Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2016
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama
: Ny. ES
No.RM
: 679133
Umur
: 24 thn
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
Status
: Belum Menikah
Pendidikan
: SLTA
Alamat
Tanggal Masuk RS
: 15 April 2016
: 12 tahun
Siklus
: teratur
Lama
: 8 hari
HPHT
: 15/07/2015
HPL
: 22/04/2016
Umur Kehamilan
: 39 minggu
Tgl/Thn
Partus
Tempat
Partus
1.
Hamil ini
UK
Jenis
Persalinan
Penolong
Penyulit
JK/BB
Keadaan
Anak
Sekarang
Pemeriksaan Fisik
KU
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Vital Sign
Antropometri
Tekanan Darah
: 100/70 mmHg
Nadi
: 82x/menit
Berat Badan
: 58 kg
Pernapasan
: 22x/menit
Status Gizi
: Baik
Suhu
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Thorax
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Palpasi
: Janin tunggal
Leopold
: teraba bokong
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
TFU
: 23 cm
DJJ
: 132x/m , teratur
NILAI
HASIL
NORMAL
HEMATOLOGY AUTOMATIC
Leukosit
11,4
H
Eritrosit
3,59
L
Hemoglobin
11,1
L
Hematokrit
31,8
L
MCV
88,7
MCH
30,9
MCHC
34,9
Trombosit
214
DIFFERENTIAL TELLING MIKROSKOPIS
Neutrofil%
81,9
H
Limfosit%
14,6
L
Monosit%
1,5
L
Eosinofil%
1,7
Basofil%
0.3
Neutrofil#
9,34
H
Limfosit#
1,66
Monosit#
0,17
Eosinofil#
0.20
Basofil#
0.04
PENUNJANG
Waktu
200
Pendarahan
Waktu
730
Penjendalan
KIMIA
GDS
96
Imunoserologi
4,0 - 10,6
3.90 - 5.50
12,0 - 16,0
37 47
81 99
27 31
33-37
150-450
10e3/ul
10e6/ ul
gr/dl
%
Fl
Pg
gr/dL
10e3/uL
50-70
20-40
3-12
0.5-5.0
0-1
2-7
0.5-1
0.12-1.2
0.02-0.50
0-1
%
%
%
%
%
10^3/uL
10^3/uL
10^3/uL
10^3/uL
10^3/uL
<6
Menit
<12
Menit
70-140
Mg/dL
HbsAg
Negatif
HIV
Negatif
Golongan
Darah
UNIT
Imunochromatolog
y
Imunochromatolog
y
B
4
Rhesus
Positif (+)
ASSESMENT
G1P0A0 HAMIL ATERM IN PARTU KALA I FASE AKTIF
FOLLOW UP
Hari/Tanggal/
Rencana Pelaksanaan
Jam
Kamis,
Assesment)
S:
15/04/2016
08.00 WIB
mengejan
O:
DJJ : 148x/m
His : 3x/10/40/kuat
P:
normal
- Pasien pindah posisi
-
lithotomi
Ajarkan ibu cara meneran
Pimpin persalinan
Episiotomi
Bayi lahir 08.10 WIB
Perempuan BB : 2230
gr, PB : 46 cm
Pemeriksaan Dalam :
Vulva ina, membuka, portio tak teraba,
pembukaan lengkap diameter 10 cm,
presentasi kepala, kepala di introitus vagina,
kepala turun di hodge 3, selket (-), STLD (-)
A:
G1P0A0 Hamil aterm in partu Kala II
08.10 WIB
S:
Perut muls (+)
O:
TD : 120/80 mmHg
N : 90x/m
Tampak tali pusat di jalan lahir, kontaksi
P:
- Management Kala III
- Kosongkan kandung
-
kemih
Injeksi Oxytocin 1 gr
Melahirkan plasenta
Plasenta lahir 08.20 WIB
Selaput kesan tak lengkap.
