakan untuk memperoleh contoh cairan untuk keperluan
pemeriksaan atau untuk membuang cairan yang berlebihan.
Pemeriksaan fisik (kadang disertai dengan USG) dilakukan sebelum

parasentesis untuk memperkuat dugaan bahwa rongga perut mengandung


cairan yang berlebihan.
Selanjutnya daerah kulit (biasanya tepat dibawah pusar) dibersihkan dengan
larutan antiseptik dan dibius lokal.Melalui kulit dan otot dinding perut,
dimasukkan jarum yang dihubungkan dengan tabung suntik ke dalam rongga
perut dimana cairan terkumpul.
Sejumlah kecil cairan diambil untuk pemeriksaan laboratorium atau sampai
0,96 liter cairan diambil untuk mengurangi pembengkakan perut.

7. USG Perut
USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari
organ-organ dalam.
USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati
dan pankreas) dan juga bisa menunjukkan daerah abnormal di dalamnya.
USG juga dapat menunjukkan adanya cairan.
Tetapi USG bukan alat yang baik untuk menentukan permukaan saluran
pencernaan, sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan penyebab
perdarahan di lambung, usus halus atau usus besar.
USG merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki
resiko.
Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan mengarahkan
gelombang suara ke berbagai bagian perut dengan menggerakkan alat
tersebut. Gambaran dari organ dalam bisa dilihat pada layar monitor dan
bisa dicetak atau direkam dalam filem video.

8. Pemeriksaan Darah Samar

Perdarahan di dalam saluran pencernaan dapat disebabkan baik oleh iritasi


ringan maupun kanker yang serius.
Bila perdarahannya banyak, bisa terjadi muntah darah, dalam tinja terdapat
darah segar atau mengeluarkan tinja berwarna kehitaman (melena).
Jumlah darah yang terlalu sedikit sehingga tidak tampak atau tidak merubah
penampilan tinja, bisa diketahui secara kimia; dan hal ini bisa merupakan
petunjuk awal dari adanya ulkus, kanker dan kelainan lainnya.
Pada pemeriksaan colok dubur, dokter mengambil sejumlah kecil tinja
.Contoh ini diletakkan pada secarik kertas saring yang mengandung zat
kimia. Setelah ditambahkan bahan kimia lainnya, warna tinja akan berubah
bila terdapat darah.
I.ASUHAN KEPERAWATAN KOLELITIASIS DENGAN NANDA, NOC, NIC
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Insiden kolelitiasis atau batu kandung empedu di Amerika Serikat


diperkirakan 20 juta orang yaitu 5 juta pria dan 15 juta wanita. Pada
pemeriksaan autopsy di Amerika, batu kandung empedu ditemukan pada 20
% wanita dan 8 % pria. Insiden batu kandung empedu di Indonesia belum
diketahui dengan pasti, karena belum ada penelitian. Banyak penderita batu
kandung empedu tanpa gejala dan ditemukan secara kebetulan pada waktu
dilakukan foto polos abdomen, USG, atau saat operasi untuk tujuan yang
lain. Dengan perkembangan peralatan dan teknik diagnosis yang baru USG,

maka banyak penderita batu kandung empedu yang ditemukan secara dini
sehingga dapat dicegah kemungkinan terjadinya komplikasi. Semakin
canggihnya peralatan dan semakin kurang invasifnya tindakan pengobatan
sangat mengurangi morbiditas dan moralitas. Batu kandung empedu
biasanya baru menimbulkan gejala dan keluhan bila batu menyumbat duktus
sistikus atau duktus koledokus. Oleh karena itu gambaran klinis penderita
batu kandung empedu bervariasi dari yang berat atau jelas sampai yang
ringan atau samar bahkan seringkali tanpa gejala (silent stone).

A.

