Вы находитесь на странице: 1из 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) merupakan salah
satu

penyakit

yang

dapat

menimbulkan

kekhawatiran

masyarakat karena perjalanan penyakitnya yang cepat dan


dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang singkat.
Penyakit ini ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti dan Aedes Albopictus (DepKes RI, 2010). Penyakit ini
diketahui disebabkan oleh 4 tipe virus dengue, yaitu DEN-1, DEN2, DEN-3, dan DEN-4 yang terkait dengan antigenik. Infeksi oleh
salah satu serotipe virus tersebut akan memberikan kekebalan
seumur hidup, namun tidak terhadap serotipe yang berbeda.
Penderita DBD virus dengue banyak ditularkan pada penduduk
daerah perkotaan terutama daerah tropis dan sub-tropis oleh
nyamuk Aedes aegypti (Linnaeus), Ae. Albopictus (Skuse) dan
Ae. Polynesiensis Marks (Fadilla dkk, 2015).
World Health Organization (WHO) menggolongkan penyakit
ini ke dalam penyakit infeksi baru yang sedang muncul dan
meningkat karena semakin meluasnya sebaran geografis serta
semakin meningkatnya jumlah penduduk yang terkena. Lebih
dari 2,5 miliar penduduk dunia berisiko terkena penyakit DBD
dengan mayoritas atau sekitar 70% populasi hidup di kawasan
Asia Pasifik (Pratamawati, 2012).
Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita
DBD setiap tahunnya. Sementara itu, sejak tahun 1968 2009,
World Health Organization (WHO) mencatat ;negara Indonesia
sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara
(Kemenkes RI, 2010:1).
1

Pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember


tercatat penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak
71.668 orang, dan 641 diantaranya meninggal dunia. Angka
tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yakni
tahun 2013 dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang
dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 penderita (Kemenkes
RI, 2015).
Perubahan lingkungan global atau Global Environmental
Change (GEC) terutama Global Warming sedikit banyak ikut
berperan terhadap kejadian DBD. Setiap peralihan musim,
terutama dari musim kemarau ke musim penghujan, berbagai
masalah kesehatan melanda termasuk yang paling sering terjadi
adalah peningkatan kejadian demam berdarah. Faktor risiko lain
infeksi dengue diantaranya tingkat imunitas host, kepadatan
penduduk,

interaksi ;vektor

dan

host

dan

virulensi

virus

(Sumaryo dan Nova, 2014). Kepadatan ;vektor juga berkontribusi


terhadap epidemi DBD (Nurhidayati, 2015).
Demam Berdarah Dengue (DBD) menimbulkan berbagai
dampak, baik dampak ;sosial maupun ekonomi. Kerugian ;sosial
yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam
keluarga, kematian anggota keluarga dan berkurangnya usia
harapan hidup. Dampak ekonomi langsung yang dirasakan pada
penderita DBD adalah biaya pengobatan, sedangkan yang tidak
langsung adalah kehilangan waktu kerja, waktu sekolah dan
biaya lain yang dikeluarkan selain untuk pengobatan seperti
transportasi

dan

akomodasi

selama

perawatan

penderita

(Chadijah dkk, 2011).


Penanggulangan DBD lebih mengutamakan pencegahan
yaitu dengan melaksanakan PSN melalui 3M Plus dengan
melibatkan masyarakat dan memfasilitasi terbentuknya tenaga

jumantik (Pratamawati, 2012). Salah satu upaya yang dianggap


tepat dalam pencegahan dan pemberantasan DBD adalah
melalui

kegiatan

Pemberantasan

Sarang

Nyamuk

Demam

Berdarah Dengue (PSN DBD). Dalam upaya PSN DBD, pemerintah


memerlukan peran serta masyarakat. Untuk meningkatkan peran
serta masyarakat dalam PSN DBD maka diperlukan adanya peran
aktif juru pemantau jentik (jumantik), yaitu kelompok kerja
kegiatan pemberantasan penyakit DBD di tingkat desa. Tugas
dan tanggung jawab seorang jumantik dalam PSN DBD adalah
membuat rencana kunjungan rumah, PJR, penyuluhan PSN DBD,
mencatat dan melaporkan hasil PJR, melakukan pemantauan
wilayah bersama supervisor. Kegiatan jumantik bertujuan untuk
menurunkan angka kepadatan nyamuk penular demam berdarah
dengue