Koteledon kesan
5
uterus baik
08.20 WIB
lengkap
A : Kala III
S:
P:
Management Kala IV
Jahit perineum
O:
Konsul dr.SpOG
Cyto Curettage
PPV 300 cc
Tone : Kontraksi uterus baik. TFU 1 jari
dibawah pusat
Tissue : selaput plasenta kesan tak lengkap.
Koteledon lengkap
Trauma : Robekan jalan lahir (+)
Trombin : Pemeriksaan Dalam : Tampak robekan pada
vulva hingga tampak bulbacavernosus,
robekan pada dinding vagina (+), portio
menutup, perdarahan (+) aktif dari OUE
USG
Tampak kesan sisa plasenta pada cavum uteri
A:
Kala IV dengan Post partum hemmoragic e/c
sisa plasenta
09.00
P:
Amoxicilin
3x 500
O:
mg
TD : 120/80 mmHg
N : 90x/m
mg
RR : 18x/m
Promavit
1x1
6
T : afebris
Vitamin A
1x1
Kontraksi baik
Mobilisasi
PPV 40 cc
Edukasi KB
A:
P1A0 Post partus Spontan dan kuretase a/i
Jumat
P:
16/ 04/2016
Amoxicilin
06.30 WIB
mg
sedikit
mg
Promavit
3x 500
1x1
O:
BLPL
TD : 110/70 mmHg
N : 82x/m
RR : 20x/m
T : 36,3 C
ASI (+/+)
TFU 3 jari dibawah pusat
Kontraksi baik
PPV 20 cc
A : P1A0 Post Partus Spontan dan Kuretasi a/i
PPH sisa plasenta hari ke I
BAB II
LANDASAN TEORI
organ
berongga
yang
Serviks terhubung dengan uterus pada os interna. Serviks terutama terdiri dari
jaringan ikat fibrosa padat.
Ada beberapa lapisan yang terdapat dalam korpus uteri, antara lain
a
10
b Miometrium
Miometrium, yang merupakan jaringan pembentuk sebagian besar uterus,
terdiri dari kumpulan otot polos yang disatukan jaringan ikat dengan banyak
serabut elastin di dalamnya. Menurut Schwalm dan Dubrauszky (1996),
banyaknya serabut otot pada uterus berkurang secara progresif ke arah kaudal,
sehingga pada serviks, otot hanya meliputi 10% dari masa jaringan. Pada lapisan
dalam dinding korpus uteri, relatif terdapat lebih banyak otot dibandingkan
lapisan luarnya, sedangkan pada dinding anterior dan posterior terdapat lebih
banyak otot dibandingkan dinding lateral. Selama kehamilan, miometrium
menjadi semakin membesar akibat hipertrofi, namun tidak terjadi perubahan yang
berarti pada kandungan otot di serviks. Perdarahan uterus terutama berasal dari a.
Uterina, suatu cabang a. Iliaca interna. Saluran serviks membuka ke arah vagina
pada os eksterna. Serviks menembus dinding anterior vagina dan dibagi dalam
pars supravaginalis dan pars vaginalis.
b Batas-Batas Uterus
Anterior : Corpus uteri di anterior berbatasan dengan excavatio uterovesicalis dan
permukaan superior vesica urinaria. Pars supravaginalis serviks berbatasan dengan
permukaan superior vesica urinaria. Pars vaginalis serviks berbatasan dengan
fornix anterior vagina.
Posterior : Corpus uteri di posterior berbatasan dengan excavatio rectouterina
(cavum Douglas) dan gelungan ileum atau colon sigmoideum yang ada
didalamnya.
Lateral
Corpus uteri berbatasan ke lateral dengan ligamentum latum dan a.v. uterina. Pars
supravaginalis serviks berbatasan dengan ureter waktu ureter berjalan turun
menuju vesica urinaria. Pars vaginalis serviks berbatasan dengan forniks lateral
vagina. Tuba uterina masuk ke sudut superolateral uterus, dan ligamentum ovarii
proprium dan ligamentum teres uteri melekat pada dinding uterus tepat diabawah
sudut ini.