Pengertian :
Kolelitiasis (batu empedu) terbentuk dalam kandung empedu dari
unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu, batu empedu memiliki
ukuran, bentuk dan komposisi yang bervariasi. Batu empedu tidak lazim
dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda tetapi insidennya semakin
sering pada individu berusia diatas 40 tahun, semakin meningkat pada usia
75 tahun.
KOLELITIASIS
Infeksi pada kandung empedu ada yang akut dan kronis. Kolesistitis akut
biasanya disertai nyeri tekan dan kekakuan pada abdomen kuadran kanan
atas, mual muntah dan tanda tanda yang umum dijumpai pada inflamasi
akut.
Kolesistitis kalkulus terdapat pada > 90% pasien kolesistitis akut. Pada
kolesistitis kalkulus , batu kandung empedu menyumbat saluran keluar
empedu. Getah empedu yang tetap berada dalam kandung empedu akan
menimbulkan reaksi kimia, edema dan pembuluh darah dalam kandung
empedu akan terkompresi sehingga suplai vaskulernya terganggu.
Kolesistitis akalkulus merupakan inflamasi kandung empedu tanpa
sumbatan oleh batu empedu, tetapi timbul setelah tindakan bedah mayor,
trauma berat, atau luka bakar.

B.

Patofisiologi :
Ada dua tipe utama batu empedu yaitu: batu yang terutama tersusun dari
pigmen dan tersusun dari kolesterol
Batu pigmen : akan terbentuk bila pigmen yang terkonjugasi dalam
empedu mengalami presipitasi / pengendapan, sehingga terjadi batu. Risiko
terbentuknya batu

semacam ini semakin besar pada pasien serosis,

hemolisis dan infeksi percabangan bilier. Batu ini tidak dapat dilarutkan dan
hanya dikeluarkan dengan jalan operasi.
Batu kolesterol : merupakan unsur normal pembentuk empedu bersifat
tidak larut dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam empedu dan
lesitin (fosfo lipid) dalam empedu. Pada pasien yang cenderung menderita
batu

empedu

akan

terjadi

penurunan

sintesis

asam

empedu

dan

peningkatan sintesis kolesterol dalam hati, mengakibatkan supersaturasi


getah empedu oleh kolesterol dan keluar dari getah empedu mengendap
membentuk batu. Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol merupakan
predisposisi untuk timbulnya batu empedu yang berperan sebagai iritan
yang menyebabkan peradangan dalam kandung empedu.
Wanita yang menderita batu kolesterol dan penyakit kandung empedu 4
X lebih banyak dari pada laki-laki. Biasanya terjadi pada wanita berusia > 40
tahun,

multipara,

pengguna

obesitas.

kontrasepsi

meningkatkan

saturasi

pil,

Penderita

batu

empedu

estrogen

dan

klofibrat

kolesterol

bilier.

Insiden

meningkat
yang

pada

diketahui

pembentukan

batu

meningkat bersamaan dengan penambahan umur, karena bertambahnya


sekresi kolesterol oleh hati dan menurunnya sintesis asam empedu juga
meningkat akibat mal absorbsi garam-garam empedu pada pasien dengan
penyakit gastrointestinal, pernah operasi resesi usus, dan DM.
C.

Manifestasi Klinik
Gejalanya bersifat akut dan kronis, Gangguan epigastrium : rasa penuh,
distensi abdomen, nyeri samar pada perut kanan atas, terutama setelah
klien konsumsi makanan berlemak / yang digoreng.

Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut :


1.

Nyeri dan kolik bilier, jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu,
kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan
menderita panas, teraba massa padat pada abdomen, pasien dapat
mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kanan atas yang
menjalar kepunggung atau bahu kanan , rasa nyeri disertai mual dan muntah
akan bertambah hebat dalam waktu beberapa jam sesudah makan dalam
porsi besar. Pasien akan gelisah dan membalik-balikkan badan, merasa tidak
nyaman, nyerinya bukan kolik tetapi persisten. Seorang kolik bilier semacam
ini

disebabkan

oleh

kontraksi

kandung

empedu

yang

tidak

dapat

mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam


keadaan distensi bagian fundus kandung empedu akan menyentuh dinding
adomen pada daerah kartilago kosta sembilan dan sepuluh bagian kanan,
sehingga menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran kanan atas
ketika inspirasi dalam.
2.

