Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk biologi, psikologi, dan spiritual yang utuh, dalam arti bahwa
manusia merupakan satu kesatuan dari aspek jasmani dan ruhani serta bersifat unik karena
memiliki berbagai macam kebutuhan sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Organisasi kesehatan sedunia atau World Health Organization (WHO), tahun 1984, telah
menetapkan unsur spiritual atau agama sebagai salah satu dari empat unsur kesehatan.
Keempat unsur kesehatan tersebut adalah sehat fisik, psikis, sosial dan spiritual. Pendekatan
baru ini telah diadopsi oleh The American Phsyciatric Association (APA), tahun 1992, yang
dikenal dengan pendekatan biologis, psikolosis, sosiologis, dan spiritual (Hawari, 2001).
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan
keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau
pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Menurut
Kozier (2004) kebutuhan spiritual adalah kebutuhan mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan
untuk mencintai dan dicintai, serta kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf..
komponen spiritual seseorang sangat penting untuk mengatasi perubahan emosi
tersebut Keimanan pada Tuhan diyakini akan memudahkan seseorang untuk mengatasi
perubahan emosional selama sakit (Lueckenotte, 1995). Spiritualitas adalah keyakinan dalam
hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang
percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa. Spiritualitas mengandung
pengertian hubungan manusia dengan Tuhannya dengan menggunakan instrumen (medium)
sholat, puasa, zakat, haji, doa dan sebagainya (Hamid, 2000).
Dari uraian di atas jelas aspek spiritual dalam olahraga sangat berperan penting dalam
kebutuhan atlet menjalani latihan maupun kompetisi yang di lakukaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Olahraga Secara Spiritual
Olahraga merupakan kebutuhan manusia. Melalui olahraga diharapkan didapatkan
tubuh yang sehat dan bugar sehingga mampu meningkatkan produktitas kerja. Dalam
keadaan sakit, mudah lelah dan tidak bugar bisa dipastikan bekerja tidak bisa maksimal.serta
kegiatan ibadah mungkin akan mengganggu. . Spiritualitas diartikan oleh Gunawan sebagai
niat, kehendak yang mampu mengatasi keterbatasan tubuh dan pikiran, sedangkan Adrie
Wongso memahami spiritualitas sebagai kemampuan mengalahkan diri sendiri.Jadi,bisa di
simpulkan spiritualitas olahraga yakni kehendak yang mampu mengatasi keterbatasan tubuh
dan pikiran dalam melakukan suatu aktivitas olahraga.
Menurut Moh Sholeh (2003) ketika pikiran dan kesadaran seseorang di penuhi dan di
rasuki dorongan untuk mengeksploitasi sumber-sumber penopang keseimbangan dan
harmoni semesta,baik sumber daya ekologis berupa kekayaan alam ,lebih-lebih sumber
etis,moral dan spritual yang merupakan penyangga utama keluhuran manusia,dan terusmenerus mengumbar angkara murka,pengharapan kita akan hadirnya sifat-sifat terpuji dari
akal budi yang luhur,berkorban demi kepentingan bersama,mementingkan orang lain,bagai
pungguk merindukan bulan.Hal ini sudah pernah terjadi pada induk organisasi PSSI yang
pernah terpecah hanya karena kepentingan golongan saja.
Olahraga (sport) dan aktivitas fisik memiliki hubungan yang sangat erat dengan
spiritualitas dan agama. Meskipun tidak sepopuler tema-tema utama dalam ilmu
keolahragaan seperti fisiologi olahraga, psikologi olahraga, biomekanika, nutrisi dan diet,
kedokteran olahraga, kesehatan, dan pendidikan olahraga, cabang ilmu keolahragaan yang
mengkaji olahraga dari perspektif spiritualitas dan agama ini mulai berkembang.Maka
dari itu saya sebagai penulis mencoba menelaah hubungan olahraga dengan agama.Agama
dan olahraga sangat berkaitan sangat erat,seseorang yang mempunyai prestasi yang tinggi
biasanya mempunya tingkat spritulitas yang tinggi.Tentu sering kita melihat di layar televisi
bagaimana para pemain sebelum bertanding kebanyakan membaca doa yang membuktikan
bahwa olahraga dan ranah spiritual sangat erat hubungannya,bahkan saat adu penalti pun
2
semua anggota tim maupun offisial dan penonton berdoa memohon kemenangan bagi timnya
saat adu penalti.