Dalam keadaan normal, pada sebagian besar wanita, sumbu panjang vagian
membentuk sudut 90o. Posisi ini dinamakan Anteversio uterus. Selanjutnya,
sumbu panjang corpus uteri membungkuk ke depan pada setinggi ostium internum
11
terhadap sumbu panjang serviks, membentuk sudut sekitar 170o. Posisi ini
dinamakan Anteflexio uterus. Pada beberapa wanita, fundus dan corpus uteri
membungkuk ke belakang terhadap vagina, sehingga uterus terletak pada
excavatio rectouterina (cavum Douglas). Pada keadaan ini, dikatakan uterus
posisinya Retroversi. Bila corpus uteri juga membungkuk kebelakang terhadap
serviks, dikatakan Retrovleksio.
3
Atonia uterus
Perdarahan obstetri sering disebabkan oleh kegagalan uterus untuk
berkontraksi secara memadai setelah pelahiran.
12
plasenta
Plasenta Acreta, dimana vili choriales menanamkan diri lebih dalam ke dalam
c
d
dinding rahim.
Plasenta Increta, dimana vili choriales sampai masuk ke dalam miometrium
Plasenta Percreta, dimana vili choriales menembus perimetrium
Inversi uterus
Setelah kelahiran bayi, ada proses persalinan yang kadang-kadang
plasenta tidak seluruhnya terkelupas dan ketika muncul, ia menarik fundus atau
bagian puncak rahim ikut bersamanya, akibatnya rahim akan membalik seperti
kaos kaki yang terbalik. Gejala terbaliknya rahim adalah perdarahan yang
berlebihan dan kadang terdapat tanda-tanda syok pada ibu. Ketika menekan perut
ke bawah, dokter tidak dapat merasakan adanya rahim dan pada pembalikan rahim
yang lengkap sebagian dari rahim akan dapat terlihat di vagina.
Wanita yang berisiko tinggi akan terbaliknya rahim (walaupun resiko ini
tetap masih sangat kecil) adalah mereka yang sebelumnya telah sering melahirkan
atau mengalami proses awal persalinan (labor) yang terlalu lama lebih dari 24
jam, mereka yang plasentanya tertanam melewati bagian puncak rahim (fundus)
atau tertanam pada tempat yang tidak normal dan mereka yang mendapatkan
magnesium sulfat selama proses awal persalinan. Rahim juga dapat membalik
14
ketika ia terlalu lemas atau bila fundus tidak diam di tempatnya ketika plasenta
dikeluarkan pada tahap kelahiran ketiga.
Faktor resiko mencakup atonia uterus, traksi tali pusat secara berlebihan,
pengangkatan plasenta secara manual, plasentasi abnormal, kelainan uterus dan
plasentasi pada fundus. Gejalanya mencakup nyeri perut akut dan syok (30%).
Uterus mungkin terlihat menonjol melalui vulva. Penanganannya dengan
penggantian manual atau hidrostatik segera.
Beberapa tanda terjadinya inversio uterus antara lain: uterus tak teraba,
lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat, pucat dan limbung. Kemungkinan
terjadinya syok neurogenik dapat terjadi bila tidak ditangani dengan baik.
g
Koagulopati
Diagnosis yang paling sering ditemukan adalah penyakit von Willebrand
dan ITP. Penyebab yang didapat mencakup terapi antikoagulan dan koagulopati
konsumtif yang disebabkan oleh komplikasi obstetrik (seperti pre-eklamsi, sepsis,
abruptio, embolisme cairan amnion).