Ikterus. Biasanya terjadi obstruksi duktus koledokus. Obstruksi pengaliran


getah empedu keduodenum akan menimbulkan gejala yang khas : getah
empedu tidak dibawa keduodenum tetapi diserap oleh darah sehingga kulit
dan mukosa membran berwarna kuning, disertai gatal pada kulit.

3.

Perubahan warna urine tampak gelap dan feses warna abu-abu serta
pekat karena ekskresi pigmen empedu oleh ginjal.

4.

Terjadi defisiensi vitamin ADEK. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu


pembekuan darah yang normal. Jika batu empedu terus menyumbat saluran
tersebut

akan

mengakibatkan

abses,

nekrosis

dan

perforasi

disertai

peritonitis generalisata.
D.

Etiologi

1.

Statis cairan empedu

2.

Infeksi kuman (E.Coli, klebsiella, Streptokokus, Stapilokokus, Clostridium).

3.

Iskemik dinding kandung empedu.

4.

Kepekatan cairan empedu.

5.

Kolesterol.

6.

Lisolesitin.

7.

Prostaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu


diikuti reaksi supurasi dan inflamasi.

E.
1.

Pemeriksaan Penunjang
laboratorium : lekositosis, blirubinemia ringan, peningkatan alkali
posfatase.

2.

USG: dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus


koledokus yang mengalami dilatasi, USG mendeteksi batu empedu dengan
akurasi 95%.

3.

CT Scan Abdomen :

4.

MRI.

5.

Sinar X abdomen

6.

Koleskintografi / Pencitraan Radionuklida: preparat radioaktif disuntikkan


secara intravena. Pemeriksaan ini lebih mahal dari USG, waktu lebih lama,
membuat pasien terpajar sinar radiasi, tidak dapat mendeteksi batu
empedu.

7.

Kolesistografi: alat ini digunakan jika USG tidak ada / hasil USG
meragukan.

F.

Penatalaksanaan

1.

Non Pembedahan (farmakoterapi, diet)

a.

Penatalaksanaan pendukung dan Diet adalah: istirahat, cairan infus, NGT,


analgetik dan antibiotik, diet cair rendah lemak, buah yang masak, nasi,
ketela, kentang yang dilumatkan, sayur non gas, kopi dan teh.

b.

Untuk makanan yang perlu dihindari sayur mengandung gas, telur, krim,
daging babi, gorengan, keju, bumbu masak berlemak, alkohol.

c.

Farmakoterapi asam ursedeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksiolat


(chenodiol, chenofalk) digunakan untuk melarutkan batu empedu radiolusen
yang berukuran kecil dan terutama tersusun dari kolesterol. Jarang ada efek

sampingnya dan dapat diberikan dengan dosis kecil untuk mendapatkan efek
yang sama. Mekanisme kerjanya menghambat sintesis kolesterol dalam hati
dan sekresinya sehingga terjadi disaturasi getah empedu. Batu yang sudah
ada dikurangi besarnya, yang kecil akan larut dan batu yang baru dicegah
pembentukannya. Diperlukan waktu terapi 6 12 bulan untuk melarutkan
batu.
d.

Pelarutan batu empedu tanpa pembedahan : dengan cara menginfuskan


suatu bahan pelarut (manooktanoin / metil tersier butil eter ) kedalam
kandung empedu. Melalui selang / kateter yang dipasang perkuatan
langsung kedalam kandung empedu, melalui drain yang dimasukkan melalui
T-Tube

untuk

melarutkan

batu

yang

belum

dikeluarkan

pada

saat

pembedahan, melalui endoskopi ERCP, atau kateter bilier transnasal.


e.