Di televisi dan radio, infomersial pada penurunan berat badan, yang ditayangkan
setiap hari. Untuk mendapatkan tubuh pantai Anda inginkan untuk musim panas, iklan dan
iklan majalah mulai bermunculan selama musim liburan. Aktor Slim dan berotot / aktris yang
dibayar oleh sponsor untuk mendidik kita tentang apa yang harus makan, minum, dan jenis
terbaik dari latihan peralatan untuk menggunakan. Mereka membuat klaim bahwa membeli
item ini akan memberikan tubuh yang sama, karena mereka.
Tapi, apakah Anda pernah berpikir tentang apa yang diperlukan untuk mendapatkan
fit manusia rohani Anda? Ini juga membutuhkan hal yang sama, jika tidak lebih dedikasi dan
usaha untuk menjalani gaya hidup Kristen yang sehat. Makanan dan cairan tidak godaan
dalam keadaan ini. Dosa, adalah penyebab kenaikan berat badan spiritual orang percaya. Halhal negatif kita mengambil menjadi batu sandungan untuk spiritual kesejahteraan kita.
Apa perbedaan antara kebugaran fisik dan spiritual?
a. Latihan Fisik
Sebuah negara kesejahteraan fisiologis, dicapai melalui kombinasi dari diet yang baik,
latihan fisik secara teratur, dan praktek-praktek lain yang mempromosikan kesehatan yang
baik.
b. Spiritual Kebugaran
Sebuah negara kesejahteraan spiritual, dicapai melalui iman yang datang hanya dengan
merenungkan Firman Tuhan, setiap hari. Studi tentang kata suci-Nya membantu orang
percaya untuk menjadi kuat secara rohani dan cocok untuk menaklukkan setiap tugas di
hadapan mereka.
Pelatihan tubuh fisik kita tidak bisa membantu kami dengan tantangan hidup dan
perjuangan. Ada rintangan tak terlihat ditempatkan sebelum kita masing-masing bahwa hanya
kekuatan rohani dapat membantu kita menyeberang. Hidup, dalam dirinya sendiri jauh lebih
sulit daripada maraton, karena sedang berlangsung. Hanya mempelajari Firman Tuhan dapat
mempersiapkan kita untuk perjalanan ini. Penulis Ibrani menyarankan kita untuk
menanggalkan segala beban, dan dosa yang begitu mudah menguasai kita (Ibrani 12:1-2).
Dosa menyebabkan kita pak pada pound spiritual. Kebencian, iri, prasangka, kecemburuan,
kedengkian, dan fitnah adalah bobot berlebih yang mencegah kita dari mencapai potensi
spiritual kita.
3
Anda tidak sendirian dalam pencarian spiritual penurunan berat badan Anda. Orang-orang
yang Anda temui dan berinteraksi dengan dari hari ke hari perjuangan dengan tantangan yang
sama, seperti Anda. Hanya beberapa berjuang untuk mendapatkan tubuh yang fana (nada dan
ramping) yang akan kembali ke debu dari mana ia datang.
memahami seperti apa keterkaitan spiritualitas dengan olahraga yang dijabarkan dalam proses
persenyawaan mind body and soul tersebut.