15
Diagnosa
Beberapa kritera untuk mendiagnosis perdarahan postpartum antara lain:
1
5
6
16
KELAS IV
>2000
>40
>140
Turun
Turun
Turun
Tidak Berarti
Bingung, Lesu
Kristaloid dan
Darah
disebabkan oleh plasenta tertanam terlalu dalam sampai lapisan miometrium uterus. Sewaktu
suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi
secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Gejala dan tanda yang bisa
ditemui adalah perdarahan segera, uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
Tertinggalnya sebagian plasenta (sisa plasenta) merupakan penyebab umum terjadinya
perdarahan lanjut dalam masa nifas (perdarahan pasca persalinan sekunder). Perdarahan post
partum yang terjadi segera jarang disebabkan oleh retensi potongan-potongan kecil plasenta.
Inspeksi plasenta segera setelah persalinan bayi harus menjadi tindakan rutin. Jika ada
bagian plasenta yang hilang, uterus harus dieksplorasi dan potongan plasenta dikeluarkan .
Sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat
berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Tetapi mungkin
saja pada beberapa keadaan tidak ada perdarahan dengan sisa plasenta.
Bila hal tersebut terjadi, harus dikeluarkan secara manual atau di kuratase dan pemberian
obat- obat uterotonika intravena.
B. ETIOLOGI
1) His yang kurang baik
2) Penanganan kala III yang salah
Dengan pendorongan dan pemijatan uterus akan mengganggu
mekanisme pelepasan
sehingga perlu
jauh kedalam.
18
E. DIAGNOSA
1) Penemuan secara dini, hanya dimungkinkan dengan penemuan melakukan kelengkapan
plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus retensio sisa plasenta dengan perdarahan pasca
persalinan lanjut, sebagian besar pasien akan kembali lagi ke tempat persalinan dengan
keluhan perdarahan setelah 6-10 hari pulang ke rumah.
2) Perdarahan berlangsung terus menerus dan banyak darah bergumpal.
3) Pada palpasi di dapatkan fundus uteri masih teraba lebih besar.
4) Pada pemeriksaan dalam didapat uterus yang membesar, lunak, dan dari ostium uteri
keluar darah
F. PENANGANAN
1) Penemuan secara dini, hanya dimungkinkan dengan melakukan
pemeriksaan
Kuratase
merupakan tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan atau sisa jaringan dari dalam
rahim dengan fungsi diagnostik atau terapetik, supaya rahim bersih dari jaringan yag
tidak semestinya berada bahkan tumbuh didalamnya. Jika tidak dibersihkan akan
memunculkan gangguan nyeri dan perdarahan. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit
dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada
abortus.
3)
Berikan antibiotika yang adekuat dosis awal 1 g IV dilanjutkan dengan 3x1 g oral
dikombinasikan dengan metronidazol 1 g supositoria dilanjutkan dengan 3x500 mg oral
4)
6) Lakukan ekplorasi digital (bila servik terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah atau
jaringan. Bila servik hanya dapat dilalui alat kuretase, lakukan evakuasi sisa plasenta
dengan kuretase.
7) Bila kadar Hb < 8 gr% beri tranfusi darah, bila kadar Hb > 8 gr% berikan sulfas ferosus
600 mg/hari selama 10 hari.
19
uterus
3) Kontrol USG rutin jika ada riwayat dan resiko tinggi retensi plasenta/retensi sisa plasenta
4) Gizi Baik
5) Tidak melakukan kuretase terlalu bersih (Endometrium) terkikis habis
H. KOMPLIKASI
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya :
1) Perdarahan
Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit
pelepasan hingga
kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat luka tidak menutup.
2)
Infeksi
Karena sebagai benda mati yang tertinggal didalam rahim meingkatkan
pertumbuhan
bakteri.
3) Terjadi polip plasenta sebagai masa proliferative yang mengalami infeksi
sekunder dan
nekrosis.