Ektracorporeal shock-wave lithotripsy (ESWL). Metode ini menggunakan


gelombang kejut berulang yang diarahkan pada batu empedu dalam
kandung empedu atau duktus koledokus untuk memecah batu menjadi
sejumlah fragmen. Gelombang kejut tersebut dihasilkan oleh media cairan
oleh percikan listrik yaitu piezoelektrik atau muatan elektromagnetik. Energi
disalurkan kedalam tubuh lewat rendaman air atau kantong berisi cairan.
Setelah batu pecah secara bertahap, pecahannya akan bergerak perlahan
secara

spontan

dari

kandung

empedu

atau

duktus

koledokus

dan

dikeluarkan melalui endoskop atau dilarutkan dengan pelarut atau asam


empedu peroral.
2. Pembedahan
a. Intervensi bedah dan sistem drainase.
b. Kolesistektomi : dilakukan pada sebagian besar kolesistitis kronis / akut.
Sebuah drain ditempatkan dalam kandung empedu dan dibiarkan menjulur
keluar lewat luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan serosanguinus,
dan getah empedu kedalam kassa absorben.
c. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar
4 cm, bisa dipasang drain juga, beaya lebih ringan, waktu singkat.

d. Kolesistektomi laparaskopi
e. Kolesistektomi endoskopi: dilakukan lewat luka insisi kecil atau luka tusukan
melalui dinding abdomen pada umbilikus

3. Pendidikan pasien pasca operasi :


a.

Berikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala
komplikasi intra abdomen yang harus dilaporkan : penurunan selera makan,
muntah, rasa nyeri, distensi abdomen dan kenaikan suhu tubuh.

b.

Saat dirumah perlu didampingi dan dibantu oleh keluarga selama 24


sampai 48 jam pertama.

c.

Luka tidak boleh terkena air dan anjurkan untuk menjaga kebersihan luka
operasi dan sekitarnya

d.

Masukan nutrisi dan cairan yang cukup, bergizi dan seimbang

e.

Anjurkan untuk kontrol dan minum obat rutin.

G.

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul:

1.

Nyeri Akut b/d agen injuri fisik

2.

Ketidakseimbangan

Nutrisi

Kurang

dari

kebutuhan

tubuh

b/d

ketidakmampuan pemasukan nutrisi, faktor biologis


3.

Risiko infeksi b/d imunitas tubuh menurun, terpasangnya alat invasif.

4.

Kurang perawatan diri b/d kelemahan

5.

Kurang Pengetahuan tentang penyakit, diet dan perawatannya b/d mis


interpretasi informasi
RENPRA CHOLELITIASIS
DIAGNOSA

1.

Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (obstruksi, proses


pembedahan)

2.

Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang


berlbihan (mual, muntah, drainase selang yang berlebihan)

3.

Ketidakseimbangan nutrisi behubungan dengan keditakmampuan untuk


ingesti dan absorbsi makanan
INTERVENSI

Diagnosa
Nyeri

Tujuan
memini

Intervensi
Rasional
a. Observasi dan membantu
membedakan

akut

malkan/

catat

lokasi, penyebaab

nyeri

berhubun menghila beratnya (skala 0- memberikan

dan

informasi

gan

ngkan

10) dan karakter tentang kemajuan/perbaikan

dengan

nyeri

nyeri

agen

kolik,

injuri fisik

timbul)

(menetep, penyakit,

terjadinya

hilang komplikasi dan keefektifan


intervensi:

(obstruks
i,

proses

nyeri

pembeda

hilang

han)

rutin

berat

yang

dengan
dapat

tidak

tindakan

menunjukkan

terjadinya
b.

Catat

respon komplikasi/kebutuhan

terhadap
dan

obat, terhadap

intervensi

lebih

laporkan lanjut

kepada

dokter

jika nyeri hilang

tiarh

baring

pada

posisi

Fowler rendah menurunkan


tekanan
namun

intra

abdomen;

pasien

melakukan

akan

posisi

yang

menghilangkan nyeri secara


alami
c.