Dharnoto (2007) dalam Majalah Intisari edisi Desember 2007 menulis profil Andrie
Wongso, seorang yang dikenal sebagai motivator handal, memiliki latarbelakang seorang
master beladiri kungfu yang telah ia tekuni sejak usia belasan. Karena kecintaan dan
keseriusannya pada beladiri asal negeri Tiongkok ini, pada usia 25 tahun, pada tahun 1979
mendirikan perguruan Hap Kun Do, yang merupakan ilmu bela diri gabungan. Landasannya cepat-kuatfleksibel. Sebagaimana ilmu beladiri pada umumnya, untuk menguasai beladiri Hap Kun Do
harus dicapai dengan latihan disiplin jurus-jurus dasar secara berulang-ulang, sampai pada
pada tahap tertentu gerakan tersebut menyatu dengan dirinya hingga menjadi naluri.
Andrie Wongso menjelaskan prinsip kelebihan Hap Kun Do justru tidak pada
latihannya yang keras dan kejam, atau bagaimana menghasilkan serangan mematikan. Hal ini
karena bukan hanya fisik yang dilatih, tetapi juga otak/pikiran. Berpikirlah dalam bergerak,
bergeraklah dalam berpikir. Mental lebih penting daripada fisik, namun fisik kita bisa melatih
mental. Ketika fisik digenjot terus menerus melalui latihan yang keras, saat itulah juga
berlangsung tempaan mental melalui semacam penanaman motivasi, mental positive
thinking. Di kala fisik sudah teramat letih, maka mental ikut berperan, mental digedor untuk
positive thinking, sehingga tak pernah berpikir tak bisa. Jadi dengan latihan fisik yang keras
akan memperkuat daya mental ataupun daya pikirnya. Salah satu pengalaman yang
dikemukakan adalah ketika pada suatu hari ketika mengendarai mobil Mercy hitam-nya
ditodong oleh penjahat kapak merah di Jakarta. Nyalinya tak takut sedikitpun dengan situasi
tersebut. Lalu ia membuka jendela mobil, menatap tajam ke mata penjahat dan me
ngunci pandangan. Hatinya berseru:Polisi.Beberapa saat kemudian penjahat tersebut lari lintang
pukang karena dari arah belakang telah datang polisi. Ia mengatasi masalah dengan
pikirannya.
Profil Gunawan Rahardjo, Guru Besar Persatuan Gerak Badan Bangau Putih ditulis
oleh Redana (2013) melalui catatan-catatan yang terkait dengan pengalamannya menjadi
murid di PGB Bangau Putih di Bogor. Menurut Gunawan Rahardjo, dengan berlatih beladiri, maka akan
menumbuhkan kesadaran tentang keterkaitan unsur tubuh (body ) dan pikiran (mind ). Secara
sistematik tubuh dan pikiran bisa dimanfaatkan dalam bersilat, kapan tubuh harus mengikuti
pikiran, atau sebaliknya, kapan pikiran harus mengikuti tubuh. Keduanya menghasilkan
akibat yang berbeda, bukan saja kepada lawan, tetapi kepada diri sendiri. Jadi bisa di
simpulkan bahwa olahraga tidak hanya mengandalkan otot saja atau sebuah rutinitas saja
sebagai suata latihan mencapai sebuah prestasi juga sebagai aspek pembinaan mental.Ranah
5
spiritul seseorang juga di bina di dalam olahraga,semisal saat mau memulai latihan ataupun
menutup latihan dengan berdoa terlebih dahulu.
Salah satu ajarannya adalah: Begitu mau jatuh, lepaskan pikiran mau jatuh, Pikiran
terkadang
membatasi
kemungkinan
yang
bisa
diutarakan
tubuh,
dalam
bentuk
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
6
DAFTAR PUSTAKA
(http://www.academia.edu/6915898/Spiritualitas_dalam_Olahraga_Mind_-_Body_-_Soul di
akse pada 23 september 2014)
http://jerseygrrrl.blogspot.com/2013/02/olahraga-secara-spiritual.html di
akses pada 23 september 2014
http://www.academia.edu/1224192/DASAR-DASAR_FILOSOFIS_ILMU_OLAHRAGA di
akses pada 23 september 2014
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpehs/article/view/3008 di akses 23 september 2014