4) Terjadi degenerasi (keganasan) koriokarsinoma Dengan masuknya mutagen, perlukaan
yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik (displastik-dikariotik) dan
akhirnya menjadi karsinoma invasive, proses keganasan akan berjalan terus, sel ini
tampak abnormal tetapi tidak ganas. Para ilmuwan yakin bahwa beberapa perubahan
abnormal pada sel-sel ini merupakan langkah awal dari serangkaian perubahan yang
berjalan lambat, yang beberapa tahun kemudian bisa menyebabkan kanker. Karena itu
beberapa perubahan abnormal merupakan keadaan pre kanker, yang bisa berubah
menjadi kanker.
20
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini didapatkan keterangan bahwa pasien berusia 24 tahun, G 1 P0A0, usia
kehamilan 39 minggu datang ke IGD RSUD Kota Yogyakarta dengan kenceng-kenceng. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan Perut tampak membesar tak sesuai umur kehamilan, Tidak ada
bekas Operasi, dari pemeriksaan palpasi abdomene obtetri didapatkan janin tunggal, letak
memanjang, puka, preskep, sudah masuk panggul, His (+) Kepala di Hodge-1, HIS 2 x/ 10
menit, Durasi 25 detik, Kekuatan sedang ,DJJ (+) 132 x/menit.
Pada pemeriksaan dalam didapatkan PD : serviks lunak, pembukaan 4 CM , selket
(+), preskep, lendir/darah (+), air ketuban (-) Jernih. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan
Hb 11,1 gr/dl. Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
di atas maka pasien didiagnosis Primidigravida hamil aterm in partu Kala I Fase Aktif
Penatalaksanaan pada kasus ini pasien direncanakan persalinan per vaginal, dilakukan
observasi kemajuan persalinan setiap 4 jam, dan observasi DJJ setiap 1 jam. Jam 08.10 pasien
melahirkan secara spontan bayi perempuan dengan berat 2230 gram dengan panjang badan
46 cm. Kemudian pasien dilakukan management Kala III. 10 menit setelah bayi lahir,
plasenta lahir dengan selaput plasenta kesan tak lengkap, kotiledon lengkap. Perdarahan dari
jalan lahir aktif, mengalir. Diperkirakan hingga 300 cc. Kontraksi uterus baik, TFU 1 jari
dibawah pusat. Kemudian dilakukan USG dan didapatkan gambaran sisa lasenta pada cavum
uteri. Konsul ke dokter SpOG direncanakan kuretase.
Pada kasus ini terjadi perdarahan post partum dini yang disebabkan oleh retensi sisa
plasenta dilihat dari perdarahan yang mengalir dan kontraksi uterus bagus tetapi tinggi fundus
tidak berkurang, sehingga penatalaksanaannya adalah yang utama melakukan resusitasi
dengan oksigenasi, pemberian cairan RL 500 ML secara cepat, monitoring tanda-tanda
vital,terapi medikamentosa dan dilakukan tindakan kuretase untuk membersihkan sisa-sisa
plasenta sebelumnya. Selama dan setelah kuretase tanda-tanda vital harus tetap diawasi dan
Hb dicek. Bila hasilnya di bawah 8 gr/dl sebaiknya dilakukan tranfusi darah, bila kadar Hb
diatas 8 gr/dl berikan sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari dan diberikan pengobatan
lanjutan yaitu injeksi ceftriaxone 2 x 1 gr,injeksi metronidazole 3 x 500 mg, asam mefenamat
3 x 500 mg, metil argometrin 3x 500, SF 2x 1.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham F.G., Leveno K.J., Bloom S.L., Hauth J.C., Gilstrap L.C. III &
Wenstrom K.D. (2005). Williams Obstetric, 22nd ed. McGraw-Hill: New York.
2. Wikjosastro, H., Saifuddin, B, A., Rachimhadhi, T. (2006). Ilmu Kebidanan.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.
3. Szymanski LM, Bienstock JL. (2007). Complication of labor and delivery. In :
Fortner KB, Szymanski, LM, Fox, HE, Wallach EE. John Hopkins manual of
gynecology and obstetrics, The 3rd edition. New York: Lippincott Milliams &
Wilkins. e-book version.
4. WHO.
for
the management
of
postpartum
22
23