Tingkatkan

tirah

baring, menurunkan

iritasi/kulit

biarkan

pasien kering dan sensasi gatal

melakukan posisi
yang nyaman

dingin pada sekitar ruangan


membantu

meminimalkan

ketidaknyamanan kulit
d. Gunakan sprei meningkatkan
halus/katun;
cairan

memusatkan

kalamin; perhatian,

istirahat,
kembali
dapat

IMPLEMENTASI
no No Diagnosa Implementasi
Evaluasi Tindakan
a.Mengobservasi
Dapat membedakan
dan catat lokasi, penyebab nyeri
beratnya (skala 010) dan karakter
nyeri
(menetep,
kolik, hilang timbul)
Nyeri berat belum
b. Mencatat respon hilang
terhadap obat, dan
laporkan
kepada
dokter jika nyeri
hilang
Pasien merasa
c.
Meningkatkan nyaman dengan
tirah
baring, posisi semi powler
biarkan
pasien
melakukan
posisi
yang nyaman
Sensasi gatal pada
kulit pasien
d.
menggunakan berkurang
sprei
halus/katun;
cairan
kalamin;
minyak
mandi
(alpha
keri);
kompres
dingin/lembab
sesuai indikasi
Suhu dingin dapat
mengurangi
e. Mengontrol suhu ketidaknyamanan
lingkungan
kulit pasien
f.
Mendorong
menggunakan
.teknik
relaksasi,
contoh
bimbing
imajinasi,
visualisasi, latihan
jalan napas dalam.
Berikan
aktivitas
senggang.

Mengurangi
kepanikan pasien

Pasien kembali fokus


pada perhatian yang
dapat mengurangi
g.
Menyediakan nyeri
waktu
untuk

Paraf

mendengar
dan
mempertahankan
Secret gester pasien
kontak
dengan dapat dibuang
pasien sering
h. Mempertahankan
status
puasa,
masukan/pertahank
an penghisapan NG
sesuai indikasi.
a. Memperhatikan
masukan
dan
haluaran
akurat,
pertahankan
haluaran kuran dari
masukan,
peningkatan berat
jenis
urine.
Kaji
memberan
mukosa/kulit, nadi
perifer,
dan
pengisian kapiler.

Mengetahui
informasi tentang
volume cairan
pasien

defisit
natrium,
kalium, dan klorida
b.
Mengawasi pasien bertambah
tanda/gejala
peningkatan/berlanj
utnya
mual/muntah, kram
abdomen,
kelemahan kejang,
kejang
ringan,
kecepatan denyut
jantung tak teratur,
parestesia,
Muntah
pasien
hipoaktif atau tak berkurang
adanya bising usus,
depresi pernapasan
c.
Menghindarkan
dari
lingkungan kekeringan
yang berbau
memberan mukosa
dan
resiko
perdarahan
oral
pada pasien dapat
d.
Melakukan menurun

kebersihan
oral
dengan
pencuci trauma,
resiko
mulut;
berikan perdarahan/pemben
minyak
tukan
hematoma
pada pasien tidak
terlihat
e.
Menggunakan
jarum kecil untuk
injeksi
dan
melakukan tekanan protrombin darah
pada
bekas menurun.
suntikan lebih lama
dari biasanya
f.
Mengkaji
perdarahan
yang
tidak
biasanya,
contoh perdarahan
terus menerus pada
sisi
injeksi,
mimisan,
seksresi
perdarahan
gusi, motalitas
ekimosis, petekie, menurun
hematemesis/mele
na.
traktus GI
beristirahat
g. Mempertahankan
pasien puasa sesuai
keperluan