(Aedes

aegypti)

dan

jentiknya

dengan

cara

menggerakkan masyarakat dalam PSN DBD, sehingga nantinya


dapat menekan angka kesakitan DBD (Rezania dan Oktia, 2015).
Untuk

mendukung

terlaksananya

program

pencegahan

ini

dibentuk kemitraan melalui wadah Pokjanal bersama lintas


sektor lain. Selain itu, diadakan penyuluhan untuk masyarakat
agar tetap waspada (Nurhidayati, 2015).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan Umum dari penyusunan makalah ini adalah untuk
mengetahui lebih dalam tentang penyakit DBD.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini
sebagai berikut:
a. Menjelaskan
b. Menjelaskan
c. Menjelaskan
d. Menjelaskan
e. Menjelaskan
f. Menjelaskan

pengertian nyamuk.
proses reproduksi nyamuk.
pengertian DBD.
penyebab DBD.
ciri-ciri DBD.
cara penularan DBD.

adalah

g. Menjelaskan tempat penularan DBD.


h. Menjelaskan tanda dan gejala DBD.
i. Menjelaskan cara pencegahan penyakit DBD.

C. Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dari penyusunan makalah ini
adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui pengertian nyamuk.
b. Mengetahui proses reproduksi nyamuk.
c. Mengetahui pengertian DBD.
d. Mengetahui penyebab DBD.
e. Mengetahui ciri-ciri DBD.
f. Mengetahui cara penularan DBD.
g. Mengetahui tempat penularan DBD.
h. Mengetahui tanda dan gejala DBD.
i. Mengetahui cara pencegahan penyakit DBD.

DAFTAR PUSTAKA
Chadijah S, dkk. Peningkatan Peranserta Masyarakat dalam
Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD)
Di Dua Kelurahan di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Media
Litbang Kesehatan 2011; 21(4).
Fadilla Z, dkk. Bioekologi Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD)
Serta Deteksi Virus Dengue Pada Aedes Aegypti (Linnaeus)
dan Ae. Albopictus (Skuse) (Diptera: Culicidae) di Kelurahan
Endemik DBD Banjarjati, Kota Bogor. Jurnal Etomologi
Indonesia 2015; 12(1).
Depkes RI, 2010, Surveilans Epidemiologi Demam Berdarah
Dengue, Ditjen P2PL, Jakarta.
Kemenkes RI, 2010, Buletin Jendela Epidemiologi: Demam
Berdarah Dengue, Kemenkes RI: Jakarta.
Kemenkes RI, 2015, Artikel: Demam Berdarah Biasanya Mulai
Meningkat di Januari, Kemenkes RI: Jakarta.

Nurhidayati, I, dkk. Gerakan Bebas Nyamuk Sebagai Upaya


Pencegahan dan Penanggulangan Demam Berdarah di Desa
Gedaren Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten. The 2nd
University Research Coloquium 2015: ISSN 2407-9189
Pratamawati, DA. Peran Juru Pantau Jentik dalam Sistem
Kewaspadaan Dini Demam Berdarah Dengue di Indonesia.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional 2012; 6(6).
Rezania, N dan Oktia WKH. Hubungan Karakteristik Individu
dengan Praktik Kader Jumantik dalam PSN DBD Di Kelurahan
Sampangan. Unnes Journal of Public Health 2015; 4(1).
Sumaryo dan Nova P. Surveilans Aedes Aegypti di Daerah
Endemis Demam Berdarah Dengue. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional 2014; 8(8).

Вам также может понравиться