dan
gaster

dapat

h.
Memasukkan
selang
NG,
hubungkan
ke
penghisap
dan
pertahankan
patensi
sesuai
indikasi
a. Mengkaji distensi Kebutuhan nutrisi
abdomen, bertahak, terpenuhi
berhati-hati
b.
Memperkirakan/hitu
ng
pemasukan Pemenuhan kalori

kalori.
Jaga tercukupi
komentar tentang
napsu
makan
sampai minimal.
c.
Menimbang Rencana diet pasien
sesuai indikasi
lebih efektif
d. Konsul tentang Nafsu makan pasien
kesukaan/ketidaksu bertambah
kaan
pasien,
makanan
yang
menyebabkan
distress, dan jadwal
makan
yang
disukai.
Nafsu makan pasien
.e.
Memberikan meningkat dan rasa
suasana
mual berkurang
menyenangkan
pada saat makan,
hilangkan
Kebutuhan higine
rangsangan berbau. terpenuhi
f.
Memberikan
kebersihan
oral
sebelum makan
Menurunkan resiko
mual
g.
Menawarkan
minuman seduhan
saat makan, bila
toleran
Flatus dapat keluar
h. Ambulasi dan dan kurangnya
tingkatkan aktivitas distensi abdomen
sesuai toleransi
EVALUASI
Pukul
No Diagnosa
1

Evaluasi
S : Pasien
mengatakan nyeri

Paraf

yang di rasakan
berkurang
O : Wajah pasien
terlihat lebih
tenang
A : Masalah teratasi
sebagian
P :n dilanjutkan
dengan intervensi
1.
Kaji ulang skala
nyeri
2.
Penuhi kebutuhan
nutrisi
3.
Berikan posisi
semi poeler
2

S :pasien
mengatakan rasa
mual sudah tidak
di alami lagi
O:

A : masalah teratasi
P : intervensi di
hentikan
S : pasien
mengatakan nafsu
makan sudah mulai
bertambah
O : pasien sudah
mau makan
A : masalah teratasi
P : intervensi
dihentikan

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Saluran pencernaan adalah sebuah tabung berlekuk melintang
sepanjang sekitar 7 m, tempat lewat makanan saat makanan terurai.

Fungsi sistem pencernaan


Ingesti,Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik
oleh gigi. Makanan kemudian bercampur dengan saliva sebelum ditelan
(menelan).,Peristalsis,Digesti,Absorpsi , Egesti (defekasi)

Pergerakan saluran Cerna


Mulut / Oris,Faring,Esofagus,Gaster / Lambung,Pankreas,Kantung
Empedu,Hati,Usus Halus / Intestinum Minor,Usus Besar / Intestinum
Mayor,Usus Buntu,Umbai Cacing,Rektum,Anus

Pengkajian sistem pencernaan


A. Riwayat Kesehatan
B. Pemeriksaan Fisik
C. Pemeriksaan Diagnostik Untuk Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan dengan koletiliasis
Pengkajian
Diagnosa
Intervensi
Implementasi
evaluasi

DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/yudhasetya01/kolelitiasiskolestasiskolesistitis
http://rianurse.blogspot.com/2012/06/askep-gi-kolelitiasis.html
http://www.persify.com/id/perspectives/medical-conditionsdiseases/kolelitiasis-_-951000103304
http://perawatsoppeng.blogspot.com/2011/07/asuhan-keperawatankolelitiasis.html
http://medlinux.blogspot.com/2008/12/kolelitiasis.html
http://apakataloeajah.blogspot.com/2011/01/askep-kolelitiasis.html
Pengkajian kep krtis,edisi 2,laura atalbot,rnbsn,ccrn
(http://radenbeletz.com/sistem-pencernaan-pada-manusia.html).
(http://radenbeletz.com/sistem-pencernaan-pada-manusia.html).

saluran pencernaan (bahasa Inggris: gastrointestinal tract)


(http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pencernaan),
http://radenbeletz.com/sistem-pencernaan-pada-manusia.html).

Вам также может понравиться